News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu

Pencapaian Nibbana dan Terlahir kembali

Started by Sukma Kemenyan, 19 December 2011, 11:02:47 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Kang_Asep

Quote from: Kelana on 24 December 2011, 06:12:22 PM
Untuk kedua kalinya Sdr. Choa, apakah anda mengakui kesalahan anda karena telah mengatakan "Buddha ada dimana-mana" ?

mengapa kita ingin orang lain untuk mengakui kesalahannya?

Quote
Apakah anda terlalu tinggi hati untuk mengakui kesalahan anda, Sdr. Choa ? Ini kemungkinan pertama mengapa anda tidak mau mengakui kesalahan anda.

kemungkinan karena ia merasa tidak bersalah.

Quote
Kemungkinan kedua adalah anda tetap berpegang pada pendapat bahwa Buddha ada dimana-mana. Ini berarti Anda mengatakan bahwa Buddha ada di seteguk minuman keras. Dengan demikian semakin banyak minum minuman keras maka semakin banyak Buddha dalam diri seseorang yang justru semakin seseorang banyak meminumnya maka ia kehilangan kesadaran dan kesempatan pelanggaran atas Sila pun terbuka lebar. Inikah yang mendekati Dhamma? Tidak, ini menjauhi Dhamma.

Jika Buddha itu ada di mana-mana, di semua tempat tanpa terkecuali berarti, ketika seseorang semakin banyak meminuman minuman keras, tidak berarti semakin banyak buddha di dalam diri seseorang, karea diri seseorang itupun termasuk keapda bagian dari apa yang disebut "mana-mana". dengan demikian, ia tidak bisa ditambahkan ataupun dikurangkan pada ssuatu.


Kang_Asep

Quote from: Kelana on 24 December 2011, 06:19:08 PM
Maaf, saya tidak tahu ini kisah asli atau bukan, tapi bagi saya murid tersebut kurang bijak. Saat guru pertama mengatakan bahwa dirinya mencapai Jhana 1 seharusnya murid tersebut tidaklah langsung sesumbar dengan mengatakan telah mencapai Jhana 1 kepada guru yang kedua. Seharusnya ia membiarkan guru kedua untuk memeriksa kisah dalam meditasi seperti yang dilakukan oleh guru pertama. Untuk selanjutnya seharusnya murid tersebut kemudian menghadap ke guru yang lainnya lagi ke-3, ke-4 , ke-5  untuk memastikannya. Murid tersebut terlalu melow alias mudah menyerah pada perasaan.

Thanks

guru kedua boleh bertanya, "atas dasar apa kamu mengatakan bahwa dirimu telah mencapai jhana-I ?

maka murid dapat dengan mudah menjawabnya "itu menurut guru pertama".

tanpa harus berkata "hebat benar kebohonganmu itu!"

guru kedua boleh juga bertanya, "apakah pendapat guru mu yang pertama itu benar atau salah?"

maka si murid dapat menjawab, "saya tidak mengetahuinya dengan pasti. untuk memastikannya, silahkan guru kedua memeriksanya kembali!"

ryu

sepertinya jubir lebih hebat nih, bisa tau pikiran muridnya (guru arahat) =))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Choa

Quote from: Kang_Asep on 24 December 2011, 06:24:06 PM
mengapa kita ingin orang lain untuk mengakui kesalahannya?

kemungkinan karena ia merasa tidak bersalah.

