News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu

Sampah dan Pencerahan

Started by djoe, 03 June 2011, 10:13:07 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Sostradanie

Quote from: djoe on 09 June 2011, 10:11:53 AM


Tulisan yang di bold membuat saya berhalusinasi bahwa master djoe adalah orang suci. Sehingga master djoe tahu kondisi batin orang suci.

Itu penafsiran anda sendiri, baca dan cerna baik baik, Jangan asal bicara.
Saya tidak tahu kondisi batin orang suci. Yang saya tahu posting bro Ronald menyama ratakan umat awam dan orang suci menilai baik dan buruk. Karena disini saya sedang berbicara dalam konteks batin umat awam melihat baik dan buruk. Pandangan umat awam melihat baik dan buruk.
Bagaimana cara membaca dan mencerna yang baik menurut anda?

Jika anda tidak mengetahui sesuatu, bagaimana anda bisa memperbandingkan antara yang satu dengan yang lain? Bagaimana anda bisa mengatakan bahwa orang suci tidak menggunakan label? Bagaimana anda bisa mengatakan bahwa jalan tengah yang di pikiran sang buddha tidak akan bisa kita mengerti? Di posting anda, saya tidak membaca kata-kata bahwa anda sedang menebak atau menafsir pikiran orang suci.
PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

CandraWie

Quote from: sriyeklina on 09 June 2011, 10:45:33 AM
Bukankah sila itu untuk pedoman dalam keseharian kita untuk menjalankan yang benar dan salah? Untuk menentukan label benar dan salah dalam keseharian. Dan mencuri jelas bukan perbuatan benar. Kenapa anda bisa bilang ngeles kemana-mana?

;D maaf sis, sebelumnya aku panggil bro... ga liat gendernya dulu..
hihi... maaf sebelumnya, bukan bermaksud memojokkan.. cuma biar ga terlalu tegang aja...
jd ya seperti yg aku jelaskan di postingan sebelumnya...
benar dan salah, aku melihat dari sisi aktivitas... bukan secara terpisah hanya dari sisi perbuatannya saja... karena setiap perbuatan pasti dilandasi oleh niat... dimana keduanya itu sama-sama berakibat...

tapi benar dan salah, hanya sekedar 'label' bagi aku, karena sesuatu aktivitas yg diberi 'label' baik blm tentu membawa sesuatu yg diberi 'label' bahagia, atau sebaliknya... karena smua itu hanya kondisi dan tidak kekal...

_/\_
..lebih baik melihat ke dalam cermin dan perbaiki yg ada daripada selalu melihat ke luar jendela dan mengeluhkan apa yg ada...

Blacquejacque

Quote from: sriyeklina on 09 June 2011, 10:52:41 AM
Bagaimana cara membaca dan mencerna yang baik menurut anda?


Mohon ijin untuk saya memberikan pendapat dalam hal ini....

Dalam membaca dan mencerna, terlebih dahulu kita harus mengosongkan segala macam pikiran yang ada, dengan maksud untuk memahami isi dan tujuan dari tulisan-tulisan. Segala macam bentuk penafsiran yang ada di awal, disingkirkan terlebih dahulu tanpa prediks yang dapat menutup bentuk2 pemahaman yang muncul.

Termasuk di bentuk2 yang disingkirkan adalah pikiran bahwa TULISAN INI PASTI BENAR, dan TULISAN INI PASTI SALAH.
Sayangnya, ketika seseorang membaca bahwa tulisan tersebut memiliki merk "By Famous Monk" maka seseorang telah mencap tulisan tersebut sebagai tulisan KEBENARAN.
Tetapi ketika seseorang melihat bahwa tulisan tersebut "written by not famous, not a monk", maka seseorang mencap bahwa tulisan tersebut Tidak Level...

bentuk2 pikiran di atas akan menutupi diri untuk memahami maksud dan tujuan yang hendak disampaikan oleh orang lain.
Kira2 demikian menurut saya ^^

Sostradanie

Quote from: CandraWie on 09 June 2011, 10:47:28 AM
_/\_
aku setuju dengan bro kelana...
aku bukan seorang praktisi buddhist murni, maka aku memandang baik dan buruk dari sisi umat awam.
suatu aktivitas, terdiri niat dan perbuatan, dan blm tentu keduanya sinkron...

aku bukannya mengada-ada utk menyanggah pertanyaan sebelumnya, tapi hanya berusaha memberi contoh peristiwa dlm kehidupan sehari2...
robin hood, niatnya baik, menolong orang lain yg sangat membutuhkan, tp caranya buruk, yaitu mencuri...
koruptor yg berdana, penghidupannya buruk, dari korupsi, tp sebagai sosok yg dinilai mampu, dia berdana dengan membangun rumah ibadah...

baik atau buruk tergantung dari siapa yg menilai...
Nanti akan keluar topik bahwa membunuh dengan niat meringankan beban si sakit adalah niat baik. Seperti di thread yang sudah-sudah.

