Duh, repot bener jadi orang Buddhis..

Started by Wirajhana, 07 August 2011, 07:12:21 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

aipiman

setuju dengan TS. Memang repot menjadi buddhist (yang sejati). Itulah ajaran Buddha, ada jalan lain yang gampang, tinggal beriman pada Yesus misalnya, dijamin selamat. Tapi IMHO, di perjalanan hidup, jika mereka jujur dan pikirannya mau sedikit terbuka, akan banyak pertanyaan dan keraguan dalam hidup yang tidak sejalan dengan kitab suci, yang membuat mereka harus memilih:

1. hapus pertanyaan dan keraguan dengan iman, iman ini harus diasah terus, tidak beriman berarti dosa.
2. tafsirkan kitab suci agar selaras sehingga pertanyaan dan keraguan sirna. resikonya mereka akan terus mencari penafsiran yang sesuai saat ada pertanyaan/keraguan, dan cenderung hanya melihat apa yang ingin mereka lihat.

pendek kata, mereka berTuhan tetapi selalu diHANTUI dengan pertanyaan dan keraguan sampai mungkin akal sehat dan nuraninya tumpul.

beda dengan buddhist, mereka tidak berTuhan tetapi juga tidak takut HANTU yang bernama pertanyaan dan keraguan, malah dicari-cari terus hahaha

_/\_

Indra

beriman kepada tuhan pun jaminannya hanya sebatas iman juga, tidak ada yg bisa membuktikan

Mas Tidar

#17
Quote from: Indra on 07 August 2011, 10:08:37 PM
seorang sotapanna akan terlahir kembali dalam kondisi yg mendukungnya untuk melanjutkan latihannya.

karena seorang sotapanna sudah memiliki kualitas yg salah satunya adalah "keyakinan yg tidak tergoyahkan pada Sang Tiratana" maka ia tidak mungkin terlahir kembali sbg seorang yg tidak berlindung pada Tiratana.

apa yang dimaksud dengan "Kondisi yg mendukung" unt melanjutkan latihannya ?
apakah "salah dua atau salah lainnya" selain keyakinan yang tidak tergoyahkan pada Ti Ratana ?
Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha

Indra

#18
Quote from: Mas Tidar on 07 August 2011, 11:41:36 PM
:P
apa yang dimaksud dengan "Kondisi yg mendukung" unt melanjutkan latihannya ?
apakah "salah dua atau salah lainnya" selain keyakinan yang tidak tergoyahkan pada Ti Ratana ?

"kondisi yg mendukung" adalah misalnya ia tidak terlahir di alam yg tidak mungkin baginya untuk berlatih dhamma, misalnya di alam sengsara, atau jika terlahir di alam manusia, ia tidak terlahir di lingkungan yg tidak mengenal Dhamma.

sotapanna telah menghancurkan 3 dari 10 belenggu yaitu: 1. sakkaya-ditthi (pandangan salah tentang atta), 2. vicikiccha (keragu2an terhadap Tiratana). 3 Silabbataparamasa (kepercayaan bahwa upacara/ritual dapat membebaskan).

kualitas2 yg dimiliki oleh Sotapanna adalah:
1. Telah menghancurkan 3 belenggu di atas.
2. memiliki keyakinan yg tidak tergoyahkan pada Sang Tiratana.
3. Memiliki moralitas yg disenangi oleh para mulia.
4. Tidak mungkin melakukan 6 kejahatan berat (membunuh ibu, membunuh ayah, membunuh Arahat, melukai Buddha, memecah belah Sangha, dan memilih guru lain selain Sang Buddha sebagai guru agung).
5. terlahir kembali maks. 7 kali lagi

adi lim

Quote from: Wirajhana on 07 August 2011, 07:12:21 PM
Minggu ini 2x gw mendapatkan kalimat, "KEBAIKAN aja BELUM CUKUP!"..trus malam ini ada tambahan lagi kalimat, "MENJADI Buddhis aja BELUM TENTU terjamin dapat terlahir di alam baik"...Duh, repot bener jadi orang Buddhis..padahal kalo di ajaran lain..cukup dengan jadi anggota ajarannya aja..udah deh dijamin selamet..

Kebenarannya : lebih repot lagi kalau bukan Buddhis  ;D

Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Wirajhana

Quote from: adi lim on 08 August 2011, 06:05:56 AM
Kebenarannya : lebih repot lagi kalau bukan Buddhis  ;D

Jika seorang Sidhartha Gautama saja SUDAH MENGETAHUI bahkan ketika BELUM TERCERAHKAN bahwa ajaran-ajaran lain tidak memberikan KESELAMATAN...dan itu termasuk ajaran2 yang mengajarkan MEDITASI hingga memperoleh Jhana ke-8 sekalipun..Padahal ajaran tsb jelas-jelas BUKAN ajaran yang MUDAH dicapai oleh SEMBARANG orang [yang justru BELIAU telah capai disebelum pencerahan]..itu masih dinilai belum cukup..

maka Beliau jelas tau dan mengerti bahwa keselamatan bukan persoalan mudah dan sembarangan

So, seharusnya mereka2 yang mendirikan, mempelajari, mengembangkan pemikiran lain setelah sang BUDDHA ada...semakin kebayang banget kan kualitas ajarannya dan juga lingkaran samsara yang akan mereka lalui, bukan?!

