News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu

Ketenangan Sebagai Suatu Masalah

Started by Deva19, 19 March 2010, 04:36:59 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Deva19

 [at]  bond

o ya, maaf! saya kurang hati-hati dalam menulis. soalnya, kemarin agak sibuk.

bond

Quote from: Deva19 on 24 March 2010, 12:24:51 PM
[at]  bond

o ya, maaf! saya kurang hati-hati dalam menulis. soalnya, kemarin agak sibuk.

Ok no problem
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

fabian c

Quote from: Deva19 on 23 March 2010, 04:40:32 PM
Quote from: febian
Tapi saya rasa memang umumnya manusia yang masih memiliki kegelapan batin (kita) akan cenderung memberikan pendapat berdasarkan rasa "suka tidak suka", persamaan golongan, persamaan keyakinan dsbnya. Itu manusiawi sekali. Saya rasa kemanapun bro 19 pergi akan menemukan hal-hal seperti ini, bukan berarti mereka jahat, tetapi ini disebabkan oleh karena kadang-kadang pada waktu kita memberikan pendapat masih dipengaruhi konsep-konsep duniawi juga, mungkin kecuali Arahat yang telah terbebas sama sekali dari kekotoran batin.

ya, saya setuju dengan ini.

oleh karena itu, umat agama manapun, secara umum akan memiliki sikap seperti itu. oleh karenanya kemudian saya sadar, bahwa kebenaran tidak dapat disampaikan ke publik dengan "teknik logika" yang menuntut orang harus berpikir keras dan akhirnya menimbulkan ketidak sukaan. tapi publik lebih mudah diyakinkan dengan gaya retorika.  teknik logika, hanya cocok untuk dialog one to one/ face to face.

Bro Deva 19, Kadang-kadang ada hal tertentu yang menurut saya sulit diterangkan dengan logika semata, oleh karena itu saya berpendapat logika juga harus dibarengi dengan "direct experience".

Contohnya dulu saya tak percaya tenaga dalam seperti yang ada di buku silat Kho Phing Hoo, setelah saya mengalami sendiri bertemu dengan orang yang memiliki tenaga dalam seperti itu, maka saya harus dengan jujur mengakui bahwa pendapat saya selama ini salah. Tetapi tetap saja sulit menerangkan dengan logika mengapa manusia mampu mengumpulkan dan mengeluarkan listrik dari tubuhnya?

Quote from: Deva19 on 23 March 2010, 04:46:43 PM
Quote from: febian
Saya setuju dengan bro 19, setahu saya seseorang yang telah mencapai Jhana ke 4 hanya memiliki kemampuan batin yang sangat terbatas, untuk memiliki kesaktian seperti yang kita baca dari buku-buku, seorang meditator Samatha masih memerlukan keahlian melatih keseluruhan Jhana pada kasina dan memiliki keahlian ( 14 vasi). Bila ia hanya memiliki Jhana ke-4 dalam Anapanasati mustahil ia bisa terbang, menyelam ke dalam bumi menutup sinar matahari membuat matahari gelap dlsbnya, karena menurut Visuddhi Magga, kesaktian seperti itu bisa dicapai bila sang meditator memiliki ke-8 Jhana dengan objek kasina dan memiliki 14 keahlian (14 vasi) berkenaan Jhana dan kasina.

saya tertarik dengan apa yang dimaksud melarih keseluruhan "jhana pada kasinna" dan apa itu 14 vasi. bisakah anda memberikan link yang membahas hal itu?

saya tertarik, karena selama ini saya tidak mengenal makna dari istilah-istilah tersebut, tetapi saya seperti telah diceritakan, banyak memiliki kemampuan supranatural. yang ajaibnya, kekuatan-kekuatan supranatural tersebut seperti luntur ketika saya banyak melatih meditasi vipasana. saya hanya sedikit mencoba menerjemahkan arti kasina dalam bahasa meditasi cakras, spertinya itu adalah aura.

dalam meditasi cakra, kesaktian diperoleh memang bukan hanya dengan konsentrasi, tetapi dengan menggunakan konsentrasi tersebut untuk memenej aura. dan aura adalah cahaya yang melingkari tubuh manusia. saya menduga, bahwa yang dimaksud dengan kasina oleh budhisme adalah aura tersebut.  bagaimana menurut anda?

Ada 10 objek meditasi kasina, yaitu: kasina warna kuning, merah, biru, putih; kasina tanah, air, api  udara, cahaya dan ruang. Kesemua objek meditasi ini akan membawa kita pada Jhana ke 8.

Bila ingin muncul kemampuan gaib seperti terbang, menembus tanah, membesar seperti cerita dewa Wisnu yang bertiwikrama, menghalangi/menutup sinar Matahari dll maka kita harus menguasai seluruh objek kasina hingga Jhana ke 8 dan menguasai keahlian lompat Jhana, pindah kasina, lompat dan pindah Jhana dan kasina, dll.

Saya kurang tahu dimana ada link mengenai hal itu, saya membaca hal ini  dari buku Visuddhi Magga (Jalan Kesucian).

Dalam Samatha Bhavana setahu saya kita tidak me-manage aura.

_/\_

Bersambung...
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Deva19

Quote from: febian
Ada 10 objek meditasi kasina, yaitu: kasina warna kuning, merah, biru, putih; kasina tanah, air, api  udara, cahaya dan ruang. Kesemua objek meditasi ini akan membawa kita pada Jhana ke 8

ada objek warna-warni. ada titik temunya dengan aura yang juga "warna-warni".  kasina tanah, air, api, udara, dan ruang juga ada titik persamaannya dengan aura, yakni energi aura tersebut diambil dari energi tanah, air, api dan udara. mungkin sebagian orang menafsirkn aura dengan cahaya tubuh saja, tetapi sebagian yang lain menafsirkan aura tersebut dengan energi kracht. energi ini bisa muncul dari dalam, dan bisa pula diambil dan dihimpun dari tanah, air, api dan udara.

sebagian orang mudah mengatakan "wah aura mu bagus hari ini", tapi yang dia maksud adalah perangai orang tersbut berseri-seri, tampak segar dan bersih. tetapi sebenarnya dia tidak melihat kabut energi yang melingkupi tubuh manusia. jadi, aura dalam pengertian yang ini tentunya tidak sama dengan kracht, mungkin berbeda pula dengan yang dimaksud dengan objek kasina.

dan tentang jhana ke 8, saya tidak tahu, kalau jhana bisa smpai tingkat 8. apakah hal tersebut tertulis di dalam sutta?

