Authenticity of the Suttas of the Pali Canon

Started by sobat-dharma, 13 May 2011, 03:50:45 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Mahadeva


K.K.

#211
Quote from: sobat-dharma on 20 May 2011, 11:16:41 AM
Bukankah ini justru semangat dalam artikel ini: jangan pusing dengan segala ketidakotentikan dalam sutta tapi langsung perhatikan petunjuknya yang bermanfaat bagi praktik:

"Read lots of suttas looking for practices the Buddha repeatedly says you should do - and then go do them. Don't worry too much about the stories, contradictions, mythology, etc. Remember the Buddha was only concerned about showing the way to end dukkha - find his instructions concerning this and follow them."
Saya berpandangan sederhana, yaitu melihat secara objektif: palsu adalah palsu, asli adalah asli. Palsu bisa bermanfaat, bisa tidak. Asli pun bisa bermanfaat, bisa juga tidak. Lord of The Ring juga fiktif, kisahnya khayalan. Tapi apakah tidak ada nilai-nilai dhamma sama sekali? Kalau ada, kenapa tidak sekalian dimasukkan dalam kanon? Kalau orang tanya tentang kewarasan yang memasukannya ke kanon, tinggal bilang "Don't worry too much about the stories, contradictions, mythology, etc."

Sekarang sutta/sutra sendiri banyak kontradiksi, belum lagi penafsirannya. Katanya yang penting 'end of suffering', lalu 'end of suffering' yang mana? Pegang yang satu dibilang egois, pegang yang lain dibilang eternalis, yang lain lagi dibilang nihilis, dst. Apa harus 'praktek' semua? Punya cukup waktu dan kemampuan untuk mencoba semua? Nah, menurut saya, menyelidiki keaslian sutta/sutra juga adalah salah satu cara mengeliminasi ajaran yang tidak bermanfaat.

Kalau orang mencari ketidak-otentikan untuk menyerang satu kepercayaan, atau karena satu-dua kekeliruan, lalu menganggap semuanya tidak bermanfaat, maka menurut saya memang pola pikir orang tersebut saja yang ngaco, namun bukan berarti penyelidikan itu pasti tidak bermanfaat.



Quote from: dilbert on 20 May 2011, 11:28:47 AM
[at] bro kainyn, coba di-klarifikasi dulu...
Walaupun diklarifikasi, saya ragu ia mengerti maksud saya. ;D

K.K.

Quote from: Mahadeva on 20 May 2011, 01:05:48 PM
ini gambar kalau tangan bisa menyentuh lutut tanpa membungkuk dari wikipedia saya dapatnya

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/b/b8/Gandhara_Buddha_%28tnm%29.jpeg
Memang betul bisa dipaksa begitu, tapi hasilnya pasti tinggi badannya tidak sepanjang rentangan tangan.

K.K.

Quote from: sobat-dharma on 20 May 2011, 11:55:08 AM
Itulah realitas! Tidak ada yang namanya konsistensi, karena realitas selalu ajaib dan di luar nalar kita. Dalam hal ini, Mahayana tidak bersembunyi dalam ilusi tentang konsistensi namun menghadapi realitas yang tidak konsisten: sambil mempertahankan cita-cita Bodhisattva. Cita2 tersebut seringkali dilambangkan sebagai teratai di atas rawa2 yang kotor.
Jika tidak ada konsistensi dalam menghadapi realitas, bukankah berarti nilai bodhisatva itu sendiri akan bergeser? Di jaman baik, para bodhisatva bersifat mulia, tapi di jaman yang kelam, mengikuti realitas, bodhisatva akan pegang pedang, menjarah lahan, perkosa wanita di negara yang ditaklukkan, bohong, nipu, mabuk-mabukkan. Yang saya mau tanya, lalu bedanya bodhisatva dengan non-bodhisatva apa? Tidak seperti semangat teratai yang tumbuh di tempat kotor namun tetap bersih, ini malahan ikut-ikutan kotor.


ryu

Quote from: Kainyn_Kutho on 20 May 2011, 02:41:02 PM
Memang betul bisa dipaksa begitu, tapi hasilnya pasti tinggi badannya tidak sepanjang rentangan tangan.
soal pemaksaan, keknya buda khan punya kekuatan batin, seperti ketika memperlihatkan kemaluannya dengan kekuatan batin ;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

K.K.

#215
Quote from: ryu on 20 May 2011, 02:54:41 PM
soal pemaksaan, keknya buda khan punya kekuatan batin, seperti ketika memperlihatkan kemaluannya dengan kekuatan batin ;D
Jadi tinggal pakai jurus Dhalsim atau Mr. Fantastic saja, semua beres yah? ;D

Ngomong-ngomong lakkhana, memangnya kekuatan bathin apa dari orang lain yang bisa membantu kita membuktikan bahwa orang tersebut memiliki indera pengecap yang sempurna? Ataukah untuk tes 32 tanda, Brahmana itu harus bawa kari resep rahasia untuk dicoba oleh Buddha lalu ditanya bumbunya apa aja, atau bagaimana?

Mahadeva

Quote from: Kainyn_Kutho on 20 May 2011, 02:41:02 PM
Memang betul bisa dipaksa begitu, tapi hasilnya pasti tinggi badannya tidak sepanjang rentangan tangan.

iya, mungkin perlu dibuat simulasi pakai komputer, untuk menentukan irisan syarat rentang tangan sama dengan tinggi badan namun masih bisa pegang lutut tanpa membunkuk,

jadi diperhitungkan juga panjang tungkai bawah, tungkai atas, lengan bawah dan atas sedemikian sehingga memenuhi syarat2 itu.  kalau pakai komputer rasanya lebih praktis,

tinggal bikin programnya.


Indra

Quote from: Mahadeva on 20 May 2011, 02:56:53 PM
iya, mungkin perlu dibuat simulasi pakai komputer, untuk menentukan irisan syarat rentang tangan sama dengan tinggi badan namun masih bisa pegang lutut tanpa membunkuk,

jadi diperhitungkan juga panjang tungkai bawah, tungkai atas, lengan bawah dan atas sedemikian sehingga memenuhi syarat2 itu.  kalau pakai komputer rasanya lebih praktis,

tinggal bikin programnya.



menyentuh lutut tanpa membungkuk bisa dilakukan oleh semua orang yg bisa menekuk kakinya, atau bisa juga dalam posisi duduk

K.K.

#218
Quote from: Mahadeva on 20 May 2011, 02:56:53 PM
iya, mungkin perlu dibuat simulasi pakai komputer, untuk menentukan irisan syarat rentang tangan sama dengan tinggi badan namun masih bisa pegang lutut tanpa membunkuk,

jadi diperhitungkan juga panjang tungkai bawah, tungkai atas, lengan bawah dan atas sedemikian sehingga memenuhi syarat2 itu.  kalau pakai komputer rasanya lebih praktis,

tinggal bikin programnya.
Tidak perlu serepot itu. Kebanyakan orang memang tingginya otomatis sepanjang rentang kedua tangan. Agar bisa menyentuh lutut tanpa membungkuk, ada 2 pilihan: posisi pundaknya diturunkan, atau tungkai kaki dipanjangkan sehingga posisi lutut naik. Jika tungkai kaki dipanjangkan, agar tinggi tetap sama, maka ada 3 piihan: pahanya dipendekkan, atau torso/badan yang dipendekkan, atau keduanya. Tidak terlalu susah dibayangkan/dihitung. 



Quote from: Indra on 20 May 2011, 03:06:04 PM
menyentuh lutut tanpa membungkuk bisa dilakukan oleh semua orang yg bisa menekuk kakinya, atau bisa juga dalam posisi duduk
Kalau memang maksudnya demikian, berarti hampir semua juga memiliki tanda ini donk? Tapi dalam penjelasannya di lakkhanasutta, memang dibilang ketika berdiri kok.

Mahadeva

saya pernah ukur badan saya, masih selisih 5 cm kayaknya, udh lupa belum ukur lagi tapi bedanya memang ga jauh2 amat...tapi kalau jarak tangan saya dgn lutut pas berdiri, selisih 2 jengkal kira2..

mungkin kalau ketemu orang yang bisa bentuk badannya bagus dan memenuhi syarat ini, wah keren.

katanya punya beberapa tanda saja, berarti buah karma baiknya besar ya

K.K.

Quote from: Mahadeva on 20 May 2011, 03:23:51 PM
saya pernah ukur badan saya, masih selisih 5 cm kayaknya, udh lupa belum ukur lagi tapi bedanya memang ga jauh2 amat...tapi kalau jarak tangan saya dgn lutut pas berdiri, selisih 2 jengkal kira2..

mungkin kalau ketemu orang yang bisa bentuk badannya bagus dan memenuhi syarat ini, wah keren.

katanya punya beberapa tanda saja, berarti buah karma baiknya besar ya
Setelah pikir-pikir lagi, memang kalau memang semuanya berubah sedikit-sedikit (lengan bertambah panjang sedikit, bukan panjang seperti gorilla, kaki bawah lutut juga lebih panjang sedikit, torso dan paha memendek sedikit) tampaknya bisa proporsional juga.

Setiap tanda dikatakan adalah buah dari perbuatan baik tertentu. Dalam hal lutut & tubuh proporsional ini, kalau tidak salah karena memahami apa yang pantas dan cocok bagi orang lain, lalu melakukan kebaikan tersebut.

ryu

Quote from: Mahadeva on 20 May 2011, 03:23:51 PM
saya pernah ukur badan saya, masih selisih 5 cm kayaknya, udh lupa belum ukur lagi tapi bedanya memang ga jauh2 amat...tapi kalau jarak tangan saya dgn lutut pas berdiri, selisih 2 jengkal kira2..

mungkin kalau ketemu orang yang bisa bentuk badannya bagus dan memenuhi syarat ini, wah keren.

katanya punya beberapa tanda saja, berarti buah karma baiknya besar ya
kaua aye sih sejengkal, tinggal miring ke kiri atau kanan sedikit juga bisa nyampe tuh
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Sostradanie

Quote from: Mahadeva on 20 May 2011, 03:23:51 PM
saya pernah ukur badan saya, masih selisih 5 cm kayaknya, udh lupa belum ukur lagi tapi bedanya memang ga jauh2 amat...tapi kalau jarak tangan saya dgn lutut pas berdiri, selisih 2 jengkal kira2..

mungkin kalau ketemu orang yang bisa bentuk badannya bagus dan memenuhi syarat ini, wah keren.

katanya punya beberapa tanda saja, berarti buah karma baiknya besar ya
Jadi ikut-ikutan mengukur :)
Saya sambil berdiri, jarak tangan ke lutut 1 jengkal. Panjang jengkalnya sekitar 20cm.
PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

Mahadeva

iya harusnya bisa proporsional kok dengan memperhatikan panjang tiap ekstrimitas dan torsonya juga.


Sunkmanitu Tanka Ob'waci

HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days