dalam budhis, kategori kitab di sebut suci bagaimana?

Started by ryu, 20 June 2012, 12:09:04 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

ryu

Quote from: Indra on 20 June 2012, 10:10:13 PM
masak sih? kalau begitu Tipitaka tidak memenuhi syarat sebagai kitab suci, karena berisi cerita dan perkataan Devadatta yg jelas bukan orang suci
apakah tipitaka sudah mencapai sotapana? =))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Indra

Quote from: ryu on 21 June 2012, 07:20:19 AM
apakah tipitaka sudah mencapai sotapana? =))

tidak, makanya saya tidak menganggap tipitaka itu suci kok

ryu

Quote from: Indra on 21 June 2012, 07:27:58 AM
tidak, makanya saya tidak menganggap tipitaka itu suci kok
anda tidak menganggap tapi orang lain khan ada yg menganggap sebagai kitab suci.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Indra

Quote from: ak.agus on 21 June 2012, 07:03:28 AM
Kesalah saya mungkin terlalu banyak berilusi tentang diri ini tapi yang dapat membuat sadar pun ilusi itu sendiri karena muak akan hayalan diri akhirnya sadar ini hanya membawa dukah.
Jujur kepada om indra saya sendiri tidak 100 % percaya apa yang tertulis di tripitaka karena sama dengan kitab suci agama lain itu tertulis dan ditulis oleh manusia dan di kopi oleh manusia yang mungkin dapat kesalahan penulisan dan pengartian dalam banyak hal, tetapi saya juga tidak bilang itu salah semua karena saya pun masih mempelajari dan membaca beberapa bagian dari tripitaka itu sendiri. Dan hasil nya dapat membuat saya sadar dalam beberapa hal.
Kembali lagi yang menganggap suci tidak suci kan pikiran anda sendiri. Bukan mutlak abadi orang suci itu ada karena tiada dan ada selalu bersamaan.

saya sendiri juga tidak percaya seluruh yg tertulis dalam tipitaka, kalau tripitaka sih lain lagi. tapi sejauh yg bisa dan sudah saya buktikan, saya tidak membantah kebenarannya. saya pikir baik2 saja pandangan spt ini.
"menganggap" apa pun juga memang adalah produk pikiran, dan menurut mulapariyaya sutta, anggapan2 ini hanya ada pada orang2 yg tidak suci. orang2 suci tidak lagi menganggap, mereka sudah melihat apa adanya, yg suci sbg suci dan yg tidak suci sbg tidak suci, bukanlah sekedar menganggap.

Tapi hal ini bukan lantas brarti bahwa keberadaan orang suci itu bergantung pada pikiran dan anggapan kita. Orang suci memang tidak mutlak abadi, karena bahkan seorang Buddha pun bisa mati.

"ada dan tiada selalu bersamaan", maaf saya tidak memahami kalimat filosofis spt ini.

Indra

Quote from: ryu on 21 June 2012, 07:32:33 AM
anda tidak menganggap tapi orang lain khan ada yg menganggap sebagai kitab suci.

coba pertanyaan tadi diajukan kepada orang lain, "apakah tipitaka udah sotapanna?"

ryu

Quote from: Indra on 21 June 2012, 07:37:51 AM
coba pertanyaan tadi diajukan kepada orang lain, "apakah tipitaka udah sotapanna?"
berarti di budhis harus sotapana baru di sebut kitab suci? tertulis dalam kitab suci mana ada ketentuan seperti itu?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Indra

Quote from: ryu on 21 June 2012, 07:40:12 AM
berarti di budhis harus sotapana baru di sebut kitab suci? tertulis dalam kitab suci mana ada ketentuan seperti itu?

tingkat kesucian dalam buddhis memang hanya didefinisikan dalam 4 tingkat yg terdiri dari 8 jenis, dari Sotapatti magga /d Arahatta phala. dan ini banyak tersebar di berbagai sutta.

tapi sebuah kitab sptnya mustahil bisa mencapai kesucian, karena untuk mencapai kesucian butuh latihan, bagaimana sebuah kitab bisa melatih diri? apakah kitab bisa bermeditasi?

Mas Tidar


sekalian tanya, apakah mencapai kesucian diperlukan kegiatan bermeditasi ?


Quote from: Indra on 21 June 2012, 07:54:16 AM
tingkat kesucian dalam buddhis memang hanya didefinisikan dalam 4 tingkat yg terdiri dari 8 jenis, dari Sotapatti magga /d Arahatta phala. dan ini banyak tersebar di berbagai sutta.

tapi sebuah kitab sptnya mustahil bisa mencapai kesucian, karena untuk mencapai kesucian butuh latihan, bagaimana sebuah kitab bisa melatih diri? apakah kitab bisa bermeditasi?
Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha

Indra

Quote from: Mas Tidar on 21 June 2012, 08:34:39 AM
sekalian tanya, apakah mencapai kesucian diperlukan kegiatan bermeditasi ?



tergantung apakah anda percaya atau tidak bahwa untuk mencapai kesucian memerlukan JMB8.

Mas Tidar

kalau percaya, apakah mencapai kesucian diperlukan kegiatan bermeditasi ?
kalau tidak percaya, apakah mencapai kesucian diperlukan kegiatan bermeditasi ?

Quote from: Indra on 21 June 2012, 08:52:48 AM
tergantung apakah anda percaya atau tidak bahwa untuk mencapai kesucian memerlukan JMB8.
Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha

Indra

Quote from: Mas Tidar on 21 June 2012, 09:03:51 AM
kalau percaya, apakah mencapai kesucian diperlukan kegiatan bermeditasi ?
kalau tidak percaya, apakah mencapai kesucian diperlukan kegiatan bermeditasi ?


jawaban ini utk yg bersel terbatas. YA, kesucian membutuhkan meditasi sebagai salah satu faktor dari JMB8.

Mas Tidar


unt yg bersel tidak terbatas, apakah mencapai kesucian diperlukan kegiatan bermeditasi ?

Quote from: Indra on 21 June 2012, 09:09:05 AM
jawaban ini utk yg bersel terbatas. YA, kesucian membutuhkan meditasi sebagai salah satu faktor dari JMB8.
Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha

Indra

Quote from: Mas Tidar on 21 June 2012, 09:13:35 AM
unt yg bersel tidak terbatas, apakah mencapai kesucian diperlukan kegiatan bermeditasi ?


maaf utk yg bersel tdk terbatas, pertanyaan ini tidak mungkin muncul jadi tdk perlu dijawab.

jika anda merasa ingin menantang saya utk berdebat, saya akan melayani anda di thread lain atau PM agar tdk mengganggu member lain. saya tdk ingin mengotori thread ini dgn komentar2 OOT.

Mas Tidar


maaf juga, kami hanya bertanya sesuai dengan statemen Anda
kalau Anda tidak ingin statemen Anda dipertanyakan, Anda ndak perlu ngeluarin statemen jadi thread ini tetap pada jalur-nya.
kalau Anda merasa tertantang untuk berdebat, kami bukanlah orang yang layak untuk diajak debat.

Quote from: Indra on 21 June 2012, 09:18:36 AM
maaf utk yg bersel tdk terbatas, pertanyaan ini tidak mungkin muncul jadi tdk perlu dijawab.

jika anda merasa ingin menantang saya utk berdebat, saya akan melayani anda di thread lain atau PM agar tdk mengganggu member lain. saya tdk ingin mengotori thread ini dgn komentar2 OOT.
Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha

Indra

Quote from: Mas Tidar on 21 June 2012, 09:39:02 AM
maaf juga, kami hanya bertanya sesuai dengan statemen Anda
kalau Anda tidak ingin statemen Anda dipertanyakan, Anda ndak perlu ngeluarin statemen jadi thread ini tetap pada jalur-nya.
kalau Anda merasa tertantang untuk berdebat, kami bukanlah orang yang layak untuk diajak debat.


saya sudah menjawab pertanyaan anda sbg bentuk tanggung jawab atas pernyataan yg saya buat yg masih sesuai dgn pertanyaan TS. tapi anda mengulang2 pertanyaan yg sama dgn gaya kekanak2an. hati2 dalam memilih lawan.

apakah kalimat "anda ndak perlu ngeluarin statemen" berarti bahwa saya dilarang berkomentar?