Deva19

Quote from: febian
Bro Deva 19, Kadang-kadang ada hal tertentu yang menurut saya sulit diterangkan dengan logika semata, oleh karena itu saya berpendapat logika juga harus dibarengi dengan "direct experience".

Contohnya dulu saya tak percaya tenaga dalam seperti yang ada di buku silat Kho Phing Hoo, setelah saya mengalami sendiri bertemu dengan orang yang memiliki tenaga dalam seperti itu, maka saya harus dengan jujur mengakui bahwa pendapat saya selama ini salah. Tetapi tetap saja sulit menerangkan dengan logika mengapa manusia mampu mengumpulkan dan mengeluarkan listrik dari tubuhnya?

bro febian,
tanpa bermaksud merendahkan kemampuan logika anda, saya hanya ingin menyarankan agar anda lebih menyelami lagi, "apa itu logika". karena memperhatikan dari komentar anda tersebut, tampaknya anda belum memiliki pengertian yang jelas tentang logika. dan hal ini, menjadi masalah kebanyakan orang.

tidak ada hal yang tidak bisa dilogikakan. semua hal yang dapat disebut, itu bisa dilogikakan. hanya saja, bila sesuatu itu sulit disebut, barulah itu sulit dilogikakan. juga, tentunya kita perlu dengan jernih memisahkan antar persoalan logika dan ilmiah. saya tak tahu, kenapa matahari terus menerus bersinar bermilyar-milyar tahun, kenapa daun berwarna hijau yang katanya ada zat klorofil, tapi kenapa klorofil itu ada di situ, kenapa alam tak dapat diketahui ujungnya dan tak dapat dibayangkan bentuknya, dan kalaulah kita terus bertanya "kenapa?" maka semua hal berujung pada "ketidak tahuan", bukan saja pada persoalan-persoalan mistis seperti tenaga dalam.

buah apel yang jatuh ke bawah dari pohonnya, tidaklah mengherankan kita, dan kita menyebutnya itu masuk akal. karena kalau buah itu terlalu masak, tentu akan lepas dari pohonnya. semudah itu kita menganggapnya masuk akal. tetapi, bagi seorang ilmuwan, jatuhnya buah apel dari pohonnya menimbulkan keheranan yang besar, adalah mustahil hanya karena terlalu masak. dari rnenungan2 sng ilmuwan trebut, munculah hukum gravitasi, sehingga ditemukan jawaban yang lebih masuk akal, dari ribuan pertanyaan yang belum terjawab. begitu banyak yang belum kita tahu jawabannya, semuanya begitu. tapi itu adalah persoalan ilmiah dna bukan persoalan logika.

sesuatu tidak perlu dilogikakan bila sesuatu itu tidak memiliki argumentasi logika. dan argumentasi logic tidak perlu dicari, bila sesuatu itu bukanlah pernyataan logika. yang anda amati itu kan fenomena langsung, dan bukan soal pengetahun simbolik, jadi keheranan anda soal mistik tersebut adalah persoalan ilmiah, bukan logika.

fabian c

#185
Quote from: Deva19 on 23 March 2010, 04:50:42 PM
Quote from: febian
Sebenarnya bila dikaji tehnik meditasi yang dipraktikkan oleh bro 19 sudah berbeda, bagian ke 5 ini memberikan uraian yang jelas mengenai perbedaan tehnik meditasi yang dilakukan bro 19 dengan tehnik meditasi mazhab Theravada.

Sang Buddha memang ada mengajarkan 40 objek meditasi Samatha. ke 40 objek meditasi Samatha ini dijelaskan dan diuraikan dengan mendetil dan sistematis pada kitab Visuddhi Magga, tetapi tehnik meditasi bro 19 berbeda dengan 40 objek meditasi yang terdapat di Visuddhi Magga. Saya telah membaca semua yang terdapat di Visuddhi Magga dan saya tidak menemukan keterangan mengenai cara menembus cakra seperti yang dilakukan dalam meditasi bro 19. Demikian  juga saya rasa dalam meditasi yang dilakukan bro 19 juga tidak ditemukan keterangan mengenai Jhana.

Saya tak tertarik untuk membuat kesimpulan mengatakan mana lebih baik atau mana yang lebih tinggi, saya hanya berpendapat bahwa kedua metode meditasi ini berbeda.

ya, saya memang praktisi mediasi cakra dan pranayama. tetapi, sayapun akhirnya mencoba mempraktikan meditasi samatha, seperti yang saya baca petunjuknya di samaggi-phala.or.id. saya praktikan setahap demi setahap. dan hasilnya, apa yang dicapai dalam meditasi samatha dengan meditasi-meditasi sebelumnya itu sama persis. jika ada perbedaan itu bukanlah hal yang prinsipal.

Bro Deva 19 yang baik, maaf saya tidak meneruskan reply postingan saudara sampai selesai, karena capek. Reply postingan hari ini saya akan jawab lain hari karena saya rasa perlu menyambung jawaban postingan bro 19 dua hari yang lalu.

Sekarang mari kita bahas perbandingan meditasi bro 19 dengan Samatha Bhavana Theravada.

Quote from: Deva19 on 23 March 2010, 05:00:02 PM
Quote from: febian
Perbedaannya demikian: Saya ada mengenal orang yang berlatih meditasi chikung/prana dan neikung. menurut aliran mereka bila mereka mengumpulkan energi dengan meditasi dan kemudian diarahkan untuk menembus/membuka cakra-cakra maka setiap kali penembusan salah satu diantara ke 72 cakra (termasuk cakra minor), maka energi mereka akan bertambah 2 kali lipat. Jadi diperlukan energi untuk menembus dan mengaktifkan cakra-cakra ini. (Kalau tidak salah pada Yoga adalah kundalini yang digerakkan untuk menembus/membuka).
Menurut saya tehnik-tehnik meditasi seperti ini masih berkaitan dengan fisik melibatkan pengaturan dan pengembangan energi.

Pada meditasi Samatha tak ada pengembangan atau pengaturan energi seperti yang ada pada Yoga, Chikung, Kundalini dsbnya. ke 40 objek meditasi Buddhis Theravada lebih berkaitan dengan batin, nimitta dsbnya.

betul, pada yoga, kundalini, dsb merupakan sistem meditasi yang melibatkan sistem olah fisik. dalam sistem meditasi pranayama misalnya, meditator selau berlatih menguasai gerakan perut, sehingga lama kelamaan ia akan mampu menggerakan usunya ke kiri, ke kanan, ke depan belakang, dsb. ia juga akan mampu menggerakan syaraf-syafat di bagian punggung untuk digerakan ke bawah atau ke atas, bahkan akhirnya meditator bisa mempercepat atau memperlambat detak jantung melalui pengaturan syaraf di dalam. tetapi, hal itu bukanlah prinsip dalam meditasi tersebut. karna intinya sama saja dengan meditasi samatha, yaitu konsentrasi. tetapi melibatkan gerakan tubuh, untuk mempermudah pengembangan batin.

dalam sistem meditasi budhisme, sebagaimana yang biasa dilakukan di reatret, ada yang disebut dengan istilah "meditasi jalan". betul tidak? meditasi jalan ini, tentunya melibatkan fisik untuk berjalan. tapi, itu tidak prinsip kan. seandainya batin seseorang kuat, meditasi dapat dilakukan dengan cara duduk saja untuk mengembangkan konsentrasi. jadi, kita dapat melihat kesamaan titik "melibatkan fisik" dalam sistem budhisme dan non budhisme dengan "meditasi jalan" dalam budhisme.

Ketika saya kecil saya pernah belajar Yoga asanas, walaupun hanya sekedar pengenalan, hingga sekarang saya bisa menggerakkan dua otot perut ditengah maju ke depan, sementara perut secara keseluruhan ditarik ke belakang, juga shirsasana dll.

Tetapi setahu saya ada perbedaan meditasi yang bro praktekkan dengan meditasi Samatha Theravada, pada meditasi Samatha Theravada tak ada suatu keharusan meditasi dengan posisi tertentu atau mudra tertentu.

Mengenai meditasi jalan, bukan disebabkan meditasi jalan sebagai suatu keharusan bahwa  meditasi jalan adalah suatu bagian integral dari suatu tehnik meditasi, tidak demikian. Meditasi jalan hanya disebabkan bila kita duduk terus maka sirkulasi darah tubuh kurang baik, selain itu bagi meditator pemula duduk terus-menerus bisa menimbulkan ketegangan batin yang bisa menghalangi konsentrasi.

Oleh karena itu meditasi jalan diperlukan agar ketegangan mereda dan sirkulasi darah juga kembali baik. Bila meditator sanggup duduk terus-terusan tanpa mengganggu konsentrasinya tentu hal ini boleh-boleh saja dilakukan. Tak perlu meditasi jalan.

Jadi tujuan meditasi jalan adalah supaya kita mempertahankan perhatian dan konsentrasi agar tidak terputus, bila kita jalan tanpa konsentrasi maka konsentrasi kita bisa menurun, dan pikiran yang mulai "dikandangkan" kembali bebas berkeliaran.
Pada meditator tingkat lanjut dalam sistem "Direct Vipassana" dianjurkan untuk meditasi duduk selama mungkin.

jadi pengertiannya demikian:
- Pada meditasi jalan kita harus mempertahankan perhatian kita dan tidak mengharuskan kita mengambil suatu posisi tertentu sebagai kunci keberhasilan (umpamanya harus bersikap mudra tertentu) tidak demikian.
- Meditasi jalan memang melibatkan fisik, tetapi meditasi jalan (lebih tepatnya meditasi sambil berjalan) dalam meditasi Theravada bukan sebagai suatu sikap fisik yang sakral seperti mudra.

Quote from: Deva19 on 23 March 2010, 05:28:46 PM
Quote from: febian
Bagian 6:
Konsentrasi pada meditasi Samatha dapat diarahkan ke Vipassanna, demikian juga dengan Konsentrasi Vipassana dapat membantu kita berlatih meditasi Samatha.

menurut bro 19 konsentrasinya malah menurun setelah berlatih meditasi Vipassana, ini menarik, karena berbeda dengan semua guru-guru meditasi Vipassana yang mengatakan bahwa konsentrasi, perhatian dll mengalami peningkatan, konsentrasi mereka bertambah lama bertambah kuat.

Bila ingin berdiskusi lebih jauh mengenai hal ini bro 19 bisa buat thread baru.

saya akan jelaskan ringkasannya di sini :

dalam mengembangkan konsentrasi sampai ke tahapan jhana, batin kita menempuh perjalanan yang panjang dan kadang sangat melelahkan.

pengembangan konsentrasi ini memiliki dua periode, periode "pahit" dan periode "manis". periode "pahit" adalah periode dari 0 konsentrasi tahap dasar hingga ke tahapan jhana pertama. dari jhana pertama hingga ke jhana ke empat saya sebut peride manis.

dalam periode pahit, pengembangan konsentrasi itu disebut dengan tahapan "penuh duka dan air mata", dan "usaha setengah mati", badan batinpun akan terasa tersiksa karenanya. tetapi, dalam sistem meditasi cakra, karena tidak mengenal vipasana, kami tidak pernah berhenti dan keluar dari pengembangan konsentrasi untuk mnyadarkan pikiran kepada 4 landasan perhatian murni, tapi kami terus memaska pikiran untuk berfokus pada satu titik konsentrasi, terus dan terus, hingga munculah apa yang dalam budhisme disebut dengan nimita. dan nimita ini merupakan pertanda masuknya batin pada jhana pertama. bila ini berhasil, maka untuk mencapai jhana kedua, ketiga dan keempat adalah mudah, karna kekuatan jhana pertama membuat kita memiliki tenaga yang besar untuk mencapai jhana-jhana yang lebih tinggi.

Disini kita berbeda pandangan bro, nimitta pada meditasi  Samatha Theravada bukan pertanda seseorang telah mencapai Jhana. Nimitta adalah sebagai pertanda konsentrasi seseorang bertambah kuat.

adadua jenis nimitta, yang menandakan bahwa konsentrasi seseorang bertambah kuat, yaitu uggaha nimitta dan patibhaga nimitta. Pada uggaha nimitta cahaya yang timbul sebagai gambaran batin masih kabur, buram tak jelas dan tak dapat didefinisikan gambar apakah itu? Sering hanya merupakan kelebatan warna-warni saja.

Sedangkan pada patibhaga nimitta gambar yang timbul jelas, nampak nyata ,detilnya tajam, warnanya cerah, dalam keadaan tutup mata nampak seperti melihat suatu benda nyata dengan mata terbuka. hanya bila kita mengalami kita bisa tahu, oh ternyata  inilah yang disebut patibhaga nimitta.

Tetapi patibhaga nimitta inipun belum Jhana, baru upacara samadhi. Jhana hanya tercapai bila perhatian kita menyatu/manunggal dengan patibhaga nimitta tersebut.

Quotetetapi, ketika saya mempelajari dan mempraktikan meditasi budhisme, dimana di dalam naskah tersebut dijelaskan teknik meditasi mulai dari dasar hingga sampai ke jhana ke IV, tetapi kemudian penulis naskah tersbut berkata, "tetapi, kita tidak perlu memiliki konsentrasi setinggi itu. untuk melanjutkan latihan ke tahapan meditasi selanjutnya, yaitu meditasi vipasana, cukuplah dengan upacara samadhi (konsentrasi dibawah Jhana)". dengan demikian, selama dua tahun saya berlatih vipasana, saya tidak pernah berusaha mencapai jhana pertama, karena sibuk dengan "melihat dhama", yang bisa dilihat dengan kekuatan konsentasi cukup dengan upacara samadhi.

Entah siapa yang memberitahu bro demikian. Dalam Samatha Theravada semakin tinggi Jhana kita semakin berguna dalam berlatih Vipassana. Hal ini disebabkan bila kita ingin berlatih Vipassana kita harus keluar Jhana dulu (selama berada dalam Jhana kita tak dapat berlatih Vipassana, kecuali kita keluar dulu dari Jhana), dan menggunakan kekuatan konsentrasi yang disebabkan memasuki Jhana tadi untuk melihat proses yang terjadi pada batin dan jasmani.
Semakin tinggi Jhana maka semakin kuat konsentrasi dan semakin berguna dalam Vipassana.

Quotesemakin dalam kebenaran dhamma yang kita lihat, itu berarti semakin tinggi konsentrasi yang dibutuhkan. dan nibbana, sulit dilihat, kecuali oleh orang yang memiliki kekuatan jhana ke IV. dengan demikian, benar seperti yang para bikhu katakan bahwa semakin berkembang dalam vipasana, berarti konsentrasi pun semakin dalam. tetapi, dhama yang dapat dilihat melalui "upacara samadhi" sekalipun, itu sangat banyak dan luar biasa. sehingga saya dapat berlama-lama dalam tahapan ini. dengan demikian, konsentrasi sayapun tidak banyak berkembang. inilah alasan, mengapa saya katakan "setelah banyak berlatih vipasana, konsentrasi saya justru menurun".

Benar semakin dalam kebenaran dhamma yang kita lihat, itu berarti semakin tinggi konsentrasi yang dibutuhkan, tetapi saya tidak setuju bila dikatakan bahwa Nibbana Sulit dilihat kecuali oleh orang yang memiliki kekuatan jhana ke IV. Tak pernah Sang Budddha mengatakan demikian.
Hal lain lagi, Nibbana bukan hanya dilihat tetapi dialami. Dialami yang dimaksud adalah melihat dan merasakan.
Saya rasa konsentrasi bro 19 menurun disebabkan "usaha melihat Dhamma", hanya sekedar saran dari saya: jangan berusaha melihat Dhamma. Berusahalah memperhatikan proses yang terjadi pada batin dan jasmani dengan waspada, hanya itu. Dhamma akan nampak dengan sendirinya.

Quotedemikianlah saya membatasi diri dalam samatha dan vipasana. sya meras perlu membtasi pengembangan samatha, karena bila daya konsentrasi bekembang tanpa kebijaksaan itu dapat bersifat destruktif. dan saya membatasi diri dalam pengembangan vipasana, karena bila saya mengembangkan terlalu tinggi, saya akan terpental dari kehidupan masyarakat. sebagai contoh, bila saya mengembangkan vipasana hingga ke titik yang tinggi, maka lenyaplah hasrat seksual saya, pikiran saya tidak lagi terobesi oleh wanita, dan melihat wanita secantik apapun tak ubahnya seperti melihat tengkorak berjalan yang dibalut dengan daging dan darah yang menjijikan. ini bukan pengaruh dari meditasi asuba yang "jijik" karena persepsi, tapi jijik karna melihat keadaan yang sebenarnya. bila ini terjadi pada saya, lalu bagaimana nasib istri saya?

perkenankan saya memberi komentar yang berbeda, saya kira konsentrasi berkembang tanpa kebijaksanaan bukan  menjadi destruktif, tetapi bisa diarahkan menjadi destruktif (bila kita mau) bila kita tak mau ya tidak bisa bro. memilih kearah yang baik itulah kebijaksanaan bro.

Mengenai hasrat seksual lenyap? setahu saya tidak demikian bro, bila hanya sampai Sotapanna atau Sakadagami hasrat seksual belum lenyap (Sotapanna hubungan seksual masih normal saja). Bila Anagami baru lenyap.

Mengenai kejijikan saya rasa tidak demikian bro, Setahu saya seorang Anagami yang berkembang bukan rasa ekstrim seperti rasa jijik, tetapi yang berkembang adalah kebijaksanaan dan pengertian (wisdom and understanding), Saya rasa seorang Anagami melihat hubungan seks itu/ hanya persentuhan kulit dengan kulit tak lebih. Mungkin seperti itu. Saya bukan Anagami, saya hanya menduga demikian.

Karena bro 19 kuatir terhadap isteri bro 19 (ini adalah rintangan batin yang disebut kukucca) maka bro 19 tak akan mencapai tingkat kesucian.

Pada seseorang yang telah mencapai kesucian yang berkembang adalah kebijaksanaan, kebijaksanaan apa? Yaitu kebijaksanaan melihat segala sesuatu secara alami/natural sebagaimana apa adanya tanpa dilekati konsep seperti merasa jijik dsbnya.

Quoteini soal pilihan bro. sang Budha, memilih meninggalkan istrinya untuk mencapai pencerahan yang sempurna, sedangkan saya memilih tetap berumah tangga dan menyampaikan dhamma sedikit demi sedikit kepada anggota keluarga dan masyarakat.  bila saja merka semua telah siap, maka saya akan mengembangkan batin lebih tinggi lagi untuk melihat kebenaran dhamma lebih dalam, saya seperti seorang "reporter dhamma". entahlah apa yang saya lakukan itu benar atau salah, pintar atau bodoh, tapi itulah yang saya lakukan.

Sabba dhanam Dhamma dhanam jinati : Dari semua pemberian/dana, pemberian Dhamma adalah yang tertinggi.

Yang tertinggi diantara semuanya adalah merealisasi Dhamma.