Beliau pun setelah mencapai pencerahan, KONSISTEN selama 45 tahun mengajarkan hal2 yang dapat menjamin keselamatan..dan memberikan warisan di pesan terakhir agar tetap berpatokan pada DHAMMA dan VINAYA...

dutiyampi:
maka seharusnya mereka2 yang mendirikan, mempelajari, mengembangkan pemikiran lain setelah sang BUDDHA ada...semakin kebayang banget kan kualitas ajarannya dan juga lingkaran samsara yang akan mereka lalui, bukan?!

Bukan jumlah orang yg dipentingkan oleh beliau namun KESIAPAN dari mereka yang menerima..sehingga JELAS SEKALI beliau ngga mo buang2 waktu terutama bagi mereka yg emang tidak siap...namun beliau TIDAK SAYANG untuk menempuh perjalanan jauh, panjang dan melelahkan walaupun hanya untuk 1 orang di belahan lain yang siap menerima!

Maha dan Cula kammavibhangga telah merekam dengan tegas apa pendapat yang dibenarkan/tidak serta beberapa contoh..

Dan...hanya jika telah mencapai tingkat kesucian ke-1 baru dapat dikategorikan SELAMAT!

Untuk itu beliau telah menekankan perlunya menghancurkan Sakya dithi, keragu-raguan [vicikicccha] dan silabataparamasa...agar bener2 selamat

dstnya...ya emang ngga mudah, sih..

Wirajhana

Quote from: Mas Tidar on 07 August 2011, 09:55:01 PM
makasih om, jawabannya, sangat meyakinkan !!!

teringat sebuah pertanyaan sendiri, apakah seorang ariya sotapana saat kelahirannya y.a.d akan langsung tetap sotapana?
bagaimana jika kelahiran y.a.d 'Dia' bukan berlindung pada Ti Ratana ?

Jawaban Indra emang menyakinkan:

Quote from: Indra on 07 August 2011, 10:08:37 PM
seorang sotapanna akan terlahir kembali dalam kondisi yg mendukungnya untuk melanjutkan latihannya.

karena seorang sotapanna sudah memiliki kualitas yg salah satunya adalah "keyakinan yg tidak tergoyahkan pada Sang Tiratana" maka ia tidak mungkin terlahir kembali sbg seorang yg tidak berlindung pada Tiratana.

menurut saya, pokok itu terjadi justru karena sebab-sebab yang alami. Hancurnya belenggu pertama menyebabkan hancur pula belenggu ke-3 sehingga pilihan yg tersedia untuk seorang sottapanna berlindung semakin sedikit.

kondisi kelahiran berikutnya dari sang sotapanna ini membuatnya akan mengetahui hubungan kamma dan kelahiran kembali sehingga tidak akan menjadikan mereka atheis. Kondisi ini secara natural menyebabkan ia hanya tertarik pada dua ajaran saja yaitu jainism atau Buddhism. Pengetahuan akan meditasi, kamma dan kelahiran kembali akan menuntunya berlindung pada Tiratana.

Hancurnya sakkaya dithi menyebabkan ia mengetahui bahwa kepemilikan adalah sesuatu yg relatif maka ia tidak akan mudah kemarahan, irihati, sombong dan dengki.

Ia secara mudah akan mencoba mengendalikan nafsu indria dan menghancurkan benci, dendam dan dengki. yang akan menuntun dia pada tangga kesucian tingkat ke-2

jadi jalan itu akan terbuka karena kondisi-kondisinya terjadi karena ia adalah SOTAPANNA.

Mas Tidar

br aja ingat tentang 'Ariya Khanda Sila',
seorang ariya (minimal sotapana) yang terlahir kembali dialam manapun tidak akan break precept (melanggar sila), 5 sila dasar.

bagi yang mengetahui mohon konfirmasi ttg 'Ariya Khanda Sila' karena kami tidak mengerti tulisan yang tepat dan belum pernah menemukanreferensi-nya.
Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha

Mr.Jhonz

Quote from: Wirajhana on 07 August 2011, 08:57:10 PM
Pointnya adalah:
berdana aja belum cukup...melakukan moralitas aja belum cukup..[sebelumbaca maha/cula kammavibahngga gw jadi mikir..melatih vipassana aja..belum cukup..dan menjadi Bhikku aja belum cukup]..