Jika Buddha itu ada di mana-mana, di semua tempat tanpa terkecuali berarti, ketika seseorang semakin banyak meminuman minuman keras, tidak berarti semakin banyak buddha di dalam diri seseorang, karea diri seseorang itupun termasuk keapda bagian dari apa yang disebut "mana-mana". dengan demikian, ia tidak bisa ditambahkan ataupun dikurangkan pada ssuatu.

sudahlah abaikan saja (tetapi silahkan saja coba memberikan pengertian padanya)
saya lihat kamma baiknya belum cukup untuk memahami,

perumpamaan vulgar
seorang yang masih sekolah entah SD, SMP, SMA dan belum lulus

"tidak akan mengerti bahasan tentang teory Quantum"
yang dibahas oleh doktoral S3,

apapun yang anda katakan pikiranya tidak akan sampai (ini menurut saya)
kalau anda menilai lain, silahkan saja.
_/\_

Kang_Asep

Quote from: Choa on 24 December 2011, 06:38:41 PM
sudahlah abaikan saja (tetapi silahkan saja coba memberikan pengertian padanya)
saya lihat kamma baiknya belum cukup untuk memahami,

perumpamaan vulgar
seorang yang masih sekolah entah SD, SMP, SMA dan belum lulus

"tidak akan mengerti bahasan tentang teory Quantum"
yang dibahas oleh doktoral S3,

apapun yang anda katakan pikiranya tidak akan sampai (ini menurut saya)
kalau anda menilai lain, silahkan saja.
_/\_

guru yang bijak, tentu akan menyesuaikan diri dengan tingkat berpikir murid-muridnya. jika muridnya memang masih kelas SD, guru harus mengajar dengan pelajaran dan cara berpikir SD. dan ternyata itu tidak mudah.

tanyalah kepada para guru SD, merekapun senantiasa harus terus belajar, belajar dan terus belajar tentang bagaimana cara mengajar anak SD. seorang sarjana pun, ketika harus mengajar di SD dia harus belajar kembali sehingga memperoleh Akta IV. karena seorang ahli teknik mesin misalnya, belum tentu memiliki kterampilan mengajar. ilmu mengajar adalah disiplin ilmu tersendiri.

kesalahan fahaman yang sering terjadi di forum ini benar-benar mengherankan dan merupakan suatu misteri. Bagaimana "sesuatu seperti ini" kemudian mereka fahami sebagai "sesuatu seperti itu", bagamana sesuatu disimpulan dengan cara yang sulit dimengerti. seperti misalnya, ketika ada yang menyatakan bahwa buddha itu ada di mana-mana, kemudian disimpulkan "berarti ketika seseorang meminum minuman keras, berarti buddha itu bertambah pada dirinya". penonton menjadi terheran-heran, bagaimana cara dia membuat kesimpulan? tetapi, hal yang mengherankan tersebut, bukan sesuatu yang harus dipersalahkan, melainkan sesuatu yang harus dipelajari secara perlahan, kareana ada kemungkinan orang itu memiliki rumusan tersendiri dalam menyimpulkan sesuatu atau mungkin karena ketidak tahuannya dia menyimpulkan demikian. semua itu harus dapat difahami secara gamblang. ketika diketahui bahwa orang itu menyimpulkan tanpa suatu cara yang berstandar pada suatu hukum, itu berarti kesimpulan liar. dan kita dapat mengerti masalah yang sebenarnya, bahwa orang itu telah membuat kesimpulan tanpa "hukum". maka secara perlahan dan bertahap dapat kita memberi penjelasan, bagaimana cara membuat kesimpulan dengan benar.

wang ai lie

Quote from: Choa on 24 December 2011, 06:38:41 PM
sudahlah abaikan saja (tetapi silahkan saja coba memberikan pengertian padanya)
saya lihat kamma baiknya belum cukup untuk memahami,

perumpamaan vulgar
seorang yang masih sekolah entah SD, SMP, SMA dan belum lulus

"tidak akan mengerti bahasan tentang teory Quantum"
yang dibahas oleh doktoral S3,


apapun yang anda katakan pikiranya tidak akan sampai (ini menurut saya)
kalau anda menilai lain, silahkan saja.
_/\_

albert einsteins itu lulusan apa ya om, terus liem siu long juga lulusan apa ya? apa orang yg baru lulus SD.SMP atau SMA sudah pasti tidak bisa jadi yang terbaik atau menjadi orang kaya? dan tidak mungkin punya perusahaan maupun menciptakan sesuatu hal yg belum pernah terpikirkan oleh orang2 ber title?