_/\_

Bersambung..... (sudah jam 3 pagi, saya typist payah :)  )
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

fabian c

Quote from: Deva19 on 23 March 2010, 05:31:02 PM
Quote from: febian
Saya rasa pengertian bro 19 sudah hampir tepat mengenai Vipassana, Dalam meditasi Vipassana kita tidak dianjurkan untuk mengerahkan energi untuk dapat melihat Dhamma, kita hanya dianjurkan untuk melihat proses yang terjadi pada batin dan jasmani dengan semangat, penuh perhatian, teliti, seksama, cermat dan sebagaimana apa adanya.
Dhamma akan nampak dengan sendirinya bila bro 19 berlatih dengan cara demikian.

dianjurkan melihat proses yang terjadi, hingga dhamma itu terlihat dengan sendirinya<---- inilah yang saya maksud dengan "mengerahkan energi untuk melihat dhamma".

Bro Deva 19 yang baik,

Mungkin ada perbedaan sedikit mengenai hal ini, saya lebih cocok kata-kata " mengerahkan energi untuk melihat proses yang terjadi pada batin dan jasmani".

Quote from: Deva19 on 23 March 2010, 05:34:47 PM
Quote from: febian
Saya tidak bisa berkomentar mengenai persamaan antara membuka cakra dengan Jhana, saya tak bisa mengatakan sama atau tidak sama karena minimnya pengetahuan saya mengenai cakra-cakra ini.

cakra itu memang bukanlah nama lain dari jhana. apa yang dimaksud cakra jika di konversi ke dalam istilah budhisme, mungkin lebih tepatnya disebut nimita.

para meditator budhisme, seringkali melaporkan munculnya nimita ini di lubang hidung atau beberapa cm di depan hidung. hal itu disebabkan kebanyakan meditator budhisme berkonsentrasi pada keluar masuknya nafas, dan memusatkan perhatian pada titik di lubang hidung. jika, perhatian itu diarahkan kepada perut (pusar), maka nimita itu akan munculnya di pusar. dan itulah yang di maksud dengan cakra.


Maaf bolehkah saya bertanya, apakah chakra memiliki suatu bentuk yang tetap Disetiap tempat? umpamanya: chakra ubun-ubun bentuknya demikian, chakra dahi bentuknya demikian, cakra tenggorokan bentuknya demikian, dsbnya?

Quote from: Deva19 on 23 March 2010, 05:49:06 PM
Quote from: febian
Cuma saya bisa bertanya sedikit mengenai pengalaman Jhana ke 1 (pertama) bro 19: "Bisakah diceritakan sedikit bagaimanakah ketenangan yang dialami bro jhana 19 pada Jhana pertama?" Saya yakin sebelum bisa mencapai Jhana ke 4 kita harus melalui Jhana ke 1 dulu kan? apa yang dirasakan pada waktu memasuki Jhana pertama?

dalam sistem meditasi sebelumnya, pengalaman jhana pertama muncul ketika saya terus menerus melakukan latihan tahan nafas di perut dengan teknik nafas perut yang sempurna, berulang-ulang dilakukan slama bejam-jam, hingga akhirnya terbukalah cakra pusar. terbukanya cakra pusar ini menandai pencapaian konsentrasi tingkat ke 4, yang dalam budhisme sebanding dengan jhana pertama.

kemudian melalui praktik meditasi samatha, berdasakan petunjuk meditasi budhisme yang saya unduh dari internet, saya bermeditasi dengan 4 tahapan nafas.

Astaga sekarang saya baru ingat, semua tehnik meditasi untuk memunculkan cakra/energi melibatkan cara mengatur pernapasan. Meditasi Samatha Theravada tidak demikian bro, pada meditasi Samatha Theravada kita hanya memperhatikan napas, kita tidak mengatur napas, Vipassana juga sama saja tidak mengatur napas.
Quote
1. memustakan perhatian ke pada keluar masuknya nafas. bila konsentrasi berkembang, itu berarti masuk ke tahapan berikutnya, yaitu ..
2. mampu melihat panjang pendeknya nafas, dan pikiran berperhatian penuh terhadap panjang pendeknya nafas tersebut. bila konsentrasi berkermbang, itu berarti masuk ke tahapan berikutnya, yaitu...
3. nafas menjadi lembut dan tenang, dan pikiran sepenuhnya mengikuti pergerakan nafas yang lembut dan tenang ini. bila konsentrasi berkembang, berarti masuk pada tahapan berikutnya yaitu ...
4. pikiran/perhatian terfokus pada satu titik di lubang hidung, tentram dan nyaman di situ, tanpa gangguan, tanpa keresahan, dan tanpa pikiran yang menyimpang. di sini ada piti dan sukha.
Sebenarnya pada meditasi Anapanasati, dari awal kita berlatih kita sudah harus memperhatikan satu titik diujung hidung. Tidak masalah napas panjang atau pendek, tugas kita sebagai meditator hanya memperhatikan napas di titik yang sudah kita tentukan tersebut, entah panjang atau pendek.

Bila napas menjadi lembut dan tenang maka kita dapat dengan mudah mengikuti keluar masuknya napas dan pikiran menjadi semakin terkonsentrasi.

Quoteselanjutnya, saya tinggal mempertahankan keadaan ini hingga munculnya nimita. munculnya nimita ini pertanda tercapainya jhana pertama. nimita sperti apa yang saya lihat? ini sulit dilukiskan, itu seperti bentuk energi yang muncul, atau seperti kabut yang menggumpal, atau sperti lubang bening yang dikelilingi oleh cahaya, dan muncul bukan karna sifat pikiran yang berpikir atau yang mengkhayalkan sesuatu, tapi mncul karena sifat konsentrasi. bentuk yang dilihat dan cara orang menggambarkan nimita mungkin berbeda-beda, tetapi prinsipnya sama bahwa ia (nimita) merupakan pusat energi, dan energi inilah yang menybabkan tubuh-bathin meditator mengalami kebahagiaan luar biasa. bahkan kebahagiaan itu bisa dirasakan hingga kuku jari jemari. dari ujung rambut hingga ujung gaji, tubuh meditator digetarkan oleh getaran kebahagiaan yang lembut.

Bila benar bro 19 mengalami munculnya kabut yang menggumpal, maka saya yakin yang dialami oleh bro 19 adalah uggaha nimitta seperti yang telah saya post sebelumnya. Sedangkan nimitta berbentuk lubang bening yang dikelilingi cahaya saya tidak tahu pasti, bila cahayanya sangat terang, jelas dan nampak nyata seolah olah kita melihat dengan mata terbuka, kemungkinan itu adalah patibhaga nimitta, bila cahayanya tidak terang itu adalah uggaha nimitta.

Piti bisa muncul bahkan sebelum kita mengalami Jhana. Kebahagiaan Jhana adalah rasa damai.

Quote from: bond on 23 March 2010, 08:43:34 PM
Quote from: Deva19 on 23 March 2010, 07:53:47 PM
Quote from: bond
Terutama pengalaman mendengar pembicaraan  tumbuhan yang terasa aneh bagi saya karena menurut kitab Abhidhamma tumbuhan tak memiliki jiwa, jadi tak dapat berbicara seperti manusia.

yah... dulu persoalan ini pernah di diskusikan di DC.

saya sempat berkeyakinan bahwa di dalam kitab budhisme tercatat bahwa pohonpun berjiwa dan bisa berbicara dan menganggap ada manusia yang bereinkarnasi menjadi pohon. tetapi, kemudian, saya lupa waktu itu siapa, kalo enggak salah bro upasaka yang meyakinkan saya bahwa dalam kitab budhisme tersebut hanya disebutkan bahwa hantu/peta yang ada di dalam pohon, bukan manusia yang bereinkarnai menjadi tumbuhan.

saya tidak tahu kebenaran yang sebenarnya bagaimana, tapi saya benar-benar mendengar tumbuh-tumbuhan itu berbicara. cara hewan berbicara itu sangat berbeda dengan cara tumbuhan.  meminjam istilah bahasa pemrograman, bahasa tumbuhan itu seperti bahasa tingkat yang jauh lebih rendah. dalam sebuah pribahasa dikatakan "alam ini berbicara kepada kita". tetapi tentunya batu dan gunung tidaklah memiliki lidah seperti manusia. tetapi manusia tau bahwa alam berbicara kepdanya. dan untuk mendengarkan perkataan alam tersebut, kita harus mengkonversi bahasa alam ke bahasa manusia.

demikian pula, tentang apa yang dikatakan padi-padi kepada saya, dimana telah mengkonversinya ke bahasa yang bisa dimengerti oleh manusia. pada dasarnya, perkataan tumbuhan tidaklah berbentuk kata-kata seperti itu.

bro deva19 , yg Anda quote itu bukan tulisan saya tapi tulisan ko fabian  ;D

Wah saya tak bisa komentar mengenai tumbuhan berbicara, tapi mengenai hewan berbicara, banyak referensinya di Tipitaka, terutama Jataka.

Semoga bisa membantu pengertian bro Deva 19

_/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

fabian c

Quote from: Deva19 on 25 March 2010, 03:31:39 PM
Quote from: febian
Ada 10 objek meditasi kasina, yaitu: kasina warna kuning, merah, biru, putih; kasina tanah, air, api  udara, cahaya dan ruang. Kesemua objek meditasi ini akan membawa kita pada Jhana ke 8

ada objek warna-warni. ada titik temunya dengan aura yang juga "warna-warni".  kasina tanah, air, api, udara, dan ruang juga ada titik persamaannya dengan aura, yakni energi aura tersebut diambil dari energi tanah, air, api dan udara. mungkin sebagian orang menafsirkn aura dengan cahaya tubuh saja, tetapi sebagian yang lain menafsirkan aura tersebut dengan energi kracht. energi ini bisa muncul dari dalam, dan bisa pula diambil dan dihimpun dari tanah, air, api dan udara.

sebagian orang mudah mengatakan "wah aura mu bagus hari ini", tapi yang dia maksud adalah perangai orang tersbut berseri-seri, tampak segar dan bersih. tetapi sebenarnya dia tidak melihat kabut energi yang melingkupi tubuh manusia. jadi, aura dalam pengertian yang ini tentunya tidak sama dengan kracht, mungkin berbeda pula dengan yang dimaksud dengan objek kasina.

dan tentang jhana ke 8, saya tidak tahu, kalau jhana bisa smpai tingkat 8. apakah hal tersebut tertulis di dalam sutta?

Bro Dewa 19 yang baik, Aura tidak sama dengan kasina, kasina adalah objek yang kita buat untuk berlatih konsentrasi, umpamanya objek tanah, yang kita lakukan adalah membuat objek lingkaran dari tanah seluas sekilan tiga jari (mungkin sekitar 30 cm) lalu kita letakkan kira-kira sejarak 1 m di depan kita lalu kita perhatikan hingga muncul uggaha nimitta. demikian juga warna umpamanya warna merah, tanah kita ganti dengan kertas berwarna merah yang wananya merah murni. lalu kita perhatikan terus hingga konsep warna merah melekat di batin dan muncul uggaha nimitta.

Jhana ke 8 tertulis di banyak sekali sutta. Bisa dicari di www.accesstoinsight.org.


Quote from: Deva19 on 25 March 2010, 03:47:38 PM
Quote from: febian
Bro Deva 19, Kadang-kadang ada hal tertentu yang menurut saya sulit diterangkan dengan logika semata, oleh karena itu saya berpendapat logika juga harus dibarengi dengan "direct experience".

Contohnya dulu saya tak percaya tenaga dalam seperti yang ada di buku silat Kho Phing Hoo, setelah saya mengalami sendiri bertemu dengan orang yang memiliki tenaga dalam seperti itu, maka saya harus dengan jujur mengakui bahwa pendapat saya selama ini salah. Tetapi tetap saja sulit menerangkan dengan logika mengapa manusia mampu mengumpulkan dan mengeluarkan listrik dari tubuhnya?

bro febian,
tanpa bermaksud merendahkan kemampuan logika anda, saya hanya ingin menyarankan agar anda lebih menyelami lagi, "apa itu logika". karena memperhatikan dari komentar anda tersebut, tampaknya anda belum memiliki pengertian yang jelas tentang logika. dan hal ini, menjadi masalah kebanyakan orang.

tidak ada hal yang tidak bisa dilogikakan. semua hal yang dapat disebut, itu bisa dilogikakan. hanya saja, bila sesuatu itu sulit disebut, barulah itu sulit dilogikakan. juga, tentunya kita perlu dengan jernih memisahkan antar persoalan logika dan ilmiah. saya tak tahu, kenapa matahari terus menerus bersinar bermilyar-milyar tahun, kenapa daun berwarna hijau yang katanya ada zat klorofil, tapi kenapa klorofil itu ada di situ, kenapa alam tak dapat diketahui ujungnya dan tak dapat dibayangkan bentuknya, dan kalaulah kita terus bertanya "kenapa?" maka semua hal berujung pada "ketidak tahuan", bukan saja pada persoalan-persoalan mistis seperti tenaga dalam.

buah apel yang jatuh ke bawah dari pohonnya, tidaklah mengherankan kita, dan kita menyebutnya itu masuk akal. karena kalau buah itu terlalu masak, tentu akan lepas dari pohonnya. semudah itu kita menganggapnya masuk akal. tetapi, bagi seorang ilmuwan, jatuhnya buah apel dari pohonnya menimbulkan keheranan yang besar, adalah mustahil hanya karena terlalu masak. dari rnenungan2 sng ilmuwan trebut, munculah hukum gravitasi, sehingga ditemukan jawaban yang lebih masuk akal, dari ribuan pertanyaan yang belum terjawab. begitu banyak yang belum kita tahu jawabannya, semuanya begitu. tapi itu adalah persoalan ilmiah dna bukan persoalan logika.

sesuatu tidak perlu dilogikakan bila sesuatu itu tidak memiliki argumentasi logika. dan argumentasi logic tidak perlu dicari, bila sesuatu itu bukanlah pernyataan logika. yang anda amati itu kan fenomena langsung, dan bukan soal pengetahun simbolik, jadi keheranan anda soal mistik tersebut adalah persoalan ilmiah, bukan logika.

Memang benar segala sesuatu bisa di logikakan entah benar atau salah. Tergantung yang me logikakan. Saya kurang tertarik untuk melogikakan karena akan menjadi polemik yang berkepanjangan seperti sebelumnya.
Saya lebih suka membahas berdasarkan "simple truth" yang bisa kita ketemukan di kitab suci, berdasarkan pengalaman kita sendiri, berdasarkan pengalaman orang lain, pengalaman guru kita dan keterangan dari mereka yang lebih ahli.

_/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Deva19

Quote
Maaf bolehkah saya bertanya, apakah chakra memiliki suatu bentuk yang tetap Disetiap tempat? umpamanya: chakra ubun-ubun bentuknya demikian, chakra dahi bentuknya demikian, cakra tenggorokan bentuknya demikian, dsbnya?

bentuknya tidak sama, antara cakra ubun-ubun dan cakra pusar. tetapi, bentuk cakra yang muncul di pusar, cenderung tetap, ketika ia muncul di pusar pada waktu lain kali.

fabian c

Quote from: Deva19 on 26 March 2010, 02:15:58 PM
Quote
Maaf bolehkah saya bertanya, apakah chakra memiliki suatu bentuk yang tetap Disetiap tempat? umpamanya: chakra ubun-ubun bentuknya demikian, chakra dahi bentuknya demikian, cakra tenggorokan bentuknya demikian, dsbnya?

bentuknya tidak sama, antara cakra ubun-ubun dan cakra pusar. tetapi, bentuk cakra yang muncul di pusar, cenderung tetap, ketika ia muncul di pusar pada waktu lain kali.

Bro 19 yang baik, ini juga merupakan salah satu perbedaan, Patibhagga Nimitta pada Samatha bhavana bisa berbeda bentuknya lain kali dia muncul, walaupun tempat kemunculannya sama, yaitu di depan hidung.

_/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Deva19

dalam soal perbedaan dan persamaan, itu seringkali menjadi masalah dalam diskusi.

adapun perbedaan-perbedaan yang telah disebutkan oleh sdr. febian, saya tidak menyangkalnya. saya membenarkannya. apa yang telah diuraikan oleh febian, sperti misalnya perbedaan cakra dengan nimita, perbedaan pengalaman jhana saya dengan teori yang dia baca. semua itu benar dan saya memahaminya.

yang menjadi masalah adalah, apakah kita saat ini hendak membicarakan persamaan atau perbedaannya?

setiap dua nama yang berbeda, itu pasti memiliki persamaan dan perbedaan. apa bedanya sang Budha dengan Sidharta Gautama. apa bedanya emosi dengan amarah. apa bedanya sabar dengan sobar. apa bedanya Tuhan dengan Allah. apa bedanya rabb denga ilah. apa bedanya manusia dengan orang itu? jika kita hendak mencari perbedaan-perbedaan, tentu tidak sulit untuk menemukan perbedaan-perbedaan tersebut. dan bila kita hendak mencari persamaan-persmaan, juga dapat ditemukan persamaan. masalahnya, mana yang akan kita perbincangkan?

jika kita mengungkapkan persamaan-persamaan, sementara lawan diskusi kita mengungkapkan perbedaan-perbedaan, sudah barang tentu "diskusi tidak akan konek".

jadi, silahkan sdr. febian mengungkapkan semua perbedaan tersebut. dan tidak  perlu didiskusikan. biarkan orang lain mempelejari perbedaan-perbedan tersebut. dan saya akan mengungkapkan persamaan. biarkan orang lain mempelajari persamaan tersebut. jadi, tidak perlu berbantah-bantahan.

ketika anda berkata, "ini beda". saya tak perlu berkata, "ini sama", sehingga menimbulkan kesan, saya menyangkal perbedaan tersebut. tetapi anda dapat berkata, "ini adalah perbedaannya" dan saya akan berkata, "inilah persamaannya".

misalnya, pernyataan berikut :

Quote from: febian
Bro 19 yang baik, ini juga merupakan salah satu perbedaan, Patibhagga Nimitta pada Samatha bhavana bisa berbeda bentuknya lain kali dia muncul, walaupun tempat kemunculannya sama, yaitu di depan hidung.

seakan-akan komentar ini telah menyangkal pernyataan saya :

Quote from: deva19
bentuknya tidak sama, antara cakra ubun-ubun dan cakra pusar. tetapi, bentuk cakra yang muncul di pusar, cenderung tetap, ketika ia muncul di pusar pada waktu lain kali.

