YANG MERUPAKAN AJARAN SANG BUDDHA

Started by dewi_go, 26 July 2010, 07:10:56 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

dewi_go

Sumber Copas dari:
http://bhagavant.com/home.php?link=naskah_dhamma_article&n_id=67

Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammasambuddhasa

"Ada kemungkinan, bahwa di antara kalian ada yang berpikir:
`Berakhirlah kata-kata Sang Guru; kita tidak mempunyai seorang Guru lagi.
` Tetapi, Ananda, hendaknya tidak berpikir demikian. Sebab apa yang telah Aku ajarkan sebagai Dhamma dan Vinaya, Ananda, itulah kelak yang menjadi Guru-mu, ketika Aku pergi."
(Mahaparinibbana Sutta, Digha Nikaya 16)

Dewasa ini banyak di antara kita yang dibingungkan oleh kehadiran kelompok-kelompok yang mengajarkan suatu ajaran dengan mengatasnamakan Buddhisme. Banyak pertanyaan yang dilontarkan seperti : Apakah kelompok ini adalah salah satu aliran Buddhisme ? Apakah aliran ini
merupakan aliran sesat ? Apakah ajaran ini merupakan ajaran yang diajarkan oleh Sang Buddha ? Dan sebagainya.

Dari kebingungan tersebut timbul sebuah pertanyaan : Bagaimana kita membedakan mana yang merupakan ajaran yang diajarkan oleh Sang Buddha dengan yang bukan ? Apakah Sang Buddha pernah memberikan petunjuk untuk menangani masalah ini ? Jawabannya ya, Sang Buddha telah
memberikan petunjuk untuk menangani masalah ini.

Di bumi ini tidak ada Guru lain seperti Sang Buddha. Sang Buddha adalah Guru yang penuh dengan ketelitian, memiliki kecermatan, dan pandangan luas ke depan. Di saat-saat menjelang Parnibbana, sebelum Ia Parinibbana, Ia sudah mempersiapkan, dan memastikan secara benar
kesiapan, keutuhan apa yang telah Ia temukan dan ia rintis yaitu keberadaan Dhamma, Vinaya, dan Sangha. Beliau mengatakan bahwa yang menggantian Beliau setelah Ia tiada bukanlah salah satu siswa UtamaNya, bukan Y.A Maha Kasappa yang ahli dalam latihan, bukan Y.A
Upali yang ahli dalam Vinaya, dan bukan juga Ananda yang merupakan Bendahara Dhamma. Tetapi yang menggantikan Beliau sebagai Guru bagi para siswaNya adalah Dhamma (ajaran) dan Vinaya (tata tertib). Selain untuk menghindari perselisihan , hal ini ditetapkan juga untuk
menghindari pengkultusan individu di masa yang akan datang yang akan menimbulkan kemelekatan pada diri seseorang, dan ini akan mengganggu pencapaian seseorang.

Dengan demikian setelah Sang Buddha parinibbana sampai sekarang tidak ada pengganti diriNya selain Dhamma dan Vinaya.

Lebih jauh seseorang mungkin akan bertanya, "Bagaimana kita mengetahui dan memastikan bahwa Dhamma dan Vinaya yang kita pelajari sekarang adalah Dhamma dan Vinaya yang di ajarkan oleh Sang Buddha?" Pertanyaan kritis ini sangat penting karena akan menepis kepercayaan membuta terhadap suatu ajaran.

Jauh sebelum Sang Buddha Parinibbana, Ia juga telah memberikan batasan mengenai apa-apa saja yang termasuk dalam Dhamma dan Vinaya. Hal ini berguna untuk membedakan mana yang merupakan ajaran Sang Buddha dan mana yang bukan, yang mana Dhamma dan yang mana Vinaya.

Dalam Gotami Sutta (Anguttara Nikaya VIII. 53) , Sang Buddha menjelaskan kepada Y.A. Mahapajapati Gotami:

"Bila, Gotami, engkau mengetahui hal-hal secara pasti: `Hal-hal ini menuju pada nafsu, bukan pada tanpa-nafsu; pada kemelekatan, bukan pada tanpa-kemelekatan; pada pengumpulan, bukan pada pelepasan; pada memiliki banyak keinginan, bukan pada memiliki sedikit keinginan; pada
ketidakpuasan, bukan pada kepuasan; pada suka berkumpul, bukan pada kesendirian; pada kelambanan, bukan pada kebangkitan semangat; pada kehidupan yang mewah, bukan pada kesederhanaan` - tentang hal-hal ini engkau bisa merasa pasti: `Ini bukanlah Dhamma; ini bukanlah Vinaya; ini bukanlah Ajaran Sang Guru.`"

