Arahat dan Boddhisatva

Started by Yong_Cheng, 30 March 2008, 06:48:50 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Yong_Cheng

Mohon bimbingan,
apakah perbedaan dari arahat dan boddhisatva? ada yang bilang kalo arahat tidak bisa mencapai Sammasambuddha tetapi boddhisatva bisa, berarti kedudukan boddhisatva lebih tinggi dari arahat? sekalian referensi suttanya, thx
Perjalanan seribu mil diawali dengan satu langkah kaki

Sunkmanitu Tanka Ob'waci

Tergantung dari Sutta / Sutra mana.
Sutta Theravada bilang Arahat sudah final.
Sebagian Sutra Mahayana bilang sudah final, sebagian bilang masih bisa menjadi Bodhisattva lagi.

Theravada beranggapan Nibanna Arahat sama dengan Nibanna Sammasambuddha.
Sebagian Mahayana bilang pengetahuan Arahat berbeda dengan pengetahuan Sammasambuddha. Sebagian Mahayana bilang sama saja. Kalau yang bilang pengetahuan berbeda, itu pengetahuan ada berapa jumlah koin yang ada kantong orang lain. Bukan pengetahuan jalan.

Ada Mahayana yang bilang menolong orang lain terlebih dahulu baru menjadi Buddha, itu lebih mulia.
Ada Mahayana yang bilang sama saja.

Tapi semua aliran setuju tujuan akhir adalah Nibanna. Permasalahan apakah menolong orang terlebih dahulu lebih mulia daripada yang masuk nibanna sendiri, bagi saya gak ada pentingnya. Yang penting adalah tujuan akhir, dengan cara apapun.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

andry

Sejauh yang saya ketahui, arahat sudah final.. tidak akan terlahir lagi atau terkondisi lagi, Namun jika bodhisatva masih terbelenggu dalam samsara ini, masih akan terlahir lagi..
Tinggian mana?? ini tergantung dari konsep berpikir anda Bro,
dalam artian apa kedudukan yang lebih tinggi itu? mohon lebih spesifik..
masalah referensi sutta, saya tidak tahu..mohon maaf
_/\_
Samma Vayama

nyanabhadra

Quote from: karuna_murti on 30 March 2008, 06:57:15 PM
Tergantung dari Sutta / Sutra mana.
Sutta Theravada bilang Arahat sudah final.
Sebagian Sutra Mahayana bilang sudah final, sebagian bilang masih bisa menjadi Bodhisattva lagi.

deleted...


Menurut apa yg pernah saya pelajari dan tahu.
Theravada menyebutkan Arhat sudah betul2 final dan karena itu pembebasan total dari siklus kelahiran (lenyapnya seluruh nafsu dan terbebas dari dukkha sepenuhnya).

Final yang di sebutkan adalah final merealisasi nirvana, dan Nirvana seorang Sammasambuddha, Arhat, dan pratekyabuddha adalah sama persis, seperti air dituangkan ke air lagi yang mempunyai rasa yang sama persis.

kalau kita bicara dari sisi kesempurnaan "prajna", "punna" (kebajikan), pengetahuan dll, maka sudah jelas Sammsambudha adalah yang memiliki kesempurnaan ter-sempurna diantara mereka (Arhat dan Pratekya).

Bodhisatva ada banyak macam, dari yg level rendah di sambhara marga, Prayoga marga, dharsana marga, dhyana marga, dan asaiksa marga.

Arya bodhisatwa pada bhumi pertama (terdeapat 10 bodhisatwa bhumi) adalah sudah berada pada posisi paling baik untuk terus berlatih mencapai Sammasambuddha.
Pada bhumi ke-6 atau ke-7 (saya tidak pasti), Kondisi ini setara dengan Nirvana Arhat, namun terdorong oleh maha karuna, bodhicitta, dll.....mereka meneruskan hingga bhumi ke-10, sebetulnya sepanjang bhumi ke-1 sampai 10 juga mereka yg bertekad di jalur bodhisatwa, selalu melandaskan dirinya dengan maha karuna, bodhicitta, paramita, dll.

karya Chandrakirti (Mulamadhyamika karika) menyebutkan, Arhat bisa kembali lagi ketika goncangan dahsyat turunnya Sammasabuddha akan datang, Maitreya, goncangan ini membangungkan para Arhat dari kondisi damai sepenuhnya (Nirvana) untuk masuk pada jalur bodhisatwa, dan masuk pada bhumi ke-6 atau ke-7 (kembali lagi saya tidak pasti di tingkat yg mana).

kira2 demikian yg pernah saya tahu.

sekedar mengetahui informasi ini ada bagusnya, namun tidak perlu terlalu risau, karena kita (mgkn hanya saya sendiri doang) yg belum merealisasi sampai tahap itu, bahkan mau jadi bodhisatwa aja.......masih amatiran  :(

bow and respect,

nyanabhadra

Quote from: karuna_murti on 30 March 2008, 06:57:15 PM

deleted.....

Ada Mahayana yang bilang menolong orang lain terlebih dahulu baru menjadi Buddha, itu lebih mulia.
Ada Mahayana yang bilang sama saja.

deleted....


Tambahan kutipan dari buku karangan HH Dalai Lama
(Sorry aku gak ingat judulnya):
There are 3 different styles of altruistic attitude:
1. Like a monarch, desiring to achieve Buddhahood
first, as the most effective way to help other beings.
2. Like a boatman, desiring to arrive at the other
shore of enlightenment together with all other beings.
3. Like a shepherd, desiring that all others should
achieve Buddhahood first, before his or her own
enlightenment
Example no. 2 dan 3 are only indicate the
compassionate attitude of certain types of
practitioners and serve to indicte how powerful
Bodhisattvas wish to help others. As stated in
Shantideva's A Guide to the Bodhisattva Way of Life:
there are many examples of wishes that can not
actually be achieved but are there for the sake of
developing strong will and determination.
So ONLY example no. 1 where they pursue as fast as
possible to become enlightenment so that they can more
effectively help others on vast scale, is the right
attitude.

dengan demikian, masing2 punya kecenderungan untuk memilih cara yang mana.

semoga menjadi jelas.

bow and respect,

nyanabhadra

Quote from: andry on 30 March 2008, 07:54:50 PM
Sejauh yang saya ketahui, arahat sudah final.. tidak akan terlahir lagi atau terkondisi lagi, Namun jika bodhisatva masih terbelenggu dalam samsara ini, masih akan terlahir lagi..
Tinggian mana?? ini tergantung dari konsep berpikir anda Bro,
dalam artian apa kedudukan yang lebih tinggi itu? mohon lebih spesifik..
masalah referensi sutta, saya tidak tahu..mohon maaf
_/\_

Betul sekali bro andry, Arhat tidak akan terlahirkan lagi akibat dorongan karma dan kilesanya, namun mereka berada dalam kondisi kedamaian total yg terlepas dari siklus berulang-ulang (samsara).

Namun mereka bisa lahir lagi karena keinginan mereka untuk masuk jalur bodisatwa, ingat....mereka yg yg terbebas total dari belenggu, tidak dilemparkan oleh karma dan kilesa mereka, tidak seperti manusia biasa yg tak punya kuasa apapun terhadap karma dan kilesa, kita dilemparkan ke 6 kelas alam kehidupan tanpa bisa dikendalikan.

Bodhisatwa apapun yang masih belum masuk pada bhumi ke-6 atau ke-7, maka sudah jelas berada di bawah Arahat (kalau kita membuat urutannya), namun tinggi Arhat atau bodhisatwa, tampaknya bukan informasi utama yg perlu kita tahu, menurut saya pribadi, yg perlu kita tahu adalah bagaimana kondisi itu bisa di capai dan kondisi seperti ada pada tingkat itu.

Buddha Sakyamuni sudah menyatakan, jalur menuju sravaka, jalur menuju pratekya, dan jalur menuju sammsambuddha, bisa dilalui oleh siapapun, dengan menanamkan tekad itu dari sekarang, dari mental, ucapan, dan tindakan menuju ke arah penyempurnaan setahap demi setahap melewati jalur itu.

bow and respect,

Mangkok

Ikutan share apa yang pernah saya dengar.

Pertama-tama, mari kita lihat sekilas kira2 bagaimana perjalanan seseorang mencapai tingkat kesucian. Mula2 dia terlahir sebagai manusia, kemudian bertemu pembimbing spiritual, diajarkan Dharma, kemudian berlatih dan bekerja mengatasi berbagai halangan dalam dirinya dan mengembangkan berbagai kualitas baiknya.

Halangan yang paling awal adalah kemelekatan terhadap kehidupan ini. Untuk mengatasi kemelekatan terhadap kehidupan ini, dia harus berpikir lebih jauh dari kehidupan ini, yaitu kehidupan yang akan datang. Bagaimana mengatasi kemelekatan terhadap kehidupan ini, yang paling efektif adalah merenungkan kematian, bahwa kehidupan ini tidak bisa berlangsung selamanya, bahwa kita pasti akan mati. Dan bukan hanya kita pasti akan mati, juga bahwa waktu kematian adalah tidak pasti. Selain itu, setelah kita mati, tidak ada yang akan berguna bagi kita, selain karma baik kita. Harta benda kita, keluarga, teman2, bahkan tubuh kita pun harus kita tinggalkan pada saat kita mati, mereka tidak bisa membantu kita, tidak bisa kita bawa. Yang kita bawa adalah karma baik atau karma buruk kita. Kita tahu bahwa setelah kita mati, kita akan dipaksa terlahir kembali, kita belum bisa mengatasi proses  ini. (Atau mungkin ada yang sudah bisa sih, yang jelas saya belum). Jadi, kita dipaksa "mengambil" bentuk kehidupan baru, dan bentuk kehidupan ini hanya ada dua tipe, bentuk yang menyenangkan (alam2 yang bahagia) atau bentuk yang menderita (alam2 yang menderita). Tentu saja secara normal dia ingin kehidupan mendatangnya tidak berakhir di alam yang menderita, tentu saja dia ingin terlahir di alam yang lebih baik.

Namun seiring kemajuan batinnya, setelah dia mempelajari lebih jauh, dia akan menyadari bahwa terlahir di alam yang lebih baik pun masih dalam samsara, dengan kata lain masih belum terbebas dari dukkha, selain bahwa dia juga tidak bisa menjamin bahwa dia selamanya akan terlahir di alam yang lebih baik.

Dengan mengetahui bahwa selama dia tidak bebas dari samsara, dia tidak akan pernah terbebas dari dukkha, akhirnya dia berjuang untuk bebas dari samsara agar benar2 bebas dari semua dukkha. Untuk itu, pertama2 dia akan mengembangkan satu kualitas spiritual yang disebut penolakan terhadap samsara (inggrisnya renunciation).

Sesuai kecenderungannya, setelah mengembangkan penolakan terhadap samsara secara spontan (pada tahap ini kita katakan dia mulai memasuki jalan spiritual). Dia akan mencari cara untuk benar2 bebas dari samsara.

Di sini ada dua kemungkinan yang akan muncul:
1. Orang ini ingin membebaskan dirinya pribadi dari samsara
Dengan kedua kualitas ini, penolakan terhadap samsara secara spontan dan aspirasi untuk membebaskan dirinya pribadi dari samsara secara spontan juga, orang ini dikatakan memasuki jalan sravaka atau pratyeka (bila dia tidak mengikuti seorang guru). Disini dia dikatakan memasuki sravaka/pratyeka, mulai dari jalan akumulasi, persiapan, penglihatan, meditasi, dan jalan tanpa belajar lagi. Di jalan2 tersebut dia akan terus bekerja sampai akhirnya berhasil mengatasi pandangan salah tentang adanya ada "atta/aku" yang sejati. Dengan mengatasi secara sempurna pandangan salah yang menjadi akar dari semua kilesa ini, orang ini kemudian mencapai tingkat Arahat. (Dalam hal ini Arahat Pratimoksayana atau Theravada klo Anda lebih suka istilah ini). Karena Arahat telah mengatasi kilesa akar dan otomatis semua kilesa lain secara sempurna maka dia tidak akan terlahir lagi dalam samsara, artinya tidak ada yang bisa memaksanya untuk terlahir lagi selain keinginan murninya sendiri.

2. Orang ini setelah merealisasikan penolakan terhadap samsara secara spontan, dia menyadari bahwa makhluk lain mengalami dukkha yang persis sama dengannya, maka mereka juga harus bebas dari semua dukkha dalam samsara seperti dirinya, maka dia kemudian akan mengembangkan boddhicitta yang spontan, yaitu aspirasi untuk mencapai kebuddhaan yang   sempurna demi kebaikan semua makhluk, yaitu agar dia punya kemampuan yang sempurna agar dapat membebaskan semua makhluk dari semua dukkhanya. Pada saat bodhicitta menjadi spontan, kita mengatakan dia adalah seorang bodhisatva. Jadi, bodhisatva adalah seorang yang telah mempunyai bodhicitta yang spontan.
Dengan kualitas penolakan terhadap samsara secara spontan dan bodhicitta secara spontan, dia dikatakan memasuki jalan mahayana.
Pertama2 dia akan memasuki jalan yang pertama disebut jalan akumulasi (Path og accumulation),
2. jalan persiapan (path of preparation),
3. jalan penglihatan (path of seeing) (ditahap ini dia disebut Arya, mereka yang telah mempersepsikan kesunyataan secara langsung). Pada tahap ini dia dikatakan memasuki bodhisattva bhumi 1 dari ke 10 bodhisattva bhumi.
4. jalan meditasi (path of meditation), pada jalan ini sang bodhisattva akan mengembangkan dirinya dari bodhisattva bhumi 2- bodhisatva bhumi 7.
5. jalan tanpa perlu belajar lagi (path of no more learning)
Disini sang bodhisatva masuk bodhisattva bhumi 8- bodhisattva bhumi 10. Pada bodhisattva bhumi 8, sang bodhisattva disebut arahat mahayana dan terus bekerja mengatasi penghalang kemahatahuannya sampai mencapai kebuddhaan.

Sumbernya dari ceramah2 yang pernah saya dengar. (Jadi, mohon maaf klo ada yang salah. Dan klo ada yang salah pasti karena pendengaranku yang salah, karena masih banyak penghalang)

Sumber teksnya klo salah ga salah adalah teks2 karya Arya Asanga, yaitu Bodhisattvabhumi, Sravakabhumi, dan Yogacarabhumi (klo ga salah ya)



Terima kasih
Semoga kebijaksanaan dan kebaikan hati tumbuh dan berkembang dalam batin semua makhluk

El Sol

 [at] nyanabadhra
bgaimana mungkin Arahat yang sudah melenyapkan lobha,dosa dan moha seperti seorang sammasambuddha bisa mempunyai keinginan untuk menjadi boddhisatva pada saat calon buddha Metteya lahir? Bukankah yang membedakan Arahat dan Sammasambuddha hanya kesaktian dan kebijaksanaan?

nyanabhadra

Quote from: El Sol on 30 March 2008, 11:08:57 PM
[at] nyanabadhra
bgaimana mungkin Arahat yang sudah melenyapkan lobha,dosa dan moha seperti seorang sammasambuddha bisa mempunyai keinginan untuk menjadi boddhisatva pada saat calon buddha Metteya lahir? Bukankah yang membedakan Arahat dan Sammasambuddha hanya kesaktian dan kebijaksanaan?

Ga tau juga yah, apakah ada dalam sutra / sutta yg menyatakan bahwa setelah merealisasi Arahat melenyapkan lobha dosa dan moha, berbagai belenggu dll terus mereka tidak punya keinginan utk masuk ke jalur penyempurnaan bodhisatwa?

lenyapnya lobha, dosa, dan moha tidak ada kaitanya dengan keinginan masuk ke jalur bodhisatwa, namun faktor pendorong terbesar, saya rasa adalah maha karuna dan bodhicitta, yg jelas mereka punya potensi utk mencapai tingkat sammsambuddha.

anda juga punya potensi sama persis.

yg membedakan Arhat dan Sammasambuddh sangat banyak, dari segi kesempurnaan kebajikan, kebijaksanaan, pengetahuan, kemampuan supranatural,  dll.

bow and respect,

El Sol

Nibbana=lenyapnya dosa,lobha dan moha.. Dan saya pasti dalam vajra jg sedemikian...dan diatas bhante Ada tulis kalo Nibbana ketiga Buddha(savaka,pacceka dan sammasambuddha) adalah sama...dan yg membedakan adalah prajna,punna,dll

Jd bukankah sangat tidak masuk akal jika seorang yg telah merealisasikan Nibbana masih mempunyai keinginan untuk menjadi Bodhisatva?

Sunkmanitu Tanka Ob'waci

#10
Karena itu saya bilang sebagian Mahayana...
Kamu bilang Arahat begini menurut Mahayana..., saya bisa cari Sutra Mahayana yang mengatakan sebaliknya.

Mahayana mana dulu? Mahayana banyak sekali.

Madhyamika, Yogacara, Tathagatagarbha, Ch'an, Zen...

Theravada mana dulu? Theravada banyak sekali.

Vibhajjavada, Sarvastivada, Pudgalavada, Sammitiya, Mahavihara...

Tantrayana mana dulu? Tantrayana banyak sekali.

Bon, Gelug, Kagyu, Nyingma, Sakya, Chod, Kalachakra, Kadampa...

Buddhisme mana dulu?

Saya sudah bilang di awal.

Tapi semua aliran setuju tujuan akhir adalah Nibanna. Permasalahan apakah menolong orang terlebih dahulu lebih mulia daripada yang masuk nibanna sendiri, bagi saya gak ada pentingnya. Yang penting adalah tujuan akhir, dengan cara apapun.

Tujuan saya mengatakan ini, bukan buat keributan. Saya kira masing-masing punya pandangan sendiri-sendiri. Dan tujuan masing-masing mengatakan ini dan itu juga niat baik. Tapi karena ini forum pemula. Jangan melupakan tujuan akhir.

Best regards.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Sunkmanitu Tanka Ob'waci

Saya bilang dari awal, agar pemula tidak meributkan hal-hal yang tidak perlu. Jalani saja dulu apa yang dipercaya.

Saya tahu kalau tidak dijelaskan bisa ribut T Vs M lagi. Ternyata masih saja ada yang terpancing untuk meributkan. Offtopic lagi.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

El Sol


nyanadhana

 :)) yang penting Nibbana....halte terakhirnya
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one's own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

bond

#14
Setau saya, bahwa seorang arahat, tidak mungkin menjadi bodhisatva, kecuali saat anagami kebawah masih bisa.

Ini ada ceritanya mengenai Ajahan Sao Katansilo yg dulu ingin menjadi Pacceka Buddha, tetapi ia melepaskannya dan langsung menjadi arahat. Artinya  bahwa hal yg tidak mungkin ketika arahat bisa menjadi bodhisatva, kalau memang demikian kenapa Ajahn Sao Katansilo tidak membiarkan dirinya menjadi arahat langsung jika keinginan menjadi Pacceka Buddha bisa tercapai saat setelah menjadi arahat.
_/\_
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada