Kriteria Guru yang Baik dan Buruk (Master Shengyen)

Started by sobat-dharma, 12 November 2011, 01:30:41 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

GandalfTheElder

Wakakaka.... bagi agama K, mr. Y adalah THE BEST, bagi agama I, mr. M adalah THE BEST dan bagi agama Buddha, Shakyamuni adalah THE BEST. Tapi alasan mengapa mereka THE BEST inilah yang harus tepat. Kalau saya sih, saya mengatakan Buddha Gautama adalah THE BEST karena ajaran Dharma beliau banyak yang bsia dibuktikan dalam berbagai bidang kehidupan, dan Dharma yang disebutkan dibabarkan oleh beliau mengubah hidup saya ketika saya aplikasikan, mengubah hidup orang-orang yang ada di dekat saya, merubah pola pandang saya (welas asih, kelogisan, dsb), semuanya ke arah yang lebih baik.

Itulah mengapa saya menganggap Buddha sebagai THE BEST bagi diriku, tapi bukan berarti bagi orang lain. Mereka punya kecenderungan karma sendiri untuk menganggap guru lain sebagai THE BEST-nya mereka.

Kalau THE BEST alasannya hanya karena Buddha tertera di Tripitaka, hanya karena di Tripitaka tertulis ada Arhat dsb lantas percaya maka "THE BEST" ini sangat prematur. Siapapun juga bisa mengklaim seperti itu. Orang K bisa bilang eh guru gua THE BEST soalnya ngajarin ini itu, dan sering sekali saya jumpai demikian..... dan... saya akan selalu mengatakan: " leh di agama gua ya ada juga yg kaya guru lo ajarin". Nah lho? Sapa yang THE BEST?

Masalah Buddha benar-benar membabarkan Dharma atau tidak, dan apakah Beliau benar-benar atau tidak, semuanya dapat melihat penemuan para sejarawan bahwa memang kok Buddha BENAR-BENAR ada. Yang ngmg Buddha tokoh fiksi itu bener-bener orang aneh. Beliau nyata bukan khayalan. Lagian saya ya EMOH kalau Buddha seandainya para sejarawan bilang kalau beliau itu tokoh fiksi (mislanya saya kan gak mungkin mengikut agama yang katanya didirikan DORAEMON atau SINCHAN - tokoh fiksi), tapi nyatanya beliau adalah tokoh historikal.

Klaim THE BEST adalah ketika seseorang benar-benar berlindung pada kualitas Buddha Dharma dan Sangha, dan mampu menerapkan kelogisan, kebijaksanaan dan kewelasasihan pada masyarakat. Ini adalah dasar yang paten untuk mengatakan agama A. B, C adalah THE BEST. Berlindung seperti ini bukan berlindung pada Buddha secara sosok "person", tetapi berlindung pada potensi Buddha secara yang  di dalam diri, yang kualitas-kualitasnya atau "personality" disebutkan dalam Buddhanusmrti, dsb yang akhirnya berujung pada aplikasi nyata dari ajaran Sang Buddha.

Jadi sih ya saya cenderung setuju dengan bro. morph karena dari awal sampai akhir yang dibicarakan benernya maunya sama, cuma bahasanya kaga nyambung...hahaha

Yang pasti kita tidak boleh terlalu melekat dengan namanya history (sejarah) sepihak yang sampai sekarang kaga bisa dibuktikan. Misal apakah Sutra Mahayana ataukah Kanon Pali yang bohong. Na ini gak akan ada yang bisa buktikan semuanya hanya hipotesis. Mislanya deh dari kacamata orang Mahasanghika fanatik, kanon Pali itu isinya pada BOHONG, dengan seenak udel mengurang-ngurangi sabda Sang Buddha. Dari kacamata orang Theravada fanatik, isi kitab Mahasanghika itu juga BOHONG karena nambah-nambahi sabda Buddha. Tapi mereka yang sadar, tahu bahwa semuanya itu tidak ada bukti yang jelas, meyakini Buddha Dharma karena aplikasinya dalam kehidupan NYATA, baik dalam pandangan maupun perilaku, tidak peduli pandangan aliran apa.

