Pertanyaan Kritis Mengenai ZEN Menurut Pandangan yang Berbeda

Started by K.K., 17 January 2011, 09:27:55 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

adi lim

Quote from: ryu on 19 January 2011, 06:44:08 PM
"TRINGGGG" dapet pencerahan =))

ikut2an praktisi Zen nih pakai 'pencerahan seketika'  ^-^

kembali ke topik
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

morpheus

icicic...
Quote from: Kainyn_Kutho on 19 January 2011, 04:42:48 PM
Saya meminta bukti bahwa Theravada mengajarkan untuk kritis terhadap ajaran lain, namun tidak kritis terhadap ajaran sendiri.
mungkin maksudnya "oknum2". entahlah, seharusnya justru om sutarman bisa menjelaskannya dengan sabar dan sistematis sehingga banyak yg bisa dimengerti dari zen. mungkin dia terlalu terpengaruh tekanan one liner oot dan copy paste kecap bango busuk.

buat om sutarman, pertimbangkan lagi. anda justru bisa bermeditasi di sini...
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

johan3000

Quote from: morpheus on 19 January 2011, 08:57:56 PM
icicic... mungkin maksudnya "oknum2". entahlah, seharusnya justru om sutarman bisa menjelaskannya dengan sabar dan sistematis sehingga banyak yg bisa dimengerti dari zen. mungkin dia terlalu terpengaruh tekanan one liner oot dan copy paste kecap bango busuk.

buat om sutarman, pertimbangkan lagi. anda justru bisa bermeditasi di sini...

Ketika Buddha Gautama Bertanya.....

Maha Kassapa tidak menjawab, dan hanya "TERSENYUM".....

wahhh kepilih jadi ZEN yg pertama....

apakah begitu ? bro Sutarman, senyum dikit dunng =))

jawaban yg bener adalah dari bro Dilbert

[spoiler=nih posting bro Dilbert]Ketika Buddha Gotama berada di gunung Girdhakutha dan sedang membabarkan ajaran. Tiba-tiba Sang Buddha menampilkan sekumtum bunga di tangan-nya. Semua murid Buddha terdiam dan menantikan apa yang hendak disampaikan oleh Buddha. Hanya Maha Kassapa yang memberikan respon dengan tersenyum.

Sang Buddha kemudian berkata

Buddha : Kassapa telah mengerti.

(Dalam hal ini, dikatakan bahwa Buddha Gotama telah mentransmisikan pikiran zen / chan kepada Maha Kassapa, dan dikatakan bahwa Maha Kassapa menjadi sesepuh zen India yang pertama)[/spoiler]
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

dipasena

di indonesia ada "pakar zen" jg, coba ikuti acara "mario teguh golden way" itu zen banget... hehehehe...

morpheus

Quote from: sutarman on 19 January 2011, 03:50:18 PM
Although I had said billion words people still do not know what I really mean. Should I speak?
maybe 2 billion words will make them understand.

Quote from: sutarman on 19 January 2011, 03:50:18 PM
And for this thread (Zen) and other thread (Theravada), I will let other Brothers like Dilbert or Morpheus to explain Zen.
They will explain Zen better than me.
wong saya bukan praktisi zen, pigimana?

Quote from: sutarman on 19 January 2011, 03:50:18 PM
Let me meditate.
how about meditate by being mindful posting in this forum?
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

ryu

Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

K.K.

#171
Quote from: morpheus on 19 January 2011, 08:57:56 PM
icicic... mungkin maksudnya "oknum2". entahlah, seharusnya justru om sutarman bisa menjelaskannya dengan sabar dan sistematis sehingga banyak yg bisa dimengerti dari zen. mungkin dia terlalu terpengaruh tekanan one liner oot dan copy paste kecap bango busuk.

buat om sutarman, pertimbangkan lagi. anda justru bisa bermeditasi di sini...
Ya, saya rasa juga maksudnya oknum-oknum, maka perkataan bahwa 'dari sononya' yang mengacu pada 'Ajaran Theravada mengajarkan kritis hanya ke ajaran lain tapi tidak untuk ajaran sendiri' adalah keliru. Kalau bisa dengan berani menghadapi pertanyaan (dan mengakui kesalahan kalau memang ada), saya justru sangat menghargai. Beda kalau berkelit dari diskusi menggunakan syair-syair yang tidak nyambung.