"Tetapi, Gotami, bila engkau mengetahui hal-hal secara pasti: `Hal-hal ini menuju pada tanpa-nafsu, bukan pada nafsu; pada tanpa-kemelekatan, bukan pada kemelekatan; pada pelepasan, bukan pada pengumpulan; pada memiliki sedikit keinginan, bukan pada memiliki banyak keinginan; pada kepuasan, bukan pada ketidakpuasan; pada kesendirian, bukan pada berkumpul; pada kebangkitan semangat, bukan pada kelambanan; pada kesederhanaan, bukan pada kehidupan mewah` - tentang hal-hal ini engkau bisa merasa pasti: `Ini adalah Dhamma; ini adalah Vinaya; ini
adalah Ajaran Sang Guru.`"

Begitu juga dalam SatthuSasana Sutta (Anguttara Nikaya VII. 80) , Sang Buddha menjelaskan kepada Y.A. Upali :

"Upali, jika engkau mengetahui tentang hal-hal tertentu: `Hal-hal ini tidak membawa menuju perubahan sepenuhnya, hilangnya nafsu, penghentian dan kedamaian, menuju pengetahuan langsung, pencerahan spiritual dan Nibbana` - dari ajaran-ajaran seperti itu engkau bisa
merasa yakin: Ini bukan Dhamma; ini bukan Vinaya; ini bukan Ajaran Sang Guru.`"

"Tetapi Upali, jika engkau mengetahui tentang hal-hal tertentu: `Hal-hal ini membawa menuju perubahan sepenuhnya, hilangnya nafsu, penghentian dan kedamaian, menuju pengetahuan langsung, pencerahan spiritual dan Nibbana` - dari hal-hal semacam itu engkau bisa merasa
yakin: Inilah Dhamma; inilah Vinaya; inilah Ajaran Sang Guru.`"

Dari petunjuk Sang Buddha berupa kriteria Dhamma dan Vinaya dalam Gotami Sutta maupun SatthuSasana Sutta kita bisa melihat, menganalisa, meneliti secara hati-hati terhadap berbagai macam ajaran yang kita temui dewasa ini, sehingga kita bisa menemukan mana yang bukan ajaran
Sang Buddha (yang menyimpang dari ajaran Sang Buddha), mana yang tidak. Misalnya ketika kita menemukan sebuah ajaran yang mengajarkan untuk membunuh dengan alasan tertentu, kita bisa menjadikan penjelasan Sang Budda mengenai apa itu Dhamma dan Vinaya sebagai panduan. Setelah kita menganalisanya, kita dapat mengetahui bahwa membunuh itu menuju
pada nafsu dan tidak menuju pada pelepasan, maka ajaran yang mengajarkan untuk membunuh tersebut bukan merupakan Dhamma dan Vinaya, bukan ajaran Sang Buddha. Dan kita perlu menghindarinya.

Dari apa yang disampaikan di atas, semoga kebingungan kita akan pembedaan antara mana yang merupakan ajaran Sang Guru Buddha atau bukan, yang merupakan Dhamma dan Vinaya atau bukan, serta yang merupakan aliran Buddhisme atau bukan, dapat kita ketahui dan pahami.

Semoga semua makhluk bebas dari penderitaan.


Disusun oleh: Bhagavant.com
Sweet things are easy 2 buy,
but sweet people are difficult to find.
Life ends when u stop dreaming, hope ends when u stop believing,
Love ends when u stop caring,
Friendship ends when u stop sharing.
So share this with whom ever u consider a friend.
To love without condition... ......... .........

morpheus

kalo talk show spektakuler fengshui dan keberhasilan bisnis itu mengarah pada nafsu atau tanpa nafsu, pelepasan atau pengumpulan, kesederhanaan atau kemewahan?

sorry, can't help it...
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Sunkmanitu Tanka Ob'waci

Quote from: morpheus on 26 July 2010, 11:30:45 PM
kalo talk show spektakuler fengshui dan keberhasilan bisnis itu mengarah pada nafsu atau tanpa nafsu, pelepasan atau pengumpulan, kesederhanaan atau kemewahan?

sorry, can't help it...


yah begitulah kondisinya om. :(
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Peacemind