_/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

ryu

Quote from: GandalfTheElder on 19 November 2011, 08:42:54 AM
Wakakaka.... bagi agama K, mr. Y adalah THE BEST, bagi agama I, mr. M adalah THE BEST dan bagi agama Buddha, Shakyamuni adalah THE BEST. Tapi alasan mengapa mereka THE BEST inilah yang harus tepat. Kalau saya sih, saya mengatakan Buddha Gautama adalah THE BEST karena ajaran Dharma beliau banyak yang bsia dibuktikan dalam berbagai bidang kehidupan, dan Dharma yang disebutkan dibabarkan oleh beliau mengubah hidup saya ketika saya aplikasikan, mengubah hidup orang-orang yang ada di dekat saya, merubah pola pandang saya (welas asih, kelogisan, dsb), semuanya ke arah yang lebih baik.

Itulah mengapa saya menganggap Buddha sebagai THE BEST bagi diriku, tapi bukan berarti bagi orang lain. Mereka punya kecenderungan karma sendiri untuk menganggap guru lain sebagai THE BEST-nya mereka.
ya pastinya masing2 mempunyai alasan sendiri, bahkan ada orang yang tidak memilih semua guru tapi bisa juga kelakuannya lebih baik dari yang mempunyai guru diatas.

QuoteKalau THE BEST alasannya hanya karena Buddha tertera di Tripitaka, hanya karena di Tripitaka tertulis ada Arhat dsb lantas percaya maka "THE BEST" ini sangat prematur. Siapapun juga bisa mengklaim seperti itu. Orang K bisa bilang eh guru gua THE BEST soalnya ngajarin ini itu, dan sering sekali saya jumpai demikian..... dan... saya akan selalu mengatakan: " leh di agama gua ya ada juga yg kaya guru lo ajarin". Nah lho? Sapa yang THE BEST?
betul

QuoteMasalah Buddha benar-benar membabarkan Dharma atau tidak, dan apakah Beliau benar-benar atau tidak, semuanya dapat melihat penemuan para sejarawan bahwa memang kok Buddha BENAR-BENAR ada. Yang ngmg Buddha tokoh fiksi itu bener-bener orang aneh. Beliau nyata bukan khayalan. Lagian saya ya EMOH kalau Buddha seandainya para sejarawan bilang kalau beliau itu tokoh fiksi (mislanya saya kan gak mungkin mengikut agama yang katanya didirikan DORAEMON atau SINCHAN - tokoh fiksi), tapi nyatanya beliau adalah tokoh historikal.
yang jadi masalah dalam perbincangan disini fiksi atau tidak tokoh buda ini tetap akan menjalankan budadarma.

QuoteKlaim THE BEST adalah ketika seseorang benar-benar berlindung pada kualitas Buddha Dharma dan Sangha, dan mampu menerapkan kelogisan, kebijaksanaan dan kewelasasihan pada masyarakat. Ini adalah dasar yang paten untuk mengatakan agama A. B, C adalah THE BEST. Berlindung seperti ini bukan berlindung pada Buddha secara sosok "person", tetapi berlindung pada potensi Buddha secara yang  di dalam diri, yang kualitas-kualitasnya atau "personality" disebutkan dalam Buddhanusmrti, dsb yang akhirnya berujung pada aplikasi nyata dari ajaran Sang Buddha.
makna berlindung dalam pandangan saya adalah melihat ada kualitas seorang guru yang benar2 melakukan apa yang dikatakan, berhasil dalam apa yang di katakan, benar2 apa yang dikatakan. kalau semisalnya tokoh itu khayalan rasanya sudah lain persoalan.

QuoteJadi sih ya saya cenderung setuju dengan bro. morph karena dari awal sampai akhir yang dibicarakan benernya maunya sama, cuma bahasanya kaga nyambung...hahaha

Yang pasti kita tidak boleh terlalu melekat dengan namanya history (sejarah) sepihak yang sampai sekarang kaga bisa dibuktikan. Misal apakah Sutra Mahayana ataukah Kanon Pali yang bohong. Na ini gak akan ada yang bisa buktikan semuanya hanya hipotesis. Mislanya deh dari kacamata orang Mahasanghika fanatik, kanon Pali itu isinya pada BOHONG, dengan seenak udel mengurang-ngurangi sabda Sang Buddha. Dari kacamata orang Theravada fanatik, isi kitab Mahasanghika itu juga BOHONG karena nambah-nambahi sabda Buddha. Tapi mereka yang sadar, tahu bahwa semuanya itu tidak ada bukti yang jelas, meyakini Buddha Dharma karena aplikasinya dalam kehidupan NYATA, baik dalam pandangan maupun perilaku, tidak peduli pandangan aliran apa.
jadi artinya sejarah budis tidak bisa dibuktikan kebenarannya?
Quote_/\_
The Siddha Wanderer
_/\_
Ryu the Great
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

