dari ajaran buda - apa yang dilakukan apa yang tidak dilakukan oleh umat buda?

Started by ryu, 18 May 2011, 10:42:15 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

kuswanto

Quote from: Indra on 19 May 2011, 12:24:30 PM
makhluk brahma di alam tertentu juga tidak memiliki 5 unsur komplit, ada yg hanya punya rupa(jasmani) tanpa nama(batin), atau sebaliknya, namun demikian, mereka termasuk makhluk hidup.

anda mencampur-adukkan "benda hidup" dan "makhluk hidup"

aha.. ini dia br nyadar kenapa dari tadi muter2 di kepala gua gak jelas n makin bikin bingung.. thx buat penyadarannya bro indra  _/\_ ..

wah baru tahu ada makhluk brahma yang seperti itu..  :o  selama ini saya pikir bisa dikatakan makhluk kl punya batin walau tanpa rupa (alam arupaloka) tapi rupa tanpa batin juga ada yg kategori makhluk toh.. cuma cara membedakannya gmn yah bro indra? mksdnya tolak ukur nya begitu? thx b4  :)


Indra

Quote from: kuswanto on 19 May 2011, 12:34:49 PM
aha.. ini dia br nyadar kenapa dari tadi muter2 di kepala gua gak jelas n makin bikin bingung.. thx buat penyadarannya bro indra  _/\_ ..

wah baru tahu ada makhluk brahma yang seperti itu..  :o  selama ini saya pikir bisa dikatakan makhluk kl punya batin walau tanpa rupa (alam arupaloka) tapi rupa tanpa batin juga ada yg kategori makhluk toh.. cuma cara membedakannya gmn yah bro indra? mksdnya tolak ukur nya begitu? thx b4  :)



cara membedakannya, liat aja fisiknya, trus cubit, kalo gak terasa berarti makhluk "rupa only". yg sulit dikenali adalah yg arupa ini, apa yg mau dikenali, wong jasmaninya gak ada. kecuali anda memiliki kesaktian untuk mendeteksi perasaan dan kesadaran makhluk lain

williamhalim

Quote from: Kainyn_Kutho on 18 May 2011, 06:12:33 PM
Saya ringkas dari Saropama Sutta.
Seorang yang mau mencari inti kayu mengenal kulit luar (moralitas), kulit dalam (konsentrasi), inti lunak (pengetahuan & pandangan), baru akhirnya menemukan inti kayu (akhir dari dukkha). Pembahasan tata cara dan tradisi itu bahkan tidak menyentuh 'kulit luar' dari Ajaran Buddha.

Apakah yang boleh dan tidak boleh? Ini masing-masing harus kembali mengembangkan kebijaksanaan untuk menilai. Bikin patung, bolehkah? Apa manfaatnya? Dari orang dewasa sampai anak sekolah Minggu mungkin bisa jawab: "perenungan akan Buddha."
Katanya perenungan Buddha, mengapakah kemudian ada yang, karena lihat patung ditaruh di bar, bathinnya bergejolak? Sariputta mengatakan bahwa seharusnya bhikkhu merenung: 'Adalah kerugian bagiku, bukan keberuntungan, adalah keburukan bagiku, bukan kebaikan, bahwa ketika aku merenungkan Buddha, Dhamma, dan Sangha, keseimbangan yang didukung oleh hal-hal yang bermanfaat tidak terbentuk dalam diriku.'

Tata cara dan ritual adalah seperti ranting dan daun, sama sekali tidak menyentuh bahkan kulitnya. Tanpa berusaha memahami intinya, maka 'boleh' atau 'tidak boleh' pun suatu tata cara, tidak akan bermanfaat bagi seseorang dalam mendalami Ajaran Buddha.


Ini dilema bagi Buddhisme saat ini (baca: dilema bagi vihara)..

Jika Ajaran Buddha benar2 diterapkan, dalam arti kata, ritual banyak yg dihilangkan.. maka vihara takut umat akan lari dan menurun drastis... Karena kita semua sama2 tau, bahwa umat Buddha kita kebanyakan Pencinta-Ritual ketimbang Penggali-Ajaran... (sebagai bukti, saksikan saja berapa orang peminat kelas Dhamma yg diadakan vihara -biasanya belasan hinga puluhan orang- bandingkan dengan ritual besar yg diadakan vihara, misalnya pemandian arca, penyalaan lilin, dsbnya -yg biasanya dihadiri ratusan orang-)

Namun, disisi lain, jika umat dimanjakan dengan ritual (apapun penjelasannya thp ritual ini: merenungi kelahiran Sang Buddha, melambangkan keharuman Dhamma, dstnya... percuma saja, banyak yg menggenggam ritualnya ketimbang menekuni penjelasan-akan-ritual tsb)... maka yg terjadi adalah pembodohan...

Jadi, ini dilema -setidaknya pandangan saya sendiri-...

Saya sendiri lebih memilih kualitas ketimbang kuantitas... Lebih baik menghasilkan satu umat dengan pemahaman benar ketimbang menghasilkan ratusan umat dengan pandangan salah..

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

kakao

Quote from: ryu on 18 May 2011, 10:42:15 AM
mari bikin listnya.

contoh buda apakah menyuruh umat menyanyi atau tidak ketika puja bakti dll

apa menyuruh membuat patung atau tidak.

dll
ikutan ah,..yang boleh dilakukan umat buddha,1.debat ;D 2.mencari dana 3. ;D pamer ilmu kepintaran 4.makan 5.main gitar 6.menyanyikan lagu buddhis di vihara.
yang tidak boleh dilakukan umat buddha
1.mencuri 2.bohongin orang tua 3.menghina anggota sangha 4.menghina/merendahkan kata buddha(nyebut buddha kurang hurufnya jd buda) 5.baca kitab suci sambil makan/tiduran 6.tidak semangat 7.tidak menjaga kesadarannya. 8.bicara kasar,menusuk, kejam, dan kawan2nya. 9.Rendah diri/kepedean.
dan masih banyak yang lainnya. ;D
"jika kau senang hati pegang jari, jika kau senang hati pegang jari dan masukan kehidungmu !!"
[img][url="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/c/c3/Sailor_moon_ani.gif"]http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/c/c3/Sailor_moon_ani.gif[/url][img]

wang ai lie

Buddhis tidak mempercayai Buddha sebagai tuhan, lalu bagaimana mungkin mereka dapat mempercayai sepotong kayu atau logam adalah tuhan? Semua agama menggunakan simbol untuk mewakili berbagai keyakinan mereka. Dalam Taoisme, diagram yin-yang digunakan sebagai simbol harmoni diantara yang saling berlawanan. Dalam Sikhisme, pedang digunakan sebagai lambang perjuangan spiritual.
Dalam Kristiani, ikan digunakan sebagai lambang keberadaan Kristus dan salib untuk mewakili pengorbanannya. Dalam Buddhisme, patung Buddha mengingatkan kita dimensi manusia dalam ajaran Buddhis, fakta bahwa Buddhisme adalah ajaran tentang manusia bukan tentang tuhan, dimana kita harus melihat kedalam, bukan keluar untuk mencari kesempurnaan dan pengertian. Karena itu, mengatakan bahwa Buddhis menyembah berhala adalah sama seperti mengatakan Kristiani menyembah ikan atau bentuk geometris.

copas dari sebelah,  _/\_
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

ryu

Quote from: kakao on 19 May 2011, 12:57:30 PM
ikutan ah,..yang boleh dilakukan umat buddha,1.debat ;D 2.mencari dana 3. ;D pamer ilmu kepintaran 4.makan 5.main gitar 6.menyanyikan lagu buddhis di vihara.
yang tidak boleh dilakukan umat buddha
1.mencuri 2.bohongin orang tua 3.menghina anggota sangha 4.menghina/merendahkan kata buddha(nyebut buddha kurang hurufnya jd buda) 5.baca kitab suci sambil makan/tiduran 6.tidak semangat 7.tidak menjaga kesadarannya. 8.bicara kasar,menusuk, kejam, dan kawan2nya. 9.Rendah diri/kepedean.
dan masih banyak yang lainnya. ;D
wah ini salah satu penggemar biku bergitar kayanya ya, pantas aja boleh main gitar, boleh minta sutranya buat main gitar gak? oh ya ampir lupa ternyata panduan boleh bermain gitarnya itu dari cerita palsu mengenai pemain gitar yang menciutao buda =))

astaga menyebut kata buda aja kaga boleh? padahal salah satu petinggi MBI yang mencetuskan ide agar mengganti buddha menjadi buda =))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

ryu

 [at] om kelana, thanks atas jawabannya.

ada yang agak mengganjal nih :

proses puja bakti dalam vihara theravada dan mahayana, aturannya dan sistemnya itu berasal dari mana?

yang ingin ditanyakan adalah ada pembacaan mantra, ada nyanyi2, ada pembacaan nien cing, ada juga meditasi, sejauh mana hal2 diatas itu yang mengajarkan pada arah lepasnya dari dukkha?

sistem puja dalam vihara, ceramah2, tujuan umat budis, dll apakah selaras dengan inti ajaran buda atau hanya "menyentuh" pinggirannya saja?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

K.K.

