cara baru dan praktis membuat air berkah.

Started by Mahadeva, 10 September 2010, 10:15:50 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Elin

Quote from: raynoism on 17 September 2010, 09:22:29 AM
hmm..saya kadang pas pergi. air saya taro di deket laptop trus saya puterin parita. efeknya sama kan? he3

biar praktis juga

:hammer: teteeep mau cara praktis..  #:-S
padahal uda dikasih tau diatas tuch...

Mahadeva

Quote from: Elin on 17 September 2010, 10:31:35 AM
Quote from: raynoism on 17 September 2010, 09:22:29 AM
hmm..saya kadang pas pergi. air saya taro di deket laptop trus saya puterin parita. efeknya sama kan? he3

biar praktis juga

:hammer: teteeep mau cara praktis..  #:-S
padahal uda dikasih tau diatas tuch...

lho yang baca in parrita kan sudah memenuhi kualifikasi, bahkan yang nyanyi imee ooi kan dia sudah paham betul pelafalannya. saya sebagai pendengar juga yakin2 aja.
jadi nda masalah kan?

di mana letak ketidak efektifannya?

Blacquejacque

Quote

lho yang baca in parrita kan sudah memenuhi kualifikasi, bahkan yang nyanyi imee ooi kan dia sudah paham betul pelafalannya. saya sebagai pendengar juga yakin2 aja.
jadi nda masalah kan?

di mana letak ketidak efektifannya?

Sebagai contoh, misalnya saja anda menelpon seseorang ke rumahnya, katakan saja si A, tetapi diangkat oleh kakaknya. Anda pun perlu mengutarakan keinginan anda untuk berbicara dengan si A, bahkan mungkin perlu menjelaskan siapa anda yang saat ini sedang mencari si A.

Tetapi lain halnya bila anda menelpon ke HPnya, dan nada telepon anda terhubung pada Operator yang menandakan bahwa Hp si A ini sedang sibuk/tidak aktif, dsb, anda pun tidak merasa perlu menjelaskan lagi bahwa anda saat ini sedang ingin berbicara dengan si A. suara yang diputar tersebut hanyalah suara rekaman seseorang, tidak perduli seberapa merdu dan indahnya suara tersebut, anda tidak akan berdiskusi dan menegokan kondisi anda bahwa anda ingin segera berbicara dengan si A. Kecuali, anda sudah gila, rekaman kok diajak ngomong??  Ini saya tidak perlu membahas kalau kasusnya demikian.

Atau contoh lain, anda memiliki software yang luar biasa hebat dalam ilmu kedokteran. Sekali anda masukkan gejala2 penyakit yang anda derita saat ini, software tersebut memberikan saran dan jenis obat yang paling tepat untuk diri anda. Pertanyaannya: Apakah dengan begitu anda sudah sembuh? software tersebut bahkan mampu memberikan diagnosa yang lebih tepat dari dokter loh, dan anda tidak perlu pergi ke dokter, tidak perlu antri ke dokter, tidak perlu buang waktu untuk menjelaskan panjang lebar dan memeriksa riwayat anda. tidak perlu ada tagihan, tidak perlu bayar. Sangat banyak yang tidak perlu anda lakukan. Sembuhkah anda?

rekaman paritta tersebut bagaikan memori dalam pikiran kita. Bila memang hal ini anda anggap efektif dalam "KASUS DEMIKIAN", saya punya usul yang lebih hebat. Hilangkan saja ceramah2, kebaktian, dan tidak perlu adanya lagi vihara, cetya atau apapun tempat melakukan kebaktian. CUKUP dengan menyetel rekaman saja, maka anda sudah melaksanakan puja bakti, tidak perlu dhammaduta, tidak perlu bhikkhu, tidak perlu orang lain. Dari rekaman itu sudah sangat cukup kok.. 