dilbert

Quote from: GandalfTheElder on 19 November 2011, 08:42:54 AM
Wakakaka.... bagi agama K, mr. Y adalah THE BEST, bagi agama I, mr. M adalah THE BEST dan bagi agama Buddha, Shakyamuni adalah THE BEST. Tapi alasan mengapa mereka THE BEST inilah yang harus tepat. Kalau saya sih, saya mengatakan Buddha Gautama adalah THE BEST karena ajaran Dharma beliau banyak yang bsia dibuktikan dalam berbagai bidang kehidupan, dan Dharma yang disebutkan dibabarkan oleh beliau mengubah hidup saya ketika saya aplikasikan, mengubah hidup orang-orang yang ada di dekat saya, merubah pola pandang saya (welas asih, kelogisan, dsb), semuanya ke arah yang lebih baik.

Itulah mengapa saya menganggap Buddha sebagai THE BEST bagi diriku, tapi bukan berarti bagi orang lain. Mereka punya kecenderungan karma sendiri untuk menganggap guru lain sebagai THE BEST-nya mereka.

Kalau THE BEST alasannya hanya karena Buddha tertera di Tripitaka, hanya karena di Tripitaka tertulis ada Arhat dsb lantas percaya maka "THE BEST" ini sangat prematur. Siapapun juga bisa mengklaim seperti itu. Orang K bisa bilang eh guru gua THE BEST soalnya ngajarin ini itu, dan sering sekali saya jumpai demikian..... dan... saya akan selalu mengatakan: " leh di agama gua ya ada juga yg kaya guru lo ajarin". Nah lho? Sapa yang THE BEST?

Masalah Buddha benar-benar membabarkan Dharma atau tidak, dan apakah Beliau benar-benar atau tidak, semuanya dapat melihat penemuan para sejarawan bahwa memang kok Buddha BENAR-BENAR ada. Yang ngmg Buddha tokoh fiksi itu bener-bener orang aneh. Beliau nyata bukan khayalan. Lagian saya ya EMOH kalau Buddha seandainya para sejarawan bilang kalau beliau itu tokoh fiksi (mislanya saya kan gak mungkin mengikut agama yang katanya didirikan DORAEMON atau SINCHAN - tokoh fiksi), tapi nyatanya beliau adalah tokoh historikal.

Klaim THE BEST adalah ketika seseorang benar-benar berlindung pada kualitas Buddha Dharma dan Sangha, dan mampu menerapkan kelogisan, kebijaksanaan dan kewelasasihan pada masyarakat. Ini adalah dasar yang paten untuk mengatakan agama A. B, C adalah THE BEST. Berlindung seperti ini bukan berlindung pada Buddha secara sosok "person", tetapi berlindung pada potensi Buddha secara yang  di dalam diri, yang kualitas-kualitasnya atau "personality" disebutkan dalam Buddhanusmrti, dsb yang akhirnya berujung pada aplikasi nyata dari ajaran Sang Buddha.

Jadi sih ya saya cenderung setuju dengan bro. morph karena dari awal sampai akhir yang dibicarakan benernya maunya sama, cuma bahasanya kaga nyambung...hahaha

Yang pasti kita tidak boleh terlalu melekat dengan namanya history (sejarah) sepihak yang sampai sekarang kaga bisa dibuktikan. Misal apakah Sutra Mahayana ataukah Kanon Pali yang bohong. Na ini gak akan ada yang bisa buktikan semuanya hanya hipotesis. Mislanya deh dari kacamata orang Mahasanghika fanatik, kanon Pali itu isinya pada BOHONG, dengan seenak udel mengurang-ngurangi sabda Sang Buddha. Dari kacamata orang Theravada fanatik, isi kitab Mahasanghika itu juga BOHONG karena nambah-nambahi sabda Buddha. Tapi mereka yang sadar, tahu bahwa semuanya itu tidak ada bukti yang jelas, meyakini Buddha Dharma karena aplikasinya dalam kehidupan NYATA, baik dalam pandangan maupun perilaku, tidak peduli pandangan aliran apa.

