Duh, repot bener jadi orang Buddhis..

Started by Wirajhana, 07 August 2011, 07:12:21 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Wirajhana

Minggu ini 2x gw mendapatkan kalimat, "KEBAIKAN aja BELUM CUKUP!"..trus malam ini ada tambahan lagi kalimat, "MENJADI Buddhis aja BELUM TENTU terjamin dapat terlahir di alam baik"...Duh, repot bener jadi orang Buddhis..padahal kalo di ajaran lain..cukup dengan jadi anggota ajarannya aja..udah deh dijamin selamet..

ryu

Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Indra

#2
karma juga memerlukan kondisi yg tepat untuk berbuah, seumur hidup melakukan perbuatan baik, memang berpeluang besar untuk terlahir di alam surga, tapi karma sudah bekerja sejak waktu lampau yg tidak terhingga lamanya. dalam kehidupan2 lampau itu mungkin saja kita pernah melakukan perbuatan yg karenanya kita harus terlahir kembali di alam neraka. nah, setelah dalam kehidupan ini kita melakukan kebajikan seumur hidup, entah bagaimana pada saat kematian, karma buruk lampau yg pernah kita lakukan itu memperoleh kondisi yg tepat untuk berbuah, maka nyemplunglah kita ke neraka.

jadi, apakah perbuatan baik kita menjadi sia2? tidak juga, suatu saat di masa depan, setelah terbebas dari alam neraka, kita mungkin saja terlahir kembali di alam surga, sebagai akibat dari perbuatan baik yg kita lakukan dalam kehidupan ini.

Indra

Sehubungan dengan topik ini, Sang Buddha telah mengajarkan dengan sangat gamblang dalam Sutta berikut ini:

MN 135 Cula Kammavibhanga Sutta

dan

MN 136 Maha Kammavibhanga Sutta

Wirajhana

Pointnya adalah:
berdana aja belum cukup...melakukan moralitas aja belum cukup..[sebelumbaca maha/cula kammavibahngga gw jadi mikir..melatih vipassana aja..belum cukup..dan menjadi Bhikku aja belum cukup]..

lo mo berdana tiap hari sama sangha..kek...lo mo melatih varitta sila [sila ke-1,2, 4, 5] kek + melatih carita sila kek [sila ke-3]..tetep belum cukup...lo melatih vipassana kek..tetep belum cukup..lo bahkan jadi bhikkupun...belum cukup...karena saat kematian..yg mempengaruhi lo sangat komplek....ya, lo boleh2 aja latihan dana, sila dan meditasi..emang menjaga "pikiran" lo..tapi resiko kecemplung tetep aja tinggi...even lo dah ke alam surga..belum tentu lo meneruskan latian..potensi kecemplung ke alam apaya juga tinggi!

makin gw ngerti kenapa sang Buddha, sewaktu berguru pada Alara Kalama dan Uddaka Ramaputta...masih menganggap itu BELUM CUKUP BAIK!....gila man...nyampe JHANA 8 aja belum cukup baik...

Wirajhana

Bayangkan cara pandang beliau (Sidharta Gautama), saat sebelum mencapai Nibanna...

Beliau berguru pada mereka berdua [Alara dan Uddaka]..yang ketika itu merupakan guru2 sangat luar biasa..Beliau dapat menamatkan yg diajarkan mereka aja, maka ini aja udah sangat terlalu luar biasa..

Even seorang Alara Kalama dan juga Uddaka Ramaputta saat itu tidak aware ttg kemungkinan terlahir kembali..[definisi yg mereka punya (2 gurunya itu)..menganggap bahwa itulah Nibanna]..

Namun Sidartha Gautama yang ketika itu belum mencapai pencerahan..aware dan dapat melihat itu...belumlah cukup!

Indra

pada masa itu, para Brahmana menganggap bahwa kelahiran kembali di Alam Brahma adalah pencapaian spiritual tertinggi dan abadi, seperti yg tersirat dalam MN 79  Cūḷasakuludāyi Sutta

tetapi Sang Buddha dengan kebijaksanaannya, bahkan mengetahui bahwa kelahiran di alam Brahma masih berada dalam lingkup Samsara, oleh karena itu Beliau melanjutkan pencariannya hingga berhasil mencapai tingkat yg benar2 tertinggi, Kebuddhaan.

berdana, menjaga moralitas, dll, hanya memberikan jaminan kelahiran kembali di alam yg baik "kapan-kapan" nanti, dan setelah expired dari sana, besar kemungkinan langsung terjun bebas ke alam sengsara.

agar memperoleh jaminan tidak terlahir di alam yg buruk, Sang Buddha mengajarkan untuk minimal mencapai "titik aman pertama" yaitu Sotapanna, yg mana dijelaskan bahwa pada titik ini, seseorang sudah tidak mungkin lagi terlahir di alam apaya.

