Bhikkhu pake BB dan main FB??

Started by tuwino gunawan, 24 April 2010, 10:34:35 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

tesla

Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

maya devi

Yang beliin BB sapa??
Yang memberi fasilitas ato akses internet sapa?
Yang ngajak Chating sapa?
Yang belikan pulsa sapa?

Penyebab utama nya sapa donk???

:-?

markosprawira

sifat objek adalah netral.......

diri sendirilah yang melekati obyek yg menyenangkan dan menolak obyek yang tidak menyenangkan

yudiboy

Quote from: maya devi on 28 April 2010, 03:52:39 PM
Yang beliin BB sapa??
Yang memberi fasilitas ato akses internet sapa?
Yang ngajak Chating sapa?
Yang belikan pulsa sapa?

UMATTTT
Penyebab utama nya sapa donk???

:-?

saya bertekad mau menjadi orang baik....tidak selingkuh...menopang orang tua...menjadi ayah yang baik...dan bermanfaat bagi orang banyak

CHANGE

Quote from: markosprawira on 28 April 2010, 12:38:08 PM
Quote from: CHANGE on 27 April 2010, 10:56:21 AM
Jika diharuskan kita untuk memilih :
Kenapa kita tidak coba memilih berpikir yang positif dan baik, dan menyingkirkan yang buruk ?

kalau boleh saya koreksi : selama kita masih putthujhana, hendaknya kita bisa berpikir yg objektif....... yg sesuai dengan realitas, bukan sekedar menyenangkan atau tidak menyenangkan untuk-KU

kalau hanya berpikir yg baik2 saja, saat itu sesungguhnya bisa saja ada "salah persepsi" di dalam orang itu, yg membuat dia merasa "wajib" utk selalu "baik" pada org lain
Hal ini akan membuat orang itu sering dibohongi, dikerjain oleh rekan lainnya

ini kasus nyata yang terjadi pada teman saya.......

demikian jika saya boleh koreksi, anumodana

Terima Kasih atas koreksi. dan Anda telah melengkapinya. Dan memang seharusnya demikian.
Anumodana

Pikiran positif dengan objektif dan realitis sangat diperlukan untuk secara bijaksana dalam melihat dan memutuskan suatu permasalahan.

Jika berkenan, saya coba lampirkan satu artikel mengenai hal ini yang menurut saya lebih kurang adalah menggambarkan hal tersebut. Jika tidak sesuai tolong dikoreksi


Mengubah Pola Pikir

Sekelompok wisatawan tertahan di suatu tempat asing di luar kota. Mereka hanya menemukan bahan makanan yang kadaluwarsa. Karena lapar, mereka terpaksa menyantapnya, meskipun sebelumnya dicobakan dulu kepada seekor anjing yang ternyata menikmatinya dan tak terlihat efek sampingnya.

Keesokan harinya, ketika "MENDENGAR" anjing itu mati, semua orang menjadi cemas.

Banyak yang mulai muntah dan mengeluh badannya panas atau terserang diare. Seorang dokter dipanggil untuk merawat para penderita keracunan makanan. Sang dokter mulai mencari sebab-musababnya dari seekor anjing. Ketika hendak dilacak, eh ternyata anjing itu sudah mati karena terlindas mobil bukan keracunan makanan.

Apa yang menarik dari cerita di atas? Ternyata kita bereaksi menurut apa yang kita pikirkan, bukan berdasarkan KENYATAAN itu sendiri . We see the world as we are, not as it is. Akar segala sesuatu adalah cara kita melihat.

Cara kita melihat mempengaruhi apa yang kita lakukan, dan apa yang kita lakukan mempengaruhi apa yang kita dapatkan. Ini disebut sebagai model See-Do-Get. Perubahan yang mendasar baru akan terjadi ketika ada perubahan cara melihat.

Ada cerita menarik mengenai sepasang suami-istri yang telah bercerai. Suatu hari, Astri, nama wanita ini, datang ke kantor Roy, mantan suaminya. Saat itu Roy sedang melayani seorang pelanggan. Melihat Astri menunggu dengan gelisah, pimpinan kantor menghampirinya dan mengajaknya berbincang-bincang.

Si Bos berkata, "Saya begitu senang, suami Anda bekerja untuk saya. Dia seorang yang sangat berarti dalam perusahaan kami, begitu penuh perhatian dan baik budinya." Astri terperangah mendengar pujian si bos, tapi ia tak berkomentar apa-apa.

Roy ternyata mendengar komentar si bos. Setelah Astri pergi, ia menjelaskan, "Kami tak hidup bersama lagi sejak 6 bulan lalu, dan sekarang dia hanya datang menemui saya bila ia membutuhkan tambahan uang untuk putra kami."

Beberapa minggu kemudian telepon berbunyi untuk Roy. Ia mengangkatnya dan berkata, "Baiklah Ma, kita akan melihat rumah itu bersama setelah jam kerja." Setelah itu ia menghampiri bosnya dan berkata, "Astri dan saya telah memutuskan memulai lagi perkawinan kami. Dia mulai melihat saya secara berbeda tak lama setelah Bapak berbicara padanya tempo hari."

Bayangkan, perubahan drastis terjadi semata-mata karena perubahan dalam cara melihat. Awalnya, Astri mungkin melihat suaminya sebagai seorang yang menyebalkan, tapi ternyata di mata orang lain Roy sungguh menyenangkan. Astrilah yang mengajak rujuk, dan mereka kembali menikmati rumah tangga yang jauh lebih indah dari sebelumnya.

Segala sesuatu yang kita lakukan berakar dari cara kita melihat masalah. Karena itu, bila ingin mengubah nasib secara drastis, kita perlu melakukan revolusi cara berpikir. Stephen Covey pernah mengatakan: "Kalau Anda menginginkan perubahan kecil dalam hidup, garaplah sikap dan perilaku Anda, tapi bila Anda menginginkan perubahan-perubahan yang besar dan mendasar, garaplah paradigma Anda."

Covey benar, perubahan tidak selalu dimulai dari cara kita melihat (See). Ia bisa juga dimulai dari tindakan kita (Do). Namun, efeknya sangat berbeda.

Ini contoh sederhana. Anak saya, Alisa yang berusia empat tahun selalu menolak kalau diberi minyak ikan. Padahal, itu diperlukan untuk meningkatkan perkembangan otak dan daya tahan tubuhnya. Betapapun kami membujuknya, ia tetap menolak. Dengan maksud baik, kadang-kadang kami memaksanya menelan minyak ikan. Ia menangis dan meronta-ronta. Kami memang berhasil memaksanya, tapi ini bukan sesuatu yang win-win. Kami menang, ia kalah. Ini pendekatan yang dimulai dengan Do. Kami sadar harus mencari cara lain.

Untungnya, istri saya punya ide menarik. Ia mulai dengan mengubah paradigma Alisa. Kami tahu Alisa sangat suka sirup, karena itu minyak ikan tersebut kami aduk dengan air dalam gelas. Ternyata, ia sangat gembira dan menikmati "sirup" minyak ikan itu. Bahkan, sekarang ia tak mau mandi sebelum minum "sirup" tersebut.

Contoh sederhana ini menggambarkan proses perubahan yang bersifat inside-out (dari dalam ke luar). Perubahan ini bersifat sukarela dan datang dari Alisa sendiri. Jadi, tidak ada keterpaksaan. Inilah perubahan yang diawali dengan See. Perubahan yang dimulai dengan Do, bersifat sebaliknya, yaitu outside-in. Perubahan seperti ini sering disertai penolakan. Jangankan dengan bawahan, dengan anak kecil seperti Alisa saja, hal ini sudah bermasalah.