Quote from: williamhalim on 19 May 2011, 12:47:09 PM
Ini dilema bagi Buddhisme saat ini (baca: dilema bagi vihara)..

Jika Ajaran Buddha benar2 diterapkan, dalam arti kata, ritual banyak yg dihilangkan.. maka vihara takut umat akan lari dan menurun drastis... Karena kita semua sama2 tau, bahwa umat Buddha kita kebanyakan Pencinta-Ritual ketimbang Penggali-Ajaran... (sebagai bukti, saksikan saja berapa orang peminat kelas Dhamma yg diadakan vihara -biasanya belasan hinga puluhan orang- bandingkan dengan ritual besar yg diadakan vihara, misalnya pemandian arca, penyalaan lilin, dsbnya -yg biasanya dihadiri ratusan orang-)

Namun, disisi lain, jika umat dimanjakan dengan ritual (apapun penjelasannya thp ritual ini: merenungi kelahiran Sang Buddha, melambangkan keharuman Dhamma, dstnya... percuma saja, banyak yg menggenggam ritualnya ketimbang menekuni penjelasan-akan-ritual tsb)... maka yg terjadi adalah pembodohan...

Jadi, ini dilema -setidaknya pandangan saya sendiri-...

Saya sendiri lebih memilih kualitas ketimbang kuantitas... Lebih baik menghasilkan satu umat dengan pemahaman benar ketimbang menghasilkan ratusan umat dengan pandangan salah..

::
Saya juga seperti bro wili, tapi mungkin rada ekstrem. Buat saya kalau orang tidak berusaha mengerti ajarannya, berarti tidak ada manfaatnya. Seandainya ada pun manfaatnya, sangat sedikit dan bisa didapatkan dari tempat/ajaran lain. Misalnya di Buddhanussati dikatakan "yang telah mencapai penerangan sempurna", kalau kita tidak tahu Ajaran Buddha yang sesungguhnya, maka 'penerangan sempurna' apa yang direnungkan? Penerangan lampu jalan atau lampu sorot dari nibbana? Dalam dhammanussati ada 'ehipassiko', maka semua berbondong-bondong fanatik dengan yang namanya 'praktek' dan meremehkan pengertian (minum b**gon dulu untuk tahu 'dhamma' racun; nyemplung Avici dulu sekalian untuk melihat 'dhamma' garuka kamma). Ada "siswa sang bhagava telah bertindak sempurna" di Sanghanussati, maka gundul bergitar pun dilihat bertindak sempurna. Bahkan badut sirkus juga disembah-sembah karena dipikir Buddha. Saya lihat ini memang "kemajuan"* luar biasa bagi dhamma. 


*Maju ke arah kehancuran




Quote from: kuswanto on 19 May 2011, 12:34:49 PM
aha.. ini dia br nyadar kenapa dari tadi muter2 di kepala gua gak jelas n makin bikin bingung.. thx buat penyadarannya bro indra  _/\_ ..

wah baru tahu ada makhluk brahma yang seperti itu..  :o  selama ini saya pikir bisa dikatakan makhluk kl punya batin walau tanpa rupa (alam arupaloka) tapi rupa tanpa batin juga ada yg kategori makhluk toh.. cuma cara membedakannya gmn yah bro indra? mksdnya tolak ukur nya begitu? thx b4  :)
Sekilas info:
Asaññasatta adalah alam Brahma di mana kesadarannya pasif, tidak memiliki persepsi (otomatis juga tidak ada perasaan dan bentuk pikiran), tapi memiliki jasmani (rupa).

Kalau hanya bathin tanpa rupa, ada di 4 alam Arupa Brahma: N'eva Saññà N' àsaññàyatana, âkiñcaññàyatana, Viññànañcàyatana, âkàsànañcàyatana.

Dalam Dasuttarasutta juga dikatakan di Alam Brahma Jhana I, memiliki tubuh yang berbeda, namun pencerapannya sama.
Di Alam Abhassara (alam tertinggi Jhana II), makhluknya memiliki tubuh yang serupa, namun pencerapannya berbeda.
Di Alam Subhakinha (alam tertinggi Jhana III), makhluknya memiliki tubuh dan pencerapan yang sama.
(Kalau tubuh & pencerapan berbeda, seperti di alam manusia/sorga dan alam yang lain.)


wang ai lie

Quote from: ryu on 19 May 2011, 01:39:04 PM
[at] om kelana, thanks atas jawabannya.

ada yang agak mengganjal nih :

proses puja bakti dalam vihara theravada dan mahayana, aturannya dan sistemnya itu berasal dari mana?

yang ingin ditanyakan adalah ada pembacaan mantra, ada nyanyi2, ada pembacaan nien cing, ada juga meditasi, sejauh mana hal2 diatas itu yang mengajarkan pada arah lepasnya dari dukkha?

sistem puja dalam vihara, ceramah2, tujuan umat budis, dll apakah selaras dengan inti ajaran buda atau hanya "menyentuh" pinggirannya saja?

jadi inget kemiripan pertanyaan waktu baca di dc pedia,

Mengapa orang-orang melakukan segala hal yang aneh-aneh di Vihara?

Banyak hal yang terlihat aneh ketika kita tidak mengerti. Daripada kita mengatakan hal-hal itu aneh, kita lebih baik mencoba mencari tahu maknanya. Akan tetapi, benar bahwa beberapa hal dilakukan Buddhis berasal dari tahayul populer dan salah mengerti akan ajaran Sang Buddha. Dan kesalahmengertian ini tidak hanya ditemukan dalam Buddhisme saja tetapi ada dalam semua agama dari waktu ke waktu. Sang Buddha mengajarkan kita dengan jelas dan mendetail dan jika beberapa orang gagal untuk mengerti sepenuhnya, dia tidak dapat disalahkan karena itu. Ada sebuah kalimat dari teks Buddhis:

    'Jika seseorang menderita karena sebuah penyakit tidak mencari pengobatan bahkan ketika ada seorang dokter disana, itu bukan salah dari si dokter. Demikian juga, jika seseorang tertekan dan tersiksa oleh penyakit karena kekotoran batin tetapi tidak mencari bantuan dari Sang Buddha, ini bukan salah Sang Buddha' - Jn. 28-9

Tidak seharusnya Buddhisme atau agama apapun dihakimi oleh mereka yang tidak mempraktekkannya dengan baik. Jika anda ingin mengetahui ajaran Buddhisme, pelajarilah kata-kata Sang Buddha atau berbicaralah pada mereka yang mengerti dengan baik.

tidak hanya di buddha saja yang mempunyai tata cara seperti puja bakti, membaca parita dll, seperti di kepercayaan sebelah pun ada, menyanyi, bersorak, bermain musik, dll. alangkah baiknya kita harus melihat kedalam, bukan keluar untuk mencari kesempurnaan dan pengertian.
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

williamhalim

Quote from: wang ai lie on 19 May 2011, 02:37:00 PM
jadi inget kemiripan pertanyaan waktu baca di dc pedia,

Mengapa orang-orang melakukan segala hal yang aneh-aneh di Vihara?

Banyak hal yang terlihat aneh ketika kita tidak mengerti. Daripada kita mengatakan hal-hal itu aneh, kita lebih baik mencoba mencari tahu maknanya. Akan tetapi, benar bahwa beberapa hal dilakukan Buddhis berasal dari tahayul populer dan salah mengerti akan ajaran Sang Buddha. Dan kesalahmengertian ini tidak hanya ditemukan dalam Buddhisme saja tetapi ada dalam semua agama dari waktu ke waktu. Sang Buddha mengajarkan kita dengan jelas dan mendetail dan jika beberapa orang gagal untuk mengerti sepenuhnya, dia tidak dapat disalahkan karena itu. Ada sebuah kalimat dari teks Buddhis:

    'Jika seseorang menderita karena sebuah penyakit tidak mencari pengobatan bahkan ketika ada seorang dokter disana, itu bukan salah dari si dokter. Demikian juga, jika seseorang tertekan dan tersiksa oleh penyakit karena kekotoran batin tetapi tidak mencari bantuan dari Sang Buddha, ini bukan salah Sang Buddha' - Jn. 28-9

Tidak seharusnya Buddhisme atau agama apapun dihakimi oleh mereka yang tidak mempraktekkannya dengan baik. Jika anda ingin mengetahui ajaran Buddhisme, pelajarilah kata-kata Sang Buddha atau berbicaralah pada mereka yang mengerti dengan baik.

tidak hanya di buddha saja yang mempunyai tata cara seperti puja bakti, membaca parita dll, seperti di kepercayaan sebelah pun ada, menyanyi, bersorak, bermain musik, dll. alangkah baiknya kita harus melihat kedalam, bukan keluar untuk mencari kesempurnaan dan pengertian.