Mas Tidar

Apakah seorang Sotapana menjadi jaminan ?
Bisakah seorang Sotapana menurun kualitasnya ? dan tanpa gelar ariya dan menuju ke 4 alam rendah ?




salam,
Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha

Indra

Quote from: Mas Tidar on 07 August 2011, 09:22:05 PM
Apakah seorang Sotapana menjadi jaminan ?
Bisakah seorang Sotapana menurun kualitasnya ? dan tanpa gelar ariya dan menuju ke 4 alam rendah ?




salam,


di mana anda pernah membaca/mendengar sotapanna bisa menurun kualitasnya?

seorang sotapanna seorang Ariya yg sudah mencapai titik aman, hanya bisa maju tidak akan mundur lagi, dalam sutta dikatakan, dalam waktu maksimum 7 kali kelahiran akan mencapai tingkat Arahat.

Mas Tidar

Quote from: Indra on 07 August 2011, 09:26:26 PM

di mana anda pernah membaca/mendengar sotapanna bisa menurun kualitasnya?

seorang sotapanna seorang Ariya yg sudah mencapai titik aman, hanya bisa maju tidak akan mundur lagi, dalam sutta dikatakan, dalam waktu maksimum 7 kali kelahiran akan mencapai tingkat Arahat.

kami tanya, om. Ini pertanyaan pribadi.
di buku2 refensi selalu mengatakan maju, kalau di-ikuti alurnya akan selalu maju. Jadi pertanyaan selanjutnya, apakah bisa 'turun' kualitasnya?
Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha

Indra

Quote from: Mas Tidar on 07 August 2011, 09:33:08 PM
kami tanya, om. Ini pertanyaan pribadi.
di buku2 refensi selalu mengatakan maju, kalau di-ikuti alurnya akan selalu maju. Jadi pertanyaan selanjutnya, apakah bisa 'turun' kualitasnya?

maka saya sudah menjawab kalian, kalau kualitasnya bisa 'turun' sepertinya lebih tepat "mundur" bukan "maju"

Mas Tidar

Quote from: Indra on 07 August 2011, 09:35:30 PM
maka saya sudah menjawab kalian, kalau kualitasnya bisa 'turun' sepertinya lebih tepat "mundur" bukan "maju"


kalau begitu, kualitas 'mundur', apakah masi termasuk dalam lingkup ariya sotapana ?
apa indikator 'kemunduran' kualitas seorang sotapana ?
Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha

Indra

Quote from: Mas Tidar on 07 August 2011, 09:41:31 PM

kalau begitu, kualitas 'mundur', apakah masi termasuk dalam lingkup ariya sotapana ?
apa indikator 'kemunduran' kualitas seorang sotapana ?

sotapanna tidak akan mundur lagi, pencapaian tingkat ke-ariya-an tidak bisa mundur, ini lah yg disebut dengan Ekayano maggo = jalan satu arah menurut interpretasi Bhikkhu Bodhi

Mas Tidar

Quote from: Indra on 07 August 2011, 09:44:30 PM
sotapanna tidak akan mundur lagi, pencapaian tingkat ke-ariya-an tidak bisa mundur, ini lah yg disebut dengan Ekayano maggo = jalan satu arah menurut interpretasi Bhikkhu Bodhi


makasih om, jawabannya, sangat meyakinkan !!!

teringat sebuah pertanyaan sendiri, apakah seorang ariya sotapana saat kelahirannya y.a.d akan langsung tetap sotapana?
bagaimana jika kelahiran y.a.d 'Dia' bukan berlindung pada Ti Ratana ?
Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha

Indra

Quote from: Mas Tidar on 07 August 2011, 09:55:01 PM

makasih om, jawabannya, sangat meyakinkan !!!

teringat sebuah pertanyaan sendiri, apakah seorang ariya sotapana saat kelahirannya y.a.d akan langsung tetap sotapana?
bagaimana jika kelahiran y.a.d 'Dia' bukan berlindung pada Ti Ratana ?

seorang sotapanna akan terlahir kembali dalam kondisi yg mendukungnya untuk melanjutkan latihannya.

karena seorang sotapanna sudah memiliki kualitas yg salah satunya adalah "keyakinan yg tidak tergoyahkan pada Sang Tiratana" maka ia tidak mungkin terlahir kembali sbg seorang yg tidak berlindung pada Tiratana.