Menjadikan "sarira" sebagai barometer kebenaran praktik suatu agama adalah kurang tepat. Seperti contoh-contoh yang disebutkan oleh Bro Kainyn, ada banyak kasus "sarira" ataupun "mayat tak membusuk" yang terjadi di luar TBSN.
Jika kita teliti, semua agama di dunia ini seringkali dipromosikan dengan cara kesaksian akan suatu keajaiban atau mukjizat. Jika menggunakan "keajaiban" atau "mukjizat" sebagai standar kebenaran agama, itu adalah penilaian yang kurang tepat. Tapi kalau ada yang suka dengan cara penilaian seperti itu, yah wajar saja. Artinya pemikirannya masih membutuhkan sebuah sosok agama.