[ INFO EVENT ] Daden Book Expo Jakarta 2011

Started by dbej2011, 29 January 2011, 02:26:32 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

ryu

Quote from: nyanadhana on 08 March 2011, 04:58:16 PM
yang sesat makin banyak
sesat khan kata orang sesat =))

kata penganutnya mereka tidak sesat kok
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

dbej2011

Quote from: nyanadhana on 08 March 2011, 04:58:16 PM
yang sesat makin banyak

http://m.kompas.com/news/read/data/2011.02.20.09030057

JAKARTA, KOMPAS.com--Barangkali baru kali ini terjadi, seorang Wakil Gubernur DKI Jakarta ikut dalam antrean panjang untuk meminta tandatangan kepada seorang penulis buku.

Prijanto, sang Wagub pun tidak sungkan-sungkan mengangsurkan bukunya untuk ditandatangani sang penulis yang duduk di panggung kehormatan. Maklumlah, mengapa Pak Wagub bersedia melakukan tindakan tersebut. Sebab, sang penulis memang manusia luar biasa, manusia yang dihormati jutaan ummat di seluruh dunia. Ya, sang penulis tak lain adalah Master Sheng-yen Lu, Mahaguru Buddha Dharma yang kini menetap di Seattle, Amerika Serikat.

Jakarta adalah salah satu kota yang dikunjungi Master Lu selama di Indonesia selain kota Pontianak, Medan, dan Surabaya; untuk memperkenalkan buku ke-220 karyanya yang berjudul "Eskalasi Alam Dewa" yang diterbitkan oleh Budaya Daden Indonesia.

"Master Lu adalah tokoh kaliber dunia, atas nama pribadi saya bangga kepada beliau. Bukunya berisi tuntunan untuk mengatasi derita di dunia," ungkap Prijanto dalam sambutannya usai Master Lu mempertunjukan kepiawaiannya menulis kaligrafi di Mal Taman Anggrek, Jakarta, (19/2).

Buku "Eskalasi Alam Dewa" edisi bahasa Indonesia yang diluncurkan pertama kali di Jakarta ini merupakan bagian kegiatan Pameran Buku Daden Book Expo 2011 dengan tema "Goresan Tinta Seorang Dharmaraja".

Daden Book Expo Jakarta 2011 ... Ayo datang semua .. Ajak teman2 , saudara-saudara , umat- umat Vihara untuk menghadiri acara Daden Book Expo kali ini yang menghadirkan langsung Master Sheng-yen Lu sebagai penulis :)

nyanadhana

ya yang sesat lebih diminati daripada ajaran Buddha sendiri.:)
saya tidak peduli mau wagub atau siapapun,semuanya bisa dibeli.bisa diajak menjadi ikon.yang penting adalah kasihan sungguh kasihan.
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one's own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

dbej2011

Quote from: nyanadhana on 08 March 2011, 05:15:30 PM
ya yang sesat lebih diminati daripada ajaran Buddha sendiri.:)
saya tidak peduli mau wagub atau siapapun,semuanya bisa dibeli.bisa diajak menjadi ikon.yang penting adalah kasihan sungguh kasihan.

http://www.marketplus.co.id/2011/02/22/ajarkan-kebajikan-kebijaksanaan-dan-jalan-kebenaran/

Ajarkan Kebajikan, Kebijaksanaan dan Jalan Kebenaran
Posted By : Ditya Gumilar
February 22, 2011

Peluncuran buku karya Master Sheng-yen Lu resmi terbit 20 Februari 2011 di Indonesia dengan judul "Eskalasi Alam Dewa" (EAD). Buku ini adalah salah satu karya terbarunya yang ke 220.

Dalam buku yang telah di terjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia itu beliau banyak mengupas tentang struktur alam dewa mulai dari Alam Karmadhatu, Rupadhatu sampai dengan Arupadhatu.

"Manusia pada dasarnya hanya memahami hati secara kasar, tapi tidak mengetahui sisi yang lebih dalam.  Manusia pada dasarnya hanya memahami suka secara lahiriah, tapi tidak mengetahui sisi yang lebih dalam." itulah sepenggal kalimat yang di kutipan dari hal.75.

Sang master juga menggambarkan penjelajahan seorang Sadhaka (seorang yang melatih diri) ke berbagai dimensi kehidupan di alam dewa, alam di atas alam manusia.

Peluncuran buku ini berbarengan dengan kegiatan Pameran Buku Daden Book Expo 2011 yang berlangsung di Atrium Mal Taman Anggrek Jakarta dari tanggal 15 Februari sampai dengan 20 Februari 2011. Masih dengan tema acara  yang sama yaitu "Goresan Tinta Seorang Dharmaraja" kegiatan serupa juga akan berlangsung di beberapa kota di Indonesia, yaitu Pontianak (22 Februari, Mega Mal), Medan (27 Februari, Sun Plaza), dan Surabaya (2 Maret, Grand City).
Daden Book Expo Jakarta 2011 ... Ayo datang semua .. Ajak teman2 , saudara-saudara , umat- umat Vihara untuk menghadiri acara Daden Book Expo kali ini yang menghadirkan langsung Master Sheng-yen Lu sebagai penulis :)

dbej2011

Suasana kehadiran Sang Penulis




Sesi Penandatanganan Buku Eskalasi Alam Dewa




Arus Pengunjung Mall Taman Anggrek dan Umat Buddhist saat meramaikan stand Budaya Daden





Sang Penulis, Master Sheng-yen Lu saat memberikan tandatangannya pada buku Eskalasi Alam Dewa untuk pembaca setianya





Sang Penulis, Master Sheng-yen Lu memberikan goresan tinta Kaligrafi Pusaka




Sang Penulis memberikan tandatangan kepada beberapa tamu agung saat acara perjamuan.

Pada hari itu yang hadir antara lain:
Dirjen Bimas Buddha Bpk. Budi Setiawan dan istri, ketua Walubi Ibu Hartati Murdaya,
ketua Lembaga Keagamaan Buddha Indonesia (LKBI) She-xin Rao, ketua NSI Yuan-sheng Zhu,
GM Metro TV Lestari, wakil ketua LKBI Bpk. Hua-an Xie, wakil sekjen LKBI Bpk. Guo-zhao Xu,
Ketua DPP LKBI Jawa Tengah Bpk. Wan-jin Lin, sekjen Walubi Bpk. De-jun Xu,
Perkumpulan Masyarakat Perantauan Tebing Tinggi Sumatera Utara Indonesia Bpk. Guo-yuan Zhang,
wakil ketua Yayasan Sosial dan Perkumpulan Pendidikan Masyarakat Tionghua Sumatera Utara Indonesia Bpk. Zhang-ran Liao,
ketua Madhatantri Bpk. Rahmat Hartanto dan belasan tamu agung dari kalangan agama, media massa, dan tokoh masyarakat.
Daden Book Expo Jakarta 2011 ... Ayo datang semua .. Ajak teman2 , saudara-saudara , umat- umat Vihara untuk menghadiri acara Daden Book Expo kali ini yang menghadirkan langsung Master Sheng-yen Lu sebagai penulis :)

dbej2011


Umat Buddhist dari berbagai daerah Jawa Tengah datang mendengarkan ceramah dharma










Prosesi pemberkatan dari Maha Mulacarya Liansheng



Umat Buddhist dan non Buddhist datang mendengarkan ceramah dharma



Umat Buddhist dan non Buddhist datang mendengarkan ceramah dharma



Master Sheng-yen Lu dan siswa siswi Buddhist dari Sekolah Atisa Dipamkara



Master Sheng-yen Lu menggoreskan tinta dharma.



Saat pembabaran dharma _/\_
Daden Book Expo Jakarta 2011 ... Ayo datang semua .. Ajak teman2 , saudara-saudara , umat- umat Vihara untuk menghadiri acara Daden Book Expo kali ini yang menghadirkan langsung Master Sheng-yen Lu sebagai penulis :)

Indra

I, S H C am willing to expose the true facts of the True Buddha School's
founder "Living Buddha"  Sheng-Yen Lu, hoping that his followers/students
would know and understand the true facts, kindly do not hate, hurt or be angry
with me thinking that I'm slandering or trying to kill their Grand Master Sheng-
Yen Lu.

I, recall since 1996 while living at Ling Shen Ching Zhe Temple, Redmond,
Washington, USA. I could still remember the teachings of the resident Masters,
monks and nuns there .Together we practice the teachings of Buddha, I'm glad
and pleased with our bondage and advancement during these days. Together we
prepare meals and desserts, work, play, do all activities happily and peacefully.

During these 4 years together and getting to know my fellow colleague, we have
come to live together and gained their trusts and faith in me; so much so that
they even share their personal duties.

After gaining the senior's Master Lian Ning trust and appreciation, I was
transfer to Sheng-Yen Lu's office "The True Buddha Secret Centre" to work.
And Lu (Sheng-Yen Lu) to be delighted even presents me his personally hand-
written Scripture and also a "Dragon Robe" – which is the Royal Robe of  Sheng-
Yen Lu.

The Sheng-Yen Lu cheated me too severely. It is just unbelievable that today I
became known as a lustful woman. If I do not do anything or sue him or let
things be, it will be so unfair to other people and me too. Many people will be
disappointed and many too will misunderstand me, especially most of the Sheng-
Yen Lu's followers which are so full of enmity - now hating, cursing and
scolding me. They too cannot be blamed as they are in a mist not knowing the
true story, also being misinformed.

In Seattle, Washington State I just do not understand why my case was taken
lightly and later closed my case as the Sheng-Yen Lu is nowhere to be found.

Previously, I had two civil cases lawyers over in Seattle, Washington U.S.A.
whom is very capable and competent trying to bring Sheng-Yen Lu to justice
but failed to as he had already escaped elsewhere hiding. Sheng-Yen Lu then
send his representative lawyer to offer me US$10,000.00 as settlement but
money is unacceptable for me for what I want is Justice and fairness for me and
everyone else that could be future victims.

I did have my lawyer trying to reopen the case as a criminal case  but to no
avail as objected by Seattle, Washington police department.

I would like to reveal my case out to the public; get my justice back.

