News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu

Pencapaian Nibbana dan Terlahir kembali

Started by Sukma Kemenyan, 19 December 2011, 11:02:47 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Kelana

Quote from: Kang_Asep on 24 December 2011, 08:54:23 PM
yang dapat saya telaah adalah pernyataan ini :

tidak ada di dalam tulisannya itu "manussa/manusi". tapi kemudian disimpulkan :


Lalu siapa yang berbicara/menulis dhamma yang sudah di praktekanya dan dengan apa mereka melakukan berbicara/menulis ?

GKBU

_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Kang_Asep

Quote from: Indra on 24 December 2011, 08:50:47 PM
anda seharusnya menanyakan apa makna "menegur" itu sebelum mengambil kesimpulan keras atau lunaknya.

sudah menjadi kesepakatan umum di sini, dan di forum mana pun, yg saya yakin anda pun memahami, bahwa jika anda memposting sesuatu dengan meng-quote postingan seseorang, maka itu mengindikasikan bahwa anda sedang berbicara dengan orang yg postingannya anda quote itu.

di sini, para memberi selalu menggunakan kata "saya" yang menunjuk kepada dirinya. dan juga "anda" yang menunjuk kepada orang yang diajaknya bicara. dengan menghindari kata "saya" maupun "anda" adalah sebagai suatu harapan bahwa komentar tersbut akan dianggap bersifat umum, atau tidak hanya ditujukan pada seorang saja. ditujukan pada orang yang pernyataannya di quote itu adlah "ya", tapi juga kepada yang lainnya juga "ya". artinya kepada "semua".

Indra

Quote from: Kang_Asep on 24 December 2011, 08:57:25 PM
tanpa harus menanyakan kepada orang lain, apa makna "menegur" tersebut, maka kita dapat mengajukan suatu permintaan, bahwa kalau bisa hal itu jangan ditafsirkan sebagai "menegur", apapun makna dari "menegur" tersebut menurut orang lain. karena ada yang mengasumsikan atau mengesankan bahwa "menegur" itu sesuatu yang terasa terlalu keras.  tapi, kalau orang lain itu tidak bisa memenuhi permintaan tersebut, maka dia tidak dipaksa.

apa yg membedakan kata "menegur" itu dengan kata "Buddha" sehingga kata "Buddha" harus di klarifikasi [arti kata buddha menurut siapa dulu, menurut sutta, atau menurut si pembuat pernyataan?] sementara kata "menegur" tidak perlu?

Kang_Asep

Quote from: Kelana on 24 December 2011, 09:02:27 PM
Lalu siapa yang berbicara/menulis dhamma yang sudah di praktekanya dan dengan apa mereka melakukan berbicara/menulis ?



harus ditanyakan kepada yang membuat pernyataan? apakah benar itu manussa buddha?

Kang_Asep

Quote from: Indra on 24 December 2011, 09:03:33 PM
apa yg membedakan kata "menegur" itu dengan kata "Buddha" sehingga kata "Buddha" harus di klarifikasi [arti kata buddha menurut siapa dulu, menurut sutta, atau menurut si pembuat pernyataan?] sementara kata "menegur" tidak perlu?

ssuatu harus diklarifikasikan, ketika seseorang merasa perlu memahami "apa maknanya" menurut si pembuat pernyataan. jika seseorang tidak merasa perlu, maka tidak perlu diklarifikasikan. atau ketika orang menanyakan suatu makna kepada orang yang tidak "memproduksi" istilah tersebut, maka dapat dianjurkan kepadanya "seharusnya bertanya kepada yang membuat pernyataan, bukan kepada yang tidak membuat pernyataan tersebut!"

Indra

Quote from: Kang_Asep on 24 December 2011, 09:03:13 PM
di sini, para memberi selalu menggunakan kata "saya" yang menunjuk kepada dirinya. dan juga "anda" yang menunjuk kepada orang yang diajaknya bicara. dengan menghindari kata "saya" maupun "anda" adalah sebagai suatu harapan bahwa komentar tersbut akan dianggap bersifat umum, atau tidak hanya ditujukan pada seorang saja. ditujukan pada orang yang pernyataannya di quote itu adlah "ya", tapi juga kepada yang lainnya juga "ya". artinya kepada "semua".

kata "saya" dan "anda" hanyalah suatu konvensi dalam berbahasa, ada seorang member di sini yg selalu menyebut diri sendiri sebagai "kami", hal ini tidak membuat perbedaan dalam apa yg ia sampaikan. kata apa pun yg digunakan, quote menempati prioritas lebih tinggi

Kang_Asep

Quote from: Indra on 24 December 2011, 09:06:13 PM
kata "saya" dan "anda" hanyalah suatu konvensi dalam berbahasa, ada seorang member di sini yg selalu menyebut diri sendiri sebagai "kami", hal ini tidak membuat perbedaan dalam apa yg ia sampaikan. kata apa pun yg digunakan, quote menempati prioritas lebih tinggi

itu menurut suatu pendapat. sedangkan menurut pendapat lainnya tidak seprti itu. setiap orang boleh memiliki pendapat yang berbeda. betul kan?