[spoiler]NB: ya, saya tahu konteks syair tersebut. Tao Te Ching adalah kitab suci pertama saya di luar Alkitab.[/spoiler]

dilbert

Quote from: Kainyn_Kutho on 20 January 2011, 09:17:07 AM
Ya, saya rasa juga maksudnya oknum-oknum, maka perkataan bahwa 'dari sononya' yang mengacu pada 'Ajaran Theravada mengajarkan kritis hanya ke ajaran lain tapi tidak untuk ajaran sendiri' adalah keliru. Kalau bisa dengan berani menghadapi pertanyaan (dan mengakui kesalahan kalau memang ada), saya justru sangat menghargai. Beda kalau berkelit dari diskusi menggunakan syair-syair yang tidak nyambung.

[spoiler]NB: ya, saya tahu konteks syair tersebut. Tao Te Ching adalah kitab suci pertama saya di luar Alkitab.[/spoiler]


Tapi aneh-nya... dari 82 BAB Tao Te Ching, tidak ada bahas membahas soal dewa-dewa, malah Tao Te Ching menjadi kitab suci utama aliran Taoisme yang suka soal dewa-dewa...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

dilbert

Quote from: johan3000 on 19 January 2011, 09:01:47 PM
Ketika Buddha Gautama Bertanya.....

Maha Kassapa tidak menjawab, dan hanya "TERSENYUM".....

wahhh kepilih jadi ZEN yg pertama....

apakah begitu ? bro Sutarman, senyum dikit dunng =))

jawaban yg bener adalah dari bro Dilbert

[spoiler=nih posting bro Dilbert]Ketika Buddha Gotama berada di gunung Girdhakutha dan sedang membabarkan ajaran. Tiba-tiba Sang Buddha menampilkan sekumtum bunga di tangan-nya. Semua murid Buddha terdiam dan menantikan apa yang hendak disampaikan oleh Buddha. Hanya Maha Kassapa yang memberikan respon dengan tersenyum.

Sang Buddha kemudian berkata

Buddha : Kassapa telah mengerti.

(Dalam hal ini, dikatakan bahwa Buddha Gotama telah mentransmisikan pikiran zen / chan kepada Maha Kassapa, dan dikatakan bahwa Maha Kassapa menjadi sesepuh zen India yang pertama)[/spoiler]

ini kisah Transmisi Zen ke Mahakassapa versi lain...

Di kutip dari buku Jalur Tua Awan Putih (Jilid 2) karya Y.A.Thicht Nhat Hanh. Bab 51, hal 221.

...

Suatu hari di bulan purnama, Putri Vajiri (putri Raja Pasenadi dari Kosala) meminta anak anak (dari kelas dharma) membawa bunga untuk dipersembahkan kepada Buddha. Anak-anak tiba dengan aneka bunga yang dipetika dari kebun mereka dan dari ladang ladang di sepanjang jalan menuju vihara. Putri Vajiri membawa serangkul bunga teratai yang dikumpulkannya dari kolam teratai istana. Ketika dia bersama anak anak pergi menemui bhagava di gubuk-Nya, mereka dengar Beliau ada di aula Dharma dan sedang bersiap siap memberikan ceramah untuk para bhikkhu dan siswa awam. Tanpa bersuara tuan putri menuntun anak anak menuju aula. Orang dewasa menyingkir untuk memberikan jalan bagi anak anak. Mereka menaruh bunga ke atas meja kecil dihadapan Buddha lalu membungkuk hormat. Bhagava tersenyum dan balas membungkuk hormat. Beliau mengundang anak anak untuk duduk tepat di hadapan-Nya.

Ceramah Dharma Bhagava hari ini adalah yang paling spesial. Beliau menunggu hingga anak anak duduk dengan hening lalu bangkit berdiri dengan perlahan. Buddha mengambil setangkai teratai dan mengacungkannya ke hadapan komunitas. Beliau tidak mengatakan apa apa. Setiap orang duduk tanpa suara. Buddha mengacungkan bunga itu tanpa mengatakan apa apa untuk jangka waktu yang lama. Hadirin tertegun dan bertanya tanya apa maksud Beliau melakukan hal itu. Lalu Bhagava memandang seluruh komunitas dan tersenyum.