Quote from: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 26 July 2010, 11:34:56 PM
Quote from: morpheus on 26 July 2010, 11:30:45 PM
kalo talk show spektakuler fengshui dan keberhasilan bisnis itu mengarah pada nafsu atau tanpa nafsu, pelepasan atau pengumpulan, kesederhanaan atau kemewahan?

sorry, can't help it...


yah begitulah kondisinya om. :(

Contoh2 Dhamma dan Vinaya yang dikutip di atas khan memang dikhotbahkan Sang Buddha ke bhikkhu dan bhikkhuni. Tentu Sang Buddha tidak akan berbicara bisnis, melainkan praktik Dhamma demi lenyapnya kekotoran batin dan perealisasian nibbāna. Tapi Sang Buddha juga sering berkhotbah ke para umat awam bagaimana supaya mereka berkembang dalam ekonomi. Terkadang, kekayaan (dalam hal ini untuk umat awam) yang digunakan dengan baik juga akan membantunya dalam mengembangkan spiritual.

morpheus

Quote from: Peacemind on 26 July 2010, 11:50:25 PM
Tapi Sang Buddha juga sering berkhotbah ke para umat awam bagaimana supaya mereka berkembang dalam ekonomi.
saya kok meragukan, Sang Buddha, sang arahat yang tercerahkan mandiri, yang telah bangun, mengajarkan orang bagaimana mengembangkan ekonomi atau kekayaannya, apalagi menjelaskan fengshui atau vastu atau sebangsanya (ok.. ok.. dighajanu akan muncul, no further comment).

Quote from: Peacemind on 26 July 2010, 11:50:25 PM
Terkadang, kekayaan (dalam hal ini untuk umat awam) yang digunakan dengan baik juga akan membantunya dalam mengembangkan spiritual.
saya pikir pengembangan spiritual terjadi saat ada perubahan ataupun transformasi batin, dari batin yang mengarah pada nafsu menuju padamnya nafsu, dari batin yang mengakumulasi ke batin yang melepas, dari batin yang melekat menuju ke tidak-melekat.

pengembangan spiritual tidak ada korelasinya dengan sedikit banyaknya kekayaan.
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

ryu

Quote from: morpheus on 27 July 2010, 10:06:25 AM
Quote from: Peacemind on 26 July 2010, 11:50:25 PM
Tapi Sang Buddha juga sering berkhotbah ke para umat awam bagaimana supaya mereka berkembang dalam ekonomi.
saya kok meragukan, Sang Buddha, sang arahat yang tercerahkan mandiri, yang telah bangun, mengajarkan orang bagaimana mengembangkan ekonomi atau kekayaannya, apalagi menjelaskan fengshui atau vastu atau sebangsanya (ok.. ok.. dighajanu akan muncul, no further comment).

Quote from: Peacemind on 26 July 2010, 11:50:25 PM
Terkadang, kekayaan (dalam hal ini untuk umat awam) yang digunakan dengan baik juga akan membantunya dalam mengembangkan spiritual.
saya pikir pengembangan spiritual terjadi saat ada perubahan ataupun transformasi batin, dari batin yang mengarah pada nafsu menuju padamnya nafsu, dari batin yang mengakumulasi ke batin yang melepas, dari batin yang melekat menuju ke tidak-melekat.

pengembangan spiritual tidak ada korelasinya dengan sedikit banyaknya kekayaan.

bagaimana dengan sigalovada sutta ?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

tuwino gunawan

Quote from: dewi_go on 26 July 2010, 07:10:56 PM


Dalam Gotami Sutta (Anguttara Nikaya VIII. 53) , Sang Buddha menjelaskan kepada Y.A. Mahapajapati Gotami:

"Bila, Gotami, engkau mengetahui hal-hal secara pasti: `Hal-hal ini menuju pada nafsu, bukan pada tanpa-nafsu; pada kemelekatan, bukan pada tanpa-kemelekatan; pada pengumpulan, bukan pada pelepasan; pada memiliki banyak keinginan, bukan pada memiliki sedikit keinginan; pada
ketidakpuasan, bukan pada kepuasan; pada suka berkumpul, bukan pada kesendirian; pada kelambanan, bukan pada kebangkitan semangat; pada kehidupan yang mewah, bukan pada kesederhanaan` - tentang hal-hal ini engkau bisa merasa pasti: `Ini bukanlah Dhamma; ini bukanlah Vinaya; ini bukanlah Ajaran Sang Guru.`"



tapi ada yang suka pake ROLEX dan ngaku2 the living buddha. :hammer:

ryu

Quote from: tuwino gunawan on 27 July 2010, 10:13:23 AM
Quote from: dewi_go on 26 July 2010, 07:10:56 PM


Dalam Gotami Sutta (Anguttara Nikaya VIII. 53) , Sang Buddha menjelaskan kepada Y.A. Mahapajapati Gotami:

"Bila, Gotami, engkau mengetahui hal-hal secara pasti: `Hal-hal ini menuju pada nafsu, bukan pada tanpa-nafsu; pada kemelekatan, bukan pada tanpa-kemelekatan; pada pengumpulan, bukan pada pelepasan; pada memiliki banyak keinginan, bukan pada memiliki sedikit keinginan; pada
ketidakpuasan, bukan pada kepuasan; pada suka berkumpul, bukan pada kesendirian; pada kelambanan, bukan pada kebangkitan semangat; pada kehidupan yang mewah, bukan pada kesederhanaan` - tentang hal-hal ini engkau bisa merasa pasti: `Ini bukanlah Dhamma; ini bukanlah Vinaya; ini bukanlah Ajaran Sang Guru.`"



tapi ada yang suka pake ROLEX dan ngaku2 the living buddha. :hammer:
karena itu masuk aliran theravada maka bagi living buddha itu tidak berlaku =))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Nevada

Quote from: morpheus
saya kok meragukan, Sang Buddha, sang arahat yang tercerahkan mandiri, yang telah bangun, mengajarkan orang bagaimana mengembangkan ekonomi atau kekayaannya, apalagi menjelaskan fengshui atau vastu atau sebangsanya (ok.. ok.. dighajanu akan muncul, no further comment).
Setahu saya Sang Buddha tidak pernah mengajarkan fengshui, vastu, atau sebangsanya. Yang diajarkan adalah dukkha dan terhentinya dukkha. Kepada orang yang tidak tertarik pada jalan spiritual, maka Sang Buddha hanya akan mengajarkan moralitas. Di dalam moralitas, salah satu yang diajarkan Sang Buddha adalah anjuran untuk mengumpulkan kekayaan duniawi tanpa merugikan makhluk lain. Hanya itu saja.


Quote from: morpheus
saya pikir pengembangan spiritual terjadi saat ada perubahan ataupun transformasi batin, dari batin yang mengarah pada nafsu menuju padamnya nafsu, dari batin yang mengakumulasi ke batin yang melepas, dari batin yang melekat menuju ke tidak-melekat.

pengembangan spiritual tidak ada korelasinya dengan sedikit banyaknya kekayaan.
Sang Buddha tidak mengajarkan tips mengumpulkan kekayaan pada orang yang mencari akhir dukkha. Sang Buddha tidak mengajarkan tips mengakhiri dukkha pada umat awam yang tertarik pada kehidupan duniawi.

Peacemind

Quote from: morpheus on 27 July 2010, 10:06:25 AM
Quote from: Peacemind on 26 July 2010, 11:50:25 PM
Tapi Sang Buddha juga sering berkhotbah ke para umat awam bagaimana supaya mereka berkembang dalam ekonomi.
saya kok meragukan, Sang Buddha, sang arahat yang tercerahkan mandiri, yang telah bangun, mengajarkan orang bagaimana mengembangkan ekonomi atau kekayaannya, apalagi menjelaskan fengshui atau vastu atau sebangsanya (ok.. ok.. dighajanu akan muncul, no further comment).

Kalau saya sih berpendapat bahwa Sang Buddha sering mengajarkan bagaimana umat awam bisa mengembangkan ekonomi mereka meningingat apa yang beliau sendiri katakan bahwa kemiskinan adalah penderitaan di dunia, juga karena apa yang Sang BUddha hadapi bukan hanya orang2 yang ingin bebas dari penderitaan. Namun demikian, dalam mengajarkan bagaimana mengembangkan ekonomi, Sang Buddha menunjukkan cara yang lebih nyata, masuk akal, dan bukan seperti semacam ramalan atau sperti fengshui atau vasthu. Bahklan kalau kita mengacu kepada Brahmajalasutta, mengajarkan fengshui atau vastu, bagi seorang bhikkhu termasuk tiracchanavijja. Sang Buddha mengajarkan cara mengembangkan ekonomi tanpa meninggalkan nilai2 moral manusia. Sebagai contoh, dalam Pattakammasutta, Anguttaranikaya, Sang Buddha mengatakan bahwa ada empat keinginan umum manusia. Salah satunya adalah kekayaan. Beliau, dalm sutta yang sama, menjelaskan bahwa empat keinginan manusia tersebut bisa terpenuhi dengan memiliki saddhā, sīla, cāga dan paññā. Empat hal ini, selain mendukung seseorang dalam upaya mendaptkan empat keinginan umum manusia, juga mendukung seseorang dalam penegembangan spiritual.

Quote
Quote from: Peacemind on 26 July 2010, 11:50:25 PM
Terkadang, kekayaan (dalam hal ini untuk umat awam) yang digunakan dengan baik juga akan membantunya dalam mengembangkan spiritual.
saya pikir pengembangan spiritual terjadi saat ada perubahan ataupun transformasi batin, dari batin yang mengarah pada nafsu menuju padamnya nafsu, dari batin yang mengakumulasi ke batin yang melepas, dari batin yang melekat menuju ke tidak-melekat.

pengembangan spiritual tidak ada korelasinya dengan sedikit banyaknya kekayaan.


Memang materi dan pikiran merupakan dua hal berbeda. Tapi keduanya bisa saling mempengaruhi. Melalui materi yang digunakan secara baik, seperti contoh, sebagai sarana untuk melatih melepas melalui dana atau cāga, tentu akan membantu seseorang untuk lebih mudah memiliki pikiran melepas, ketimbang seseorang yang tidak pernah berlatih berdana atau cāga. Memang cara ini tidak sesempurna ketika seseorang mempraktikkan sila, samādhi atau pañña, namun setidaknya berdana pun atau melatih pikiran kedermawanan melalui materi yang ada, setidaknya memberikan dukungan kepada seseorang untuk mudah melepas.....

Mettacittena.

morpheus

Quote from: ryu on 27 July 2010, 10:12:42 AM
bagaimana dengan sigalovada sutta ?
seperti yg udah saya bilang, dighajanu, sigalovada, etc pasti akan keluar  :))
no further comments  :whistle:
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

morpheus

Quote from: upasaka on 27 July 2010, 11:11:52 AM
Sang Buddha tidak mengajarkan tips mengumpulkan kekayaan pada orang yang mencari akhir dukkha. Sang Buddha tidak mengajarkan tips mengakhiri dukkha pada umat awam yang tertarik pada kehidupan duniawi.
secara general setuju dengan anda, plus ada juga umat awam yang tertarik pada pengertian yang lebih dalam, dukkha dan akhir dukkha...
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

ryu

Quote from: morpheus on 27 July 2010, 12:40:39 PM
Quote from: ryu on 27 July 2010, 10:12:42 AM
bagaimana dengan sigalovada sutta ?
seperti yg udah saya bilang, dighajanu, sigalovada, etc pasti akan keluar  :))
no further comments  :whistle:
ohh, yo wess, maklum aye kaga tau apa dighajanu :))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

K.K.

Quote from: morpheus on 27 July 2010, 10:06:25 AM
saya kok meragukan, Sang Buddha, sang arahat yang tercerahkan mandiri, yang telah bangun, mengajarkan orang bagaimana mengembangkan ekonomi atau kekayaannya, apalagi menjelaskan fengshui atau vastu atau sebangsanya (ok.. ok.. dighajanu akan muncul, no further comment).
Kalo menurut Bro morpheus, bagaimanakah sikap Buddha jika ditanya tentang hal-hal duniawi? Apakah langsung dialihkan ke arah lenyapnya dukkha?


Quotesaya pikir pengembangan spiritual terjadi saat ada perubahan ataupun transformasi batin, dari batin yang mengarah pada nafsu menuju padamnya nafsu, dari batin yang mengakumulasi ke batin yang melepas, dari batin yang melekat menuju ke tidak-melekat.

pengembangan spiritual tidak ada korelasinya dengan sedikit banyaknya kekayaan.
Ini saya sangat setuju.

ryu

#14
Quote from: Kainyn_Kutho on 27 July 2010, 01:34:20 PM
Quote from: morpheus on 27 July 2010, 10:06:25 AM

saya pikir pengembangan spiritual terjadi saat ada perubahan ataupun transformasi batin, dari batin yang mengarah pada nafsu menuju padamnya nafsu, dari batin yang mengakumulasi ke batin yang melepas, dari batin yang melekat menuju ke tidak-melekat.

pengembangan spiritual tidak ada korelasinya dengan sedikit banyaknya kekayaan.
Ini saya sangat setuju.
saya tidak setuju, baca CAKKAVATTI SIHANADA SUTTA
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))