Indra

Quote from: Kang_Asep on 24 December 2011, 09:05:52 PM
ssuatu harus diklarifikasikan, ketika seseorang merasa perlu memahami "apa maknanya" menurut si pembuat pernyataan. jika seseorang tidak merasa perlu, maka tidak perlu diklarifikasikan. atau ketika orang menanyakan suatu makna kepada orang yang tidak "memproduksi" istilah tersebut, maka dapat dianjurkan kepadanya "seharusnya bertanya kepada yang membuat pernyataan, bukan kepada yang tidak membuat pernyataan tersebut!"

lantas kenapa anda bisa sampai pada kesimpulan bahwa kata "menegur" terlalu keras, padahal mungkin saya yg saya maksudkan adalah "meminta" atau "memohon" atau "mengemis"?

bagaimana cara anda mengambil kesimpulan di sini?

ryu

rasanya DC sekarang sudah jadi ajang termehek2 wkwkwkwk

thread bisa berhalaman2 tanpa bisa menjelaskan pertanyaan TS =))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Indra

Quote from: Kang_Asep on 24 December 2011, 09:08:11 PM
itu menurut suatu pendapat. sedangkan menurut pendapat lainnya tidak seprti itu. setiap orang boleh memiliki pendapat yang berbeda. betul kan?

karena setiap orang boleh memiliki pendapat berbeda, jadi apa kepentingan anda dalam thread ini? silakan tampilkan argumen yg ingin anda sampaikan sehubungan dengan topik ini, alih2 menjadi hakim di sini.

Kang_Asep

Quote from: Indra on 24 December 2011, 09:08:25 PM
lantas kenapa anda bisa sampai pada kesimpulan bahwa kata "menegur" terlalu keras, padahal mungkin saya yg saya maksudkan adalah "meminta" atau "memohon" atau "mengemis"?

bagaimana cara anda mengambil kesimpulan di sini?

itu bukan kesimpulan, itu adalah "kesan". kesan itu muncul dari perasaan, yakni "sesuatu yang risakan". "rasanya terlalu keras". adapun perasaan tersebut, sulit dijelaskan bagaimana proses terjadinya.

Kang_Asep

Quote from: Indra on 24 December 2011, 09:09:50 PM
karena setiap orang boleh memiliki pendapat berbeda, jadi apa kepentingan anda dalam thread ini? silakan tampilkan argumen yg ingin anda sampaikan sehubungan dengan topik ini, alih2 menjadi hakim di sini.

pendapat telah disampaikan. apa yang ingin disampaikan telah terlihat dari banyak postingan. dan apa kepentingannya, sepertinya tanpa ditanyakan sudah jelas. dan sebuta "menjadi hakim" itu tampaknya "angker".

apakah seseorang menyampaikan apa yang benar menurut pendapatnya, menyarankan keapda orang lain untuk berdiskusi secara santun tanpa prasangka, mencoba mengajukan pertanyaan apda beberapa hal yang tidak dimengertinya, harus dikategorikan sebagai hakim?

Indra

Quote from: Kang_Asep on 24 December 2011, 09:10:27 PM
itu bukan kesimpulan, itu adalah "kesan". kesan itu muncul dari perasaan, yakni "sesuatu yang risakan". "rasanya terlalu keras". adapun perasaan tersebut, sulit dijelaskan bagaimana proses terjadinya.

kenapa suatu pernyataan dari anda disebut "kesan" sementara pernyataan orang lain disebut "kesimpulan"? mohon penjelasan anda.

Kelana

Quote from: Kang_Asep on 24 December 2011, 09:03:59 PM
harus ditanyakan kepada yang membuat pernyataan? apakah benar itu manussa buddha?

Sdr. Asep, yang bersangkutan mengatakan yang dimaksud adalah Yang Sadar . Dengan demikian bukankah bisa kita katakan bahwa Yang Sadar itu yang berbicara/menulis dhamma. Dengan apa Yang Sadar itu menulis/berbicara ? Anda bisa menjawab sendiri.

Jadi saya menggunakan definisi Buddha sesuai dengan yang bersangkutan inginkan.
GKBU

_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Kang_Asep

Quote from: Indra on 24 December 2011, 09:12:14 PM
kenapa suatu pernyataan dari anda disebut "kesan" sementara pernyataan orang lain disebut "kesimpulan"? mohon penjelasan anda.

ketika sebuah pernyataan itu muncul dari pernyataan lain, dimana ada midle term yang bisa dihubungkan, maka itu disebut kesimpulan.

seseorang menyatakan "ini jelas manussa buddha, karena (ini) adalah  x )

maka "ini" adalah term "minor" sedangkan manussa buddha adalah midle term. karena ditemukannya midle term, maka pernyataaan tersbut adalah "kesimplan".

ketika orang menyatakan "istilah menegur itu rasanya terlalu keras", maka manakah yang harus dianggap sebagai midle termnya?