Belajar agama Buddha tanpa harus menjadi umat Buddha!

Started by Peacemind, 20 February 2011, 03:23:34 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

williamhalim

Quote from: Kainyn_Kutho on 09 March 2011, 09:27:54 AM
Contoh kasus, misalnya ada seorang yang pikirannya dikuasai kebencian luar biasa, maka dalam meditasinya, ia tidak bisa berkonsentrasi. Tetapi juga ia menahan diri dari menyalurkan kebencian itu, maka ia tidak membunuh orang yang dibencinya, walaupun sangat ingin. Kalau menurut saya, dalam hal itu ada sila, namun tidak ada Samadhi dan Panna. Menurut bro wili bagaimana?

Seseorang yg sangat membenci dan tidak dapat menahan diri dan sampai membunuh seseorang dapat dikatakan: orang yg lemah pikiran dan kesadarannya, tidak dapat menahan diri, tidak dapat berpikir panjang.

Demikian juga sebaliknya, seseorang yg sangat membenci seseorang, tapi masih dapat menahan diri untuk tidak melakukannya dapat dikatakan ia mempunyai kesadaran dan kebijaksanaan (meskipun secuil). Ia masih mempunyai akal sehat untuk mempertimbangkan sesuatu, kesadarananya masih bekerja, ia mengambil pilihan dan tidak menuruti emosinya.

Kebijaksanaan dan kesadaraan, Imo adalah berlapis, mulai dari yg paling kasar sampai yg paling halus. Kebijaksanaan+kesadaran ini senantiasa harus dilatih dan tercermin dalam tindakan (sila).

Pendapat saya ini dipikir2 terkait dengan kalimat: berbuatlah kebaikan meskipun kecil dan hindari perbuatan buruk meskipun kecil juga.

kalimat bijaksana yg sederhana tsb tujuannnya bukanlah untuk mengumpulkan kamma, namun lebih ke melatih diri lapis demi lapis, mulai dari yg kecil sampai kepemadaman sesungguhnya.

Quote
Kalau patokannya dari JMB8, saya masih tidak cocok dengan beberapa hal. Misalnya Pandangan Benar (Samma Ditthi) adalah yang berhubungan dengan paham Buddhisme yang unik. Sementara Ucapan Benar (Samma Vaca) dalam definisinya tidak ada sangkut pautnya dengan samma ditthi. Kita bisa menemukan dengan gampang orang non-Buddhis yang memiliki ucapan benar. Dari sini saya lihat perbuatan benar belum tentu dibarengi dengan pandangan benar.

Memang betul, seseorg yg non-buddhist dapat mempraktikkan 'Ucapan-Benar' tanpa perlu paham soal 'dukkha-akhir dukkha'. Namun sedikit banyak ia mempunyai kebijaksanaan juga, meski terbatas pada kebijaksanaan baik-buruk saja + kesadaran saat melakukannya.

Bedanya dgn seorg buddhist yg mempraktikkan 'Ucapan-Benar', seyogyanya dimotivasi oleh kebijaksanaan 'dukkha-akhir dukkha' serta diiringi kesadaran saat melakukannya.

Hal tsb yg membedakannya. Memang Sila, dpt dipraktikkan siapa saja (buddhist dan non-buddhist) namun yg membedakannya adalah Samma-ditthi, yg nantinya akan menghasilkan perkembangan berbeda.

Ini yg mungkin dikatakan Samma-Ditthi sangat penting sekali.

Sila yg saya maksud adalah Sila yg dilakukan praktisi Buddhist, yg telah paham dukkha-akhir dukkha, yg otomatis praktik sila mereka seyogyanya dimotivasi oleh kebijaksanaan benar (plus disertai kesadaran). Praktik Sila ini akan saling menunjang dengan samadhi dan panna, yg seterusnya saling mengasah berbarengan terus menerus.

Quote
Ya, sepertinya memang semua kembali pada diri masing-masing saja, yang penting berusaha menyadari kekurangan dan potensi diri sendiri agar bisa pilih jalan yang sesuai, bukan cuma ikut2an.

Betul sekali, saya setuju bahwa pada intinya: pemahaman benar sangat penting sekali, krn ini akan berimbas pada praktik masing2.

Sehingga, seseorg yg KTP nya Buddhis, atau mengaku-ngaku buddhis, bisa saja mempraktikkan Sila yg sama saja dengan non-buddhist dalam arti kata seperti yg dijelaskan Bro Kai: hanya ikut2an (panna yg dangkal, yakni: baik-buruk, atau perintah Buddha).

Jadi, imo, pendapat saya bahwa Sila ada kandungan kebijaksanaan+kesadaran, atau pendapat bbrp rekan yg lain bahwa dengan kesadaran murni, sila otomatis akan terjaga, pada intinya sama. Perbedaan hanya pada sudut pandang dan kecocokan diri masing2 saja.

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

dilbert

Quote from: ryu on 09 March 2011, 03:36:35 PM
itu tuntunan vipasana dalam kr****n ;D

Di-tafsirkan sebagai Tuntunan Vipasanna... yang menurut saya seharusnya bukan... Jika memang tuntunan vipasanna, seharusnya ajaran yang sudah belakangan muncul, seharusnya sudah mendapatkan copy-an / "bocor"-an dari ajaran yang sebelumnya sehingga bisa di-copy paste saja...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

ryu

Quote from: dilbert on 10 March 2011, 11:22:33 AM
Di-tafsirkan sebagai Tuntunan Vipasanna... yang menurut saya seharusnya bukan... Jika memang tuntunan vipasanna, seharusnya ajaran yang sudah belakangan muncul, seharusnya sudah mendapatkan copy-an / "bocor"-an dari ajaran yang sebelumnya sehingga bisa di-copy paste saja...

secara itu pada zaman daud, 1000 tahun sebelum yesus, jadi buddha nyontek ajaran allah =))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

dilbert

Quote from: ryu on 10 March 2011, 11:25:30 AM
secara itu pada zaman daud, 1000 tahun sebelum yesus, jadi buddha nyontek ajaran allah =))

Bisa jadi... wwkwkwkwkwk... tapi Buddha lebih pintar dan mempatenkan-nya menjadi istilah VIPASANNA... dan pada jaman sekarang mau di "franchise"-kan menjadi MMD
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

ryu

Quote from: dilbert on 10 March 2011, 11:39:29 AM
Bisa jadi... wwkwkwkwkwk... tapi Buddha lebih pintar dan mempatenkan-nya menjadi istilah VIPASANNA... dan pada jaman sekarang mau di "franchise"-kan menjadi MMD
yeah agar pasar lebih luas ;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

rooney

Quote from: wang ai lie on 09 March 2011, 09:10:39 PM
istri saya seorang kr****n dan saya juga tadinya ka****k tadinya hanya ingin tau tentang ajaran buddha tapi kami sekeluarga malah semakin tertarik dan akhirnya  memeluk agama buddha _/\_

walau pun keiinginan hanya bertujuan Belajar agama Buddha tanpa harus menjadi umat Buddha tapi jika sudah mengerti sari ajaran buddha ada kemungkinan malah akan beralih menjadi umat buddha  _/\_

Kok bisa tiba-tiba ingin tau tentang ajaran Buddha ? ;D

wang ai lie

#141
Quote from: rooney on 10 March 2011, 12:54:03 PM
Kok bisa tiba-tiba ingin tau tentang ajaran Buddha ? ;D


;D saya dengar di buddha mengajarkan segala hal yg belum saya ketahui pada waktu itu, terutama tentang kamma, Ajaran dasar nya dikenal sebagai Empat Kebenaran Mulia , dan intisari dari cinta kasih katanya ada pada ajaran buddha

setelah mendengar itu semua, saya makin ingin mengetahui lebih banyak lagi, yg sekiranya bisa mengubah kebiasaan hidup saya dalam bertingkah laku, bertutur kata dan berbuat ,yg selama ini bagi saya dan mungkin bagi orang lain tidak benar  _/\_
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

rooney

Quote from: wang ai lie on 10 March 2011, 01:30:16 PM

;D saya dengar di buddha mengajarkan segala hal yg belum saya ketahui pada waktu itu, terutama tentang kamma, Ajaran dasar nya dikenal sebagai Empat Kebenaran Mulia , dan intisari dari cinta kasih katanya ada pada ajaran buddha

setelah mendengar itu semua, saya makin ingin mengetahui lebih banyak lagi, yg sekiranya bisa mengubah kebiasaan hidup saya dalam bertingkah laku, bertutur kata dan berbuat ,yg selama ini bagi saya dan mungkin bagi orang lain tidak benar  _/\_

Dengar dari mana ?   :-?

Bukannya kalo di tetangga ada juga cinta kasih yak ?  ;D

wang ai lie

Quote from: rooney on 10 March 2011, 01:41:28 PM
Dengar dari mana ?   :-?

Bukannya kalo di tetangga ada juga cinta kasih yak ?  ;D

dari teman yg beragama buddha bro
kalo soal cinta kasih di tetangga , memang di ajarkan tapi lebih individual, tidak seperti yg saya lihat di buddha lebih universal.
contoh forum ini , tidak peduli saya sebagai warga baru di DC tapi banyak yg mau memberikan bimbingan, petunjuk , bahkan pertolongan tanpa ada perbedaan sama sekali  .
jika cinta kasih mengenal perbedaan derajat atau status , apakah masih pantas di sebut ajaran cinta kasih?  _/\_
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

williamhalim

Quote from: wang ai lie on 10 March 2011, 01:30:16 PM

;D saya dengar di buddha mengajarkan segala hal yg belum saya ketahui pada waktu itu, terutama tentang kamma, Ajaran dasar nya dikenal sebagai Empat Kebenaran Mulia , dan intisari dari cinta kasih katanya ada pada ajaran buddha

setelah mendengar itu semua, saya makin ingin mengetahui lebih banyak lagi, yg sekiranya bisa mengubah kebiasaan hidup saya dalam bertingkah laku, bertutur kata dan berbuat ,yg selama ini bagi saya dan mungkin bagi orang lain tidak benar  _/\_

Betul Bro, Ajaran Buddha makin dipelajari memang makin menarik dan kita jadi tau kenapa kita bisa begini, apa penyebabnya dan bagaimana jalan keluarnya...

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

K.K.

Quote from: wang ai lie on 10 March 2011, 01:57:49 PM
dari teman yg beragama buddha bro
kalo soal cinta kasih di tetangga , memang di ajarkan tapi lebih individual, tidak seperti yg saya lihat di buddha lebih universal.
contoh forum ini , tidak peduli saya sebagai warga baru di DC tapi banyak yg mau memberikan bimbingan, petunjuk , bahkan pertolongan tanpa ada perbedaan sama sekali  .
jika cinta kasih mengenal perbedaan derajat atau status , apakah masih pantas di sebut ajaran cinta kasih?  _/\_
Sebetulnya di agama lain juga mengajarkan cinta kasih yang tidak berkondisi kok. Hanya oknum tertentu saja pakai beda-bedakan status dan sebagainya.

wang ai lie

Quote from: williamhalim on 10 March 2011, 01:58:18 PM
Betul Bro, Ajaran Buddha makin dipelajari memang makin menarik dan kita jadi tau kenapa kita bisa begini, apa penyebabnya dan bagaimana jalan keluarnya...

::
iya emang makin menarik  ;D  kita jadi tau kenapa kita bisa begini, apa penyebabnya dan bagaimana jalan keluarnya. selain itu dapat merubah sifat dan kebiasaan seseorang yg buruk menjadi baik, bahkan mungkin bisa menjadi lebih baik walau itu semua kembali kepada individual masing2 , jujur sebelum ini saya adalah seorang peminum, suka dugem  ;D dan agak kurang memperhatikan keluarga, tapi setelah mengenal ajaran buddha saya seperti di cambuk yang akhirnya dapat sedikit demi sedikit menghilangkan sifat dan tingkah laku buruk saya.  _/\_
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

wang ai lie

Quote from: Kainyn_Kutho on 10 March 2011, 02:04:11 PM
Sebetulnya di agama lain juga mengajarkan cinta kasih yang tidak berkondisi kok. Hanya oknum tertentu saja pakai beda-bedakan status dan sebagainya.
memang betul hanya oknum tertentu tapi yang di sayang kan , oknum tersebut kebanyakan dari pembimbing rohaninya (pendeta)
contoh saja papah saya yg meninggal 1 tahun kemaren, saudara saya yg katholik ingin supaya papah saya di doakan secara katholik oleh seorang romo, tapi apa yg terjadi ? bukan romo yg hadir dan mendoakan tapi seorang flater , andai ada pemberitahuan dan alasan yg jelas tidak mungkin kita kecewa, selang tidak lama ada tetangga saya yg meninggal dia orang kaya juga seorang katholik dan walau harus membatalkan acara di suatu tempat , romo itu mau datang ke tempat persemayaman untuk mendoakan . kejadian seperti ini juga pernah di alami teman saya yg beragama kr****n
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

rooney

#148
Quote from: wang ai lie on 10 March 2011, 02:15:28 PM
memang betul hanya oknum tertentu tapi yang di sayang kan , oknum tersebut kebanyakan dari pembimbing rohaninya (pendeta)
contoh saja papah saya yg meninggal 1 tahun kemaren, saudara saya yg katholik ingin supaya papah saya di doakan secara katholik oleh seorang romo, tapi apa yg terjadi ? bukan romo yg hadir dan mendoakan tapi seorang flater , andai ada pemberitahuan dan alasan yg jelas tidak mungkin kita kecewa, selang tidak lama ada tetangga saya yg meninggal dia orang kaya juga seorang katholik dan walau harus membatalkan acara di suatu tempat , romo itu mau datang ke tempat persemayaman untuk mendoakan . kejadian seperti ini juga pernah di alami teman saya yg beragama kr****n

Memangnya ada perbedaan didoakan sama romo dengan frater ?  ;D

Berarti bisa disimpulkan bro Wang kecewa sama prilaku umat (termasuk pastor, frater, bruder, suster, dll) sepertinya ya... Bagaimana jika bertemu dengan umat Buddha atau bhikku yang tingkah lakunya dipandang buruk ?  :-?

K.K.

Quote from: williamhalim on 10 March 2011, 10:35:16 AM
Seseorang yg sangat membenci dan tidak dapat menahan diri dan sampai membunuh seseorang dapat dikatakan: orang yg lemah pikiran dan kesadarannya, tidak dapat menahan diri, tidak dapat berpikir panjang.

Demikian juga sebaliknya, seseorang yg sangat membenci seseorang, tapi masih dapat menahan diri untuk tidak melakukannya dapat dikatakan ia mempunyai kesadaran dan kebijaksanaan (meskipun secuil). Ia masih mempunyai akal sehat untuk mempertimbangkan sesuatu, kesadarananya masih bekerja, ia mengambil pilihan dan tidak menuruti emosinya.
Sepertinya menahan diri itu bukan selalu disebabkan oleh kesadaran dan kebijaksanaan yang lebih baik. Kembali lagi, pandangan salah dan pengejaran pada hal-hal yang salah pun bisa.

Saya coba contoh lain ada orang yang lagi marah, mau bunuh orang lain, tapi kemudian orang yang akan dibunuh itu menawarkan kekayaan dan kenikmatan duniawi. Akhirnya memang tidak jadi bunuh, tapi karena dikondisikan oleh keserakahannya yang lebih kuat. Jadi kembali lagi, bisa saja orang melakukan perbuatan benar tanpa pandangan benar.


QuoteKebijaksanaan dan kesadaraan, Imo adalah berlapis, mulai dari yg paling kasar sampai yg paling halus. Kebijaksanaan+kesadaran ini senantiasa harus dilatih dan tercermin dalam tindakan (sila).