Mahadeva

"
Tetapi lain halnya bila anda menelpon ke HPnya, dan nada telepon anda terhubung pada Operator yang menandakan bahwa Hp si A ini sedang sibuk/tidak aktif, dsb, anda pun tidak merasa perlu menjelaskan lagi bahwa anda saat ini sedang ingin berbicara dengan si A. suara yang diputar tersebut hanyalah suara rekaman seseorang, tidak perduli seberapa merdu dan indahnya suara tersebut, anda tidak akan berdiskusi dan menegokan kondisi anda bahwa anda ingin segera berbicara dengan si A. Kecuali, anda sudah gila, rekaman kok diajak ngomong??  Ini saya tidak perlu membahas kalau kasusnya demikian. "

saya suka kalimat sodara yang di atas.ha3..

hmm...perumpamaannya kok agak nda pas ya? (tapi saya suka uraian sodara yang bagian berbicara dengan rekaman)
bukannya suara rekaman itu efektif untuk menyampaikan bahwa HP si A sedang tidak aktif atau sibuk? kalau pun beneran itu operator yang bicara, toh saya juga tetap mengetahui bahwa HP si A sibuk, terlepas yang bicara itu hanya rekaman atau orang asli, informasinya tetap sama.

ttg software kedokteran, software itu kan sudah memberikan obat yang tepat buat saya, tinggal saya yang mau beli atau tidak.
kalaupun saya periksa ke dokter, dengan hasil diagnosa dan resep yang sama, tetapi masalah nebus resep kan urusan saya.

tetapi software itu kan memang sudah bisa menggantikan dokter.

ttg ceramah di vihara
begini, rekaman kan ada kalau ada sesuatu yang direkam. tentu saja kalau tidak ada yang ceramah, apa yang mau direkam?
nah, maksud saya ceramah itu perlu dan kebaktian itu perlu tetapi kalau rekaman kebaktian itu direkam beserta ceramahnya, dan diputar saat ada orang yang ingin kebaktian di rumah, saya kira karma baik mendengar dhamma nya tidak berkurang. esensi dhamma kan bukan pada tempatnya.

ya di masa depan saya kira, vihara pun bisa dalam bentuk virtual, (kalau percikan airnya bisa juga_)

jadi menurut saya untuk membuat air berkah, bisa dengan cara praktis.
coba bayangin, pas kita ke sekolah atau kerja, di rumah air  minum sudah kita puterin dharani dan parrita, pas kita pulang kan tinggal minum atau kasi keluarga. betapa praktis dan efektifnya

Blacquejacque

bukannya suara rekaman itu efektif untuk menyampaikan bahwa HP si A sedang tidak aktif atau sibuk?
--> Rekaman paritta itu pun efektif untuk menyampaikan bahwa itu hanyalah suatu bentuk pengulangan, tidak ada makhluk di dalam rekaman tersebut. bahkan, hal yang anda anggap indah ini pun, bila didengar oleh makhluk tertentu bisa menjadi penderitaan.

begini, rekaman kan ada kalau ada sesuatu yang direkam. tentu saja kalau tidak ada yang ceramah, apa yang mau direkam?
nah, maksud saya ceramah itu perlu dan kebaktian itu perlu tetapi kalau rekaman kebaktian itu direkam beserta ceramahnya, dan diputar saat ada orang yang ingin kebaktian di rumah, saya kira karma baik mendengar dhamma nya tidak berkurang. esensi dhamma kan bukan pada tempatnya.
--->  ternyata anda cukup pintar. sekarang saya tanya saja ke anda, bagaimana kaitannya dengan hal yang anda bahas? analogi anda masih tetap sama?
Anda juga bilang, kebktian itu perlu, dan ceramah itu perlu, tapi buat apa? kan cukup dengarkan saja rekaman si bhante A pada sesi kebaktian ini, atau dengarkan saja rekaman bhante b pada hari besoknya.
kamma baik yang anda katakan tidak berkurang ini adalah efektif bila ada si pendengar, dan pendengar ini mampu mengerti yang didengar. bila tidak, bagaimana bisa jadi efektif?

Ada faktor yang perlu disini, DOKTER (pelaksana), Pasian (penerima), Obat sebagai perantara.
bila kita hilangkan saja faktor dokter disini. hal ini masih dimungkinkan. Tapi tidak bisa merembet ke semua kasus. misalnya saja anda merasa pusing, anda masih bisa beli panadol untuk sakit anda. tapi apakah setiap anda pusing, panadol ini bisa menyembuhkan? Buat saya kadang malah memperparah.
Dokter disini berperan sebagai orang yang menganalisa penyakit anda. Anda katakan anda pusing, tetapi pusing ini pun bisa jadi ada penyebab lainnya? anda tidak serta merta diberikan panadol untuk menyembuhkan penyakit anda. Dokter mungkin menyarankan anda untuk minum obat lain. Tapi dengan tujuan menyembuhkan penyakit anda.

Sekarang bgini, tanpa NIAT dari si pelaksana, apakah dalam air tersebut sudah langsung memiliki kekuatan yang tepat? bila ada, kekuatan tersebut berasal dari mana?

Saya tergelitik untuk bertanya, anda sudah mencoba metode anda belum? sudah anda coba untuk berikan kepada orang yang sakit parah?






Blacquejacque

sry kadang ngasih perumpamaan yang ga pas. banyak edit text karena sambil kerja...

dhammadinna

#21
[spoiler]
Quote from: Indra on 11 September 2010, 06:39:57 AM

(a) Empat kecakapan si pembaca

1. Si pembaca harus memiliki kemampuan membaca kalimat-kalimat dan kata-kata dalam bahasa Pali dengan ucapan, artikulasi dan aksen yang tepat.
2. Ia harus memahami benar kalimat-kalimat Pali yang ia bacakan.
3. Si pembaca harus membacakan Paritta tanpa mengharapkan imbalan atau hadiah.
4. Paritta harus dibacakan sengan hati yang penuh cinta kasih dan belas kasihan.

Paritta hendaknya dibacakan hanya dalam kondisi ini agar efektif dalam menghindari dan menghalau bahaya yang akan terjadi bagi si pendengar. Jika kondisi ini tidak terpenuhi oleh si pembaca, tidak ada manfaat yang akan diperoleh dari pembacaan Paritta.

Kondisi dalam membacakan dan mendengarkan Paritta dijelaskan dalam komentar Digha Nikaya. Si pembaca harus mempelajari dan meneliti kata-kata dan kalimat-kalimat secara sistematis, serta harus memperhatikan dan memahami istilah-istilah Pali. Jika tidak benar-benar mempelajari ucapan dan makna dari kata-kata Pali, kecil kemungkinan untuk memperoleh manfaat yang diinginkan. Hanya pembacaan oleh mereka yang telah mempelajari dengan sungguh-sungguh cara membaca Paritta ini yang akan menghasilkan manfaat yang besar. Pembacaan Paritta oleh mereka yang mengharapkan imbalan atau hadiah tidak akan menghasilkan manfaat apapun. Pembacaan Paritta oleh mereka yang memiliki hati yang penuh cinta kasih dan belas kasihan dan dengan kecenderungan yang mengarah kepada membebasan dari lingkaran penderitaan akan sangat bermanfaat.

[N.B: Oleh karena itu, siapapun yang membacakan Paritta, terlebih dahulu harus mempelajari bahasa Pali beserta komentar-komentarnya di bawah bimbingan seorang guru yang baik, juga diharapkan lebih memperhatikan cara pengucapan, aksen dan penggalan. Setiap penghilangan kata, atau kalimat dari kitab Pali akan menyebabkan pembacaan itu menjadi tidak berguna. Pembacaan yang benar dengan pemahaman penuh atas maknanya merupakan kekuatan dari Paritta yang akan membawa manfaat yang diharapkan.

Kesalahan dalam cara membacakan, kesalahan dalam pengucapan dan salah memahami makna sebenarnya, apalagi ditambah dengan keinginan untuk memperoleh imbalan, akan mengurangi kekuatan Paritta dan tidak akan memperoleh manfaat yang diinginkan.

Oleh karena itu, harus ditekankan, mengenai pentingnya membaca Paritta sesuai kondisi yang telah digariskan, dengan hati penuh cinta kasih dan belas kasihan serta bertekad untuk terbebas dari Samsara dan tidak mengharapkan imbalan.]

(b) Empat kecakapan si pendengar

1. Si pendengar harus terbebas dari kesalahan atas lima pelanggaran besar yang akibatnya akan segera berbuah yaitu, (a) membunuh ayah, (b) membunuh ibu (c) membunuh seorang Arahat (d) melukai seorang Buddha, (e) memecah-belah kesatuan para siswa Sang Buddha.
2. Si pendengar harus bebas dari pandangan salah (Niyata-micchÈditthi).
3. Si pendengar harus memiliki keyakinan yang tidak tergoyahkan mengenai kemanjuran dan manfaat dari Paritta.
4. Si pendengar haus mendengarkan pembacaan Paritta dengan tekun, penuh perhatian dan penuh hormat.

[/spoiler]

Kalo menurut saya sih, manfaat paritta terletak di "arti/bhs indonesia-nya", bukan bahasa palinya. Dengan merenungkan isi paritta, kita mendapat pemahaman teoritis dhamma, sama seperti baca sutta juga. Bahkan kalo baca paritta, kalo parittanya panjang, saya sengaja skip bahasa palinya dan hanya baca bahasa indonesianya saja... Bukannya males baca pali, tapi sy ngertinya bahasa indonesia. Jadi lebih nyata manfaatnya.

Sama halnya kalo membacakan paritta untuk orang sakit, mereka juga jadinya bisa merenungkan isi paritta kalo dibaca dalam bahasa yang mereka ngerti.


[at]  Ray:
Saya tidak tau ya apakah air paritta ada kekuatannya atau tidak. Tapi saya lebih melihatnya sebagai bagian dari upacara/ritual saja (saya belum pernah merasakan manfaat dari minum/diperciki air paritta).

dhammadinna

Quote from: raynoism on 17 September 2010, 11:24:01 AM
Quote from: Elin on 17 September 2010, 10:31:35 AM
Quote from: raynoism on 17 September 2010, 09:22:29 AM
hmm..saya kadang pas pergi. air saya taro di deket laptop trus saya puterin parita. efeknya sama kan? he3

biar praktis juga

:hammer: teteeep mau cara praktis..  #:-S
padahal uda dikasih tau diatas tuch...

lho yang baca in parrita kan sudah memenuhi kualifikasi, bahkan yang nyanyi imee ooi kan dia sudah paham betul pelafalannya. saya sebagai pendengar juga yakin2 aja.
jadi nda masalah kan?

di mana letak ketidak efektifannya?

Judulnya: "cara baru dan praktis membuat air berkah".

Judulnya ini mencerminkan Ray mau bagi-bagi info ;D Berarti uda tau dong efektif ato gaknya? hehe... Btw, efektif ato gaknya dinilai darimana Ray? ada penyakit yang sembuh atau bagaimana?

Blacquejacque

Quote

Judulnya: "cara baru dan praktis membuat air berkah".

Judulnya ini mencerminkan Ray mau bagi-bagi info ;D Berarti uda tau dong efektif ato gaknya? hehe... Btw, efektif ato gaknya dinilai darimana Ray? ada penyakit yang sembuh atau bagaimana?

bagi info kalau memang benar itu ga masalah.. tapi kalau tidak benar dan ini dipercayai oleh sebagian orang... cukup repot jadinya kan ? :p

Saya pribadi tidak terlalu mempermasalahkan apakah paritta yang dibacakan, terlepas dari rekaman atau tidak, oleh pelaku A atau B, itu efektif atau tidak.

bagi saya, dan bagi si pasien/penderita, seharusnya bukan hal2 seperti itu yang menjadi permasalahan, melainkan efektifitas dan manfaat yang diperoleh. Ketika anda pernah mengalami sakit parah, anda pun mungkin akan mengerti yang saya maksudkan hehe..

dhammadinna

^ ^ ^ mungkin ;D

Iya Blac, sampe saat ini sih saya memandang manfaat paritta adalah dari perenungan isi paritta-nya... Sebatas itu yang benar-benar saya pahami.

Mahadeva

Quote from: Blacquejacque on 24 September 2010, 02:28:44 PM
sry kadang ngasih perumpamaan yang ga pas. banyak edit text karena sambil kerja...

no problemo...
iya saya sudah nyoba metode saya itu., (tetapi saya tidak mencoba sakit parahnya). kalo menurut saya berkhasiat.
toh yang dibacakan kan mantra atau paritanya sama, sedang yang membaca parita atau mantranya kan pasti punya niat yang baik dan pelafalannya juga baik sampai2 dia bisa masuk rekaman.

bahkan yang baca mantra nya kan Imee Ooi, pasti kalau saya taro air di depan speaker yang muter suara Beliau, pasti akan sangat berkhasiat.

kalau menurut saya, mantra atau parrita sebaiknya dibacakan dalam bahasa aslinya, kalau terjemahannya terasa kurang asli, ntar khasiatnya juga kurang asli.

para dewa kan juga mengerti bahasa pali. (si surga ada penterjemahnya kok)

oya saya mau tanya, misalnya saya mau menambah kebijaksanaan, kalau saya minum air yang diberi prajna paramita hrdaya sutra, bisa ga? yang nyanyi Imee Ooi lho...harusnya sih bisa

dhammadinna

#26
Quote from: raynoism on 24 September 2010, 03:14:25 PM
Quote from: Blacquejacque on 24 September 2010, 02:28:44 PM
sry kadang ngasih perumpamaan yang ga pas. banyak edit text karena sambil kerja...

no problemo...
iya saya sudah nyoba metode saya itu., (tetapi saya tidak mencoba sakit parahnya). kalo menurut saya berkhasiat.
toh yang dibacakan kan mantra atau paritanya sama, sedang yang membaca parita atau mantranya kan pasti punya niat yang baik dan pelafalannya juga baik sampai2 dia bisa masuk rekaman.

bahkan yang baca mantra nya kan Imee Ooi, pasti kalau saya taro air di depan speaker yang muter suara Beliau, pasti akan sangat berkhasiat.

kalau menurut saya, mantra atau parrita sebaiknya dibacakan dalam bahasa aslinya, kalau terjemahannya terasa kurang asli, ntar khasiatnya juga kurang asli.

para dewa kan juga mengerti bahasa pali. (si surga ada penterjemahnya kok)

Kok terdengar makin takhayul sih? ;D Apa hubungan dewa dengan air paritta?

Quote from: raynoism on 24 September 2010, 03:14:25 PM
oya saya mau tanya, misalnya saya mau menambah kebijaksanaan, kalau saya minum air yang diberi prajna paramita hrdaya sutra, bisa ga? yang nyanyi Imee Ooi lho...harusnya sih bisa

IMHO, gak bisa. Btw, pengertian "bijaksana" menurut Ray apa?

Mahadeva

#27
Quote from: Mayvise on 24 September 2010, 03:25:17 PM
Quote from: raynoism on 24 September 2010, 03:14:25 PM
Quote from: Blacquejacque on 24 September 2010, 02:28:44 PM
sry kadang ngasih perumpamaan yang ga pas. banyak edit text karena sambil kerja...

no problemo...
iya saya sudah nyoba metode saya itu., (tetapi saya tidak mencoba sakit parahnya). kalo menurut saya berkhasiat.
toh yang dibacakan kan mantra atau paritanya sama, sedang yang membaca parita atau mantranya kan pasti punya niat yang baik dan pelafalannya juga baik sampai2 dia bisa masuk rekaman.

bahkan yang baca mantra nya kan Imee Ooi, pasti kalau saya taro air di depan speaker yang muter suara Beliau, pasti akan sangat berkhasiat.

kalau menurut saya, mantra atau parrita sebaiknya dibacakan dalam bahasa aslinya, kalau terjemahannya terasa kurang asli, ntar khasiatnya juga kurang asli.

para dewa kan juga mengerti bahasa pali. (si surga ada penterjemahnya kok)

Kok terdengar makin takhayul sih?

Quote from: raynoism on 24 September 2010, 03:14:25 PM
oya saya mau tanya, misalnya saya mau menambah kebijaksanaan, kalau saya minum air yang diberi prajna paramita hrdaya sutra, bisa ga? yang nyanyi Imee Ooi lho...harusnya sih bisa

IMHO, gak bisa.

ah nda tahayul, kan Buddha sendiri nyuruh untuk menghilangkan bencana di suatu kampung, cukup diperciki ratana sutta. Buddha kan nda nyuruh orang kampung pergi berobat. penyakit aja bisa hilang apalagi kebodohan. cukup percikan air berkah......






air berkah.....

Blacquejacque

Quote
no problemo...
iya saya sudah nyoba metode saya itu., (tetapi saya tidak mencoba sakit parahnya). kalo menurut saya berkhasiat.
toh yang dibacakan kan mantra atau paritanya sama, sedang yang membaca parita atau mantranya kan pasti punya niat yang baik dan pelafalannya juga baik sampai2 dia bisa masuk rekaman.

bahkan yang baca mantra nya kan Imee Ooi, pasti kalau saya taro air di depan speaker yang muter suara Beliau, pasti akan sangat berkhasiat.

kalau menurut saya, mantra atau parrita sebaiknya dibacakan dalam bahasa aslinya, kalau terjemahannya terasa kurang asli, ntar khasiatnya juga kurang asli.

para dewa kan juga mengerti bahasa pali. (si surga ada penterjemahnya kok)

oya saya mau tanya, misalnya saya mau menambah kebijaksanaan, kalau saya minum air yang diberi prajna paramita hrdaya sutra, bisa ga? yang nyanyi Imee Ooi lho...harusnya sih bisa

baiklah, kalau begitu, anda bsia memastikan dulu bahwa khasiat dan efektifitas yang anda rasakan ini adalah BENAR? darimana benarnya? untuk mengetahui seberapa efektifitasnya, amatlah sulit bila dipraktekkan kepada diri sendiri. saya bagi ilmu saya disini, praktekkan ke orang lain yang sedang sakit parah.. Katakanlah saja ini adalah air obat untuk penyakitnya. (anda mau menjamin khasiatnya, silakan saja,itu hak anda), tanpa perlu minum obat lain, cukup air itu saja. anda pantau perkembangannya, dan reaksi apa yang muncul setelah ia meminum air tersebut. kiranya hasil dan pengalaman tersebut dapat diberikan sebagai info penunjang kepada kami agar kami pun dapat mempraktekkan hal yang sama.


saya pribadi tidak kenal imee oi atau siapapun itu.. dan siapapun pembacanya, bagi saya sama saja.
Terjemahan atau tidak terjemahan... sama saja. tergantung mana yang lebih sesuai dan lebih dimengerti oleh si pelaku.

Quotepara dewa kan juga mengerti bahasa pali. (si surga ada penterjemahnya kok)
dalam konteks bahasa, kurang tepat bila anda tuliskan demikian.  anda menuliskan seakan2 anda ini sudah mengerti para dewa, bila memang demikian... mohon ajarkan juga pada saya supaya saya dapat lebih memahami para dewa.


Blacquejacque

Quote
ah nda tahayul, kan Buddha sendiri nyuruh untuk menghilangkan bencana di suatu kampung, cukup diperciki ratana sutta. Buddha kan nda nyuruh orang kampung pergi berobat. penyakit aja bisa hilang apalagi kebodohan. cukup percikan air berkah......

betul juga... sayang sekali dulu tidak ada sound player... bila ada, kita tidak perlu adanya bhikkhu ananda untuk membacakan paritta tersebut..  Cukup dengan panggung + sound system yang diset dekat sungai, maka jadilah sungai berkah. kalau cuma percikan air yah sedikit..  ke sungai saja biar bisa menjadi cadangan juga?