Demikian jika artikel ini dikaitkan dengan yang ditanyakan TS. Sebagai Buddhis, Kita semua setuju bahwa BB dan FB adalah objek netral, tetapi jika selalu berpikir postif yang objektif dan realistis, maka kita TIDAK akan melakukan TINDAKAN yang "MENGHAKIMI", karena menghakimi seperti ini adalah tindakan yang merugikan diri sendiri dan mencelakakan orang lain. Artinya jangan tidak berdasarkan KENYATAAN YANG ADA, dan hanya berdasarkan MENDENGAR saja, lalu ambil tindakan menghakimi.

Jadi selalulah berpikir positif yang objektif dan realistis.

_/\_

Mokau Kaucu

Saya menunggu komentar , tulisan dari seseorang mengenai "apakah boleh seorang bhikkhu nyetir mobil?" dlm thread ini.  Koq tidak ada yang berkomentar ya?  Ini melanggar vinaya atau tidak? Kalau nyetir mobil , boleh,  maka bhikkhu mengendarai motor untuk melayani umat boleh juga?  Mohon pencerahan dari Brahmana Indra.
Terima kasih
~Life is suffering, why should we make it more?~

johan3000

Quote from: dtgvajra on 02 May 2010, 11:29:47 PM
Saya menunggu komentar , tulisan dari seseorang mengenai "apakah boleh seorang bhikkhu nyetir mobil?" dlm thread ini.  Koq tidak ada yang berkomentar ya?  Ini melanggar vinaya atau tidak? Kalau nyetir mobil , boleh,  maka bhikkhu mengendarai motor untuk melayani umat boleh juga?  Mohon pencerahan dari Brahmana Indra.
Terima kasih


sewaktu winaya ditulis kan belum ada mobil maupun motor..................

apakah bhiku boleh naik kuda ? (mungkin ini yg mendekatin)
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Indra

Quote from: dtgvajra on 02 May 2010, 11:29:47 PM
Saya menunggu komentar , tulisan dari seseorang mengenai "apakah boleh seorang bhikkhu nyetir mobil?" dlm thread ini.  Koq tidak ada yang berkomentar ya?  Ini melanggar vinaya atau tidak? Kalau nyetir mobil , boleh,  maka bhikkhu mengendarai motor untuk melayani umat boleh juga?  Mohon pencerahan dari Brahmana Indra.
Terima kasih


saya menganggap ini ditujukan kepada saya, namun alangkah baiknya jika pertanyaan ini ditujukan kepada semua member.

saya akan mencoba menanggapi.

Vinaya memang tidak secara eksplisit mengatur tentang nyetir mobil atau motor, yg artinya tidak melarang juga tidak membolehkan, hal ini tentu saja karena ketika Vinaya ditetapkan, kendaraan jenis ini memang belum ada. jika bhikkhu nyetir mobil, saya kira nyetir bukanlah suatu pelanggaran, namun konsekuensi yg ditimbulkan dari menyetir mobil lah yg mungkin akan menjauhkan seorang bhikkhu dari Dhamma, misalnya usaha untuk membeli bensin, servis mobil, cuci mobil, dlsb. dengan adanya mobil juga berakibat lebih banyak bepergian yg jelas membuang2 waktu yg seharusnya digunakan untuk melatih diri.

Kalau tidak salah, Vinaya ada melarang seorang  bhikkhu menunggang kuda. tetapi tentu saja kuda dan mobil tidak bisa disamakan.

_/\_

Dhamma Sukkha

#113
Quote from: CHANGE on 29 April 2010, 10:33:32 AM
Quote from: markosprawira on 28 April 2010, 12:38:08 PM
Quote from: CHANGE on 27 April 2010, 10:56:21 AM
Jika diharuskan kita untuk memilih :
Kenapa kita tidak coba memilih berpikir yang positif dan baik, dan menyingkirkan yang buruk ?

kalau boleh saya koreksi : selama kita masih putthujhana, hendaknya kita bisa berpikir yg objektif....... yg sesuai dengan realitas, bukan sekedar menyenangkan atau tidak menyenangkan untuk-KU

kalau hanya berpikir yg baik2 saja, saat itu sesungguhnya bisa saja ada "salah persepsi" di dalam orang itu, yg membuat dia merasa "wajib" utk selalu "baik" pada org lain
Hal ini akan membuat orang itu sering dibohongi, dikerjain oleh rekan lainnya

ini kasus nyata yang terjadi pada teman saya.......

demikian jika saya boleh koreksi, anumodana

Terima Kasih atas koreksi. dan Anda telah melengkapinya. Dan memang seharusnya demikian.
Anumodana

Pikiran positif dengan objektif dan realitis sangat diperlukan untuk secara bijaksana dalam melihat dan memutuskan suatu permasalahan.

Jika berkenan, saya coba lampirkan satu artikel mengenai hal ini yang menurut saya lebih kurang adalah menggambarkan hal tersebut. Jika tidak sesuai tolong dikoreksi


Mengubah Pola Pikir

Sekelompok wisatawan tertahan di suatu tempat asing di luar kota. Mereka hanya menemukan bahan makanan yang kadaluwarsa. Karena lapar, mereka terpaksa menyantapnya, meskipun sebelumnya dicobakan dulu kepada seekor anjing yang ternyata menikmatinya dan tak terlihat efek sampingnya.

Keesokan harinya, ketika "MENDENGAR" anjing itu mati, semua orang menjadi cemas.

Banyak yang mulai muntah dan mengeluh badannya panas atau terserang diare. Seorang dokter dipanggil untuk merawat para penderita keracunan makanan. Sang dokter mulai mencari sebab-musababnya dari seekor anjing. Ketika hendak dilacak, eh ternyata anjing itu sudah mati karena terlindas mobil bukan keracunan makanan.

Apa yang menarik dari cerita di atas? Ternyata kita bereaksi menurut apa yang kita pikirkan, bukan berdasarkan KENYATAAN itu sendiri . We see the world as we are, not as it is. Akar segala sesuatu adalah cara kita melihat.

Cara kita melihat mempengaruhi apa yang kita lakukan, dan apa yang kita lakukan mempengaruhi apa yang kita dapatkan. Ini disebut sebagai model See-Do-Get. Perubahan yang mendasar baru akan terjadi ketika ada perubahan cara melihat.

Ada cerita menarik mengenai sepasang suami-istri yang telah bercerai. Suatu hari, Astri, nama wanita ini, datang ke kantor Roy, mantan suaminya. Saat itu Roy sedang melayani seorang pelanggan. Melihat Astri menunggu dengan gelisah, pimpinan kantor menghampirinya dan mengajaknya berbincang-bincang.

Si Bos berkata, "Saya begitu senang, suami Anda bekerja untuk saya. Dia seorang yang sangat berarti dalam perusahaan kami, begitu penuh perhatian dan baik budinya." Astri terperangah mendengar pujian si bos, tapi ia tak berkomentar apa-apa.

Roy ternyata mendengar komentar si bos. Setelah Astri pergi, ia menjelaskan, "Kami tak hidup bersama lagi sejak 6 bulan lalu, dan sekarang dia hanya datang menemui saya bila ia membutuhkan tambahan uang untuk putra kami."

Beberapa minggu kemudian telepon berbunyi untuk Roy. Ia mengangkatnya dan berkata, "Baiklah Ma, kita akan melihat rumah itu bersama setelah jam kerja." Setelah itu ia menghampiri bosnya dan berkata, "Astri dan saya telah memutuskan memulai lagi perkawinan kami. Dia mulai melihat saya secara berbeda tak lama setelah Bapak berbicara padanya tempo hari."

Bayangkan, perubahan drastis terjadi semata-mata karena perubahan dalam cara melihat. Awalnya, Astri mungkin melihat suaminya sebagai seorang yang menyebalkan, tapi ternyata di mata orang lain Roy sungguh menyenangkan. Astrilah yang mengajak rujuk, dan mereka kembali menikmati rumah tangga yang jauh lebih indah dari sebelumnya.

Segala sesuatu yang kita lakukan berakar dari cara kita melihat masalah. Karena itu, bila ingin mengubah nasib secara drastis, kita perlu melakukan revolusi cara berpikir. Stephen Covey pernah mengatakan: "Kalau Anda menginginkan perubahan kecil dalam hidup, garaplah sikap dan perilaku Anda, tapi bila Anda menginginkan perubahan-perubahan yang besar dan mendasar, garaplah paradigma Anda."

Covey benar, perubahan tidak selalu dimulai dari cara kita melihat (See). Ia bisa juga dimulai dari tindakan kita (Do). Namun, efeknya sangat berbeda.

Ini contoh sederhana. Anak saya, Alisa yang berusia empat tahun selalu menolak kalau diberi minyak ikan. Padahal, itu diperlukan untuk meningkatkan perkembangan otak dan daya tahan tubuhnya. Betapapun kami membujuknya, ia tetap menolak. Dengan maksud baik, kadang-kadang kami memaksanya menelan minyak ikan. Ia menangis dan meronta-ronta. Kami memang berhasil memaksanya, tapi ini bukan sesuatu yang win-win. Kami menang, ia kalah. Ini pendekatan yang dimulai dengan Do. Kami sadar harus mencari cara lain.

Untungnya, istri saya punya ide menarik. Ia mulai dengan mengubah paradigma Alisa. Kami tahu Alisa sangat suka sirup, karena itu minyak ikan tersebut kami aduk dengan air dalam gelas. Ternyata, ia sangat gembira dan menikmati "sirup" minyak ikan itu. Bahkan, sekarang ia tak mau mandi sebelum minum "sirup" tersebut.

Contoh sederhana ini menggambarkan proses perubahan yang bersifat inside-out (dari dalam ke luar). Perubahan ini bersifat sukarela dan datang dari Alisa sendiri. Jadi, tidak ada keterpaksaan. Inilah perubahan yang diawali dengan See. Perubahan yang dimulai dengan Do, bersifat sebaliknya, yaitu outside-in. Perubahan seperti ini sering disertai penolakan. Jangankan dengan bawahan, dengan anak kecil seperti Alisa saja, hal ini sudah bermasalah.

Demikian jika artikel ini dikaitkan dengan yang ditanyakan TS. Sebagai Buddhis, Kita semua setuju bahwa BB dan FB adalah objek netral, tetapi jika selalu berpikir postif yang objektif dan realistis, maka kita TIDAK akan melakukan TINDAKAN yang "MENGHAKIMI", karena menghakimi seperti ini adalah tindakan yang merugikan diri sendiri dan mencelakakan orang lain. Artinya jangan tidak berdasarkan KENYATAAN YANG ADA, dan hanya berdasarkan MENDENGAR saja, lalu ambil tindakan menghakimi.

Jadi selalulah berpikir positif yang objektif dan realistis.

_/\_

intinya melihat dari segala sisi sudut pandang...

kembali ke kata>> WASPADA <<itu sendirii... ;D ;D ;D

di buku agama klas 3 ada ditulis (gak tau nyambung ato ngga) :
[spoiler]
Dalam kehidupan, interaksi pribadi dan masy. adlh sgt berkaitan dan slg menunjang krn kemajuan pribadi tak lepas dgn adanya org2 lain. Hal ini telah ditekankan oleh Sang Buddha dlm pembinaan trhdp para pengikutnya. Seorg Sarjana Buddhis, Gokhale (Indian Historical Quartely), menerangkan bahwa perkembangan masy. Buddhis berlangsung dlm 3 tahap, yaitu :
a. Tahap Isolasi, yaitu tahap dimana seseorg meninggalkan kehidupan rumah tangga, mengasingkan diri dgn tujuan melatih diri dlm kehidupan spiritual, utk mencapai pembebasan/penerangan yg tinggi. Suasana ideal ini tercermin dlm ungkapan :
"Selagi kehidupan rumah tangga merupakan tekanan, kehidupan bertapa bagaikan menghirup udara bebas"
(Anguttara Nikaya II : 208, Majjhima Nikaya I : 344)

b. Tahap Bergaul, yaitu tahap terbtknya Sangha, yg berhub. dgn masy. awam. Penolakan Sang Buddha terhadap beberapa usul Devadatta (spt : para bhikkhu tdk hanya tinggal di hutan, tdk hanya makan2an pemberian saja, tdk mengenakan jubah yg dibuat dari kain2 bekas pembungkus mayat, tdk tinggal di bwh pohon, dll) adlh dimaksudkan agar Sangha tdk terkucilkan dari masalah duniawi (masyarakat). Penolakan ini bermakna bahwa adanya hub. yg erat antara cita2 spiritual serta cita2 sosial dari Sangha dan masy. awam yg luas. Hal ini terlihat dari ungkapan :"Perumah tangga maupun mereka yg tak berumah-tangga, keduanya bergantung satu sama lain, bersama2 mencapai Dhamma yang sejati, keadaan batin yg tenteram dan kebahagiaan yang didambakan."
(Itivutaka 111-112)

c. Tahap Transformasi, yaitu tahap dimana Agama Buddha sbg kekuatan spiritual dan sosial menggariskan norma2 dan hukum2 tingkah laku sosial sesuai dgn etika sosialnya.


IMO,
klo dlm tahap bergaul tsb, iya juga... ;D , Bhikkhu tdk mungkin tdk berhubungan dgn masy. spt yg sdh pernah diusulkam Devadatta ma Sang Buddha, bila itu terjadi, kesempatan umat melayang dongg... tuk menanam jasa kepada Sangha... tuk mendengarkan ajaran...
dan dlm berhub. dgn masy. itu, tentunya seorg Bhikkhu  membutuhkan fasilitas2 dari masy. itu sendiri...
mari kita liat dari sisi seorg Bhikkhu :
napa Bhikkhu musti make BB yaa? :-? napa main fb?
tentunya ada tujuan tertentunyaa... ;D ;D ;D
misalnya jugaa... ;D ;D ;D
Bhikkhu kan juga harus belajar ;D , dibutuhkan internett... \;D/ \;D/ \;D/ krn dari internet, kita dapat byk informasii... \;D/ \;D/ \;D/
kgk mungkin Bhikkhu bawa komputer kemana2.... :)) :)) repott... :)) :))
klo bawa laptop, kan skrg ada yg lbh canggihh... \;D/ \;D/ \;D/
BB lhoo... \;D/ \;D/ \;D/ dah 3 in 1 lhoo... (bahkan lbh kali yaa... :)) ) , BB bisa buat terima telepon, pastinya butuh sebuah telepon, krn bila seorg Bhikkhu berada di tempat yg terpencil sekali, mo naik pesawat misalnya, tuk memenuhi tugas di tempat lain, bila tdk melalui HP itu tadi, gimana juga Bhante naik pesawatnyaa? kan melalui ponsel tadi, kontak2an terjadi, jadi seorg Bhikkhu itu tau gimana gituu...
lalu, klo dgn BB, di tempat terpencil pun, seorg Bhikkhu bisa up to date perkembangan masy. dan proses pembelajaran itu juga tdk terhalangg... karena lbh memudahkan itu tadii... \;D/ \;D/ \;D/
dari FB juga bisa mendapat byk pelajaran lhoo... \;D/ \;D/ \;D/
tergantung pada yg menggunakan itu tadi jugaa... akan menjadi bermanfaat ato merugikann...
spt kasus byk yg meninggal gara2 FB gitu... sesuatu bisa bermanfaat bila digunakan dgn baik..
gitu juga soal BB dan FB...
semua itu tergantung sama KEWASPADAAN para Bhikkhu yg menggunakannya jugaa... \;D/
tiap kali menggunakannya, ingat kata "WASPADA!" :)) :)) :))
BB butuh sih butuhh... karena lbh praktisnya ituu... ;D ;D klo bawa laptop ma Hp ke mana2 kan repot jugaa... bagusan yg lbh komplitnyaa... :)) tapi, semua itu tergantung dari Bhikkhu itu sendiri, lengah tidaknya ketika menggunakannyaa... \;D/ \;D/ \;D/

klo dari sisi, org lain, klo org yg ketinggalan zaman akan dibilang "Apa kata dunia??" :)) bila Bhikkhu2 terisolasi dari lingkungan masyarakat, belum belajar Dhammanya dah dinilai duluan lhoo.... ^-^ ^-^  ??? kuno begitu.... ^:)^ ^:)^ ^:)^
Sangha lhoo yg melestarikan Dhamma itu... agar tetap ada dari waktu ke waktu...
itu juga harus didukung dgn perkembangan yg ada...
misalnya kyk, dulu tipitaka ditulis di daun lontar, skrg... ;D dah ada dlm btk buku2... \;D/ \;D/
berkat kerjasama antar umat dan Sangha.... \;D/ \;D/ \;D/
jadi Sangha juga perlu hal2 spt BB... ;D ;D ;D tetapi tetap harus memandang dari vinaya juga.. \;D/ \;D/

klo dari sisi masy. krn masy. itu sendiri byk, maka tanggapan pun beda2... \;D/ \;D/
ada yg nganggap : " ??? kok begituu, seorg bhikkhu kok mewah gitu? dah gak bener bhikkhunya... " ya bginilah... begitulah.. ;D ;D
ada yg nganggap, "  :o iiihh... lbh mantap dari aku... bhikkhunya lbh canggih... punya bb lagii... " :)) :))
macam2lah.... \;D/ \;D/ \;D/
tetapi kesemua itu harus di WASPADAI seorg Bhikkhu... \;D/ \;D/ \;D/
hati2 kecurigaan umat menjadi benarr... \;D/ \;D/

kutipan dari Dhammapada :
[spoiler]
Appamada Vagga (Kewaspadaan)
"1. (21) Kewaspadaan adalah jalan menuju kekekalan; kelengahan adalah jalan menuju kematian. Orang yang waspada tidak akan mati, Tetapi orang yang lengah seperti orang yang sudah mati.
2. (22) Setelah mengerti hal ini dengan jelas, orang bijaksana akan bergembira dalam kewaspadaan dan bergembira dalam praktek para ariya.
3. (23) Orang bijaksana yang tekun bersamadhi, hidup bersemangat dan selalu bersungguh-sungguh, pada akhirnya mencapai nibbana (kebebasan mutlak).
4. (24) Orang yang penuh semangat, selalu sadar, murni dalam perbuatan, memiliki pengendalian diri, hidup sesuai dengan Dhamma,dan selalu waspada, maka kebahagiaannya akan bertambah.
5. (25) Dengan usaha yang tekun, semangat, disiplin, dan pengendalian diri, hendaklah orang bijaksana, membuat pulau bagi dirinya sendiri, yang tidak dapat ditenggelamkan oleh banjir.
6. (26) Orang dungu yang berpengertian dangkal, terlena dalam kelengahan, sebaliknya,orang bijaksana senantiasa menjaga kewaspadaan. seperti menjaga harta yang paling berhar
7. (27) Jangan terlena dalam kelengahan, Jangan terikat pada kesenangan-kesenangan indria. Orang yang waspada dan rajin bersamadhi, akan memperoleh kebahagiaan sejati.
8. (28) Bilamana orang bijaksana, telah mengatasi kelengahan dengan kewaspadaan, maka ia akan bebas dari kesedihan, seakan memanjat menara kebijaksanaan, dan memandang orang-orang yang menderita di sekelilingnya, seperti seseorang yang berdiri diatas gunung memandang mereka yang berada di bawah.
9. (29) Waspada di antara yang lengah, berjaga di antara yang tertidur, orang bijaksana akan maju terus, bagaikan seekor kuda yang tangkas berlari meninggalkan kuda yang lemah di belakangnya.

10. (30) Dengan menyempurnakan kewaspadaan, Dewa Sakka dapat mencapai tingkat pemimpin di antara para dewa. Sesungguhnya, kewaspadaan itu akan selalu dipuji, dan kelengahan akan selalu dicela.
11. (31) Seorang bhikkhu, yang bergembira dalam kewaspadaan, dan melihat bahaya dalam kelengahan, akan maju terus membakar semua rintangan batin, bagaikan api membakar kayu, baik yang besar maupun yang kecil.
12. (32) Seorang bhikkhu yang bergembira dalam kewaspadaan, dan melihat bahaya dalam kelengahan, tak akan terperosok lagi, Ia sudah berada di ambang pintu nibbana.[/spoiler]

[/spoiler]

untuk kita semua, spt yg diceritakan bro perubahan ;D , harus liat dari sudut pandang manapun jugaa... \;D/ \;D/ \;D/

klo ada kata2 yg salah atopun gak sopan kali mohon maaf yaa alll.... ^:)^ ^:)^ ^:)^


Metta Cittena,
Citta _/\_
May All being Happy in the Dhamma ^^ _/\_

Karena Metta merupakan kebahagiaan akan org lain yg tulus \;D/

"Vinayo ayusasanam"
sasana/ajaran Buddha akan bertahan lama karena vinaya yg terjaga... _/\_ \;D/

sukuhong

#114
Quote from: maya devi on 28 April 2010, 03:52:39 PM
Yang beliin BB sapa??
Yang memberi fasilitas ato akses internet sapa?
Yang ngajak Chating sapa?
Yang belikan pulsa sapa?
Penyebab utama nya sapa donk???
:-?
siapa pun yang beliin atau mampu beli sendiri !
seorang Bhikkhu harusnya lebih tahu dan ngerti, boleh atau tidak memiliki nya !.
Jadi Bhikkhu hanya boleh mempunyai harta berupa apa saja ? ............................. !
emank penyebab dia jadi Bhikkhu siapa dan apa ? supaya dibeliin BB & FB gratis ! :))
Quote
sifat objek adalah netral.......
diri sendirilah yang melekati obyek yg menyenangkan dan menolak obyek yang tidak menyenangkan
sependapat dan setuju !!! Bang Markos

kam sia

pendekar kuning


kusalaputto

yah selama pk bb, laptop, naik mobil, makanan yg enak hanya sebagai memenuhi kebutuhan n pembabaran dhmma tanpa adanya niat dr bhikkhu tersebut untuk memiliki n melekat yah kita terima aja ga usah  di pusingin lagi, karena itu semua pun asalnya dari umat atau dengan kata lain dari kita juga. dan biasa uyg saya tahu hanya bhkkhu senior yg memegang hp, sedangkan yg junior tidak, mungkin ini juga dari pertimbangan klo yg sudah senior lebih terlatih tidak melekat serta yg senior lebih banyak memberikan ceramah di vihara dgn tujuan mempermudah bhkkhu tsb untuk d hubungi.
lebih  baik kita tunggu dari jawaban bhikkhu, samanera/i untuk menjawab ini berdasarkan vinaya krn mereka yg lebih tahu, & baiknya kita tetap menghormati bhikkhu baik yg pakai bb, laptop,hp, karena dari mereka pula kita mendapat dhamma karena mereka mebabarkan serta melaksankan, walau pun ada banyak buku dhamma yg bisa kita dapatkan dengan mudah.
semoga kamma baik saya melindungi saya, semoga kamma baik saya mengkondisikan saya menemukan seseorang yang baik pada saya dan anak saya, semoga kamma baik saya mengkondisikan tujuan yang ingin saya capai, semoga saya bisa meditasi lebih lama.