Maafkan saya yang agak lama utk menyampaikan arti palinya, karena listrik padam seharian, sore baru nyala padahal sudah dekat waktunya puja bakti sore, jadi baru bisa ketik sore dan malam ini baru jadi, untuk memenuhi janji saya yang kemarin, walau kelihatannya udah sangat larut malam, tapi beda waktu dengan sini (srilanka), jadi saya tetap posting untuk memenuhi janji.
Saya belum menguasai sekali Pali, disini ada banyak member ahli Pali, menjadikan saya jadi malu, tetapi untuk membuat diskusi kemarin sedikit ada tambahan pandangan jadi saya lampirkan terjemahan versi saya, ini saya terjemahkan dulu kata demi kata, sehingga pembaca mendapat gambaran, selanjutnya saya terjemahkan sendiri menurut pandangan saya, tetapi bukan merupakan terjemahan sempurna, sekali lagi saya tekankan ini bukan terjemahan yang sempurna karena saya bukan ahli pali, versi saya yang masih jauh dari sempurna :
Versi Wilhelm Geiger (hampir semua buku2 pali adalah terjemahan beliau)
When the king Dutthagamani had had a relic put into his spear he
marched to Tissamaharama, and having shown favour to the brotherhood
he said: "I will go on to the land on the further side of river to
bring glory to the doctrine. Give us, that we may treat them with
honour, bhikkhus who shall go on with Us, since the sight of the
bhikkhus is blessing and protection for us." (Mahavamsa 25.1-4)
pengartian kata demi kata :
1.Duṭṭhagāmaṇirājā’tha (and/and also/and then/now King Duṭṭhagāmaṇi) , katvāna (will do) janasaṅgahaṃ (sangha’s members);
Kunte (at scepter lance) dhātuṃ (relic) nidhāpetvā (having keeping), sayoggabalavāhano (with/possessed of/having, wagon/carriage, carrying/drawing). [having kept relic at the scepter lance King Duṭṭhagāmaṇi then will carrying sangha’s members]
2.Gantvā (having gone) tissamahārāmaṃ (the great park Tissa/The Great Tissa’s arama), vanditvā (having worship) saṅghamabravi (to say/to tell to the sangha);
‘‘Pāragaṅgaṃ (beyond/over/across the river) gamissāmi (I will go), jotetuṃ (to make clear/to shine/to luminous) sāsanaṃ (teaching, message) ahaṃ (I).
[having gone to Tissamahārāma (this ancient place until now still preserve), worshipped and tell to the sangha : I will go to across the river to make luminous sāsana (we can using the term sāsana)]
3.Sakkātuṃ (to honour, to treat with respect, to receive hospitably) bhikkhavo (bhikkhu) detha (shall we give), amhehi (on us) sahagāmino (with leading to);
Maṅgalañceva (happiness) rakkhā ca (and protection), bhikkhūnaṃ (Bhikkhus) dassanaṃ (looking, seeing) hino (poor, low).
[To honour bhikkhu shall we give, on us (poor one/low one) with seeing Bhikkhus leading to happiness and protection]
4.Adāsi (give) daṇḍakammatthaṃ (to cut/split/work into something), saṅgho (multitude, an assemblage) pañcasataṃ yatī (500 monks);
Bhikkhusaṅghatamādāya (taking up community of bhikkhus), tato (from this, thence, thereupon, further, afterwards) nikkhamma (to retire from the world, to give up evil desire) bhūpati (king).
[Further King split an assemblage 500 monks taking up community of bhikkhus who one given up evil desire]
[having kept relic at the scepter lance King Duṭṭhagāmaṇi then will carrying sangha’s members went to Tissamahārāma (this ancient place until now still preserve), worshipped and tell to the sangha : I will go to across the river to make luminous sāsana (we can using the term sāsana), to honour bhikkhu shall we give, on us (poor one/low one) with seeing Bhikkhus leading to happiness and protection. Further King split an assemblage 500 monks taking up community of bhikkhus who one given up evil desire]
[setelah meletakkan relic di ujung tongkat kerajaan (Kunte jaya disini sebenarnya adalah tongkat kerajaan), King Duṭṭhagāmaṇi ingin membawa anggota Sangha bersamanya, selanjutnya pergi ke Vihara Tissamahārāma (Vihara kuno ini hingga saat ini masih terpelihara) setelah bernamaskara kemudian berkata kepada sangha : “Saya akan menyeberangi sungai untuk Kejayaan Sāsana, Kami harus menghormati para Bhikkhu, bagi kami yang rendah ini dengan melihat para Bhikkhu telah membawa kebahagiaan dan perlindungan”. Selanjutnya raja membawa sejumlah 500 bhikkhu dari komunitas bhikkhu yang telah bebas dari nafsu2 jahat]
Versi Wilhelm Geiger :
"From this deed arises no hindrance in thy way to heaven. Only one
and a half human beings have been slain here by thee, O lord of men.
The one had come unto the (three) refuges, the other had taken on
himself the five precepts. Unbelievers and men of evil life were the
rest, not more to be esteemed than beasts. But as for thee, thou
wilt bring glory to the doctrine of the Buddha in manifold ways;
therefore cast away care from thy heart, O ruler of men!" Thus
exhorted by them the great king took comfort. (Mahavamsa 25:109-112)
menerjemahkan kata demi kata :
109. ‘‘Saggamaggantarāyo (between/inside the way to heaven) ca (and), natthi (is not) te (they) tena (there) kammunā (through deeds regarded as a hindrance);
Dīyaḍḍha (1½) manujā (human being) ce’ttha (if here), ghātitā (to kill, to slay) manujādhipa (lord of men, a king).
[there the way to heaven and is not through this deeds regarded as a hindrance lord of men (a king) is 1½ human being if here to kill]
110. Saraṇesu (on refuge/on protection) ṭhito (one who stays/stood) eko (one), pañcasīlepi (also in 5 precepts) cā’paro (and another/other);
Micchādiṭṭhi (wrong view) ca (and) dussīlo (immorally), sesā (remain) pasusamāmatā (considered like beasts).
[one who stays (stood) on refuge (taking refuge to Buddha.Dhamma,Sangha) and also 5 precepts, and other remain considered like beasts had wrong view and immorally]
Versi Wilhelm Geiger :
"Dari perbuatan ini tidak ada hambatan untuk masuk sorga. Hanya
satu dan setengah orang telah Anda bunuh di sini, wahai Penguasa
manusia. Yang seorang telah menganut (tiga) perlindungan, dan yang
lain telah menganut kelima sila. Selebihnya adalah orang-orang kafir dan
orang-orang yang hidupnya jahat, tidak perlu dihargai, layaknya
binatang. Tetapi untuk Anda, Anda akan membawa kemuliaan ajaran Sang
Buddha dengan banyak cara; oleh karena itu, buanglah penyesalan
dalam hati Anda, O Penguasa manusia!" Demikianlah, setelah
mendapat khotbah dari mereka, raja besar itu bersenang hati."
(Mahavamsa 25:109-112)
[there the way to heaven and is not through this deeds regarded as a hindrance lord of men (a king) is 1½ human being if here to kill, one who stays (stood) on refuge (taking refuge to Buddha.Dhamma,Sangha) and also 5 precepts, and other remain considered like beasts had wrong view and immorally]
[Ada jalan ke surga dan bukan dari kamma ini yg dianggap sebagai rintangan wahai raja yang merupakan 1½ manusia karena membunuh, raja merupakan ½manusia ketika mengambil perlindungan Buddha,Dhamma,Sangha dan 1manusia ketika menjalankan Lima Sila sedangkan yang lain sepanjang hidupnya (sesā : remain, sepanjang hidup) memiliki pandangan salah dan tidak bermoral seperti layaknya binatang].
Jadi yang disebut like beast disini adalah hidup orang tsb tidak bermoral dan memiliki pandangan salah, bukan nyawa dia yg setara binatang (Micchādiṭṭhi ca dussīlo sesā pasusamāmatā). Arti kata pasusamāmatā memang seperti layaknya binatang, tapi mohon lihat kalimat utuh, bhw sepanjang hidupnya mereka adalah orang2 yg tidak bermoral dan memiliki pandangan salah yang seperti layaknya binatang, jadi bukan nyawa dia yang setara binatang tapi kehidupan dia yg setara binatang krn tidak bermoral.
Bagi yang mempertanyakan mengapa membawa Kunte (Tongkat Kerajaan : nama asli memang Kunte Jaya/tongkat kejayaan kerajaan), karena dijaman dahulu siapapun Raja di seluruh dunia bila pergi berperang maka membawa "Tongkat Kejayaan Kerajaan". Sedang yang ingin membaca kelanjutan cerita silahkan membaca versi asli palinya maka akan menemukan kata "asina" ini artinya pedang/sword, jadi Raja menggunakan asina/sword dlm berperang bukan Kunte (Kunte Jaya).
Selanjutnya saya tidak mengikuti dulu kelanjutan diskusi ini karena sudah tidak ada cukup waktu santai (ujian full 2 minggu).
mettacittena,