lalu bagaimana orang yg hanya lulus SD tapi bisa jadi kontraktor?  ^-^
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

Kang_Asep

Quote from: wang ai lie on 24 December 2011, 06:52:49 PM
albert einsteins itu lulusan apa ya om, terus liem siu long juga lulusan apa ya? apa orang yg baru lulus SD.SMP atau SMA sudah pasti tidak bisa jadi yang terbaik atau menjadi orang kaya? dan tidak mungkin punya perusahaan maupun menciptakan sesuatu hal yg belum pernah terpikirkan oleh orang2 ber title?

lalu bagaimana orang yg hanya lulus SD tapi bisa jadi kontraktor?  ^-^

ini adalah salah satu contoh "misteri" itu. ketika yang menjadi "pokok bahasan" adalah "taraf berpikir", tapi kemudian pembahasan yang dilanjutkan malah tentang "jenis lulusan". sedangkan pada sebelumnya, "SD", "SMP", maupun "SMU" hanyalah perumpamaan atau contoh dari taraf berpikir. ini adalah teka-teki, mengapa orang bisa mempunyai cara berpikir seperti itu?

Kelana

Quote from: Kang_Asep on 24 December 2011, 06:24:06 PM
mengapa kita ingin orang lain untuk mengakui kesalahannya?

Untuk memastikan apakah sikapnya sejalan dengan klaiman atas dirinya, Sdr. Asep. Dengan demikian dapat dipastikan orang tersebut dapat dipercaya dan patut diikuti atau tidak apa yang akan ia sampaikan. Sebagai sampingan juga sebagai ajakan untuk bertanggung jawab dari apa yang seseorang perbuat.

Quotekemungkinan karena ia merasa tidak bersalah.

Ya saya mengetahui kemunginkan itu Sdr. Asep. Namun hal itu memberikan dampak bahwa ia menyatakan sesuatu yang menjauhi Dhamma yaitu Buddha ada dimana-mana.

QuoteJika Buddha itu ada di mana-mana, di semua tempat tanpa terkecuali berarti, ketika seseorang semakin banyak meminuman minuman keras, tidak berarti semakin banyak buddha di dalam diri seseorang, karea diri seseorang itupun termasuk keapda bagian dari apa yang disebut "mana-mana". dengan demikian, ia tidak bisa ditambahkan ataupun dikurangkan pada ssuatu.

Sdr. Asep, apakah zat yang memabukkan bertambah atau tidak dalam tubuh seseorang yang meminum minuman keras? Tentu saja bertambah. Oleh karena itu ada pemeriksaan urine bagi pengendara mobil yang ngebut dijalan untuk mengetahui ambang batas alkohol dalam diri pengemudi. Gula darah juga ada dalam tubuh manusia, namun saat anda terus mengkonsumsi makanan manis berlebih, maka kadar gula darah anda meningkat. Namun yang lebih penting bukanlah mengenai meningkat atau tidak tapi pernyataan Buddha ada dimana-mana dapat melegalkan minuman keras karena mengandung Buddha di dalamnya. Dan hal-hal lain yang telah saya sampaikan kepda Sdr. Choa.

Thanks
GKBU

_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Kelana

Quote from: Kang_Asep on 24 December 2011, 06:27:56 PM
guru kedua boleh bertanya, "atas dasar apa kamu mengatakan bahwa dirimu telah mencapai jhana-I ?

maka murid dapat dengan mudah menjawabnya "itu menurut guru pertama".

tanpa harus berkata "hebat benar kebohonganmu itu!"

guru kedua boleh juga bertanya, "apakah pendapat guru mu yang pertama itu benar atau salah?"

maka si murid dapat menjawab, "saya tidak mengetahuinya dengan pasti. untuk memastikannya, silahkan guru kedua memeriksanya kembali!"