Semua niat/kehendak menghasilkan kamma. Yang akan ditanggung oleh si pembuat-nya sendiri. Dan yang mengatur hukum kamma bukanlah suatu makhluk yang akan menilai bahwa suatu perbuatan ini demi kebaikan atau tidak. Disaat kita mencuri jelas ada buah kamma yang harus diterima dan disaat kita berdana jelas juga buah kamma yang harus diterima.


PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

The Ronald

Quote from: djoe on 09 June 2011, 10:48:24 AM
Berarti kamu ahli sutta yang telah mencapai pencerahan, karena dengan membaca itu, anda mengambil kesimpulan dan menterjemahkan secara mentah mentah dengan pikiran duniawi anda.
Benarkah Buddha dalam batin dan pikirannya mempertahankan pikiran bahwa dia yang terbaik?
Apakah Buddha membawa label tersebut ke dalam batin dan pikirannya?
wah sayangnya anda salah... aku bukan ahli sutta dan aku belum mencapai pencerahan..tolong jgn melabeli saya demikian

iya jelas.. seumur hidupnya Buddha sadar dia yg terbaik dianatara semua mahluk saat itu dalam hal pencapaiannya...  menurut anda??

eh perasaan tiap kali aku bertanya balik "menurut anda?? " ada yg takut dan tidak berani menjawab .. :D 
...

K.K.

Quote from: djoe on 09 June 2011, 09:51:20 AM
Kenapa anda selalu memplesetkannya. Buddha mengajarkan seseorang berbuat kebaikan. Setelah anda berbuat baik anda jangan melekat pada kebaikan ini. Anda jangan melekat pada pandangan anda telah berbuat banyak kebaikan karena itu hanya menjadi penghalang dalam praktek anda. Anda jangan menyimpannya dalam batin dan pikiran anda bahwa anda telah melakukan suatu kebaikan duniawi.
Jika seseorang yang mempunyai pandangan itu setelah memberi atau berbuat kebaikan, maka pikiran tersebut hanya menghasilkan sebab duniawi yng menghasilkan karma kelahiran kembali.  Untuk mencapai nibbana, kita harus mewujudkan sebab sebab nibbana  dengan mempertahankan pikiran yang berdiam di satu titik yang melampau ke 2 kutub tersebut bahagian dan duka, baik dan jahat dst

Berikut ini cuplikan dari Ajahn Chah
All things have need of a way of release. Contemplation is not a matter of holding on and sticking to things. It's a matter of releasing. A mind that can't release phenomena is in a state of intoxication. In practice, it's important not to be intoxicated. When practice really seems to be good, don't be intoxicated by that good. If you're intoxicated by it, it becomes something harmful, and your practice is no longer correct. We do our best, but it's important not to become drunk on our efforts, otherwise we are out of harmony with Dhamma. This is the Buddha's advice. Even the good is not something to get intoxicated by. Be aware of this when it happens.


Dan ini juga
Thus we humans wish for things in abundance. If we get a lot, that's good. Generally that's how we think. Doing good is supposed to bring good results, and if we get that we're happy. We think that's all we need to do and we stop there. But where does good come to conclusion? It doesn't remain. We keep going back and forth, experiencing good and bad, trying day and night to seize on to what we feel is good.

The Buddha's teaching is that first we should give up evil and then we practice what is good. Second, he said that we should give up evil and give up the good as well, not having attachment to it because that is also one kind of fuel. When there is something that is fuel it will eventually burst into flame. Good is fuel. Bad is fuel.

Speaking on this level kills people. People aren't able to follow it. So we have to turn back to the beginning and teach morality. Don't harm each other. Be responsible in your work and don't harm or exploit others. The Buddha taught this, but just this much isn't enough to stop.
Panjang amat balesannya.
Coba bercermin dulu dari postingan sendiri, yang buat pikiran terkontaminasi adalah perbuatan baik atau kemelekatan pada perbuatan baik?

Tolol sekali kalau anda bilang perbuatan baik mengontaminasi pikiran, karena bahagia pada sebuah perbuatan baik adalah sebuah termasuk perbuatan baik juga yang disebut mudita-citta.

Ah, tapi anda juga menganggap semua itu ilusi, jadi sebetulnya tidak ada yang baik dan buruk.