It all begin one day in year 1991,after getting off work, me and my colleague
went to a hair saloon .There and then I was reading a magazine which published
an article - celebrating the Bodhisattva Guan-Yin's (Goddess of Mercy)
birthday in Penang State, Malaysia. On that day there was a huge spectator
crowd at the double-storey jetty and suddenly due to the overloaded weight,
the structure collapsed, killing many people.

Right away I fell sad, sorry and disappointed that on such a sacred (holy) day
this kind of things could happen taken so many lifes away. Suddenly I fell cold
from the feet up and dizzy wanting to faint. I was then sent to the hospital,
given a shot and return home to rest. Next-day I was unable to get off the bed,
feeling sick all over – very-very sick indeed.

So my mother accompanied me everywhere to find the cure for my weird illness
– all kinds of medical and whoever-else that we heard of is practicing medicine,
but did not cure my illness.

In the year 1992 a relative of mine introduced me the True Buddha School and
thus I become a member.

Then in year 1993 January 07, Sheng-Yen Lu came to Malaysia to the opening
ceremony of a new temple, Tawau, Sabah. That was the first time I met,
whereby I grab the opportunity and beg him to cure my illness. After looking at
my sickness complaint which I'd written, he asks me to kneel before him, and
then he places his palm onto my forehead to give his blessing. He instructed me
to burn more incense and etc-etc and join his group gathering ceremony but did
not tell me more of my illness. During the gathering my three children join the
membership.

My illnesses continue to fluctuate on and off; there were several times I
experienced whole-body numbness in the mornings, unable to get out of bed,
mentally struggling to wake up; all in all my illness did not really heal much.

I also did CT Scanning on my brain back in my hometown but did not find any
fault.

Finally one day I discussed with my husband on the situation I'm in: "I always
depending on the medicine and still feeling very sick, needing too much rest. I
requested to go to United State of America and beg the Grand Master (Sheng-
Yen Lu) to cure me. The Grand Master said that he could even bring the dead to
life having the uppermost power; could even cure cancer. (As written in his
books). I hope that he the Grand Master can heal my sickness with such powers
of his and if he cannot do so I will accept my faith and destiny".

On July 2, 1996 my mother accompanied me to Seattle, Washington, USA;
during the flight there we get to know many other members from Taiwan and
also someone from our hometown known as Ms. P.

Every Saturday Sheng-Yen Lu accepts Questions and problems from anyone of
the members 4.00pm – 6.00pm at the "True Buddha Secret Centre" (Private
office) which is Sheng-Yen Lu's office.

Here in Redmond, U.S.A., the first time during the meeting with Sheng-Yen Lu I
was being accompanied by my mother. First we need to write down our
problems/questions together with a red envelope (which is money packet) and
wait in line (outside the office) to meet him. When our time comes, He, Sheng-
Yen Lu looking through, he then gives me his blessings – as usual placing his
palm onto my head. That is all and we were asking to leave.

A few days later my mother went back to Malaysia.

Come next Saturday, again as usual many members were there to meet the
Grand Master Sheng-Yen Lu. When my turn comes to meet him, he asks if I
have anything to say. Since I was unprepared, I could not answer his question
and did not say a word. He, Sheng-Yen Lu then asks Monk Lian Ning and
Master Chang Zhi to leave the room (office) and close the door leaving only
both of us behind. Again Lu (Sheng-Yen Lu) asks if I have anything to say to
him. I answer him:  "No, but request to cure me."   Lu then replies: "I will help
you."    He then asked me if I dreamt of him and my answer to him was no. He
then told me that: "You was a <fairy> in your previous life and is destined
karma with the Grand Master (Sheng-Yen Lu)."

I then leave the room and met my hometown friend, Ms. P whom asks me what
the Grand Master did behind the closed door. And I answer her that the Grand
Master said that he will help me, that is all I told as Sheng-Yen Lu said not to
talk too much to other people.

When Sheng-Yen Lu he will give me blessings to heal my sickness and every
time he will instruct that he be left alone behind the closed door.

After a month's stay in the temple dormitory (Ling Shen Ching Zhe Temple-
Seattle Temple), I was pleased with my health improvement, now that I could
get better sleep and my headache is less frequent. So I return to Malaysia.

In 1996 September I came back to U.S.A. to attend the opening ceremony of
the Waken Ray Tseng Temple in Los Angeles. Sheng-Yen Lu encourage all
members to attend more temple mass or prayers gatherings so to repay for the
sins we do, improve ones health. He also asks the members to pray for the dead
to help them to expiate and cleanse their sins and let them go to heaven; include
cat, dog and all kind of the animals.

One day I went to see Sheng-Yen Lu for his blessings. There he closes the door
and took a door-stopper (door wedge) to stop the door behind us as there was
no lock on the door. Then he sits on the floor and asks me to sit in front of him.
He then asks me to allow him to read my palm and he told me that I am very
kind and sincere. He said that I was a "Buddha" being reincarnated. He said that
in my previous life I used to be very close relationship with him. He said that I
was his past life's wife, this present life I am not his wife but am I willing to be
his next life's wife? He took me by surprise and happy to know about my past
and future life, thinking that I was a Buddha in my past life and given the chance
to be the Grand Master (Sheng-Yen Lu) next life's wife (he being a Living
Buddha). This means I would be able to help people and feeling lucky that the
Grand Master chose me having his reasons to do so. Believing his words I then
seriously answer him yes I will. He then instructs me to write a vow letter,
telling me word by word to write. He taught me to write: - [I willingly in all my
life be "Living Buddha" Sheng Yen Lu concubine <wife>.] Then as instructed the
Sheng-Yen Lu, I personally have to hand the letters to him the next day when
he goes for his lunch.

About 2 weeks I went back to Malaysia. After about 2 month later my
headaches return and I could feel something cold in the centre of my brain. And
every-time I feel sick the cold seems to be spreading out to the whole head. I
would then take the medicine given by the doctor but I could still feel the
headache.

In February 1997 I went to U.S.A. again to beg  Sheng-Yen Lu to heal my
illness as he did before. One day after blessing from Lu when I was about to
leave, suddenly he came over to me and hug me. I could feel "something" solid
between my legs and I quickly push him away. Then he said he thought I was
his "ex-wife"

Since having such a headache always, I try not to think too much. The Sheng-
Yen Lu taught us to obey the laws of Buddhism; must not have any negative
thought about the Grand Master (Sheng-Yen Lu) or slander the Grand Master.
All the followers must obey and listen the Grand Master's words and not betray
him. If one rebel and disobey his words, one will be sent to Ah B hell – the
worst of all hell. To break the law is to sin; there will be an "angry god" causing
disasters, one will get a huge payback. (Law no.#3, #10, #11, #12, #13, #14,
#15, #16, #25and #49.)

(Every month during the half-moon and full-moon <the Chinese calendar>, the
resident Masters, monks and nuns will learn the laws of the True Buddha School
Laws in the hall of Temple.)



One day I went to meet Sheng-Yen Lu for blessing, there I was asked to read
out the charm – "Ah Mi Tuo Fo". I startled and ask him why and he replies that
I am going to be "Wang Sheng" (dead). He then said he has a way out but not
sure whether it could work or not. He continue saying that his religion greatest
charm is "twin-body practice". I did not answer him because after knowing the
bad death news, I feel frighten and troubled. All this time I have the impression
that he is the "True Buddha" and have always believe in him. With such news, I
am not willing to give up my family, husband and children.

I never dare to think negatively, always thinking of the good things. If the Grand
Master Lu could save me, I would then be able to be with my family. I have
been thinking and considering many days about life being so precious and also
family being so important. I had travel so far to meet the Grand Master Sheng-
Yen Lu to beg his cure and my main reason is to have my illness cured. So I
obediently accept the Grand Master words to be allowed to practice the "Twin-
body" blessing.

One day Sheng-Yen Lu came to the kitchen alone and wave to me to approach
him. I follow him to the dining hall where he sat at a long sofa. I then pay
respect to him, kneeling by his side. He told me to come over to his personal
office "The True Buddha Secret Centre" on Monday at 07:30am. The main door
is not locked so I could just enter. I then nod to answer him. When I was about
to stand up to leave, I notice monk Lian Xu standing by another door. Sheng-
Yen Lu he's leave and I continue with my chores in the kitchen.

That Sunday night, I could not get any sleep, crying the whole night long
thinking about my death. At the same time I was too anxious to learn the
greatest charm from the Grand Master Sheng-Yen Lu. At 07:15am everyone in
the dormitory have already left for the temple. So I went to see the Grand
Master at his private office "The True Buddha Secret Centre". On my way
there, it crosses my mind that the main door is usually locked and opens only at
10:00am daily.

Anyway, when I open the door I heard Sheng-Yen Lu's voice saying: "You are
here!" He then walk downstairs from the 1st floor balcony and lead me by the
hand to his office. He opens his desk drawer and took a golden pen together
with a piece of blank paper. Again he instructs me to write word by word
another vow which is a little different from the 1st letter. [I willingly in all my
life be "Living Buddha" Sheng Yen Lu's imperial concubine] - Instead of just the
word concubine.

He then lead me again by the hand to the main door, ask me to take my shoes
along and lead me to the 1st floor on the left side room where his private
office/bedroom is. (Rough sketch of room)

I could always remember this day March 11, 1997 where he lead me into his
room and ask me to place my shoes in the restroom. From nowhere he holds a
book where some sentences had been highlighted; being underlined crookedly.
He asks me to read those underlined sentences. Those sentences roughly mean
"the enlightened one" can practice the twin body charm. Since I was too anxious
or confused, I did not really read and understand calmly those sentences. He
then places the book back on the table.

He begins to strip himself and place his robe and clothing on the rack. First his
vest, 2nd his burgundy long sleeve shirt (cheongsam), then his white t-shirt,
next his burgundy "sarong" (long skirt), also his white boxer.

He, Sheng-Yen Lu then instructs me to undress and later lead me by the hand
to the restroom (Sketch of restroom)

He orders me to hold onto the basin facing the mirror with my back facing him.
Then he starts his prayers inviting the gods, goddess, deities and etc, etc and
continues praying. Then I feel him touching my lower body, only then I realize
that the twin body greatest charm practice is sexual intercourse. But after
numerous time of trying to have sex, he failed. He then leads me into the
bedroom whereby he stands there and instructs me to do oral sex on him. Again
he instructs me to return to the restroom and in the same position tries to
penetrate from the back but fail again. He finally gave up hope and informs me
that this time is not possible and will schedule a next time. I quickly dress
myself up and leave the office urgently. I would not dare to tell anyone as doing
so will break the law of the religion. After-all as the Grand Master Sheng-Yen
Lu said before that only this kind of practice will be able to save my life.

On Mar18th 1997, that day I anxiously and over-consciously (looking forth and
back) reach his office where I opened the door and entered. There I heard him
(Sheng-Yen Lu) said: "You are here!" I saw him standing upstairs and order me
to lock the door and come upstairs. I obediently did as I was told: "Took your
shoes along upstairs."  Then he leads me by the hand into his bedroom and
locked the door. He starts to undress and instruct me to do the same. Again he
leads me to the bathroom and instructs me to take the same position, holding
the basin with my back towards him and facing the mirror as before. This time
he succeeded to perform the twin body practice. Thus the True Buddha School
greatest charm "Twin body Practice" is no different to having sexual
intercourse.

Later every week Sheng-Yen Lu will performs the Twin-body blessing (make
love) with me; sometimes in the afternoons at the downstairs private office or
in the mornings at the upstairs bedroom. I accept the Grand Master Sheng-Yen
Lu blessing because I hope that the Grand Master could cure me of my illness
and save my life.

After about 2 months, I return to Malaysia but I was unable to face the near
future; feeling confused, lost and fearing for my life. I then turn one of our
rooms in the house into a small temple; placing many Buddhist Idols and
wholeheartedly praying daily, turning myself into a very pious Buddhist
follower. I would hide myself in this room and weep daily, keeping everything to
myself and trying hard not to let my husband and family members know of the
sorrows I'm going through. I'm hurting and suffering very deeply every minute
of my life.

Every time after my trip back from the U.S.A., my health improves a lot; this
makes my husband happier and glad. But every-time my health last for only two
months and my weird sickness returns. Again I will feel so scared, confused and
painful inside. I did ask Sheng-Yen Lu why my health is not totally cured and his
answer was I did not return to him for his blessing.


Indra

In February 1998 I return again to the temple and stayed for one and a half
month. Since my conscious pressuring me constantly, I could not take it no
more. Therefore I approach Sheng-Yen Lu and ask him: " Grand Master, you
said that I will be dead soon. Please tell me the exact date." He then wrote on a
piece of paper – [1999 summertime].

I went back to Malaysia and inform my husband that Sheng-Yen Lu pre-informs
me my death-date. I would not even dare to think about my husband's
perception. My husband and I sell off our business and branches one by one.
Whatever properties I had were then sold off. I then write my last will and also
bought a huge amount of insurances. I also bought insurances beneficiary to the
temple in my hometown hoping to assist any members in distress. After
preparing whatever needed to be done, I just wait for the death-day. All in all it
is because I believe in the words of the "Living Buddha" Sheng-Yen Lu.

In Jun 1998 being in my sick situation again, I went back to the temple to stay
for another three months. I sincerely hope that the Grand Master Sheng-Yen Lu
can cure me with a miracle and save my life from death.

One day during July 1998, at 08:15am while walking out from Sheng-Yen Lu's
office, I was spotted by nun Lian Ting (Michelle Chan, Kim Ling-Malaysian).
Around 08:45am after the morning prayers, nun Lian Ting came over to tell me:
"You must not be like this. You will victimize the Grand Master."  I then tell her
that I went to get the Grand Master's blessing but mention nothing about the
"twin body practice". I also told her about my death-date and after hearing such
news she still tell me this: "You cannot meet the Grand Master for blessing
anymore. You have been in there very long. Other Superiors (Masters, Monks
and Nuns) also noted and are aware of your time in there. Even the Grand
Master Lu's Wife knows about it."

In early August 1998, while coming back from the Canada Ceremony, Sheng-
Yen Lu alone walks over to the alter for incense offering. He then walks over to
me purposely to instruct me to enter the temple's office room. He then closes
the glass door behind him and informs me to be present on a certain time and
date at his personal office. At that time outside in the office also present were
nun Lian Jing and other nuns.

At the end of August month, my husband came over to U.S.A. to beg Sheng-
Yen Lu to perform a special ceremony for me at the temple; begging Sheng-Yen
Lu to save his loving wife, me. This time my husband became a member of this
religion and we return to Malaysia together.

In 1999 year, I finish preparing most of the things, even took a lot of
pictures/photos with my husband for memories. I went to the extent of
preparing two nun's uniforms so as to be a nun just before my last breath.
Before, the Sheng-Yen Lu did want me to be a nun which is why I want to wait
till the last minute to fulfill his wish.

On February 26th 1999, my husband accompanied me for the last time to U.S.A.
and stayed for a week, he went back to Malaysia. We reluctantly part and my
husband would telephone me everyday afraid that one day he will not be able to
hear my voice anymore. It is so scary and dreadful just waiting for one's death.

Every day the 24hrs passes by so slowly and the day seems so long, living in
the temple in Seattle just waiting for the death-day. Who would be able to
understand the situation and condition I'm facing daily. I would write in my dairy
and letters daily to my husband, children, mother, and other family members
also the Grand Master Sheng-Yen Lu. Everyday I write non-stop and untiringly;
who could understand the sufferings I go through. Then the Sheng-Yen Lu
would still give me the "twin body blessing" (make love). (One day while
picking up his pillow in the Sheng-Yen Lu  bedroom, I notice a piece of jade-
beaded panel that fell out from the pillow.)

During this trip in 1999, a new lock was installed on the office downstairs.
Every-time Sheng-Yen Lu will lock the door to perform the "twin body
blessing".

In August 1998, a lady member gave Sheng-Yen Lu a piece of her hand-drawn
artwork of the "Four-handed Goddess of Mercy". That was a Saturday night and
many members from everywhere came for our usual practice together with Lu.
Lu then hold-up the drawing to show to everyone present. The drawing was
bright red in color and beautiful but was folded in the centre having a cross-
mark. The Grand Master was happy with it and told the crowd that he will place
the picture in his private room downstairs. In 1999 March, I saw the picture
already framed and hanging on next to the window and above his bed.

On April 21st, 1999, my husband came to U.S.A. again to beg Sheng-Yen Lu to
perform another personal prayer ceremony for me.

This time I stayed for four and a half months and now it is already the July
month. I grew impatient and wanted to go home. So I approach Sheng-Yen Lu
and ask him: "Am I not going to die?" He then replied: " It is my <diamond
baton> that saved you (he means his p*n*s)." I said I wanted to go home and he
asks me not to go back to Malaysia. Thinking to myself that since I could not
die after this time, of course I want to return home.

On July 14, 1999 I went home to Malaysia. My husband was so happy that he
meets me at my transit flight and accompanies me home which make me so glad
and happy. Back to my home sweet home where my children are, I felt bad to
have neglected them all these years. Also I felt like I owed my husband too
much to have burdened him all this while and to suffer along with me. Now that
we are together as a family again we will have a new start in life.

On August 15 1999, Sheng-Yen Lu came to Malaysia for a ceremony. Out of
appreciation I encourage more relatives and friends to join the temple hoping
that everyone would be blessed.

About two months later my weird sickness returns; why is it that since the
Sheng-Yen Lu claims to be such a high powered "Buddha", able to catch evil
spirits and could cure you with just a wave of his hand. Also in Seattle temple,
United State all these times together with the blessings (greatest charm
practice) with Sheng-Yen Lu, why is it that I'm still not cured? I felt so sad and
painful.

I do not want to see him (Sheng-Yen Lu) again since this practice is illegal and
wrong-doing. I did told him before that he is a "Buddha", whereby I am just a
human, thus it is against the principle or law of the religion. He then answers me
"no" and leaves. Also during my stay in Seattle I personally saw some forbidden
scene and heard some forbidden news. I would not dare to think or speak about
it as it is against the "law". Since being a member Sheng-Yen Lu always teaches
us to be obedient and very strict with the "laws". We must not think wrongly
even in ones' dream. Therefore I became a very pious follower thinking that
when I die I will go to heaven.

I was determining taking more rest and medicine but my headache gets more
serious. I cannot think at all because every-time when I start thinking the "cold
spot" in the brain will begin to spread. So I will begin to be scared and shiver all
over. Even-though I am suffering but I am aware of my condition. At the same
time I am worried and wonder what I should do.

Looks like I have no other choice but to return to Sheng-Yen Lu since every-
time after my trip, I would feel better. Furthermore my visits here to other
doctors had no progress at all. So I decided to go back to U.S.A.

As usual before and after my trips overseas I will visit my friend Ms. P. While
packing for my trip, I receive a phone call from my temple friend Mr. C. He told
me to pay a visit to a "voodoo master" as introduced by Ms. P. He insists me to
go or will ask my husband to tie me up and drag me there as my health condition
would not last till my trip overseas. (Ms. P is a person having a "third" eye –
meaning she has special vision able to see spirits or ghost. She told Mr. C that
she saw a black scary horrible evil spirit.) Since they are so concern about me, I
decide to follow them to meet the voodoo master.

When the night comes, my husband and Mr. C brought me to see the voodoo
master in our hometown. There I was asked to kneel in front of the master and
he asks me whether I want to be cured. I said yes. He then pats my back
continuing till the back of my head. Then I could feel him pulling "something"
out from my head. He then places that "something" into a red packet (envelope)
and instructs us to throw it into the sea or a stream of flowing water. He
continues patting my back, back-shoulder and neck. He then uses his teeth to
pull out a sewing needle. He then tells to me that I am lucky to be there that
day or I will go crazy (putting his finger to his head and circling, showing me the
crazy hand-sign.) He then informs me to go home and rest and to take more
nutritious food to build up my health. When I got back home, my husband checks
and notice a "hole-marked" at the back of neck.

That night I could really think and not feel sick. I remember the things that
happened in U.S.A. Just a plain unknown voodoo master from my hometown can
cure my sickness right away. Sheng-Yen Lu always boosts that he knows how
to cast a spell or undo a spell with his power. (Even his books states so). I start
to wonder why I could not be cured even with the blessings (the so-call
greatest charm) from Sheng-Yen Lu all these years. Also every time I can be
cured for a short period only and need to return to Sheng-Yen Lu now and then.
I feel betrayed and sadness sinks in - come to think of it.

On November 25th 1999, since my air tickets had already been paid and issued
I went to U.S.A., I had already told them beforehand. But this time I only stayed
for a week in the temple. This time I only went for consultancy and did not give
him (Sheng-Yen Lu) the chance for his special blessing.

Ever-since then I am cured from my previous weird illness; my head is clear
and headaches gone, even the cold feeling in my brain is gone. I dare say I'm
already well and healthy.

I would not dare to declare my dismissal from the True Buddha School because
Sheng-Yen Lu used to tell us that whoever that leaves the religion,
automatically the god, goddess and etc, etc will leave that person too. Without
protection from the "gods" one will face lots of disaster or misfortune. I'm also
scared of the power of Sheng-Yen Lu because he did told us before that he was
being asked to kill someone which he did do.

In the year 2000 February, I received a call from Canada informing me that a
lady by the name of Ms. M was hospitalized in Seattle Temple, U.S.A. due to
the heating done by the Monks and Wife of Sheng-Yen Lu. Heard that she was
beaten because of talking too much but she talking truth.

In year 2000 March 5th, I brought one of my sons to U.S.A. to join one of
Sheng-Yen Lu's ceremony. Since I'm already well I do not wish to have any
contact or connection or sexual relationship with Sheng-Yen Lu, and at the same
time would not want him to suspect anything, so this time I bring my son to
accompany me.

I first arrange to visit Ms. M and was informed that she already had a report
made at Redmond, WA U.S.A. (Report no # 00-3470) and also Vancouver,
Canada (report no # 00-6724 ). But no action was taken by the police.

There was a case before in New York, at the "Buddha Diamond Temple of New
York", once live a monk, Master Lian Lian was assault of rapine 18 girls. Some
members already suspected the incident and had already secretly installed video
cameras whereby his lewd actions were video-taped. Those tapes were then
sent Sheng-Yen Lu in Seattle so that actions could be taken against the monk.
But what Sheng-Yen Lu did was to dismiss him from the temple but did not let
the matters to be handled by the police department. In the year March 2000,
even-though there was a police report by a witness, nothing has been done or
no action taken at all. This case had already been covered up or closed?

There is another case whereby Sheng-Yen Lu was being sued by a Master for
asking her to perform the "twin body" practice and forcing her to leave her
family and children to be a nun. Conceal a lot of guns and couple case of cash.
Again nothing happens.

The Master did tell me many stories about Sheng-Yen Lu. About 5-6 years
ago, Sheng-Yen Lu told her that she was heaven-sent and he said he likes her
very very much. Also said that she is his past-life's wife. Lu also shows her a
book with some underlined sentences mentioning about the twin-body practice.
Then Lu insists that she practices the charm "twin body" with him but the
Master did not agree to it. Then Sheng-Yen Lu forces her to be a nun and stay
in the Seattle temple. She sadly, reluctantly, weeping but obediently became a
nun. She then went back to her own town to be a nun. Sheng-Yen Lu tried to
persuade her to return to U.S.A., even promoting her to Master. At the end she
became a Master but still decide to reside in her own country.

The above story is just like a knife stabbing into my heart. Looks like he, Sheng
Yen Lu uses the same storyline to cheat woman five years ago. I now realize
that I was being cheated. Turns out to be he had a motif to cheat me. I was
tortured miserably. Also my husband suffered a lot; the stress, the fear, the
pressure, the mentality. How am I to react and face this huge tragic situation?
After all that he has done to me and my family.

If I were to report and sue him, everyone will come to know of my scandal. I
would not dare to face my husband and family. I will loose everything I had and
the future too. But I can never forgive him because he cheated me too severely.
In future he will still carry on cheating others.

dbej2011

Berita palsu yang tidak dapat dibuktikan di pengadilan dan sumber dari web pribadi saja. 
Sampai sekarang pun yang mengaku korban tidak pernah muncul, Hanya membuat pengakuan palsu belaka _/\_
Daden Book Expo Jakarta 2011 ... Ayo datang semua .. Ajak teman2 , saudara-saudara , umat- umat Vihara untuk menghadiri acara Daden Book Expo kali ini yang menghadirkan langsung Master Sheng-yen Lu sebagai penulis :)

dbej2011

DHARMARAJA LIANSHENG MENERANGKAN SUTRA ALTAR PATRIAK VI

Selalu Melihat Kesalahan Sendiri
Tidak Membicarakan Kebaikan maupun Keburukan Orang Lain

(Intisari Ceramah Dharmaraja Liansheng Pada Upacara Homa Vaisravana Raja Tanggal 25 Desember 2010 di Taiwan Lei Tsang Temple)

Kutipan SUTRA ALTAR PATRIAK VI minggu ini, "Orang yang berlindung pada diri sendiri, menyingkirkan hati yang tidak baik, hati cemburu, hati menjilat, hati keakuan, hati kebohongan, hati merendahkan orang lain, hati meremehkan orang lain, hati pandangan sesat, hati kesombongan, dan perbuatan tidak baik pada segala waktu di dalam jati diri, selalu melihat kesalahan diri sendiri, tidak membicarakan kebaikan maupun keburukan orang lain, itulah berlindung pada diri sendiri. Selalu merendahkan hati, menghormati semua makhluk, itulah menyaksikan Buddhata dan memahami, maka rintangan pun sirna."

※ ※ ※

Pertama-tama, kita sembah sujud pada guru silsilah Bhiksu Liaoming, Guru Sakya Dezhung, Gyalwa Karmapa XVI, Guru Thubten Dhargye, sembah sujud pada Triratna Mandala, sembah sujud pada adinata homa Vaisravana Raja.

Gurudhara, Para Acarya, Dharmacarya, Lama, Pandita Dharmaduta, Pandita Lokapalasraya, ketua vihara, para umat se-Dharma, umat se-Dharma di internet, selain itu, tamu agung kita -- my father Sdr. Er-shun Lu, my older sister Sheng-mei Lu, my second sister Yu-yi Lu and her husband, my third sister Guo-ying Lu and her husband, akuntan TBF Ibu Teresa and her husband Larry, Thank you for coming, ketua Sakya Monastery di Taichung Khenpo Jiang Yang, pengusaha terkemuka Hong Kong Bpk. Feng-yi Lei, Ketua Penjaga Pantai Bpk. Ci-cong Ke. Hari ini, khusus kedatangan ketua Sakya Monastery Khenpo Jiang Yang. Beliau duduk di mana? Thank you for coming.

Melihat Sakya Monastery, saya teringat di America, Seattle, Ballard have a Sakya Temple (Sakya Monastery), ketuanya adalah H.H. Dagchen Rinpoche. Sakya Monastery di Seattle adalah di tengah antara Ballard dan Green Lake. Pada tahun 1982, saya tinggal di Ballard, suatu kali, saya pergi ke Green Lake, melihat Green Lake, it's a green lake, so beautiful. Seattle has mountains and lakes, and so many trees. In the Green Lake, I saw a Lama, came from Tibet. He is Dezhung Rinpoche III. Belakangan saya menentukan nama Beliau -- Guru Sakya Zhengkong. Guru ini Chanting (japa mantra) di Green Lake, sangat keras, OM ~ (Mahaguru meniru suara japa mantra Guru Sakya Zhengkong), suara mantra seperti itu! Menarik perhatian saya. Saya beranjali dan bernamaskara padanya, Ia adalah Guru Sakya Zhengkong, yaitu Dezhung Rinpoche. (Hadirin tepuk tangan)



Saya bertanya pada Beliau, "Mengapa Anda seorang diri di Green Lake menjapa mantra seperti ini?" Beliau menjawab, "Menjapa mantra demi insan", "demi angkasa", "demi yang di dalam danau", "demi yang berjalan di darat", suara sangat lantang. Saya bertanya pada Beliau, "Anda berasal dari mana?" Beliau menjawab, "Sakya Monastery saya bangun dari penggalanggan dana di Amerika Serikat." Kemudian diserahkan kepada adik ipar Beliau. Adik Dezhung Rinpoche (Guru Sakya Zhengkong) adalah Gurudhara Dagchen Rinpoche, Do you understand? Kalian mengerti? Adik Dezhung Rinpoche adalah Dharmaraja II Sakya -- istri Dagchen Rinpoche. Berdasarkan jodoh karma ini, saya pun menguasai LAM RIM. (keterangan: LAM RIM adalah transmisi terdalam dalam ajaran Dharma silsilah Sakya, merupakan intisari teori dan praktek Sutra ajaran Dharma silsilah Sakyapa. Mengenai 4 macam abhiseka Lam Rim, bacalah buku Sheng-yen Lu SUNYATA DI DALAM MAHASUKHA, bab ke-26 yang berjudul Empat Macam Abhiseka) saya mendapatkan abhiseka Hevajra dari Guru Sakya Dezhung, yakni SUTRA MAHAKARUNA SUNYA PRAJA MAHADESANA RAJA, di Istana Kuno ada satu kitab MATA AIR AMRTA CAKRA KUMPULAN SRI HEVAJRA atau LAM RIM Sakyapa Tibet. Karena jodoh karma ini, saya memperoleh abhiseka dari Guru Sakya Zhengkong -- Dezhung Rinpoche. Hari ini ada Khenpo dari Sakya Monastery di Taichung, Khenpo berarti kepala biara, bukan? Yes. Khenpo adalah kepala biara, mari kita sambut kedatangannya. (Hadirin tepuk tangan)

Hari ini tampak Sdri. Teresa dan husband-nya datang ke sini, senang sekali, Thank you for coming. Saat di Seattle, setiap kali saya bertemu Sdri. Teresa, saya pun berkata, "Ini adalah tulang punggung utama Zhenfo Zong kita." Karena ia adalah Accountant, akuntan Zhenfo Zong kita. Jadi, ia mengerjakan pembukuan kita secara sukarela bahkan di Kanada, Amerika Utara dan banyak negara di dunia, (hadirin tepuk tangan) ia memecahkan banyak kesulitan pembukuan Zhenfo Zong. Jadi, saya sangat berterima kasih pada Sdri. Teresa dan husband-nya.

Hari ini, seharusnya mengucapkan "Merry Christmas and Happy New Year". Gurudhara Acarya Lianxiang telepon dari Seattle, ia mau say "Merry Christmas and Happy New Year" pada kita semua. (Hadirin tepuk tangan) Saya juga bicara dengan Jun-jun -- Lu Jun, ia memanggil saya, "Kakek! I miss you." I said, "I miss you, too. I love you. I want to buy a new dress for you." Ia sangat senang. Saya juga bicara dengan Lu Hong, cucu saya. Ia berkata, "Kakek, How are you?" I said, "So far so good. Long time, I haven't seen you. I miss you. What time will you come to Taiwan? When will you come to Taiwan?" Saya pun bicara begitu pada Lu Hong. Lu Hong juga belajar biola, juga rekam kaset biola untuk saya, begitu saya tonton ..... Seattle, Amerika Serikat begitu jauh, merasa, setiap bertemu .....sudahlah sudahlah! Pokoknya, hati terlalu lunak, juga bisa teringat keluarga! Bisa teringat. Hari ini kebetulan Hari Natal, pada Hari Natal ini, saya juga berdoa agar kita semua: mujur, selamat, segalanya lancar, harapan terkabulkan. Om Mani Padme Hum. (Hadirin tepuk tangan)

Saya merasa orang yang datang hari ini luar biasa banyak, mengadakan homa penaklukan, orang yang datang juga banyak! Mengadakan homa keharmonisan, juga banyak! Mengadakan homa tolak bala, juga banyak! Khususnya adalah mengadakan homa kemakmuran, seperti Vaisravana Raja, seperti yidam bekal, orang yang datang luar biasa banyak. Saya teringat bule japa mantra, "Om money coming home", orang pun luar biasa banyak.



Daden Book Expo Jakarta 2011 ... Ayo datang semua .. Ajak teman2 , saudara-saudara , umat- umat Vihara untuk menghadiri acara Daden Book Expo kali ini yang menghadirkan langsung Master Sheng-yen Lu sebagai penulis :)

dbej2011

Sambungan

DHARMARAJA LIANSHENG MENERANGKAN SUTRA ALTAR PATRIAK VI

Selalu Melihat Kesalahan Sendiri
Tidak Membicarakan Kebaikan maupun Keburukan Orang Lain

(Intisari Ceramah Dharmaraja Liansheng Pada Upacara Homa Vaisravana Raja Tanggal 25 Desember 2010 di Taiwan Lei Tsang Temple)

-----------------------------------------------------
Asal usul Vaisravana Raja yang satu ini juga tidak sembarangan! Guru Sesepuh Gelugpa -- Tsongkhapa, Ia adalah Orang Huangzhong, Qinghai, terakhir Ia membangun sKu-vbum di tempat kelahirannya, 6 vihara besar Gelugpa yang sangat terkenal -- sKu-vbum. Tsongkhapa pada usia yang masih sangat belia sudah menjadi bhiksu. Gurunya adalah Dudjom Rinchen Rinpoche. Abhiseka pertama yang Ia berikan pada Guru Tsongkhapa adalah Vaisravana Raja; abhiseka kedua adalah Mahakala; abhiseka ketiga adalah "Bodhisattva Vajrapani". Jadi, hari ini kita mengadakan Vaisravana Raja, wah! Ternyata yidam utama Guru Tsongkhapa. Dengan adanya Vaisravana Raja, bekal-Nya baru tidak akan berkurang, pada saat bersamaan, pahala dan berkah baru tidak akan berkurang. Terakhir, Ia meninggalkan Dudjom Rinchen Rinpoche, pergi ke Tsang , yakni dekat Lhasa, Tibet, ada seorang Rendawa, kemudan menjadi seorang guru Tsongkapa yang terpenting dan yang terakhir. Di sana, Ia belajar 5 Kitab Sastra Besar -- ABISAMAYALAMKARA-SASTRA, MADHYAMAKA-SASTRA, SAMBHARA-SASTRA, PRAMUNASAMUCCAYA! PRAMANASAMUCCAYA seharusnya tidak di dalamnya, belakangan baru ada. Beberapa sastra ini berhubungan dengan MADHYAMIKA, MADHYAMIKA-SASTRA, berhubungan dengan HETU VIDYA, ada lagi ABISAMAYALAMKARA-SASTRA, ada sedikit mengenai konsep VIJANANA di dalamnya, di sini ada 5 kitab sastra utama, kemudian, Guru Tsongkhapa pun mendirikan aliran berdasarkan sastra-sastra ini, di antaranya Ia paling mengutamakan SILA-SUTRA -- Sila. Semenjak Tsongkhapa, baru mengutamakan sila.

Dulu, Tantra Tibet, Sila agak longgar, sejak Guru Tsongkhapa, karena Ia mengutamakan Susiddhi, yakni SUSIDDHI-SUTRA, memperoleh abhiseka SUSIDDHI-SUTRA, di antaranya SUSIDDHI SUTRA mengatakan "menerima sila", "menaati sila", dan "mengembalikan kesucian". Setelah Anda menerima sila, menaati sila, ada lagi bagaimana "mengembalian kesucian". Karena waktu itu, hanya ada 2 orang Rinpoche yang memakai topi kuning, selebihnya memakai topi merah, salah satunya, Ia menerima abhiseka topi kuning dari kedua Rinpoche ini, belakangan baru ada topi kuning, menjadi Gelugpa.

Hari ini, Vaisravana Raja kita sama dengan Vaisravana Raja dari Guru Tsongkhapa. Semoga berkah setiap orang bisa terpuaskan, pahala sama-sama bisa terpuaskan. Hari ini, kita berharap Vaisravana Raja memberkati kita semua agar bekal setiap orang, semua sempurna, harapan terkabulkan. Setelah menerima abhiseka ini, barangkali Anda beli lotere, Anda pun menang. Banyak orang menang, tetapi tidak berani memberitahu saya. (Mahaguru tertawa, hadirin tertawa)

Mari kita ulas SUTRA ZEN PATRIAK VI (disebut juga SUTRA ALTAR PATRIAK VI), ini termasuk bagian Zen. Patriak VI bersabda, "Orang yang berlindung pada diri sendiri, menyingkirkan hati yang tidak baik, hati cemburu, hati menjilat, hati keakuan, hati kebohongan, hati merendahkan orang lain, hati meremehkan orang lain, hati pandangan sesat, hati kesombongan, dan perbuatan tidak baik pada segala waktu di dalam jati diri, selalu melihat kesalahan diri sendiri, tidak membicarakan kebaikan maupun keburukan orang lain, itulah berlindung pada diri sendiri. Selalu merendahkan hati, menghormati semua makhluk, itulah menyaksikan Buddhata dan memahami, maka rintangan pun sirna."

Kadang-kadang, manusia akan timbul hati yang tidak baik. Minggu lalu, saya sudah menceritakan sebuah cerita lucu, tiga ekor cicak di tiang, salah satu cicak "phong!" jatuh, dua ekor cicak di sampingnya juga "phong!", jatuh. Karena melihat salah satu cicak jatuh, kedua cicak di sampingnya pun tepuk tangan, "Plok! Plok! Plok!", mereka pun jatuh. Apa maksudnya? Hati manusia, kadang-kadang itu "tidak baik", melihat orang lain jatuh, ia pun senang; melihat orang lain naik, cicak itu panjat sangat tinggi, kedua cicak di bawah pun cemburu, iri, "Mengapa Anda memanjat lebih tinggi daripada kami?" Justru ada fenomena demikian. Melihat orang lain "menganggur", "kehilangan pekerjaan", orang di samping, karyawan lainnya pun merayakan dengan menggelar party, "akhirnya berkurang satu musuh". Hati apakah ini? Inilah "hati yang tidak baik".



Hati manusia aneh-aneh, maka, jangan timbul hati yang tidak baik. Dulu saya pernah menceritakan sebuah cerita lucu, di Roma, Italia ada kolam permohonan, turis mengucapkan satu permohonan, lembar sekeping uang logam. Ada sepasang suami istri juga ikut turun, semua orang menghampiri kolam permohonan, sang suami membawa uang logam dan memohon di sana, istrinya datang dari belakang, "Kamu mana boleh duluan memohon? Seharusnya saya duluan memohon." Istrinya berdesakan sampai ke depan kolam permohonan, orang di belakang berdesakan ke depan, lalu sang istri pun terdesak ke dalam kolam, sekujur tubuh basah kuyup. Suaminya melihat di samping, "Aduh! Permohonan yang baru saya ucapkan sudah terkabul, manjur sekali!" Hati apakah ini? Ini adalah "hati yang tidak baik"! Mana boleh memohon istri sendiri jatuh ke dalam kolam? Suami ini jangan-jangan ditindas oleh istrinya, yakni yang populer sekarang ini, jangan-jangan di rumah dia sering "digencet" oleh istrinya.

Akhir-akhir ini sering bicara tentang -- "Kasus Penggencetan di Sekolah". Ternyata "penggencetan" lebih hebat daripada "penindasan". Sifat manusia! Kadang-kadang aneh-aneh. Jadi dikatakan "sifat manusia pada dasarnya baik", Amitabha! Sepertinya tidak benar. Mengatakan "sifat manusia pada dasarnya jahat" juga tidak benar, seharusnya netral. Xunzi menyatakan, "Sifat manusia pada dasarnya jahat", Mengzi menyatakan, "Sifat manusia pada dasarnya baik", biarkan mereka menyatakan baik atau jahat, pokoknya, Patriak VI bersabda "di dalam jati diri ada hati yang tidak baik", hati pertama pun keluar. Melihat orang lain naik, Anda pun cemburu; melihat orang lain jatuh, Anda pun senang, ini adalah "hati yang tidak baik". Patriak VI sedari awal telah mengetahui bahwa di dalam jati diri ada "hati yang tidak baik". Ada lagi "hati cemburu". Yang tadi saya katakan, "hati menjilat" yaitu hati yang mencari muka; Agama Buddha bicara tentang tiada aku, "hati keakuan" adalah hati keakuan sangat berat. Hati keakuan sangat berat, berarti egois! Hati terlalu egois.

Bicara tentang egois, sesungguhnya juga ada, hati egois setiap orang agak berat. Akhir-akhir ini saya promosi beberapa Acarya dan Pandita Dharmaduta! Juga ada orang melayangkan surat mulai menentang, "Mahaguru, mengapa Anda tidak promosi saya, mengapa Anda promosi XXX itu?" Saya berkata, "Amitabha! Pelan-pelan! Suatu hari, pasti akan promosi Anda." Saya mau lihat prestasi Anda, Anda punya prestasi, punya performa. Di sini pun muncul satu hati -- "hati keakuan", beda dengan "hati tiada aku", "tiada aku" mengutamakan orang banyak, mengutamakan insan, mengutamakan menolong insan, mengutamakan orang lain, jangan mengutamakan diri sendiri, itulah "hati keakuan", berarti egois! Jadi, kita harus mengutamakan insan, jangan mengutamakan diri sendiri, ini barulah semacam wujud "tiada aku". Saya tidak demi diri sendiri, saya demi insan, inilah Bodhisattva.

"Hati kebohongan" pasti ada, banyak orang suka bicara, berbohong. Namun, kita mesti mengutamakan insan, kita demi insan, demi orang banyak. Hari ini, duduk berceramah di sini, demi insan, bukan demi diri sendiri, ceramah Dharma ini barulah ceramah Dharma yang sesungguhnya. Jika berceramah Dharma demi segala kebutuhan hidup diri sendiri, justru tidak tergolong berceramah Dharma demi insan. Anda merendahkan orang lain, mengira diri sendiri paling mulia, ini juga tidak benar. Menyerangkan insan banyak caranya, satu adalah "model gembala", gembala! Selamanya berdiri paling belakang, kawanan domba selamanya berada paling depan; inilah "model gembala", menaruh diri sendiri paling belakang, semua domba ditaruh paling depan, berarti berceramah Dharma demi insan.



Kita tidak boleh merendahkan orang lain, juga tidak boleh meremehkan orang lain. Akhir-akhir ini, saya sering keluar jalan kaki, melihat para manula. Saat manula menyeberang jalan, jalan sangat pelan, mobil pun terus menekan klakson, terus menyuruhnya berjalan agak cepat, namun, ia benar-benar tidak dapat berjalan cepat; Anda pun sabar sebentar, biarkan ia jalan perlahan, dahulukan pejalan kaki, dahulukan manula. Mengapa tidak bisa bersabar? Inilah "hati yang meremehkan", diri sendiri mengira diri sendiri penting, orang lain tidak penting. Sebenarnya, manula juga sangat penting, tua, bukan ia bersedia tua, dengan sendirinya dia bisa tua. Saya pikir, kelak saya menjadi tua, juga sangat menakutkan. Bicara tentang tua, sekarang di antara acarya kita, Acarya Lianhuo paling tua, Acarya Lianhuo, berapa umur Anda? 74! Ya ampun! Acarya Lianhuo sampai sekarang masih terbang ke sana ke mari keliling dunia, wah! Kita sangat kagum! (Hadirin tepuk tangan) Lian'gao juga lumayan! Pendengarannya agak kurang, 73! Tidak gampang! Saya ini termasuk adik tua junior.

Tanggal 27 Juni, saya ingin menggelar sebuah reuni alumni sekolah. Bicara tentang reuni alumni sekolah, ada sebuah cerita lucu seperti ini, reuni alumni sekolah makan bersama, saat mereka umur 40 tahun, pilih restoran A untuk makan bersama, karena banyak pelayan seksi di dalam restoran itu. Sampai umur 50 tahun, mereka juga pilih di restoran A untuk makan bersama, karena di sana ada menu untuk kesehatan. Umur 50 tahun harus mengerti menjaga kesehatan. Sampai umur 60 tahun, mereka juga makan bersama di restoran A. Mengapa? Karena tulisan di buku menu agak besar, terlihat lebih jelas. Sampai umur 70 tahun! Mereka tetap makan bersama di restoran A, karena ada jalan setapak untuk kursi roda, memudahkan untuk berjalan, lihat! Acarya Lianhuo sudah 74, ia masih sangat sehat, terbang ke sana ke mari keliling dunia, ia tidak perlu makan di restoran A. Sampai umur 80 tahun, mereka tetap memilih makan bersama di restoran A, mengapa? Juga tidak demi apa-apa, karena mereka alumni sekolah pesan 3 meja, tetapi, bayar 6 meja. Mengapa? Karena 3 meja lainnya adalah pembantu Filipina dan pembantu Indonesia. Sampai umur 90 tahun, mereka tetap memilih makan di restoran A. Mengapa? Karena mereka mengatakan, "Kita sepertinya belum pernah ke restoran A." Karena semua sudah pikun. Manusia harus tua! Tidak bisa dikatakan tidak tua ya tidak tua, saya sendiri pun akan tua. Jadi, kita harus menghormati manula. (Hadirin tepuk tangan)

Di Lei Tsang Temple ada Lama Lianzhong, How old are you? (Lama Lianzhong ingin berdiri) Oh! Hati-hati! Wah! 86, kalian boleh makan di restoran A, di sana ada jalan setapak untuk kursi roda. Wah! Usia sudah sangat lanjut. Harus hormati orang tua. Bhiksu berusia muda harus merawat Bhiksu berusia lanjut, jangan biarkan mereka jatuh, hati-hatilah, hormatilah mereka, kadang-kadang, bahkan harus menyuapnya makan. Lihat, usia lanjut sangat menakutkan. Pertama, jangan merendahkan manula, karena dulu mereka semua adalah tokoh di dunia persilatan, jangan melihat mereka duduk bengong di sana! Bahkan tidak ingat apa-apa lagi, dulu setiap dari mereka adalah orang yang berwibawa! Jangan merendahkan orang lain, jangan meremehkan orang lain, jangan mengabaikan orang lain. Mereka setiap manula telah melewati sejarah yang menakjubkan. (Hadirin tepuk tangan)



Oleh karena itu, jangan ada "hati merendahkan orang lain", "hati meremehkan orang lain", terutama tidak boleh ada "hati pandangan sesat". Apa itu "hati pandangan sesat"? Patriak VI bersabda, non duniawi adalah "pandangan benar", duniawi, Ia sebut sebagai "pandangan sesat", ini terlalu keras. Yang non duniawi, kita harus hormati, selama itu sadhaka, semua harus dihormati, jangan meremehkan. Jangan seperti Orang Hong Kong, di sini ada acarya dari Hong Kong -- Acarya Lianxin, mereka Orang Hong Kong sangat merendahkan bhiksu, mereka melihat bhiksu, "Aduh! Habislah! Habislah! Kalah habis-habisan." Orang Hong Kong sangat realistis! "Om money coming home", setiap hari berjudi, sepertinya mereka lebih ganas berjudi, sekali melihat bhiksu berkepala gundul, "Aduh! Kalah habis-habisan." Orang Taiwan tidak, Orang Taiwan malah sangat menghormati bhiksu. Saya naik taksi! Jalan! Jalan! Jalan! Jalan! Jalan! Ia bercanda denganmu, aduh! Sudah sampai, saya mau membayarnya, ia berkata, "Tidak perlu." Saya berkata, "Mengapa tidak perlu?" "Kalian adalah bhiksu!" Saya berkata, "Saya punya uang!" "Tidak perlu, saya menghormati bhiksu." Oh! Hati menghormati pun keluar. Apa pekerjaan bhiksu? Anda punya uang atau tidak, bhiksu justru khusus melakukan hal non duniawi, suciwan, kelak akan menjadi orang suci. (Hadirin tepuk tangan) Duniawi justru orang suci, non duniawi justru Buddha Bodhisattva, jadi, mereka sangat menghormati bhiksu.

Jangan "merendahkan", jangan "meremehkan", tidak boleh ada "pandangan sesat". Seperti Acarya Lianxin adalah Orang Hong Kong, tapi ia juga bhiksuni, Orang Hong Kong begitu bertemu bhiksu, "Aduh! Sial, kalah habis-habisan." Saya dan guru upasampada saya suatu kali naik lift, begitu keluar, orang itu meludah begitu melihat Bhiksu Guoxian! Bhiksu Guoxian pun menghampirinya, "Saya pakai jubah ladang berkah, Anda melihat saya adalah bhiksu, saya adalah orang yang memiliki berkah, Anda melihat saya, seharusnya punya berkah." Namun, ia tetap tidak percaya! Mereka berdua berdebat di sana, saya melihat cepat-cepat menyingkir. Hati apa ini? "Hati pandangan sesat"! Karena pandangan Anda sendiri itu keliru, jadi, harus ada "pandangan benar". Apa itu "pandangan benar"? Mengembangkan "Bodhicitta" adalah "pandangan benar", mengembangkan "niat meninggalkan duniawi" adalah "pandangan benar", mengembangkan "hati Madhyamika" adalah "pandangan benar", ketiga poin ini paling penting. Ketiga poin ini sangat penting dalam belajar Buddha, kita harus mengembangkan "Bodhicitta", maitri-karuna-mudita-upeksa; kita harus mengembangkan "niat meninggalkan duniawi", menjadi bhiksu, menerima sila, melatih diri hingga mencapai hasil sejati; "pandangan benar Madhyamika". Jadi, tidak boleh ada "hati pandangan sesat", tidak boleh ada "tinggi hati". Setelah menjadi bhiksu juga tidak boleh ada "tinggi hati", karena Anda harus menyerangkan insan. Anda harus melatih diri, memiliki kualitas pencapaian, berusaha semaksimal mungkin untuk menyeberangkan insan luas, Anda harus menghormati insan, jangan ada "tinggi hati". Bhiksu tidak boleh "tinggi hati", menjadi acarya juga tidak boleh "tinggi hati", sebaliknya harus lebih rendah hati. "Perbuatan tidak baik pada segala waktu"! Jadi, setelah mencapai pencerahan dan memahami hati, Anda pun tahu, tidak boleh menginjak-injak insan, tidak boleh menggencet insan, (hadirin tepuk tangan) harus selalu menyadari kesalahan diri sendiri, harus selalu menyadari kesalahan yang telah diri sendiri perbuat.