_/\_
The Siddha Wanderer

Buddha Sakyamuni (Gautama) berdasarkan penemuan arkeologi adalah nyata pernah hidup... Buddha-buddha lain ?
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

sobat-dharma

Quote from: Indra on 18 November 2011, 03:44:34 PM
thanks atas konfirmasinya,

coba perhatikan kutipan berikut ini
bahkan tanpa adanya Buddha pun ketiga hukum itu (Anicca, Dukkha, Anatta) tetap berlaku, jadi darimana datangnya pemahaman anda bahwa tanpa pengetahuan itu maka tidak ada Anicca, Dukkha, Anatta?

Rasanya ada salah paham. Maksudku Tidak adalah bukan "tidak ada." Tapi "tidak demikian": alias Tilakkhana tetap ada, tapi "pengetahuan tentang Tilakkhana yang tidak ada kalau Buddha tidak ada." Kalau tidak ada Buddha yang memperkenalkan pengetahuan tentang pengetahuan Tilakkhana, maka meski secara objektif ada, tapi tidak dikenal kta sebagai manusia. Mohon pahami dulu maksud kata-kata ku, sebelum memaksakan pemahaman bro Indra ke dalamnya.
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

sobat-dharma

Quote from: Indra on 18 November 2011, 03:51:04 PM
nah ini hal yg baru anda ungkapkan sekarang, setelah sejak kemarin2 saya mempertanyakan makna "berlindung kepada Buddha" yg anda jawab dengan gaya bahasa berputar.

Dari kemarin saya sudah mengatakan demikian
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

GandalfTheElder

Quoteya pastinya masing2 mempunyai alasan sendiri, bahkan ada orang yang tidak memilih semua guru tapi bisa juga kelakuannya lebih baik dari yang mempunyai guru diatas.

Betul.

Quoteyang jadi masalah dalam perbincangan disini fiksi atau tidak tokoh buda ini tetap akan menjalankan budadarma.

Saya tidak mampu mengerti kalimat anda ini. Maksudnya apa? Buda menjalankan budadarma? Ha?

Quotemakna berlindung dalam pandangan saya adalah melihat ada kualitas seorang guru yang benar2 melakukan apa yang dikatakan, berhasil dalam apa yang di katakan, benar2 apa yang dikatakan. kalau semisalnya tokoh itu khayalan rasanya sudah lain persoalan.

Ya betul.

Quotejadi artinya sejarah budis tidak bisa dibuktikan kebenarannya?

Bisa. Tapi sulit untuk membuktikan bahwa memang bener-bener sesungguhnya tepat seperti itu tanpa kesalahan sedikit pun 100% benar. Karena media komunikasi zaman dulu tidak secanggih sekarang.

_/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

adi lim

#141
[spoiler]
Quote from: GandalfTheElder on 19 November 2011, 08:42:54 AM
Wakakaka.... bagi agama K, mr. Y adalah THE BEST, bagi agama I, mr. M adalah THE BEST dan bagi agama Buddha, Shakyamuni adalah THE BEST. Tapi alasan mengapa mereka THE BEST inilah yang harus tepat. Kalau saya sih, saya mengatakan Buddha Gautama adalah THE BEST karena ajaran Dharma beliau banyak yang bsia dibuktikan dalam berbagai bidang kehidupan, dan Dharma yang disebutkan dibabarkan oleh beliau mengubah hidup saya ketika saya aplikasikan, mengubah hidup orang-orang yang ada di dekat saya, merubah pola pandang saya (welas asih, kelogisan, dsb), semuanya ke arah yang lebih baik.

Itulah mengapa saya menganggap Buddha sebagai THE BEST bagi diriku, tapi bukan berarti bagi orang lain. Mereka punya kecenderungan karma sendiri untuk menganggap guru lain sebagai THE BEST-nya mereka.

Kalau THE BEST alasannya hanya karena Buddha tertera di Tripitaka, hanya karena di Tripitaka tertulis ada Arhat dsb lantas percaya maka "THE BEST" ini sangat prematur. Siapapun juga bisa mengklaim seperti itu. Orang K bisa bilang eh guru gua THE BEST soalnya ngajarin ini itu, dan sering sekali saya jumpai demikian..... dan... saya akan selalu mengatakan: " leh di agama gua ya ada juga yg kaya guru lo ajarin". Nah lho? Sapa yang THE BEST?

