News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu

Ajaran Buddha: Buktikan dulu baru percaya. Benarkah?

Started by Peacemind, 09 December 2010, 09:57:06 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

morpheus

Quote from: Peacemind on 14 December 2010, 08:05:01 AM
Mungkin, anda bisa membaca Caṅkisutta dan Bodhirājakumrasutta. Pentingnya keyakinan sebelum seseorang melanjutkan ke praktik sesungguhnya dijelaskan di sana.
Quote from: Indra on 14 December 2010, 08:55:31 AM
dari Canki Sutta dan Bodhirajakumara sutta di atas, jelas bahwa minimum requirement adalah keyakinan pada Tiratana.
saya pisahkan dulu kesimpang-siuran topik ini.

point pertama, jadi rata2 semuanya setuju bahwa kepercayaan intelektual seperti hukum karma, rebirth, alam2 gaib, dewa yama, dewa matahari, keajaiban2 itu tidak diperlukan dalam konteks dukkha dan lenyapnya dukkha? ataukah ini masih termasuk?
kalo ini termasuk dan dianggap diperlukan dalam praktek, apakah alasannya?

point kedua, pada hal2 yg doktrinal seperti dukkha, anicca, anatta, faktor2 pencerahan. menurut saya ini juga tidak diperlukan, alasannya adalah percaya itu baik secara intelek dan mental berarti berdiam dalam kenyamanan, sesuatu yang enak untuk dilekati, tidak perlu lagi ada penyelidikan (discovery), belajar udah selesai. dukkha dijadikan kepercayaan, selesai. tidak ada penyelidikan. anicca dijadikan nasehat untuk orang yg meninggal saja, cukup diterima, tidak perlu ditembusi. imo, lebih baik berangkat dari "tidak tahu", menyelidiki sendiri dan akhirnya menyimpulkan dan menembusi sendiri... daripada berangkat dari "percaya", nyaman trus selesai. tidak ada keperluan untuk percaya dan yakin pada suatu doktrin.
kalo ada pendapat hal2 doktrinal ini diperlukan dalam praktek, apa alasannya?

point ketiga, mengenai sutta di atas. saya setuju dengan samanera, dari penyelidikan minimal kita tahu pasti bahwa lenyapnya dukkha itu ada dan mungkin, dan itu yg diwakili oleh tiratana. menurut penafsiran saya, itulah yg dimaksud oleh sutta2 diatas. bukan kepercayaan pada point satu dan dua.

semoga ada diskusi dan pertukaran pemikiran.
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Dhamma Sukkha

Quote from: Peacemind on 09 December 2010, 09:57:06 AM
Berbasis pada Kalama Sutta dan pernyataan 'ehipassiko', banyak penganut Buddhis biasanya tidak mau menerima atau percaya beberapa ajaran atau kepercayaan baik yang berasal dari luar maupun dari ajaran Buddha sendiri sebelum mereka mengalami dan membuktikkan kebenarannya. Pertanyaannya, apakah Sang Buddha mengajarkan kepada umatnya untuk membuktikkan semua ajaran beliau sebelum menempatkan kepercayaanya? Tidak bolehkah kita seorang Buddhis percaya terhadap beberapa ajaran Buddha yang belum kita realisasikan?
Dhamma telah sempurna dibabarkan oleh Yang Terberkahi, berada sangat dekat, tak lapuk oleh waktu, mengundang para Bijaksana tuk membuktikan KEBENARAN DHAMMA, menuntun kedalam diri(menuntun ke kebahagiaan sejati), dapat diselami oleh batin yg bijaksana

klo menurut w, awal2nya kita harus timbulkan Saddha(kepercayaan) itu dulu, dgn adanya saddha, kita akan mempelajari dhamma ituu, dan setelah mempelajarinya, kita wujudkan dalam tindakan moral yg melaksanakan, setelah itu, baru kita dapat membuktikan kebenaran sejati dari DHAMMA itu sendiri... \;D/\;D/\;D/
Pariyyati = mempelajari
Patipatti = melaksanakan
Pativeddha = menggapai kebenaran sejati(kebahagiaan sejati)

metta cittena,
Citto \;D/\;D/\;D/ _/\_
May All being Happy in the Dhamma ^^ _/\_

Karena Metta merupakan kebahagiaan akan org lain yg tulus \;D/

"Vinayo ayusasanam"
sasana/ajaran Buddha akan bertahan lama karena vinaya yg terjaga... _/\_ \;D/

seniya

Mungkin harus dibedakan dulu antara "yakin" & "percaya",br kt bs melanjutkan diskusi ini.
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

morpheus

Quote from: seniya on 14 December 2010, 01:02:10 PM
Mungkin harus dibedakan dulu antara "yakin" & "percaya",br kt bs melanjutkan diskusi ini.
judul topik ama post pertamanya mengenai kepercayaan, om.
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Dhamma Sukkha

Quote from: seniya on 14 December 2010, 01:02:10 PM
Mungkin harus dibedakan dulu antara "yakin" & "percaya",br kt bs melanjutkan diskusi ini.
percaya itu, menerima apa adanya suatu ajaran,

yakin itu, suatu ajaran yg diterima itu sudah dilaksanakan dgn disertai manfaat yg dipetik dari melaksanakan suatu ajaran... \;D/\;D/\;D/
May All being Happy in the Dhamma ^^ _/\_

Karena Metta merupakan kebahagiaan akan org lain yg tulus \;D/

"Vinayo ayusasanam"
sasana/ajaran Buddha akan bertahan lama karena vinaya yg terjaga... _/\_ \;D/

Balhamoth

mo nambahin..

Barusan ada kelas dhammaclass di surabaya oleh Ehiphassiko Foundation...

Aku baru sadar juga.. Kalama Sutta bukanlah melulu menekankan pada ehiphasikko, jika hanya menjelaskan ehiphasikko maka cerita kalama sutta tidak lengkap.
karena yang terpenting dalam kalama sutta adalah apa yang di ajarkan oleh sang Buddha ada dua:

tidak berbuat jahat..
tidak berniat jahat...

saat itu kondisi suku kalama lagi dirundung banyak orang yang mengaku buddha, ada 6 selain sang Buddha sendiri... sang Buddha mengetahui kalo ke enam pertapa ini pun mengaku sebagai Buddha, tidak hanya itu.. keenamnya mengakui ajaran mereka itu yang paling benar... nah dari ke enam pertapa ini pun mempunyai banyak pengikut.. hal ini berarti ke enam pertapa itu pun juga pintar2 bukannya orang gila yang mengaku Buddha... nah sang Buddha berpikir lalu membabarkanlah "jangan percaya bla,bla bla..." lalu ketika perhatian suku kalama melihat wah.. ini beda ini.. kayaknya dia bener juga.. lalu sang Buddha membabarkan tidak berbuat jahat dan tidak berniat jahat.. secara irngkasnya begitu...

_/\_
Ada yang mengukur hidup mereka dari hari dan tahun
Yang lain dengan denyut jantung, gairah, dan air mata
Tapi ukuran sejati di bawah mentari
Adalah apa yang telah engkau lakukan dalam hidup ini
Untuk orang lain - Ruth Smiller

bond

Quote from: Balhamoth on 14 December 2010, 02:42:33 PM
mo nambahin..

Barusan ada kelas dhammaclass di surabaya oleh Ehiphassiko Foundation...

Aku baru sadar juga.. Kalama Sutta bukanlah melulu menekankan pada ehiphasikko, jika hanya menjelaskan ehiphasikko maka cerita kalama sutta tidak lengkap.
karena yang terpenting dalam kalama sutta adalah apa yang di ajarkan oleh sang Buddha ada dua:

tidak berbuat jahat..
tidak berniat jahat...

saat itu kondisi suku kalama lagi dirundung banyak orang yang mengaku buddha, ada 6 selain sang Buddha sendiri... sang Buddha mengetahui kalo ke enam pertapa ini pun mengaku sebagai Buddha, tidak hanya itu.. keenamnya mengakui ajaran mereka itu yang paling benar... nah dari ke enam pertapa ini pun mempunyai banyak pengikut.. hal ini berarti ke enam pertapa itu pun juga pintar2 bukannya orang gila yang mengaku Buddha... nah sang Buddha berpikir lalu membabarkanlah "jangan percaya bla,bla bla..." lalu ketika perhatian suku kalama melihat wah.. ini beda ini.. kayaknya dia bener juga.. lalu sang Buddha membabarkan tidak berbuat jahat dan tidak berniat jahat.. secara irngkasnya begitu...

_/\_
Quote
Kalau lihat konteksnya, itu kan ajaran buat kaum Kalama, yang bukan murid sang Buddha.
Mereka nanyanya kan "mesti percaya siapa nih", sang Buddha menjawabnya juga tepat pada sasaran menjawab pertanyaan mereka.
Ini bukan mengenai ajaran Sang Buddha sendiri.

Konteks "buktikan dulu baru percaya" bukan untuk murid-murid sang Buddha. Kalau kita ingin belajar sesuatu, selalu ada hal-hal yang perlu dipercayai dulu walaupun belum bisa dibuktikan. Misalnya kita ingin belajar mendaki gunung, kalau gurunya bilang jangan pakai tali plastik, apakah kita akan coba dulu pakai tali plastik trus kalau talinya sudah putus kita baru percaya?

Dalam Buddhism, kita bisa anggap kamma & rebirth adalah "working hypothesis" agar kita bisa menjalani tahap-tahap pembelajaran. Selama belum mencapai tahap tertentu dimana kita bisa buktikan sendiri, kita memang harus percaya, paling tidak bukan dengan aktif menolak "hipotesis"-nya. Nanti kalau sudah membuktikan, "percaya" berubah jadi "tahu".

Tapi yang paling dasar saja, Four Noble Truth sudah bisa dibuktikan kan.

sekaligus  menanggapi dua quote

Memang tidak ehipasiko melulu tapi ada hal yang lain dan juga seperti yang bro sebutkan tetapi kalama sutta dapat dijadikan acuan. Tatkala 6 orang jaman dulu ngaku Buddha dan di jaman sekarang banyak aliran agama Buddha, nah untuk mengujinya tentu apa yang dinasehatkan sang Buddha kepada suku kalama. Jadi nasehat itu bukan hanya untuk suku kalama tetapi maknanya bersifat general, jika ditafsirkan hanya untuk suku kalama, maka semua isi sutta hanya relevan untuk orang pada masa Sang Buddha saja dan banyak juga nasehat Sang Buddha yang tidak untuk muridnya sendiri  dan para murid Buddha dulunya adalah bukan muridnya Buddha . ^-^

Dan pernyataan terakhir dari bro terasi mengatakan bahwa 4 Km saja sudah bisa dibuktikan. Nah bukti awal itulah yang paling penting dan paling mendasar, kalau tidak ada 4 KM apakah kalian percaya sama Sang Buddha ?  ^-^

Metta

Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

williamhalim

Quote from: Peacemind on 09 December 2010, 09:57:06 AM
Berbasis pada Kalama Sutta dan pernyataan 'ehipassiko', banyak penganut Buddhis biasanya tidak mau menerima atau percaya beberapa ajaran atau kepercayaan baik yang berasal dari luar maupun dari ajaran Buddha sendiri sebelum mereka mengalami dan membuktikkan kebenarannya. Pertanyaannya, apakah Sang Buddha mengajarkan kepada umatnya untuk membuktikkan semua ajaran beliau sebelum menempatkan kepercayaanya? Tidak bolehkah kita seorang Buddhis percaya terhadap beberapa ajaran Buddha yang belum kita realisasikan?

yg perlu diperhatikan dalam Kalama Sutta... Don't Believe...Just Because

Jangan semata2 percaya hanya karena dikatakan kitab, orang2, bla2...

Jadi bukannya disuruh jangan percaya, tapi "jangan maen percaya aja hanya karena ...."

Hanya karena... ini penting, tidak boleh tinggal dalam penulisannya.

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

seniya

Quote from: morpheus on 14 December 2010, 01:10:30 PM
judul topik ama post pertamanya mengenai kepercayaan, om.

O ya, baru nyadar jika yang dibahas tentang "kepercayaan" bukan "keyakinan". Tetapi kayaknya dalam bahasa Pali, baik "kepercayaan" maupun "keyakinan" sama-sama disebut "saddha" kan?
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

adi lim

#39
Quote from: Iwan Senta on 14 December 2010, 10:02:07 AM
[at]  Bond :

Ternyata "masuk akal" itu berbaring lurus dengan tingkat kesadaran seseorang.  ;D

emank belajar  ilmu Fisika ! pakai kata 'logika dan berbading lurus' :)) :))
  _/\_
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

fabian c

Teman-teman, menurut saya kata "ehipassiko" artinya bukan datang dan buktikan, tapi datang dan alami/lihat. "Ehi" berarti datang, "passiko" berarti lihat atau saksikan.

Kata ehipassiko ada dalam Dhammanussati (perenungan terhadap sifat-sifat Dhamma), sedangkan inti atau tujuan akhir dari Dhamma adalah Nibbana, yang hanya bisa dialami oleh kita masing-masing, tak mungkin kita membuktikan adanya Nibbana pada orang lain.
Sesuai dengan percakapan Y.A. Nagasena dengan raja Milinda dalam Milinda Panha, (intinya kurang lebih demikian)

Raja Milinda: Apakah Nibbana itu ada?
Bhikkhu Nagasena: Nibbana itu ada baginda.
Raja Milinda: coba buktikan.
Bhikkhu Nagasena: Apakah Himalaya ada baginda?
Raja Milinda: Ya Himalaya ada.
Bhikkhu Nagasena: kalau begitu coba buktikan.
Raja Milinda: wah tak mungkin saya membawa Himalaya kesini bhante sendiri yang harus kesana untuk membuktikan
Bhikkhu Nagasena: demikian juga dengan Nibbana Baginda, saya tak mungkin membawa Nibbana untuk diperlihatkan kepada Baginda, Baginda sendiri yang harus membuktikannya.

--------------

Dalam Kalama Sutta sebenarnya Sang Buddha hanya mengajarkan suku Kalama cara berpikir kritis yang lebih logis, karena semua pimpinan aliran kepercayaan pada waktu itu menjual kecap no 1. Sang Buddha menawarkan jalan keluar agar suku Kalama terbebas dari kebingungan. Menghadapi demikian banyak kecap no: 1.

Selain itu secara halus Sang Buddha juga memberikan undangan kepada suku Kalama untuk membuktikan sendiri apa yang di klaim ajaran-ajaran tersebut termasuk ajaran Beliau, sebelum memutuskan.

_/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Iwan Senta

Quote from: adi lim on 15 December 2010, 06:17:19 AM
emank belajar  ilmu Fisika ! pakai kata 'logika dan berbading lurus' :)) :))
  _/\_

Itu buktinya matematika bukan cuma untuk berhitung bukan ? ^-^

willian

Percaya si bole2 aja,
Tpi lbh baik dibuktikan trlbh dahuku si lbh bagus..
Apapun yang sedan kamu lakukan, lakukanlah dengan sepenuh hati. Sebab apapun yang sedang kamu lakukan sekarang, itulah yang akan menentukan masa depanmu. Kita hidup untuk hari ini, bukan dari masa lalu dan bukan untuk masa depan..