Sunyata

Quote from: CandraWie on 09 June 2011, 11:00:07 AM
;D maaf sis, sebelumnya aku panggil bro... ga liat gendernya dulu..
hihi... maaf sebelumnya, bukan bermaksud memojokkan.. cuma biar ga terlalu tegang aja...
jd ya seperti yg aku jelaskan di postingan sebelumnya...
benar dan salah, aku melihat dari sisi aktivitas... bukan secara terpisah hanya dari sisi perbuatannya saja... karena setiap perbuatan pasti dilandasi oleh niat... dimana keduanya itu sama-sama berakibat...

tapi benar dan salah, hanya sekedar 'label' bagi aku, karena sesuatu aktivitas yg diberi 'label' baik blm tentu membawa sesuatu yg diberi 'label' bahagia, atau sebaliknya... karena smua itu hanya kondisi dan tidak kekal...

_/\_
disini sis sriyeklina, dikatakan bahwa baik dan buruk hanyalah sebuah label. Suatu hal yg dicap baik oleh orang lain, belum tentu membawa hasil yang baik dan sebaliknya. Mohon dimengerti _/\_

djoe

Quote from: The Ronald on 09 June 2011, 11:07:45 AM

iya jelas.. seumur hidupnya Buddha sadar dia yg terbaik dianatara semua mahluk saat itu dalam hal pencapaiannya...  menurut anda??


Kamu bisa lihat kedalam batin dan pikiran Buddha hanya dengan membaca kata kata diatas sutta dan menafsirkan dan mengambil kesimpulan seperti itu. Makanya anda jangan mrendah, karena anda sudah mencapai pencerahan.
Kamu bisa menafsirkan sutta tersebut berarti kamu sudah mencapai pencerahan.

K.K.

Quote from: djoe on 09 June 2011, 10:05:34 AM
Jika orang suci melakukan perbuatan baik, kondisi batin dan pikirannya gimana?Apakah ia mempertahankan pikiran bahwa ia baru saja berbuat kebaikan?
Kok anda tahu jalan pikiran orang suci yah?


K.K.

Quote from: Sunyata on 09 June 2011, 11:10:42 AM
disini sis sriyeklina, dikatakan bahwa baik dan buruk hanyalah sebuah label. Suatu hal yg dicap baik oleh orang lain, belum tentu membawa hasil yang baik dan sebaliknya. Mohon dimengerti _/\_
Yang dengan kata lain, apa yang Buddha bilang sebagai bermanfaat, sebetulnya belum tentu bermanfaat bagi orang lain. ;D

CandraWie

Quote from: sriyeklina on 09 June 2011, 11:04:57 AM
Nanti akan keluar topik bahwa membunuh dengan niat meringankan beban si sakit adalah niat baik. Seperti di thread yang sudah-sudah.

Semua niat/kehendak menghasilkan kamma. Yang akan ditanggung oleh si pembuat-nya sendiri. Dan yang mengatur hukum kamma bukanlah suatu makhluk yang akan menilai bahwa suatu perbuatan ini demi kebaikan atau tidak. Disaat kita mencuri jelas ada buah kamma yang harus diterima dan disaat kita berdana jelas juga buah kamma yang harus diterima.

setuju sis....   :D
nanti juga akan keluar pernyataan seperti yg sudah2 dari komentar sebelumnya... 'apakah anda orang suci yg bisa menilai bahwa membunuh dengan niat meringankan beban si sakit adalah niat baik'...  :-?

semua aktivitas dengan label baik atau buruk, itu adalah kamma... dan hukum kamma bukanlah diatur oleh suatu makhluk... jd baik dan buruk yg mutlak tidak dapat dipastikan oleh suatu makhluk (maka dari itu aku sebut relatif)....

aku pernah mendengar seorang teman buddhist menasehati saat aku mempertanyakan ttg kamma baik atau buruk,
dlm kehidupan praktis tidak perlu lah terlalu menimbang-nimbang detail, aktivitas ini termasuk baik atau buruk, biarlah hukum kamma yg mengatur, karena jika hanya terjebak dlm pengertian baik dan buruk, akan menghambat kemajuan batin kita....  ;) dah aku setuju dengan pendapat temanku itu...
..lebih baik melihat ke dalam cermin dan perbaiki yg ada daripada selalu melihat ke luar jendela dan mengeluhkan apa yg ada...

Sostradanie

Quote from: Blacquejacque on 09 June 2011, 11:00:28 AM
Mohon ijin untuk saya memberikan pendapat dalam hal ini....

Dalam membaca dan mencerna, terlebih dahulu kita harus mengosongkan segala macam pikiran yang ada, dengan maksud untuk memahami isi dan tujuan dari tulisan-tulisan. Segala macam bentuk penafsiran yang ada di awal, disingkirkan terlebih dahulu tanpa prediks yang dapat menutup bentuk2 pemahaman yang muncul.