Pendapat saya ini dipikir2 terkait dengan kalimat: berbuatlah kebaikan meskipun kecil dan hindari perbuatan buruk meskipun kecil juga.

kalimat bijaksana yg sederhana tsb tujuannnya bukanlah untuk mengumpulkan kamma, namun lebih ke melatih diri lapis demi lapis, mulai dari yg kecil sampai kepemadaman sesungguhnya.
Ya, saya juga berpendapat sama. Ada kalanya kita memang harus kaku dan otoriter dalam mengajarkan orang yang belum mengerti. "Jangan dekat-dekat colokan listrik!" <- Seperti sila bagi si anak. Nanti sudah besar, tahu yang namanya 'kesetrum', tidak perlu ingat sila juga sudah punya kebijaksanaan untuk berhati-hati pada listrik. Setelah belajar elektronik, jadi tukang listrik yang pakar, bongkar-bongkar alat listrik juga tidak masalah.

Yang bahaya adalah kurang bijaksananya guru sehingga bisa terjadi anak kecil disuruh bongkar peralatan listrik atau tukang listrik disuruh jangan deket-deket colokan.

QuoteMemang betul, seseorg yg non-buddhist dapat mempraktikkan 'Ucapan-Benar' tanpa perlu paham soal 'dukkha-akhir dukkha'. Namun sedikit banyak ia mempunyai kebijaksanaan juga, meski terbatas pada kebijaksanaan baik-buruk saja + kesadaran saat melakukannya.
"Kalau kamu ngomong kasar, saya jahit mulutmu!"
Alhasil, orang memang berucap benar (tidak kasar), tapi bukan karena kebijaksanaan, tapi karena ketakutan.

QuoteBedanya dgn seorg buddhist yg mempraktikkan 'Ucapan-Benar', seyogyanya dimotivasi oleh kebijaksanaan 'dukkha-akhir dukkha' serta diiringi kesadaran saat melakukannya.

Hal tsb yg membedakannya. Memang Sila, dpt dipraktikkan siapa saja (buddhist dan non-buddhist) namun yg membedakannya adalah Samma-ditthi, yg nantinya akan menghasilkan perkembangan berbeda.

Ini yg mungkin dikatakan Samma-Ditthi sangat penting sekali.
Betul, ini bagian yang paling penting kalau mau belajar Ajaran Buddha. Kalau kita memutuskan melakukan atau tidak melakukan, kita harus tahu mengapa demikian. Kita menyelidiki apakah benar anjuran/larangan itu bermanfaat atau tidak, maka baru bisa berkembang.

QuoteSila yg saya maksud adalah Sila yg dilakukan praktisi Buddhist, yg telah paham dukkha-akhir dukkha, yg otomatis praktik sila mereka seyogyanya dimotivasi oleh kebijaksanaan benar (plus disertai kesadaran). Praktik Sila ini akan saling menunjang dengan samadhi dan panna, yg seterusnya saling mengasah berbarengan terus menerus.

Betul sekali, saya setuju bahwa pada intinya: pemahaman benar sangat penting sekali, krn ini akan berimbas pada praktik masing2.

Sehingga, seseorg yg KTP nya Buddhis, atau mengaku-ngaku buddhis, bisa saja mempraktikkan Sila yg sama saja dengan non-buddhist dalam arti kata seperti yg dijelaskan Bro Kai: hanya ikut2an (panna yg dangkal, yakni: baik-buruk, atau perintah Buddha).

Jadi, imo, pendapat saya bahwa Sila ada kandungan kebijaksanaan+kesadaran, atau pendapat bbrp rekan yg lain bahwa dengan kesadaran murni, sila otomatis akan terjaga, pada intinya sama. Perbedaan hanya pada sudut pandang dan kecocokan diri masing2 saja.

::
Kalau sila yang dilandasi pandangan benar, sudah tentu ada kebijaksanaan dan kesadaran. Karena pandangan benar sendiri adalah kebijaksanaan + kesadaran. ;D Jadi kalau itu yang dimaksud, menurut saya memang betul sama saja, hanya lihat dari 'arah' berbeda saja.