Memang betul, segala macam ritual yg dilakukan vihara2 pasti mempunyai makna tertentu. Maknanya pasti baik, yakni ingin mengenang saat2 tertentu dalam kehidupan Sang Buddha atau ritual tsb melambangkan suatu kondisi. Misalnya: menyiram rupang Buddha kecil dengan air bunga, mempersembahkan lilin/bunga yg melambangkan Ajaran/Anicca, dan berbagai bentuk ritual lainnya yg semuanya mempunyai makna positif tertentu.

Dalam melaksanakan ritual ini, biasanya vihara menyampaikan makna yg dimaksud dalam selebaran atau pengumuman sebelum ritual dilakukan, TETAPI hal ini jarang nyantol dipikiran umat. Umat yg dapat melakukan ritual ini dengan motivasi benar adalah umat yg memang TELAH mempunyai pengertian benar sebelumnya. Dari mana umat2 yg memang telah paham ini mendapat pengertian benar tsb? Mereka mendapatkannya bukan karena ritual, namun karena memang mereka berminat terhadap Dhamma, mereka menggalinya dari buku2, ikut diskusi di forum dan milis, atau mengikuti sesi2 kelas Dhamma...

IMO, sangat sedikit manfaat yg dapat dipetik dari ritual2 tsb jika dikaitkan dengan meningkatkan 'pemahaman benar'  atau manfaat bagi kemajuan batin. Yang jelas hasilnya adalah ritual2 tsb malah menfasilitasi kebodohan umat, malah menkondisikan imajinasi, harapan2 dan kemelekatan mereka.

Dalam Tipitaka, tak tercatat Sang Buddha menganjurkan ritual2 dalam usaha merealisasi akhir dukkha. Sang Buddha hanya menganjurkan moral yg baik, meditasi dan meningkatkan panna. Tidak tercatat sama sekali anjuran untuk mengikuti berbagai ritual.

Memang, sebagai akibatnya Ajaran Buddha menjadi amat sangat tidak menarik bagi kebanyakan orang...

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

William_phang

Iya memang saya lihat kebanyakan yg ikut ritual itu tidak mengali lebih dalam ajaran Buddha...krn umumnya menganggap lwt ritual tsb sudah berbuat baik dan telah menanam kamma yang baik...dan juga berharap akan berbuah baik....

Saya rasa tetap diperlukan ritual krn kualitas bathin masing-masing orang berbeda2....untuk yg masih belum tertarik utk mempelajari lbh dalam ya mrk pikir cukup dg ritual saja... Dan kadang untuk sebagian orang dhamma yang disampaikan seolah-olah tidak menyentuh mereka dan seolah-olah itu cuma diawang-awang aja.... mgkn perlu mengajarkan dhamma yg berhubungan dalam kehidupan sehari-hari tidak cuma theory saja... tetapi bagaimana menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari...

Dengan telah menerapkan dalam sehari-hari dan memberikan manfaat sehingga kualitas bathinnya maju tentu orang2 akan mengali lebih dalam lagi...


Sostradanie

Mahāparinibbāna Sutta

5.8. 'Ānanda, ada empat tempat yang pemandangannya dapat membangkitkan emosi[63] dalam diri mereka yang berkeyakinan. Apakah empat itu? "Tempat kelahiran Tathāgata" adalah yang pertama.[64] "Tempat Tathāgata mencapai Penerangan Sempurna" adalah yang ke dua.[65] "Tempat Tathāgata memutar Roda" adalah yang ke tiga.[66] "Tempat Tathāgata mencapai unsur-Nibbāna tanpa sisa" adalah yang ke empat.[67] [141] Dan, Ānanda, para bhikkhu, bhikkhunī, umat-awam laki-laki dan perempuan yang berkeyakinan sebaiknya mengunjungi tempat-tempat tersebut. Dan siapa pun yang meninggal dunia saat mengunjungi tempat-tempat tersebut dengan penuh ketulusan hati akan, saat hancurnya jasmani, terlahir kembali di alam surga.'

5.11. 'Tetapi, Bhagavā, apakah yang harus kami lakukan dengan jenazah Sang Tathāgata?' 'Ānanda, jenazah Sang Tathāgata harus diperlakukan seperti jenazah para raja pemutar roda.' 'Dan, bagaimanakah itu, Bhagavā?' 'Ānanda, jenazah para raja pemutar roda dibungkus dengan kain-rami baru. Kemudian ini dibungkus lagi dengan kain-katun. Kemudian ini dibungkus lagi dengan [142] kain baru. Setelah melakukan hal ini masing-masing sebanyak lima ratus kali, kemudian mereka memasukkan jenazah raja ke dalam tabung minyak dari besi,[70] yang ditutup dengan kendi dari besi. Kemudian setelah membuat tumpukan kayu pemakaman dari berbagai kayu harum, mereka mengkremasi jenazah raja, dan mereka membangun stupa di persimpangan jalan. Itu, Ānanda, adalah apa yang mereka lakukan dengan jenazah raja pemutar roda, dan mereka harus melakukan hal yang sama dengan jenazah Sang Tathāgata. Sebuah stupa harus dibangun di persimpangan jalan untuk Sang Tathāgata. Dan para umat-awam yang mempersembahkan bunga atau wangi-wangian dan warna-warna[71] di sana dengan penuh ketulusan hati, akan memperoleh manfaat dan kebahagiaan untuk waktu yang lama.'

5.12. 'Ānanda, ada empat orang yang layak dibuatkan stupa. Siapakah mereka? Pertama adalah Seorang Tathāgata, Arahant, Buddha yang mencapai Penerangan Sempurna. Ke dua adalah seorang Pacceka Buddha[72]. Ke tiga adalah seorang siswa Sang Tathāgata. Dan ke empat adalah seorang Raja Pemutar Roda. Dan mengapakah mereka layak dibuatkan stupa? Karena, Ānanda, dengan berpikir: "Ini adalah stupa seorang Tathāgata, Pacceka Buddha, [143] seorang siswa Sang Tathāgata, seorang Raja Pemutar Roda," hati orang-orang akan menjadi damai, dan kemudian, saat hancurnya jasmani setelah kematian, mereka akan pergi menuju alam yang baik dan muncul kembali di alam surga. Ini adalah alasannya, dan itu adalah empat individu yang layak dibuatkan sebuah stupa.'

-Tanpa acara ritual-pun seseorang yang tidak punya tujuan untuk pencerahan  tetap saja akan melekat. Tapi masih lebih baik melekat pada hal yang baik dari pada melekat pada hal yang buruk.
PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

dilbert

VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Indra


kamala

Quote from: sriyeklina on 19 May 2011, 03:38:24 PM
Mahāparinibbāna Sutta


5.12. 'Ānanda, ada empat orang yang layak dibuatkan stupa. Siapakah mereka? Pertama adalah Seorang Tathāgata, Arahant, Buddha yang mencapai Penerangan Sempurna. Ke dua adalah seorang Pacceka Buddha[72]. Ke tiga adalah seorang siswa Sang Tathāgata. Dan ke empat adalah seorang Raja Pemutar Roda. Dan mengapakah mereka layak dibuatkan stupa? Karena, Ānanda, dengan berpikir: "Ini adalah stupa seorang Tathāgata, Pacceka Buddha, [143] seorang siswa Sang Tathāgata, seorang Raja Pemutar Roda," hati orang-orang akan menjadi damai, dan kemudian, saat hancurnya jasmani setelah kematian, mereka akan pergi menuju alam yang baik dan muncul kembali di alam surga. Ini adalah alasannya, dan itu adalah empat individu yang layak dibuatkan sebuah stupa.'

-Tanpa acara ritual-pun seseorang yang tidak punya tujuan untuk pencerahan  tetap saja akan melekat. Tapi masih lebih baik melekat pada hal yang baik dari pada melekat pada hal yang buruk.


Raja Pemutar Roda itu maksudnya siapa ya ?
^:)^  ^:)^
_/\_
Daripada seribu kata yang tak berarti,
adalah lebih baik sepatah kata yang bermanfaat,
yang dapat memberi kedamaian kepada pendengarnya.