Itulah akibat sesumbar murid tersebut yang langsung menyatakan dirinya telah mencapai Jhana 1 sehingga guru kedua menanyakan dasarnya apa, Sdr Asep.

Jika sejak awal murid tersebut dengan rendah hati mengatakan, "saya tidak mengetahuinya dengan pasti. untuk memastikannya, silahkan guru kedua memeriksanya kembali!", maka hal itu adalah hal yang lebih bijak.

Thanks
GKBU

_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Choa

Quote from: Kang_Asep on 24 December 2011, 06:50:37 PM
guru yang bijak, tentu akan menyesuaikan diri dengan tingkat berpikir murid-muridnya. jika muridnya memang masih kelas SD, guru harus mengajar dengan pelajaran dan cara berpikir SD. dan ternyata itu tidak mudah.

tanyalah kepada para guru SD, merekapun senantiasa harus terus belajar, belajar dan terus belajar tentang bagaimana cara mengajar anak SD. seorang sarjana pun, ketika harus mengajar di SD dia harus belajar kembali sehingga memperoleh Akta IV. karena seorang ahli teknik mesin misalnya, belum tentu memiliki kterampilan mengajar. ilmu mengajar adalah disiplin ilmu tersendiri.

kesalahan fahaman yang sering terjadi di forum ini benar-benar mengherankan dan merupakan suatu misteri. Bagaimana "sesuatu seperti ini" kemudian mereka fahami sebagai "sesuatu seperti itu", bagamana sesuatu disimpulan dengan cara yang sulit dimengerti. seperti misalnya, ketika ada yang menyatakan bahwa buddha itu ada di mana-mana, kemudian disimpulkan "berarti ketika seseorang meminum minuman keras, berarti buddha itu bertambah pada dirinya". penonton menjadi terheran-heran, bagaimana cara dia membuat kesimpulan? tetapi, hal yang mengherankan tersebut, bukan sesuatu yang harus dipersalahkan, melainkan sesuatu yang harus dipelajari secara perlahan, kareana ada kemungkinan orang itu memiliki rumusan tersendiri dalam menyimpulkan sesuatu atau mungkin karena ketidak tahuannya dia menyimpulkan demikian. semua itu harus dapat difahami secara gamblang. ketika diketahui bahwa orang itu menyimpulkan tanpa suatu cara yang berstandar pada suatu hukum, itu berarti kesimpulan liar. dan kita dapat mengerti masalah yang sebenarnya, bahwa orang itu telah membuat kesimpulan tanpa "hukum". maka secara perlahan dan bertahap dapat kita memberi penjelasan, bagaimana cara membuat kesimpulan dengan benar.

mengenai hal ini, dan anak SD ini bukan tugas saya lagi menjadi guru (pengajar)
masih ada pelajaran dari gurunya (dhamma yang dibabarkan oleh Sammasambuddha Gotama)
biarkanlah menjadi tangung jawab masing-masing guru

btw, anda memang seharusnya berlaku demikian, itu memang jalanmu
tetapi tidak bagi saya karena bukan tugas saya.

wang ai lie

#655
Quote from: Kang_Asep on 24 December 2011, 06:57:24 PM
ini adalah salah satu contoh "misteri" itu. ketika yang menjadi "pokok bahasan" adalah "taraf berpikir", tapi kemudian pembahasan yang dilanjutkan malah tentang "jenis lulusan". sedangkan pada sebelumnya, "SD", "SMP", maupun "SMU" hanyalah perumpamaan atau contoh dari taraf berpikir. ini adalah teka-teki, mengapa orang bisa mempunyai cara berpikir seperti itu?

karena suhu choa membawa tentang daya berpikir seseorang dengan melihat title maka saya lanjutkan pembahasan ini dengan bertanya " apakah seseorang yg tidak mempunyai title tidak mungkin bisa berpikir jenius? atau menciptakan sesuatu yg tidak pernah dilakukan oleh seseorang yg ber title" begitu jg dalam mengenal dhamma, apakah seseorang baru mengerti dhamma setelah menjadi bhikku? mari kita tanyakan kepada YM suhu , mbah , om CHOA  ^-^