Masalah Buddha benar-benar membabarkan Dharma atau tidak, dan apakah Beliau benar-benar atau tidak, semuanya dapat melihat penemuan para sejarawan bahwa memang kok Buddha BENAR-BENAR ada. Yang ngmg Buddha tokoh fiksi itu bener-bener orang aneh. Beliau nyata bukan khayalan. Lagian saya ya EMOH kalau Buddha seandainya para sejarawan bilang kalau beliau itu tokoh fiksi (mislanya saya kan gak mungkin mengikut agama yang katanya didirikan DORAEMON atau SINCHAN - tokoh fiksi), tapi nyatanya beliau adalah tokoh historikal.

Klaim THE BEST adalah ketika seseorang benar-benar berlindung pada kualitas Buddha Dharma dan Sangha, dan mampu menerapkan kelogisan, kebijaksanaan dan kewelasasihan pada masyarakat. Ini adalah dasar yang paten untuk mengatakan agama A. B, C adalah THE BEST. Berlindung seperti ini bukan berlindung pada Buddha secara sosok "person", tetapi berlindung pada potensi Buddha secara yang  di dalam diri, yang kualitas-kualitasnya atau "personality" disebutkan dalam Buddhanusmrti, dsb yang akhirnya berujung pada aplikasi nyata dari ajaran Sang Buddha.

Jadi sih ya saya cenderung setuju dengan bro. morph karena dari awal sampai akhir yang dibicarakan benernya maunya sama, cuma bahasanya kaga nyambung...hahaha

Yang pasti kita tidak boleh terlalu melekat dengan namanya history (sejarah) sepihak yang sampai sekarang kaga bisa dibuktikan. Misal apakah Sutra Mahayana ataukah Kanon Pali yang bohong. Na ini gak akan ada yang bisa buktikan semuanya hanya hipotesis. Mislanya deh dari kacamata orang Mahasanghika fanatik, kanon Pali itu isinya pada BOHONG, dengan seenak udel mengurang-ngurangi sabda Sang Buddha. Dari kacamata orang Theravada fanatik, isi kitab Mahasanghika itu juga BOHONG karena nambah-nambahi sabda Buddha. Tapi mereka yang sadar, tahu bahwa semuanya itu tidak ada bukti yang jelas, meyakini Buddha Dharma karena aplikasinya dalam kehidupan NYATA, baik dalam pandangan maupun perilaku, tidak peduli pandangan aliran apa.

_/\_
The Siddha Wanderer
[/spoiler]

kita tidak membahas agama tetangga, tidak usah banyak teori yang panjang ............... !
dari dulu teori anda memang banyak.

karena TS membuat topik berhubungan dengan kriteria guru yang terbaik dan yang bicara juga Biksu, apakah seorang Biksu bukan praktek ajaran Buddha ?

Makanya saya mengatakan Buddha Gotama The Best Teacher, dan sampai sekarang, saya ulangi lagi memang kenyataan sampai sekarang Buddha Gotama The Best Teacher.

Apakah anda meragukan Buddha Gotama The Best Teacher ?

Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

adi lim

Quote from: sobat-dharma on 19 November 2011, 12:38:06 PM
Rasanya ada salah paham. Maksudku Tidak adalah bukan "tidak ada." Tapi "tidak demikian": alias Tilakkhana tetap ada, tapi "pengetahuan tentang Tilakkhana yang tidak ada kalau Buddha tidak ada." Kalau tidak ada Buddha yang memperkenalkan pengetahuan tentang pengetahuan Tilakkhana, maka meski secara objektif ada, tapi tidak dikenal kta sebagai manusia. Mohon pahami dulu maksud kata-kata ku, sebelum memaksakan pemahaman bro Indra ke dalamnya.

memang berkelit itu gampang
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

sobat-dharma

Quote from: ryu on 18 November 2011, 04:06:56 PM
dan acuan sila samadhi prajna nya dari mana? secara kalau doktrinnya bohong, sesuai dengan sila tidak berbohong tidak?
Sila, samadhi dan prajna berangkat dari praktik. Bukan soal doktrin.