Ada seseorang di rumah, orang lain bertanya padanya, "Jika istri Anda memanggil Anda di pintu depan, namun, di pintu belakang Anda ada seekor anjing sedang menyalak mau masuk. Anda akan membiarkan siapa yang masuk duluan?" Sang suami itu menjawab, "Tentu saja membiarkan anjing yang masuk duluan." "Mengapa?" Bertanya padanya mengapa? "Karena setelah anjing masuk, ia tidak akan menyalak lagi, namun istri masuk, pasti akan teriak-teriak." Sang istri harus berpikir sejenak, diri sendiri salah apa? Harus selalu memikirkan kesalahan sendiri.

Ada seorang suami dan istrinya keluar rumah, mereka berdua bergandengan tangan, sang suami sudah lanjut usia, ketika mereka suami istri keluar rumah, bergandengan tangan. Wah! Rukun sekali. Seseorang bertanya padanya, "Mengapa kalian berdua keluar rumah, selalu bergandengan tangan? Usia sudah begitu lanjut, masih bergandengan tangan." Sang suami menjawab, "Jika saya melepaskan tangannya, istri saya pun belanja, tas kulit LV, ia pun beli! Beli barang-barang mahal, beli baju, apapun dibeli. Jadi, saya keluar rumah akan menggandeng tangannya erat-erat, karena, asalkan tangannya dilepas, ia pun pergi belanja." Sang istri harus berpikir! "Mengapa sang suami selalu menggandeng tangan saya, tidak membiarkan saya pergi?" Ia harus tahu diri! Anda sedang memboroskan uang! Tidak perlu beli tas bermerek! Sang suami sudah tidak tahan lagi, uang dihambur-hamburkan oleh Anda. Kita harus selalu melihat kesalahan sendiri!

Ada sepasang suami istri yang baru genap setahun menikah, sang suami bertanya pada sang istri, "Ulang tahun pernikahan kita yang pertama ini, sebaiknya kita jalan-jalan ke mana?" Sang istri berkata, "Sebaiknya pergi ke tempat yang belum pernah saya kunjungi." Suaminya menjawab, "Kalau begitu ke dapur saja." Karena menikah setahun, istrinya tidak pernah turun ke dapur, tidak pernah masak, istri ini juga harus memikirkan kesalahan sendiri, tidak pernah turun ke dapur, benar tidak? Semua cerita lucu di sini tentang kesalahan istri.

Pada ulang tahun pernikahan sepasang suami istri yang ke-25, sang istri mengingatkan suaminya, "Dulu ketika kamu melamar saya, berlutut pada saya, memohon menikah dengan saya, "Will you marry me?" Sang suami berlutut di sana, membuatnya sangat terharu, satu jam tidak bisa berkata-kata. Sang suami pun menjawab, "Bagiku, satu jam itu adalah saat-saat yang paling berbahagia." Apa maksudmu? Apa yang kalian tertawai? Karena semenjak itu, istrinya mengomel seumur hidup! Tidak pernah berhenti. Harus memikirkan diri sendiri, mengapa suami begitu takut pada diri Anda, karena mulut Anda terlalu hebat. Itu cerita Chuan-fang Chen. Cerita lucu hari ini, semua tentang kesalahan istri, sebenarnya, suami juga banyak yang tidak benar.



Daden Book Expo Jakarta 2011 ... Ayo datang semua .. Ajak teman2 , saudara-saudara , umat- umat Vihara untuk menghadiri acara Daden Book Expo kali ini yang menghadirkan langsung Master Sheng-yen Lu sebagai penulis :)

dbej2011

Sambungan

DHARMARAJA LIANSHENG MENERANGKAN SUTRA ALTAR PATRIAK VI

Selalu Melihat Kesalahan Sendiri
Tidak Membicarakan Kebaikan maupun Keburukan Orang Lain

(Intisari Ceramah Dharmaraja Liansheng Pada Upacara Homa Vaisravana Raja Tanggal 25 Desember 2010 di Taiwan Lei Tsang Temple)

-----------------------------------------------------


"Perbuatan tidak baik pada segala waktu", pikiran Anda tidak benar, perbuatan tidak benar, bicara tidak benar, semua adalah "perbuatan tidak baik"! Hari ini di televisi dari pagi sampai malam bicara tentang "penggencetan", saat saya kecil juga "digencet", karena tubuh saya paling mungil! Dulu, saat ayah dan ibu saya ada, karena keluarga saya agak miskin, jadi "pembawaan lahir tidak terawat", setelah lahir pun tidak benar, sehingga menjadi sependek ini. Setiap siang bawa bekal, hanya bawa satu "Caicang" (bakcang isi sayur), pergi ke pasar, tempat jual Caicang, "Dua buah caicang." Tanpa ikan, tanpa daging, tanpa telur, hanya caicang vegetarian. Bakcang vegetarian bungkus sedikit kacang tanah, tabur sedikit bubuk kacang tanah, kemudian siram sedikit kecap, perut lapar, dua buah. Ibu bertanya pada saya, "Laparkah hari ini?" "Tidak begitu lapar." Baik, satu buah, siang saya pun makan satu caicang itu. Saya akhirnya menemukan sebab tubuh saya sependek ini. Pembawaan lahir tidak terawat, setelah lahir juga tidak lancar, pantasan tubuh saya sependek ini. Orang-orang seangkatan saya, sebagian besar sangat miskin, tubuh sangat pendek. Saya bukan mengatakan ibu saya ada "perbuatan tidak baik", kalian jangan menyalahkannya. Karena, waktu itu keluarga saya benar-benar miskin. Jadi, dulu, saya juga ada "hati yang menjilat", saya mengambil hati teman sekelas yang paling kaya itu, kadang-kadang malam saya tidak pulang, lalu makan di rumahnya, bahkan tidur di rumahnya. Selanjutnya, kami pun menjadi teman baik. Siang hari setelah ia melihat bekal saya, ia pun bawa 2 bekal, satu untuk saya, satu lagi untuk dirinya sendiri. Karena ini adalah "hati yang menjilat", jadi, saya pun makan 2 bekal, namun tetap begitu pendek! Mengapa? Karena ia bawa 2 bekal itu kadang-kadang saja, sometimes, bukan always, hanya sometimes tidak cukup melengkapi gizi saya. Waktu itu juga ada "hati yang menjilat", juga tidak benar.

Di sini juga dikatakan, "Tidak membicarakan kebaikan maupun keburukan orang lain", tidak boleh sembarangan mengatakan orang lain baik atau tidak baik, ini tidak boleh. Sadhaka paling baik kurangi bicara, jaga prana ini. Tahukah Anda? Sadhana Dzogchen Nyingmapa, ada "pantang bicara". Mengapa Anda disuruh "pantang bicara"? Karena bicara, begitu prana bergerak, sinar bindu yang Anda bayangkan, tidak akan keluar; rantai vajra akan berkedip, tidak bisa mantap, hati Anda, tidak menetap pada kondisi tenang, kondisi luas, kondisi tiada aku, dan kondisi sangat bebas leluasa, tidak bisa menetap. Begitu mulut Anda bicara, hati pun bergerak, prana pun bergerak. Jadi, saat melatih diri sampai tahap tertentu, kita harus "pantang bicara", begitu pantang bicara, hati tidak bergerak, prana tidak bergerak, terang bindu baru muncul, ini sangat penting. Jadi, jangan sering bergosip di mana-mana, paling baik jangan membicarakan kebaikan atau keburukan orang lain.



Patriak VI bersabda, "Itulah berlindung pada diri sendiri", saat ini adalah "berlindung pada diri sendiri", sering melihat kesalahan sendiri, "perbaiki", "mengembalikan kesucian", "tidak membicarakan kebaikan maupun keburukan orang lain", itulah "berlindung pada diri sendiri". "Selalu merendahkan hati", dengan rendah hati; "menghormati semua makhluk, itulah menyaksikan Buddhata dan memahami", saat ini Anda baru bisa memahami Buddhadharma, baru bisa memahami hati dan menyaksikan Buddhata; "maka rintangan pun sirna", tidak akan membuat Anda terintangi lagi. Ada sebagian hati, yang merupakan rintangan. Mulut membicarakan kebaikan maupun keburukan orang lain, semua adalah rintangan. Oleh karena itu, seharusnya "rintangan pun sirna", dengan kata lain, tidak akan ada rintangan ini, hati Anda selamanya berada dalam kondisi bebas leluasa, luas, dan bersih sepenuhnya. Sadhaka seharusnya mengutamakan ini, selalu menetapkan hati di dalam kesucian, kondisi tidak goyah, kondisi tidak ada rintangan, bebas leluasa, dan luas. Mempertahankan perbuatan yang suci seperti ini disebut melatih diri. Patriak VI dalam satu kutipan ini mengajari kita melatih diri. Om Mani Padme Hum.
Daden Book Expo Jakarta 2011 ... Ayo datang semua .. Ajak teman2 , saudara-saudara , umat- umat Vihara untuk menghadiri acara Daden Book Expo kali ini yang menghadirkan langsung Master Sheng-yen Lu sebagai penulis :)

Indra

Every year there will be two huge ceremonies over at the "Seattle temple"
Redmond, WA, U.S.A. whereby I will attend. Usually on arrival I will have to
report to the Grand Master (Sheng-Yen Lu). But this time I did not attend or
appear for the occasion, also my previous last stay was for only a week. Also I
did not get back to him for his blessing. So to him it is not normal of me and he
already suspects something amidst.