Quotemengenai hal ini, dan anak SD ini bukan tugas saya lagi menjadi guru (pengajar)
masih ada pelajaran dari gurunya (dhamma yang dibabarkan oleh Sammasambuddha Gotama)
biarkanlah menjadi tangung jawab masing-masing guru

btw, anda memang seharusnya berlaku demikian, itu memang jalanmu
tetapi tidak bagi saya karena bukan tugas saya.

wah berarti anda hanya mengajar arahat saja ya  =D> =D> =D> =D>
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

Kelana

Quote from: Choa on 24 December 2011, 06:38:41 PM
sudahlah abaikan saja (tetapi silahkan saja coba memberikan pengertian padanya)
saya lihat kamma baiknya belum cukup untuk memahami,

perumpamaan vulgar
seorang yang masih sekolah entah SD, SMP, SMA dan belum lulus

"tidak akan mengerti bahasan tentang teory Quantum"
yang dibahas oleh doktoral S3,

apapun yang anda katakan pikiranya tidak akan sampai (ini menurut saya)
kalau anda menilai lain, silahkan saja.
_/\_

Untuk ketiga kalinya Sdr. Choa, apakah anda mengakui kesalahan anda karena telah mengatakan "Buddha ada dimana-mana" ?

Bagaimana mungkin seseorang yang mengklaim menghasilkan seorang "arahat" tidak bisa menjawab pertanyaan sederhana dari seorang puthujjana?  Bagaimana mungkin seorang yang mengerti teori Quantum tapi tidak tahu bunga itu apa? Bagaimana mungkin seorang yang S3 tetapi tidak bisa menjawab pertayaan anak SD?

Jadi Sdr. Choa, apakah anda mengakui kesalahan anda karena telah mengatakan "Buddha ada dimana-mana" ?




GKBU

_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Kang_Asep

Quote from: Kelana on 24 December 2011, 07:16:15 PM
Untuk memastikan apakah sikapnya sejalan dengan klaiman atas dirinya, Sdr. Asep. Dengan demikian dapat dipastikan orang tersebut dapat dipercaya dan patut diikuti atau tidak apa yang akan ia sampaikan. Sebagai sampingan juga sebagai ajakan untuk bertanggung jawab dari apa yang seseorang perbuat.

baiklah!

Quote
Ya saya mengetahui kemunginkan itu Sdr. Asep. Namun hal itu memberikan dampak bahwa ia menyatakan sesuatu yang menjauhi Dhamma yaitu Buddha ada dimana-mana.

orang yang harus mengakui bersalah, adalah orang yang sudah tau bahwa dirinya bersalah. apakah kita tau, bahwa dia mengetahui dirinya bersalah?

bila seseorang bersalah, yang tidak mengetahui dirinya bersalah, tapi di desak untuk mengakui dirinya bersalah, tentu orang itu tidak akan mau, dan akan merasa dipaksa untuk membohongi dirinya sendiri. maka apalagi bila sebenarnya orang itu tidak bersalah.

Quote
Sdr. Asep, apakah zat yang memabukkan bertambah atau tidak dalam tubuh seseorang yang meminum minuman keras? Tentu saja bertambah. Oleh karena itu ada pemeriksaan urine bagi pengendara mobil yang ngebut dijalan untuk mengetahui ambang batas alkohol dalam diri pengemudi. Gula darah juga ada dalam tubuh manusia, namun saat anda terus mengkonsumsi makanan manis berlebih, maka kadar gula darah anda meningkat. Namun yang lebih penting bukanlah mengenai meningkat atau tidak tapi pernyataan Buddha ada dimana-mana dapat melegalkan minuman keras karena mengandung Buddha di dalamnya. Dan hal-hal lain yang telah saya sampaikan kepda Sdr. Choa.