Quote from: ryu on 18 November 2011, 04:06:56 PM
jadi pesan untuk menyebarkan sutra berbohong merupakan selaras dengan budadarma gitu ya?
Yang saya maksudkan pesan untuk "bersyukur dan berterimakasih secara tulus pada orang tua" adalah selaras dengan Buddhadharma. Kalau menyebarkan "sutra palsu", apakah perbuatan itu selara pada Buddhadharma atau tidak, maka perhatikan dulu pesan dari sutra yang disebarkan. Jangan hanya dilihat dari palsu atau tidaknya. Bahkan booklet, artikel, buku yang ditulis seseorang di masa sekarang saja, yang jelas-jelas bukan berasal dari zaman Sang Buddha, atau ajaran dari kitab suci agama lain, sebagian bisa bisa dinilai sebagai selaras dengan Buddhadharma, mengapa sebuat teks yang yang dianggap "sutra" (mesti diragukan nilai kesejarahannya) tidak bisa selaras dengan Buddhadharma?  Nilai palsu atau tidaknya suatu teks adalah soal nilai historitas yang seharusnya jadi urusan para pengkaji teks kuno dan sejarahwan, bukan urusan praktisi Buddhdharma.

Quote from: ryu on 18 November 2011, 04:06:56 PM
ya setidaknya tetap harus di runut dari atasnya juga, kalau dari pertama gurunya sudah menceritakan kebohongan maka kebawahnya pun akan menceritakan kebohongan juga.
Sila tidak berbohong menjadi tidak ada artinya.

Maskudmu Master Sheng-yen berbohong? yang mana?

Quote from: ryu on 18 November 2011, 04:06:56 PM
apa dalam budadarma ada term & condition, mana nyata mana tidak nyata?
Term&Conditionnya adalah praktik yang selaras dengan sila, samadhi dan prajna.

Quote from: ryu on 18 November 2011, 04:06:56 PM
ketika suatu umat "percaya" ini buda, ini nibbana, ini surga, ini ajaran buda, ini ajaran sesat, ini ajaran benar sejauh mana sila samadi prajna berlaku, secara sila samadi prajna itu sendiri dari ajaran itu sendiri, bagaimana cara pengujian budadarmanya
sila, samadhi, prajna bukan soal "ajaran" (kalau yang kaumaksud adalah "doktrin"). Semuanya hanya soal praktik dan realitas.
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

GandalfTheElder

QuoteApakah anda meragukan Buddha Gotama The Best Teacher ?

Tidak.

_/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

sobat-dharma

Quote from: adi lim on 19 November 2011, 12:52:26 PM
memang berkelit itu gampang

cap demikian "berkelit", "tidak sanggup", "ambigu", dan segudang lagi tampaknya terus melengkapi gelar untuk saya di dalam diskusi ini. Terimakasih atas segudang label2 tersebut. Meski demikian, daripada menganugeahi saya dengan label2, bukankah lebih baik membaca posting saya lebih hati2 agar menghindari salah paham :)
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

adi lim

Quote from: sobat-dharma on 19 November 2011, 12:52:48 PM
Maskudmu Master Sheng-yen berbohong? yang mana?

setelah saya baca, sepertinya bro ryu tidak mengatakan master Sheng-yen berbohong ! ???
dan hanya mas sobat yang memulai nama 'master Sheng-yen'. :)
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

adi lim

#147
Quote from: GandalfTheElder on 19 November 2011, 12:54:45 PM
Tidak.

_/\_
The Siddha Wanderer

inilah jawaban yang baik, ya atau tidak
ada beberapa orang kalau ditanya !, jawabannya suka berputar dengan segudang teori, jawaban apa juga tidak jelas.
_/\_
GRP sent
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

sobat-dharma

Quote from: adi lim on 19 November 2011, 12:55:54 PM
setelah saya baca, sepertinya bro ryu tidak mengatakan master Sheng-yen berbohong ! ???
dan hanya mas sobat yang memulai nama 'master Sheng-yen'. :)

Kalau gitu, 'guru' yang dimaksud guru yang mana? Sebaiknya Bro Ryu saja yang menjawab.
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

sobat-dharma

#149
Quote from: adi lim on 19 November 2011, 12:59:07 PM
inilah jawaban yang baik, ya atau tidak
ada beberapa orang kalau ditanya !, jawabannya suka berputar dengan segudang teori, jawaban apa juga tidak jelas.
_/\_
GRP sent

Kalau gitu, yang kamu maksudkan pasti bukan saya, karena saya tidak bicara teori, melainkan cuma praktik, praktik dan praktik :))  :))  :))
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek