News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu

Ajaran Buddha: Buktikan dulu baru percaya. Benarkah?

Started by Peacemind, 09 December 2010, 09:57:06 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Peacemind

Berbasis pada Kalama Sutta dan pernyataan 'ehipassiko', banyak penganut Buddhis biasanya tidak mau menerima atau percaya beberapa ajaran atau kepercayaan baik yang berasal dari luar maupun dari ajaran Buddha sendiri sebelum mereka mengalami dan membuktikkan kebenarannya. Pertanyaannya, apakah Sang Buddha mengajarkan kepada umatnya untuk membuktikkan semua ajaran beliau sebelum menempatkan kepercayaanya? Tidak bolehkah kita seorang Buddhis percaya terhadap beberapa ajaran Buddha yang belum kita realisasikan?

Peacemind

Saya pribadi berpendapat bahwa ada beberapa ajaran Buddha yang harus dipercayai dulu sebelum dibuktikan.

K.K.

Quote from: Peacemind on 09 December 2010, 09:57:06 AM
Berbasis pada Kalama Sutta dan pernyataan 'ehipassiko', banyak penganut Buddhis biasanya tidak mau menerima atau percaya beberapa ajaran atau kepercayaan baik yang berasal dari luar maupun dari ajaran Buddha sendiri sebelum mereka mengalami dan membuktikkan kebenarannya. Pertanyaannya, apakah Sang Buddha mengajarkan kepada umatnya untuk membuktikkan semua ajaran beliau sebelum menempatkan kepercayaanya? Tidak bolehkah kita seorang Buddhis percaya terhadap beberapa ajaran Buddha yang belum kita realisasikan?

Menurut saya, kata 'ehipassiko' itu merujuk pada kebenaran tentang dukkha, bukan pada segala fenomena secara keseluruhan. Kenyataan tentang ketidakpuasan adalah bisa dibuktikan oleh siapapun juga, bukan juga pada saat nanti atau di lain tempat (yang kita tidak tahu juga pastinya).

Mengenai kebenaran lain, semua kembali pada kemampuan setiap orang dalam membuktikan atau sebatas menangkap secara logika.


adi lim

setuju dengan bro kainyn
nah kebanyakan orang2 yang suka menterjemahkan 'ehipasiko' ke semua masalah. :))

_/\_
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

ryu

kalau berdasarkan kalama sutta jelas2 buda menerangkan pada suku kalama untuk memilih suatu ajaran atau pandangan bukan berdasarkan kata guru, spekulasi pribadi, bergantung pada yang kelihatan benar, kabar angin, tradisi dll
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Brado

Kalo tentang 31 alam kehidupan, tumimbal lahir gimana ? Bukankah juga harus dipercayai dahulu sebelum ada pembuktian ?

Mr. Wei

Quote from: Brado on 09 December 2010, 01:08:06 PM
Kalo tentang 31 alam kehidupan, tumimbal lahir gimana ? Bukankah juga harus dipercayai dahulu sebelum ada pembuktian ?

Kalau ditanyakan kepada beberapa penceramah di vihara, pertanyaan seperti ini kerapkali dijawab dengan '31 alam kehidupan bisa dibuktikan kok, dengan hipnosis regresi, bisa ketauan kalau kelahiran kembali itu ada, dan ada alam kehidupan lain selain bumi.'

Menurut gw, pertanyaan tersebut sangat tidak menjawab. Lagipula jikalau benar ada kelahiran kembali, apakah benar ada 31 alam kehidupan, jangan2 cuma surga-bumi-neraka? :P

K.K.

Quote from: Mr. Wei on 09 December 2010, 03:36:56 PM
Kalau ditanyakan kepada beberapa penceramah di vihara, pertanyaan seperti ini kerapkali dijawab dengan '31 alam kehidupan bisa dibuktikan kok, dengan hipnosis regresi, bisa ketauan kalau kelahiran kembali itu ada, dan ada alam kehidupan lain selain bumi.'

Menurut gw, pertanyaan tersebut sangat tidak menjawab. Lagipula jikalau benar ada kelahiran kembali, apakah benar ada 31 alam kehidupan, jangan2 cuma surga-bumi-neraka? :P
Hipnotis Regresi Kehidupan Lampau sendiri kebenarannya diragukan. Hipnotis memang berhubungan dengan bawah sadar, tetapi bukan berarti bawah sadar itu 'maha-tahu' dan pasti benar. Bahkan orang dalam keadaan terhipnotis, bisa dipengaruhi penilaiannya oleh orang yang mengajak komunikasi.



seniya

Quote from: Peacemind on 09 December 2010, 09:58:34 AM
Saya pribadi berpendapat bahwa ada beberapa ajaran Buddha yang harus dipercayai dulu sebelum dibuktikan.

Menurut Sam. Peacemind, apakah ajaran Buddha yang harus dipercayai dulu sebelum dibuktikan? Mungkin bisa di-sharing ke kami semua. _/\_
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

seniya

Tentang kebenaran ke-31 alam kehidupan dalam Buddhisme, Ven. Narada Mahathera menulis dalam "The Buddha and His Teaching" (ada terjemahan bahasa Indonesia-nya "Sang Buddha dan Ajaran-Nya") :

QuoteIt should be remarked that the Buddha did not attempt to expound any cosmological theory.

The essence of the Buddha's teaching is not affected by the existence or non-existence of these planes. No one is bound to believe anything if it does not appeal to his reason. Nor is it proper to reject anything because it cannot be conceived by one's limited knowledge.
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Mr. Wei

QuoteHipnotis Regresi Kehidupan Lampau sendiri kebenarannya diragukan. Hipnotis memang berhubungan dengan bawah sadar, tetapi bukan berarti bawah sadar itu 'maha-tahu' dan pasti benar. Bahkan orang dalam keadaan terhipnotis, bisa dipengaruhi penilaiannya oleh orang yang mengajak komunikasi.

Setahu saya bisa juga hanya imajinasi. Maka itu, pertanyaan kelahiran kembali yang dijawab dengan hipnosis regresi saya anggap tidak menjawab.

Satria

sebenarnya, bagaimana terjemahan yang benar isi sutta kalama dalam bahasa indonesia  itu sih?

sedangkan menurut pemahaman saya disitu hanya dinyatakan semisal "tidak harus percaya sesuatu hanya karena sesuatu itu dikatakan oleh guru mu".

masalahnya, adakah orang yang mengartikan "tidak harus percaya" dengan "harus tidak percaya" ?

jika ada, maka saya pikir orang itu telah salah menerjemahkan. apalagi bila "tidak harus percaya" itu diartikan dengan "harus menyangkal".

mungkin kita belum mengalami Nibbana. tetapi kita harus menghormati para guru, para bikkhu, sang Budha dan ajarannya. karena menghormati sang Budha dan ajarannya, maka kita tidak menyangkal kebenaran nibbana tanpa dasar. dan kita memulai memahami ajaran sang Budha dari hal yang bisa dibuktikan, dan terus menerus menjalani proses pembuktian, sehingga kita melihat "kebolehjadian nibbana". dengan demikian kita tetap berdiri diatar pilar-pilar keyakinan yang kokoh, tidak atas dasar keyakinan buta dan juga tidak dengan penyangkalan buta.


adi lim

yang paling gampang dulu aja, yakin kah kita dengan Sang Tiratana (Buddha Dhamma Sangha) ? ^:)^
pernahkan kita merenungkan Buddhanussati, Dhammanussati, Sanghanussati secara konsisten ? ^:)^

_/\_
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Edward

terlepas dri kalama sutta, saya pribadi lebih condong ke "bersikap netral sebelum ada bukti"
Dengan begitu, dalam melihat sesuatu, kita tidak tertutup persepsi "baik" atau persepsi "buruk", tapi hanya pada "kenyataan"
Tentu aja, easy to say but hard to do... ::)
"Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

K.K.

Quote from: Mr. Wei on 09 December 2010, 08:50:54 PM
Setahu saya bisa juga hanya imajinasi. Maka itu, pertanyaan kelahiran kembali yang dijawab dengan hipnosis regresi saya anggap tidak menjawab.
Betul, bisa juga hanya semacam 'khayalan' yang tertanam di bawah sadar. Memang itu bukan jawaban dan bukti akan kehidupan lampau.