Thanks

mari persoalan itu diuraikan secara bertahap.

Jika orang meminum-minuman keras, maka buddha bertambah pada dirinya.

kalimat tersebut sebenarnya terdiri dari dua proposisi, yaitu :

pertama : buddha bertambah pada diri orang
kedua : orang meminum-minuman keras.

dipermudah

orang itu adalah yang bertambah buddha pada dirinya
orang itu menimum-minuman keras

dihubungkan,


orang itu adalah yang bertambah buddha pada dirinya, karena orang itu meminum-minum keras. Jadi, setiap yang meminum-minuman keras itu bertambah budha pada dirinya.


minuman keras yang diminum itu menambah buddha pada diri seseorang. benar?

karena minum-minuman keras yang diminum itu adalah mengandung buddha. benar ?

pertanyaan  terakhir : apakah setiap yang mengandung buddha itu menambah buddha pada diri seseorang?

jawaban dari pertanyaan terakhir itulah yang merupakan premi tersembunyi. keberhasilan menemukan jawaban tersebut berarti keberhasilan menemukan nilai apakah kesimpulan tadi benar atau tidak. sedangkan kegagalan menemukan jawaban tersebut berarti kegagalan menemukan nilai pada kesimpulan.

Choa

Quote from: Choa on 24 December 2011, 09:53:01 AM
jawab isi siapa anda, lalu dapatkan hak menjawab

saya simplekan pertanyaanya

1 apakah anda mempraktekan meditasi
2 apakah anda sudah mencapai jhanna atau buah yang lebih tinggi (sebutkan)
3, apakah anda sudah ber trisarana
4, apakah anda mempraktekan dhamma
5, apakah anda sudah mencapai sotapana atau yang lebih tinggi


isi 5 pertanyaan ini, dan anda dapat hak bertanya saya akan menjawab semua
pertanyaan anda, bisa atau tidak.

ada yang mau bertanya?
silahkan isi

Indra

Quote from: Kang_Asep on 24 December 2011, 07:28:38 PM
baiklah!

orang yang harus mengakui bersalah, adalah orang yang sudah tau bahwa dirinya bersalah. apakah kita tau, bahwa dia mengetahui dirinya bersalah?

bila seseorang bersalah, yang tidak mengetahui dirinya bersalah, tapi di desak untuk mengakui dirinya bersalah, tentu orang itu tidak akan mau, dan akan merasa dipaksa untuk membohongi dirinya sendiri. maka apalagi bila sebenarnya orang itu tidak bersalah.

mari persoalan itu diuraikan secara bertahap.

Jika orang meminum-minuman keras, maka buddha bertambah pada dirinya.

kalimat tersebut sebenarnya terdiri dari dua proposisi, yaitu :

pertama : buddha bertambah pada diri orang
kedua : orang meminum-minuman keras.

dipermudah

orang itu adalah yang bertambah buddha pada dirinya
orang itu menimum-minuman keras

dihubungkan,


orang itu adalah yang bertambah buddha pada dirinya, karena orang itu meminum-minum keras. Jadi, setiap yang meminum-minuman keras itu bertambah budha pada dirinya.


minuman keras yang diminum itu menambah buddha pada diri seseorang. benar?

karena minum-minuman keras yang diminum itu adalah mengandung buddha. benar ?

pertanyaan  terakhir : apakah setiap yang mengandung buddha itu menambah buddha pada diri seseorang?

jawaban dari pertanyaan terakhir itulah yang merupakan premi tersembunyi. keberhasilan menemukan jawaban tersebut berarti keberhasilan menemukan nilai apakah kesimpulan tadi benar atau tidak. sedangkan kegagalan menemukan jawaban tersebut berarti kegagalan menemukan nilai pada kesimpulan.

disederhanakan saja menjadi seperti ini. anggaplah seseorang tersusun dari 70kg Buddha. jika orang itu meminum 1 gram Buddha. berapakah berat akhir orang itu?