Beliau berkata, " Aku memiliki mata Dharma sejati, harta karun insight yang menakjubkan dan baru saja kuwariskan kepada MahaKassapa."

Semua orang berpaling kepada Y.A. MahaKassapa dan melihat dia sedang tersenyum. Matanya tidak berpindah dari Buddha dan bunga teratai yang dipegang-Nya. Ketika hadirin berpaling kepada Bhagava, mereka melihat Bhagava juga sedang menatap teratai itu dan tersenyum.

Kendati merasa tertegun, Svasti (seorang bhikkhu muda yang menjadi sentral cerita dalam Buku Jalur Tua Awan Putih) tahu hal terpenting adalah mempertahankan perhatian penuh. Mulailah dia mengamati nafasnya sambil melihat Buddha. Teratai putih di tangan Bhagava baru saja mekar. Beliau memegang bunga itu dengan sikap paling lembut dan mulia. Ibu jari dan telunjuk Beliau memegang tangkai teratai yang mengikuti lekuk lengan-Nya. Tangan Bhagava seindah tangkai itu sendiri, murni dan menakjubkan. Tiba tiba, svasti benar benar melihat kemurnian dan keindahan mulia bunga itu. Tiada sesuatu untuk dipikirkan. Alami sekali, senyum pun muncul di wajahnya.

Buddha mulai bicara, "Sahabat sekalian, bunga ini adalah sebuah realitas yang sangat menakjubkan. Ketika kuacungkan bunga ini dihadapan kalian, kalian semua berpeluang untuk mengalaminya. Berkontak dengan bunga ini adalah berkontak dengan realitas yang sangat menakjubkan. Kontak dengan bunga ini adalah berkontak dengan kehidupan itu sendiri."

"MahaKassapa tersenyum lebih dahulu dari yang lain karena ia mampu berkontak dengan bunga ini. Selama rintangan masih ada di pikiran kalian, kalian tak akan dapat berkontak dengan bunga ini. Beberapa di antara kalian ada yang bertanya kepada diri sendiri, "Mengapa Gotama mengacungkan bunga itu ke atas ? Apa gerangan makna gerakannya ?" Jika pikiran kalian dipenuhi pemikiran semacam itu, kalian tak akan benar benar dapat mengalami bunga ini."

"Sahabat sekalian, hilang di belantara pemikiran merupakan salah satu hal yang mencegah kita untuk benar benar kontak dengan kehidupan. Jika kalian dipimpin oleh kecemasan, frustasi, kegelisahan, kemarahan, ataupun kecemburuan, kalian akan kehilangan kesempatan untuk benar benar kontak dengan semua mujizat kehidupan."

"Sahabat sekalian, teratai di tanganku ini hanya nyata bagi mereka yang berdiam dalam kekinian secara penuh kesadaran. Jika kalian tidak kembali ke saat ini juga, maka [bagi kalian] bunga ini tidak benar benar eksis. Ada orang orang yang bisa melintasi hutan cendana tanpa benar benar melihat sebatang pohon pun. Kehidupan memang dipenuhi penderitaan, tetapi kehidupan juga mengandung banyak keajaiban. Eling dan waspadalah agar mampu melihat keduanya, penderitaan maupun hal hal yang sangat menakjubkan dalam kehidupan."

"Bersentuhan dengan penderitaan tidaklah berarti harus lenyap tenggelam di dalamnya. Bersentuhan dengan keajaiban hidup juga tidak mengartikan kita harus kehilangan diri kita di dalamnya. Bersentuhan adalah benar benar menjumpai kehidupan, melihatnya secara mendalam. Jika kita menjumpai kehidupan secara langsung, kita akan memahami sifat dasar saling ketergantungan dan ketidakkekalannya. Berkat itu, kita tidak akan lagi lenyap tenggelam dalam nafsu, kemarahan, maupun kemelekatan. Kita akan berdiam dalam kebebasan dan pembebasan."

Svasti merasa bahagia, Ia senang dirinya tersenyum dan paham sebelum Buddha bicara. Y.A. MahaKAssapa lebih dahulu tersenyum. Dia adalah salah seorang guru svasti dan siswa senior yang telah menempuh jarak yang sangat jauh di jalur pencerahan. Svasti tahu ia tidak bisa membandingkan dirinya dengan MahaKAssapa dan para sesepuh lainnya seperti Sariputra, Moggalana dan Assaji. LAgipula, ia sendiri baru berusia dua puluh empat tahun pada saat itu
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

adi lim

makanya banyak yang salah kaprah, sekarang ini banyak praktisi yang ikutan dengan cara hanya tersenyum.
kebetulan ada umat atau praktisi lainnya melihat seorang praktisi baru habis meditasi kemudian sedang senyum langsung dikira sudah dapat 'pencerahan seketika' atau 'sudah mengerti' 

=)) =))
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

adi lim

Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

dhammadinna

Quote from: morpheus on 18 January 2011, 05:58:59 PM
bantuin om sutarman, copy paste dari warung sebelah karena relevan:

Quotepola pikir mahayanis:

peraturan dibikin dengan suatu alasan. dalam hal ini, alasan lebih penting ketimbang peraturannya. peraturan itu sesuatu yg mati, sedangkan hidup ini penuh dinamika. kalo suatu saat ditemukan alasan yg kuat (dengan kecerdasan dewasa tentunya), peraturan bisa saja mengalah.

peraturan itu sendiri bukanlah senjata paling dasyat. karena peraturan itu mati, maka lobang2nya masih bisa terus dipergunakan oleh manusia. contohnya: vinaya gak boleh pegang duit, emas dan perak. oooo, berarti pegang credit card dan rekening digital boleh dong... sila gak boleh minum yg memabukkan. ooo, kalo gitu rokok atau pil ekstasi boleh dong...

ini bukan guyon lho. melainkan sudah terjadi....

peraturan itu mati, namun alasan dan kecerdasan itu hidup.
bahkan Sang Buddha sendiri pernah berpesan, peraturan yg gak gitu penting boleh dihapuskan.

ps: ini hanya untuk mencoba melihat dari sudut pandang mahayana. dua2nya mungkin benar dari sudut pandang masing2.


[spoiler]karena sudah kelamaan, mungkin komen sy gak relevan lagi (krn mungkin sudah dibahas di page2 sebelum ini).[/spoiler]

[at]  Sutarman: saya setuju kalo seperti itu (uang dan credit card mempunyai fungsi yang sama, jadi pada dasarnya sama).

Awalnya sy kira "fleksibel" yang Sutarman maksudkan itu, adalah boleh minum minuman keras (dalam dosis kecil), atau sah-sah saja (tapi mindful). Kalo seperti itu, sy tidak setuju.

morpheus

Quote from: Mayvise on 20 January 2011, 12:08:20 PM
[at]  Sutarman: saya setuju kalo seperti itu (uang dan credit card mempunyai fungsi yang sama, jadi pada dasarnya sama).

Awalnya sy kira "fleksibel" yang Sutarman maksudkan itu, adalah boleh minum minuman keras (dalam dosis kecil), atau sah-sah saja (tapi mindful). Kalo seperti itu, sy tidak setuju.
alhamdulbuddha, anda mengerti pola pikir mahayana... sukurlah :)
btw, itu tulisan saya, bukan om sutarman...
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

dipasena

Quote from: adi lim on 20 January 2011, 11:55:31 AM
hus, bau !

diskusi thread ini masih berlanjut kah ? keliatan nya tidak bermanfaat banget... kan topic thread ini jelas cm "pertanyaan kritis... bla... bla... " tp ga bole keras kritisnya, ya alon alon wae... mending liat acara mario teguh, tuh ajaran ZEN banget, ga perlu pake tongkat lg... intinya, sama2 membuat bingung dulu baru di paksa cerna, baru dapat esensinya, walau ga seberapa ok banget, tp proses mencerna membuat kagum sebagaian orang...

hampa adalah isi, isi adalah hampa... tiada apa2 yg perlu dibahas, karena semua adalah hampa... :D

dhammadinna

 [at]  morpheus: Oo... saya kira tulisannya [om] Sutarman...