lo mo berdana tiap hari sama sangha..kek...lo mo melatih varitta sila [sila ke-1,2, 4, 5] kek   melatih carita sila kek [sila ke-3]..tetep belum cukup...lo melatih vipassana kek..tetep belum cukup..lo bahkan jadi bhikkupun...belum cukup...karena saat kematian..yg mempengaruhi lo sangat komplek....ya, lo boleh2 aja latihan dana, sila dan meditasi..emang menjaga "pikiran" lo..tapi resiko kecemplung tetep aja tinggi...even lo dah ke alam surga..belum tentu lo meneruskan latian..potensi kecemplung ke alam apaya juga tinggi!

makin gw ngerti kenapa sang Buddha, sewaktu berguru pada Alara Kalama dan Uddaka Ramaputta...masih menganggap itu BELUM CUKUP BAIK!....gila man...nyampe JHANA 8 aja belum cukup baik...
kira2 di alam neraka seorang yogi bisa men-implementasikan latihan meditasinya??
buddha; "berjuanglah dengan tekun dan perhatian murni"

ryu

coba kalau mengenal sutra2 mahayana, mungkin pikiran anda akan berubah, sangat mudah masuk surga.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

DragonHung

Saya pernah menanyakan pertanyaan yg kira2 sejenis dengan yg diatas kepada Bhante Suryabumi

"Jika misalnya seseorang mencapai sotapanna pada kehidupan saat ini, kemudian orang itu meninggal dan terlahir kembali menjadi manusia.  Nah akankah orang tersebut mengetahui bahwa dia telah mencapai sotapanna pada kehidupannya yg lampau?"

Bhante menjawab bahwa dia tidak akan bisa tahu bila tidak mempunyai kemampuan mengingat kehidupan lampau, tetapi kalau mempunyai kemampuan itu maka dia akan dapat mengingatnya.
Namun umumnya orang yang demikian mempunyai ciri yang khusus yaitu "pada kehidupan ini umumnya orang tersebut akan menjadi bhikkhu/anggota sangha"
Banyak berharap, banyak kecewa
Sedikit berharap, sedikit kecewa
Tidak berharap, tidak kecewa
Hanya memperhatikan saat ini, maka tiada ratapan dan khayalan

Mas Tidar

ada pertanyaan yang menggelitik, ini muncul beberapa saat yang lalu sebelum posting ttg sotapana di DC muncul.

jika seseorang 'bakal' sotapana, pada jalan yang dia sekarang lalui,
apakah langsung menuju label 'Sotapana' 100% ?

atau harus melewati tahapan2 sebelum mencapai sotapana 100% ?

sperti yang kita ketahui bahwa samatha, khusus-nya pencerapan pada Anapana dilakukan melalui tahapan 1, 2, 3 dan 4.
apakah bisa di-analogikan seperti pencerapan Anapana tsb ?




_/|\_
Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha

wang ai lie

untung saya suka yang repot2  ;D  dari pada cuma dikasih iming2 saja..gak au kenyataannya gimana  :))

mending repot jadi buddhis ^-^
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

Indra

Quote from: Mas Tidar on 08 August 2011, 12:25:24 PM
ada pertanyaan yang menggelitik, ini muncul beberapa saat yang lalu sebelum posting ttg sotapana di DC muncul.

jika seseorang 'bakal' sotapana, pada jalan yang dia sekarang lalui,
apakah langsung menuju label 'Sotapana' 100% ?

atau harus melewati tahapan2 sebelum mencapai sotapana 100% ?

sperti yang kita ketahui bahwa samatha, khusus-nya pencerapan pada Anapana dilakukan melalui tahapan 1, 2, 3 dan 4.
apakah bisa di-analogikan seperti pencerapan Anapana tsb ?




_/|\_


bagaimanakah yg dimaksudkan dengan 'bakal' sotapanna? kualitas batin spt apakah yg dimiliki oleh seorang bakal sotapanna? apakah ada juga bakal bakal sotapanna?


Mas Tidar

Quote from: Indra on 08 August 2011, 08:01:01 PM

bagaimanakah yg dimaksudkan dengan 'bakal' sotapanna? kualitas batin spt apakah yg dimiliki oleh seorang bakal sotapanna? apakah ada juga bakal bakal sotapanna?

kami hanya bertanya, apakah seseorang yang telah meraih sotapanna (magga & phala) diraih-nya secara tiba2 (saat itu juga) ?
apakah ada suatu tahapan2 yang diraih sebelum mencapai sotapanna (magga & phala) ?

sebelum lulus SD, kita semua pasti akan melalui tahapan kelas 1 s/d 6.
begitu pula analogi yang telah diberikan pada saat seseorang melatih pencerapan anapasati, dimulai dahulu dengan jhana 1, 2, 3 dan yang terakhir 4.

untuk saat ini, kami tidak bertanya tentang kualitas 'batin' seorang 'bakal' sotapanna unt menghindari melebarnya pertanyaan.
Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha