YANG MERUPAKAN AJARAN SANG BUDDHA

Started by dewi_go, 26 July 2010, 07:10:56 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

K.K.

Quote from: ryu on 27 July 2010, 02:00:27 PM
saya tidak setuju, baca CAKKAVATTI SIHANADA SUTTA

Jadi korelasinya bagaimana menurut Bro ryu? Berbanding lurus/terbalik?

ryu

Quote from: Kainyn_Kutho on 27 July 2010, 02:02:00 PM
Quote from: ryu on 27 July 2010, 02:00:27 PM
saya tidak setuju, baca CAKKAVATTI SIHANADA SUTTA

Jadi korelasinya bagaimana menurut Bro ryu? Berbanding lurus/terbalik?
orang yang mempunyai kekayaan kesempatan untuk mengembangkan spiritualnya lebih besar daripada orang yang miskin, walaupun tidak menutup kemungkinan orang yang kaya tidak bisa memanfaatkan kekayaannya dengan benar, oleh karena itu buddha mengajarkan dengan bijaksana dalam sigalovada sutta.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

K.K.

Quote from: ryu on 27 July 2010, 02:08:04 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 27 July 2010, 02:02:00 PM
Quote from: ryu on 27 July 2010, 02:00:27 PM
saya tidak setuju, baca CAKKAVATTI SIHANADA SUTTA

Jadi korelasinya bagaimana menurut Bro ryu? Berbanding lurus/terbalik?
orang yang mempunyai kekayaan kesempatan untuk mengembangkan spiritualnya lebih besar daripada orang yang miskin, walaupun tidak menutup kemungkinan orang yang kaya tidak bisa memanfaatkan kekayaannya dengan benar, oleh karena itu buddha mengajarkan dengan bijaksana dalam sigalovada sutta.
Lalu menurut Bro ryu, mengapa beberapa orang memilih mengembangkan spiritual dengan jalan menjadi petapa yang notabene tidak memiliki kekayaan?

morpheus

Quote from: Kainyn_Kutho on 27 July 2010, 01:34:20 PM
Kalo menurut Bro morpheus, bagaimanakah sikap Buddha jika ditanya tentang hal-hal duniawi? Apakah langsung dialihkan ke arah lenyapnya dukkha?
mungkin tergantung kondisinya yah... pada salah satu kesempatan magandiya menawarkan untuk mengawinkan anaknya kepada Sang Buddha, tapi beliau menggunakan kesempatan itu untuk mengajarkan si brahmin ttg ajaran yang lebih dalam hingga dia tercerahkan...
http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/kn/snp/snp.4.09.than.html

ngomongin Sang Buddha mungkin terlalu jauh. saat ajahn chah dimintain jimat, dimintain air suci dll, beliau selalu menggunakan kesempatan ini untuk mengajarkan Dhamma yang lebih tinggi dari sekadar pemuasan duniawi, kadang dengan cara2 yang ekstrim...

ini pendapat pribadi saya... no further comment...
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

ryu

Quote from: Kainyn_Kutho on 27 July 2010, 02:09:11 PM
Quote from: ryu on 27 July 2010, 02:08:04 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 27 July 2010, 02:02:00 PM
Quote from: ryu on 27 July 2010, 02:00:27 PM
saya tidak setuju, baca CAKKAVATTI SIHANADA SUTTA

Jadi korelasinya bagaimana menurut Bro ryu? Berbanding lurus/terbalik?
orang yang mempunyai kekayaan kesempatan untuk mengembangkan spiritualnya lebih besar daripada orang yang miskin, walaupun tidak menutup kemungkinan orang yang kaya tidak bisa memanfaatkan kekayaannya dengan benar, oleh karena itu buddha mengajarkan dengan bijaksana dalam sigalovada sutta.
Lalu menurut Bro ryu, mengapa beberapa orang memilih mengembangkan spiritual dengan jalan menjadi petapa yang notabene tidak memiliki kekayaan?
pertama, dengan kekayaan seseorang bisa mencari guru yang bisa mengajarkannya dengan benar
kedua, dengan kekayaan mungkin orang itu bisa tenang meninggalkan keluarganya yang tidak ikut dengan dia menjalani pertapaan
ketiga, dengan kekayaan saya rasa itu meupakan timbunan hasil karma baik dia di masa lampau
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

K.K.

Quote from: ryu on 27 July 2010, 02:17:52 PM
pertama, dengan kekayaan seseorang bisa mencari guru yang bisa mengajarkannya dengan benar
Mungkin maksudnya memiliki kemampuan dan kesempatan seperti bisa mencari di luar negeri dan sebagainya, punya waktu luang tidak seharian dihabiskan untuk kerja paksa, saya setuju.


Quotekedua, dengan kekayaan mungkin orang itu bisa tenang meninggalkan keluarganya yang tidak ikut dengan dia menjalani pertapaan
ketiga, dengan kekayaan saya rasa itu meupakan timbunan hasil karma baik dia di masa lampau
Keluarga yang ditinggalkan itu sifatnya kondisional. Jika keluarganya memang mandiri, kekayaan orang itu tidak memiliki arti apa-apa. Mengenai kamma, memang kebahagiaan adalah buah kamma baik masa lampau.

Tetapi sebetulnya bukan itu yang saya tanyakan. Semula dikatakan kesempatan pengembangan spiritual bagi orang kaya lebih besar, lalu mengapa justru orang meninggalkan kekayaan (menjadi bhikkhu, misalnya) untuk mengembangkan kemampuan spiritualnya?


ryu

Quote from: Kainyn_Kutho on 27 July 2010, 02:38:23 PM
Quote from: ryu on 27 July 2010, 02:17:52 PM
pertama, dengan kekayaan seseorang bisa mencari guru yang bisa mengajarkannya dengan benar
Mungkin maksudnya memiliki kemampuan dan kesempatan seperti bisa mencari di luar negeri dan sebagainya, punya waktu luang tidak seharian dihabiskan untuk kerja paksa, saya setuju.


Quotekedua, dengan kekayaan mungkin orang itu bisa tenang meninggalkan keluarganya yang tidak ikut dengan dia menjalani pertapaan
ketiga, dengan kekayaan saya rasa itu meupakan timbunan hasil karma baik dia di masa lampau
Keluarga yang ditinggalkan itu sifatnya kondisional. Jika keluarganya memang mandiri, kekayaan orang itu tidak memiliki arti apa-apa. Mengenai kamma, memang kebahagiaan adalah buah kamma baik masa lampau.

Tetapi sebetulnya bukan itu yang saya tanyakan. Semula dikatakan kesempatan pengembangan spiritual bagi orang kaya lebih besar, lalu mengapa justru orang meninggalkan kekayaan (menjadi bhikkhu, misalnya) untuk mengembangkan kemampuan spiritualnya?


ya mungkin itu disebut modal awal ;D seperti menyebrang di perlukan rakit, setelah sampai rakit itu di tinggalkan ;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

K.K.

Quote from: ryu on 27 July 2010, 03:03:47 PM
ya mungkin itu disebut modal awal ;D seperti menyebrang di perlukan rakit, setelah sampai rakit itu di tinggalkan ;D
Kalau begitu, bagaimana dengan Suppabuddha seorang miskin dan penderita lepra yang tanpa "modal awal" mencapai Sotapanna? Bagaimana dengan Pilotikatissa, seorang pengemis yang dibawa Ananda dan akhirnya mencapai Arahatta?

Indra

Quote from: ryu on 27 July 2010, 02:17:52 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 27 July 2010, 02:09:11 PM
Quote from: ryu on 27 July 2010, 02:08:04 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 27 July 2010, 02:02:00 PM
Quote from: ryu on 27 July 2010, 02:00:27 PM
saya tidak setuju, baca CAKKAVATTI SIHANADA SUTTA

Jadi korelasinya bagaimana menurut Bro ryu? Berbanding lurus/terbalik?
orang yang mempunyai kekayaan kesempatan untuk mengembangkan spiritualnya lebih besar daripada orang yang miskin, walaupun tidak menutup kemungkinan orang yang kaya tidak bisa memanfaatkan kekayaannya dengan benar, oleh karena itu buddha mengajarkan dengan bijaksana dalam sigalovada sutta.
Lalu menurut Bro ryu, mengapa beberapa orang memilih mengembangkan spiritual dengan jalan menjadi petapa yang notabene tidak memiliki kekayaan?
pertama, dengan kekayaan seseorang bisa mencari guru yang bisa mengajarkannya dengan benar
kedua, dengan kekayaan mungkin orang itu bisa tenang meninggalkan keluarganya yang tidak ikut dengan dia menjalani pertapaan
ketiga, dengan kekayaan saya rasa itu meupakan timbunan hasil karma baik dia di masa lampau

mencari guru yg baik adalah dengan usaha, bukan dengan kekayaan.
keluarga yg ditinggalkan terlindung oleh karmanya sendiri, walaupun kita mewariskan harta yg sangat banyak, itu tidak menjamin kemakmuran keluarga yg ditinggalkan.

jadi saya lebih setuju dengan Bro Kain di sini

gajeboh angek

suppabuddha kan bareng ama bahiya dulunya, jadi modal awalnya gak keliatan.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

morpheus

singkat kata mengamati ke dalam dan melepas / berhenti itu gratis...
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

K.K.

Quote from: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 27 July 2010, 03:18:16 PM
suppabuddha kan bareng ama bahiya dulunya, jadi modal awalnya gak keliatan.
Modal awal di sini 'kan maksudnya "kekayaan duniawi", bukan modal kamma baik dan parami.

ryu

Quote from: Kainyn_Kutho on 27 July 2010, 03:11:43 PM
Quote from: ryu on 27 July 2010, 03:03:47 PM
ya mungkin itu disebut modal awal ;D seperti menyebrang di perlukan rakit, setelah sampai rakit itu di tinggalkan ;D
Kalau begitu, bagaimana dengan Suppabuddha seorang miskin dan penderita lepra yang tanpa "modal awal" mencapai Sotapanna? Bagaimana dengan Pilotikatissa, seorang pengemis yang dibawa Ananda dan akhirnya mencapai Arahatta?
memang ada hal2 seperti itu, tapi tetap ada korelasinya seseorang yang banyak kekayaan dengan pengembangan spiritual ;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

ryu

Quote from: Indra on 27 July 2010, 03:16:27 PM
Quote from: ryu on 27 July 2010, 02:17:52 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 27 July 2010, 02:09:11 PM
Quote from: ryu on 27 July 2010, 02:08:04 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 27 July 2010, 02:02:00 PM
Quote from: ryu on 27 July 2010, 02:00:27 PM
saya tidak setuju, baca CAKKAVATTI SIHANADA SUTTA

Jadi korelasinya bagaimana menurut Bro ryu? Berbanding lurus/terbalik?
orang yang mempunyai kekayaan kesempatan untuk mengembangkan spiritualnya lebih besar daripada orang yang miskin, walaupun tidak menutup kemungkinan orang yang kaya tidak bisa memanfaatkan kekayaannya dengan benar, oleh karena itu buddha mengajarkan dengan bijaksana dalam sigalovada sutta.
Lalu menurut Bro ryu, mengapa beberapa orang memilih mengembangkan spiritual dengan jalan menjadi petapa yang notabene tidak memiliki kekayaan?
pertama, dengan kekayaan seseorang bisa mencari guru yang bisa mengajarkannya dengan benar
kedua, dengan kekayaan mungkin orang itu bisa tenang meninggalkan keluarganya yang tidak ikut dengan dia menjalani pertapaan
ketiga, dengan kekayaan saya rasa itu meupakan timbunan hasil karma baik dia di masa lampau

mencari guru yg baik adalah dengan usaha, bukan dengan kekayaan.
keluarga yg ditinggalkan terlindung oleh karmanya sendiri, walaupun kita mewariskan harta yg sangat banyak, itu tidak menjamin kemakmuran keluarga yg ditinggalkan.

jadi saya lebih setuju dengan Bro Kain di sini
walaupun terlindung oleh karmanya sendiri masa kalau miskin juga di tinggalkan?  memangnya pikiran bisa tenang meninggalkan keluarga yang miskin demi meninggalkan duniawi?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Indra

Quote from: ryu on 27 July 2010, 03:42:51 PM
Quote from: Indra on 27 July 2010, 03:16:27 PM
Quote from: ryu on 27 July 2010, 02:17:52 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 27 July 2010, 02:09:11 PM
Quote from: ryu on 27 July 2010, 02:08:04 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 27 July 2010, 02:02:00 PM
Quote from: ryu on 27 July 2010, 02:00:27 PM
saya tidak setuju, baca CAKKAVATTI SIHANADA SUTTA

Jadi korelasinya bagaimana menurut Bro ryu? Berbanding lurus/terbalik?
orang yang mempunyai kekayaan kesempatan untuk mengembangkan spiritualnya lebih besar daripada orang yang miskin, walaupun tidak menutup kemungkinan orang yang kaya tidak bisa memanfaatkan kekayaannya dengan benar, oleh karena itu buddha mengajarkan dengan bijaksana dalam sigalovada sutta.
Lalu menurut Bro ryu, mengapa beberapa orang memilih mengembangkan spiritual dengan jalan menjadi petapa yang notabene tidak memiliki kekayaan?
pertama, dengan kekayaan seseorang bisa mencari guru yang bisa mengajarkannya dengan benar
kedua, dengan kekayaan mungkin orang itu bisa tenang meninggalkan keluarganya yang tidak ikut dengan dia menjalani pertapaan
ketiga, dengan kekayaan saya rasa itu meupakan timbunan hasil karma baik dia di masa lampau

mencari guru yg baik adalah dengan usaha, bukan dengan kekayaan.
keluarga yg ditinggalkan terlindung oleh karmanya sendiri, walaupun kita mewariskan harta yg sangat banyak, itu tidak menjamin kemakmuran keluarga yg ditinggalkan.

jadi saya lebih setuju dengan Bro Kain di sini
walaupun terlindung oleh karmanya sendiri masa kalau miskin juga di tinggalkan?  memangnya pikiran bisa tenang meninggalkan keluarga yang miskin demi meninggalkan duniawi?

kalo gue sih bisa, yg lain gak tau deh...