Termasuk di bentuk2 yang disingkirkan adalah pikiran bahwa TULISAN INI PASTI BENAR, dan TULISAN INI PASTI SALAH.
Sayangnya, ketika seseorang membaca bahwa tulisan tersebut memiliki merk "By Famous Monk" maka seseorang telah mencap tulisan tersebut sebagai tulisan KEBENARAN.
Tetapi ketika seseorang melihat bahwa tulisan tersebut "written by not famous, not a monk", maka seseorang mencap bahwa tulisan tersebut Tidak Level...

bentuk2 pikiran di atas akan menutupi diri untuk memahami maksud dan tujuan yang hendak disampaikan oleh orang lain.
Kira2 demikian menurut saya ^^
Ok, bisa diterima.
Dan setelah menerima maka proses yang terjadi selanjut-nya dicerna. Sesuai dengan pengetahuan dan kemampuan masing-masing individu. Dan terjadilah pertimbangan/analisa.
Jika itu sesuai maka kita terima dan jika tidak sesuai maka itu tidak diterima. Bukankah begitu?

Jika itu tidak sesuai, maka kita akan bertanya apa yang dipikirkan orang tersebut sampai mempunyai pendapat seperti itu. Dan akan semakin tidak nyambung jika orang yang ditanyakan hanya memberikan jawaban semua itu ilusi atau halusinasi atau kotoran dll.

PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

Blacquejacque

Quote from: djoe on 09 June 2011, 11:11:54 AM
Kamu bisa lihat kedalam batin dan pikiran Buddha hanya dengan membaca kata kata diatas sutta dan menafsirkan dan mengambil kesimpulan seperti itu. Makanya anda jangan mrendah, karena anda sudah mencapai pencerahan.
Kamu bisa menafsirkan sutta tersebut berarti kamu sudah mencapai pencerahan.

Banyak orang yang mampu menafsirkan sutta, bukan berarti bahwa mereka telah mencapai pencerahan.
Mungkin saja ada yang mengetahui maksud dan artinya.. Tetapi mereka belum mengetahui secara mendalam.. Mereka hanya tahu "oh sutta ini artinya demikian" tetapi selama belum melakukan penyelidikan sendiri mereka hanya tahu sbatas kulit-kulitnya saja..

Mereka yang telah melakukan penyelidikan sendiri dikatakan telah menyelami kebenaran yang terkandung di dalamnya. Maksud sejati telah dimengerti.. bukan mengira-2 bukan pula menurut saya atau menurut mereka...

Setelah mereka memahami, (bukan hanya mengetahui), mereka berusaha menempatkan diri mereka di dalam jalan tersebut dan berupaya agar tidak tergelincir dari jalan tersebut.

Dan ketika mereka telah berdiri teguh di dalamnya, mereka ini lah yang dikatakan mencapai pencerahan...


Dalam mempelajari segala sesuatu, untuk maju dalam segala hal. bila semakin banyak beban yang dibawa, maka anda akan terjatuh karena tidak mampu menanggung beban bawaan tersebut...
Hanya dengan melepaskan, maka anda akan memperoleh...
:)

Ego kawanku, ia bersifat menjerumuskan.. ia mendorong diri anda semakin jauh dari kebenaran... ia mendorong anda untuk berpikir bahwa anda sudah benar... jangan hiraukan pendapat orang lain...

Tak dapatkah anda lihat bahwa ego menjerumuskan anda ^^







Sunyata

Quote from: Kainyn_Kutho on 09 June 2011, 11:16:27 AM
Yang dengan kata lain, apa yang Buddha bilang sebagai bermanfaat, sebetulnya belum tentu bermanfaat bagi orang lain. ;D
;D ;D ;D ;D
:hammer: :hammer: :hammer: :hammer:

Kalau Buddha kasusnya tidak sama om. Maaf kalo ada kata yang salah ;D

Blacquejacque

Quote from: sriyeklina on 09 June 2011, 11:21:28 AM
Ok, bisa diterima.
Dan setelah menerima maka proses yang terjadi selanjut-nya dicerna. Sesuai dengan pengetahuan dan kemampuan masing-masing individu. Dan terjadilah pertimbangan/analisa.
Jika itu sesuai maka kita terima dan jika tidak sesuai maka itu tidak diterima. Bukankah begitu?

Jika itu tidak sesuai, maka kita akan bertanya apa yang dipikirkan orang tersebut sampai mempunyai pendapat seperti itu. Dan akan semakin tidak nyambung jika orang yang ditanyakan hanya memberikan jawaban semua itu ilusi atau halusinasi atau kotoran dll.

Seharusnya sih memang seperti itu..
Yang terjadi dalam kasus kawan kita, saya rasa tidak sampai pada proses penerimaan dan pencernaan, apalagi analisa
kalau sudah keblokir di tahap awal, tahap2 lanjutannya jadi ga jalan +_+
analisanya saya bgitu :p