He (Sheng-Yen Lu) gives a speech to the members present on how to kill a
person:

The only way to treat a stubborn or a hopeless person is to kill. If you love
someone and have mercy and want to send one to heaven, you must first take
his life and then expiate the sins of the dead. This is the 2nd greatest charm of
the religion. He continue saying;- if there is no other way that could assist one,
then the only way is to kill. Giving mercy or influence or wisdom and still not
way out, then the only way is to kill.

"Diamond spell" could make disappear one person. Then take his soul and send
to "Buddha country". Firstly, create the shape of a man (or human being), then
put the man's shape under one's seating pad. (Or if you exert the spell, you put
the man <the one you think he should be punished> under your pad.)

To cast the spell, you must first concentrate, think and imagine the person you
target; - then

His two eyes will move to the back of the brain,

His nose move to the top of his head,

His two ears move to his nose,

His tongue twists back in the mouth, the tongue tip is inside the mouth while the
back tongue faces to the front.

According to Tantric (Religion), all the organs on his face are all moved. When
you succeed in doing this, this person does no longer exist. When his (the one
being cursed) tongue is twisted, he cannot talk. But according to this
spell/curse, it is the charm of killing others.

Once, my grand master taught me to learn and practice Buddha's Diamond Peg.
(When you practice and pray with this peg, it will give you power) The priest
gave me the peg, and told me if I met some bad and evil person, you pray using
the Diamond spell. I did not practice; and I told him I would not practice it.
Whether I will practice or not in the future, I will decide it later.

In the preaching, Lu further told the followers (attendees) that:

When I put "you" under my seat and twisted all your facial organs (eyes, ears,
mouth, nose), I pray using the Diamond spell, using the Diamond blaze along
with the Diamond club, I can draw your soul to my front, and watching your
head coming off, blood are black in color, flowing out. I can see all your internal
organs decaying, some hell workers coming to grab your intestines, grab your
liver, grab your heart, grab your stomach, and then tear them into pieces.
Although it is a fierce killing spell (charm), but if I really do it this way on to
you in the future, I guarantee that I will lead you to Buddhist's Kingdom (the
peace and eternal land).

When "Horse Head King" (a Buddha) descends from the sky, or the entire
Diamond gods descend into your body, you will exhibit the Diamond face
(image). When you have the Diamond face (image), you (start to cast the
prayers), by holding the Diamond peg, and all other spell-casting devices. You
can exert your killing command when you hold these devices. With the killing
command, the command uses the Diamond fire, burns your target (the person
you want to kill) away, burns him to ashes. Uses wind to blow all ashes away,
grab your soul, and then send you to the West Happiest land of the Buddha
Kingdom. All the Buddha attendants, Diamond gods come and press you on the
ground, press your heart and don't let it beat, tear your intestines, liver,
stomach, kidney into pieces, chop your head out and black blood flow out. Make
all your facial organs twisted (ear, mouth.....etc). (The Horse Head King spell-
HHK).

In this way, I can teach you another method (spell). You let (make) him sick. It
is good to make him sick, make him sick. When you pray to "HHK" and ask him
to make that person sick.

If you want this person to get well, it is easy. You recite the "HHK" curse
100,000 times, no need to be 100,000 time, it's OK to recite 10,000 times.
When you recite 10,000 times, the power of the prayer transfer to this person,
then he will get well. This is a kind of punishment too.

Just like you make this person sick first, then he will regret and admit his fault.
When he admits his wrong doing and correct himself, you have to recite 10,000
times the "HHK" charm towards him, to make him come back (return to this
world). When he gets sick, he become dumb and cannot speak, you watch his
tongue (with your mind concentrated on his tongue), and recite 10,000 the
HHK curse, the curse resonance (exert spell) to this person, then he will get
well.

Lu Dongbin

● Berdasarkan Tata Letak , Ada Beberapa Hal Kemustahilan Wanita Bermarga Zhang Untuk Sendirian Keluar Masuk Arama Tantra Satyabuddha「真佛密苑 – zhenfomiyuan 」

1. Kemustahilan Dari Lokasi Luar :

Dua sisi dari Vihara Vajragarbha Seattle, di empat sisinya terdapat jendela dan tidak ada pagar tembok yang mengelilingi. Dari dalam melihat keluar ada delapan jendela dimana bisa leluasa mengawasi keluar masuknya orang hanya dengan satu pandangan. Sedangkan Arama Tantra Satyabuddha(真佛密苑 – zhenfomiyuan) didirikan di sisi naga dari (depan) Vihara Vajragarbha Seattle, sedangkan samping dari Arama Tantra adalah asrama bagi Acarya wanita, biksuni dan siswa wanita yang melakukan pendaftaran(ijin menumpang). Sedangkan banguan keempat dari sisi macan Vihara saat ini adalah perpustakaan dan ruang makan, yang saat itu adalah asrama bagi Acarya pria, biksu dan umat pria yang melakukan pendaftaran (ijin menumpang) ;Sisanya adalah rumah tinggal biasa yang saat itu bukan milik vihara.

Jadi delapan bangunan masing-masing berderet di dua sisi, masing-masing memiliki jendela di empat sisinya dan saling berhadapan, bila dihubungkan dengan vihara menjadi berbentuk huruf "U". Sehingga tiap pagi akan ada para Acarya, biksu biksuni dan para umat yang berjalan di satu jalan (tengah), semua akses keluar masuk adalah terbuka, sedangkan Arama Tantra (密苑 – miyuan) sendiri dengan otomatis merupakan tempat yang harus dilalui setiap orang-orang hendak berjalan menuju vihara. Sehingga penuturan dari wanita bermarga Zhang yang mengaku bahwa dia masuk ke Arama Tantra dengan sendirian dan pribadi , sangat tidak mungkin bila ditinjau dari kondisi lingkungan luar.

2. Kemustahilan Dari Segi Waktu :

Berdasarkan peraturan dalam vihara, para siswa yang mendaftar untuk menetap termasuk para Acarya dan biksu, semua harus melakukan aktivitas dengan waktu kerja dan istirahat sesuai dengan yang ditentukan oleh vihara. Setiap pagi pukul tujuh semua harus berkumpul di vihara, pukul setengah delapan pagi mulai puja bakti pagi, kira-kira satu jam kemudian baru makan pagi bersama. Para siswa di asrama bila tidak bisa mengikuti acara, demi memudahkan pengaturan, harus melapor pada biksu yang bertanggung jawab untuk mengabsen, serta memberitahukan alasan dan lokasi tujuan.

Berdasarkan wawancara kepada Biksu Lianlian (蓮漣法師 – Lianlian Fashi) yang saat itu bertugas mengabsen, ketahuan bahwa wanita bermarga Zhang itu tidak menetap selama dua tahun di asrama vihara , melainkan hanya pada waktu yang tidak tetap,ini adalah poin yang pertama.

Sedangkan pada hari dimana wanita bermarga Zhang ini menetap di asrama, menurut penuturan biksu, mereka ingat sekali bahwa wanita bermarga zhang ini tidak pernah absen di puja bakti pagi , juga sama sekali tidak pernah bergerak sendirian, ini adalah poin kedua.

Terlebih menurut penuturan biksu Lianlian (蓮漣法師) yang saat itu bertanggung jawab menjaga pintu Arama Tantra (密苑 – miyuan) , juga terbukti bahwa pada saat itu Mahaguru Liansheng tidak menetap di Arama Tantra (密苑 – Miyuan) , sedangkan waktu bekerja dari Mahaguru di ruangan kantor Arama Tantra adalah pagi hari pukul delapan lebih lima puluh menit sampai sekitar pukul Sembilan lebih lima belas menit (pagi).

Sedangkan pagi hari sekitar pukul tujuh, Mahaguru tidak mungkin berada di Arama Tantra ,ini poin yang ketiga.

Sedangkan saat Mahaguru mengendarai mobil melewati jalan di tengah yang dikitari bangunan berbentuk "U", semua siswa, biksu dan para Acarya bisa melihatnya, maju mendekat untuk bersujud dan menyambut. Jadi tidak mungkin Beliau bisa keluar masuk bersama satu orang tanpa diketahui oleh siapapun, ini adalah poin ke empat.

Terlebih di Arama Tantra ada petugas yang mengurusi kunci, sedangkan wanita bermarga Zhang itu tidak memiliki kunci, bagaimana cara dia keluar masuk Arama tanpa menggunakan kunci ? ini adalah poin kelima.

Dari beberapa hal di atas, sangat tidak mungkin wanita bermarga Zhang itu bisa masuk sendirian pada pukul tujuh lima belas (pagi). Ini adalah kemustahilan dari segi waktu.

3. Kemustahilan Dari Segi Prosedural :

Menurut penuturan Vajracarya Lian Ning yang bertanggung jawab untuk mengurusi segala kegiatan di Arama Tantra (密苑 – Miyuan) , Mahaguru Liansheng dalam menerima siswa yang berkonsultasi, sejak dulu selalu perlu melewati proses pendaftaran terlebih dahulu dan dilakukan persiapan waktu; Apalagi saat konsultasi selain Mahaguru sendiri, disamping Beliau selalu ada pendamping yang berada di lokasi. Tahun 1997, Vajracarya Lian Ning lah yang bertanggung jawab menjadi pendamping, jika tidak bisa mendampingi maka akan ada Vajracarya Changzhi (常智上師- changzhi shangshi) dan lainnya yang akan menggantikan. Berdasarkan prosedur ini, siswa tidak mungkin ada kesempatan bersama sendirian secara pribadi dengan Mahaguru Liansheng.

Bagaimana mungkin wanita bermarga Zhang ini bisa bersama secara pribadi ?

Dari fakta ini bisa diketahui bahwa penuturan wanita bermarga Zhang adalah termasuk kemustahilan.

Dengan mengumpulkan fakta dari berbagai sudut pandang seperti diatas, penuturan dari wanita bermarga Zhang bahwa dia masuk sendirian ke Arama Tantra pada pagi hari adalah tidak mungkin dan tidak dapat dibuktikan.

Indra

^ ternyata batasan itu hanya berlaku untuk wanita bermarga Zhang =)), bagaimana dengan ribuan wanita bermarga lain, bebas untuk diperkosa kah?