"kesan" penyangkalan itu ada, walaupun sebenarnya tidak menyangkal.

saya mengatakn bahwa bentuk cakra itu cenderung sama. dan ini bukan berarti selalu sama. dan febian berkata, bisa berbeda. dan ini bukan berarti slalu berbeda.

saya memahami dan mengalami sendiri, bahwa nimita yang muncul di depan hidung itu, berbeda-beda bentuknya setiap kali kemunculannya. tetapi, walaupun berbeda-beda bentuk dan ukuran, tetapi selalu ada bentuk yang menjadi ciri khas yang membedakan nimita yang muncul di depan hidung dengan yang di pusar. objek yang saya bicarakan ini adalah bentuk yang menjadi ciri khas tersebut. sedangkan objek yang dibicarakan oleh febian, mungkin bukan bentuk yang menjadi ciri khas tersebut.

ke 7 cakra di dalam tubuh saya sudah aktif semuanya, dan saya telah mengamati semua bentuk-bentuknya, melihat persamaan dan perbedaannya. dalam waktu  1 menit saja, kita dengan mudah melihat prsmaan dan perbedaannya. tetapi, yang tidak mengamati langsung terhadap cakra-ckara tersebut, sulit memahami penjelasan persamaannya atau perbedaannya. apabila didiskusikan akan memerlukan terlalu banyak kata-kata untuk diungkapkan. apabila diperdebatkan, akan menimbulkan banyak perdebatan yang tidak bermanfaat.

melukiskan ssuatu dengan kata-kata itu sulit. slalu saja ada kelemahan di dalamnya yang bisa ditemukan oleh orang lain. lagi pula dalam diskusi, hampir semua orang suka terburu-buru membuat penyangkalan dan giat membuat perbedaan dari pada giat menyelami maksud dari kata-kata orang lain. ini termasuk diri saya sendiri.

oleh karena itu, dalam diskusi , akan lebih baik bila kita membahas satu persatu dulu. persamaan atau perbedaan.

dan kepada sdr. febian, saya menyatakan setuju dan membenarkan perbedaan-perbedaan tersebut. silahkan anda kemukakan lagi perbedaan-perbedaan lainnya. kapan-kapan, atau lain waktu, saya akan membuat thread lain yang mengupas persamaan antara nimita dan cakra.

fabian c

Quotedalam soal perbedaan dan persamaan, itu seringkali menjadi masalah dalam diskusi.

adapun perbedaan-perbedaan yang telah disebutkan oleh sdr. febian, saya tidak menyangkalnya. saya membenarkannya. apa yang telah diuraikan oleh febian, sperti misalnya perbedaan cakra dengan nimita, perbedaan pengalaman jhana saya dengan teori yang dia baca. semua itu benar dan saya memahaminya.

yang menjadi masalah adalah, apakah kita saat ini hendak membicarakan persamaan atau perbedaannya?.

setiap dua nama yang berbeda, itu pasti memiliki persamaan dan perbedaan. apa bedanya sang Budha dengan Sidharta Gautama. apa bedanya emosi dengan amarah. apa bedanya sabar dengan sobar. apa bedanya Tuhan dengan Allah. apa bedanya rabb denga ilah. apa bedanya manusia dengan orang itu? jika kita hendak mencari perbedaan-perbedaan, tentu tidak sulit untuk menemukan perbedaan-perbedaan tersebut. dan bila kita hendak mencari persamaan-persmaan, juga dapat ditemukan persamaan. masalahnya, mana yang akan kita perbincangkan?

Bro 19 yang baik, saya bukan memilih perbedaan atau persamaan, saya mengungkapkan pebedaan karena memang kebetulan ada, bila ada yang sama toh boleh diungkapkan juga tak ada masalah. Yang jelas saya tak akan menyama-nyamakan sesuatu yang beda atau membeda-bedakan sesuatu yang sama.

Quotejika kita mengungkapkan persamaan-persamaan, sementara lawan diskusi kita mengungkapkan perbedaan-perbedaan, sudah barang tentu "diskusi tidak akan konek".

jadi, silahkan sdr. febian mengungkapkan semua perbedaan tersebut. dan tidak  perlu didiskusikan. biarkan orang lain mempelejari perbedaan-perbedan tersebut. dan saya akan mengungkapkan persamaan. biarkan orang lain mempelajari persamaan tersebut. jadi, tidak perlu berbantah-bantahan.

ketika anda berkata, "ini beda". saya tak perlu berkata, "ini sama", sehingga menimbulkan kesan, saya menyangkal perbedaan tersebut. tetapi anda dapat berkata, "ini adalah perbedaannya" dan saya akan berkata, "inilah persamaannya".

Saya mengerti bahwa seringkali dalam berbagai hal kita bisa mengambil persamaannya, tetapi bukan berarti kita harus menganggap sama sesuatu yang perbedaannya cukup jelas.
Umpamanya pria dan wanita tentu bisa disama-samakan, tetapi masyarakat umum  menganggap beda.

Quotemisalnya, pernyataan berikut :

Quote from: febian
Bro 19 yang baik, ini juga merupakan salah satu perbedaan, Patibhagga Nimitta pada Samatha bhavana bisa berbeda bentuknya lain kali dia muncul, walaupun tempat kemunculannya sama, yaitu di depan hidung.

seakan-akan komentar ini telah menyangkal pernyataan saya :

Quote from: deva19
bentuknya tidak sama, antara cakra ubun-ubun dan cakra pusar. tetapi, bentuk cakra yang muncul di pusar, cenderung tetap, ketika ia muncul di pusar pada waktu lain kali.

"kesan" penyangkalan itu ada, walaupun sebenarnya tidak menyangkal.

saya mengatakn bahwa bentuk cakra itu cenderung sama. dan ini bukan berarti selalu sama. dan febian berkata, bisa berbeda. dan ini bukan berarti slalu berbeda.

saya memahami dan mengalami sendiri, bahwa nimita yang muncul di depan hidung itu, berbeda-beda bentuknya setiap kali kemunculannya. tetapi, walaupun berbeda-beda bentuk dan ukuran, tetapi selalu ada bentuk yang menjadi ciri khas yang membedakan nimita yang muncul di depan hidung dengan yang di pusar. objek yang saya bicarakan ini adalah bentuk yang menjadi ciri khas tersebut. sedangkan objek yang dibicarakan oleh febian, mungkin bukan bentuk yang menjadi ciri khas tersebut.

Wah saya kurang teliti membaca postingan bro 19, cenderung tetap berarti tidak selalu sama hanya kecenderungan sama. Sejalan dengan postingan saya yang mengatakan bisa berbeda yang juga berarti tidak selalu sama.

Quoteke 7 cakra di dalam tubuh saya sudah aktif semuanya, dan saya telah mengamati semua bentuk-bentuknya, melihat persamaan dan perbedaannya. dalam waktu  1 menit saja, kita dengan mudah melihat prsmaan dan perbedaannya. tetapi, yang tidak mengamati langsung terhadap cakra-ckara tersebut, sulit memahami penjelasan persamaannya atau perbedaannya. apabila didiskusikan akan memerlukan terlalu banyak kata-kata untuk diungkapkan. apabila diperdebatkan, akan menimbulkan banyak perdebatan yang tidak bermanfaat.
Ya saya juga belum pernah melihat cakra, memang nanti tidak konek :) Tetapi walaupun demikian saya juga senang mendengarkan uraian bro 19 mengenai cakra untuk menambah pengetahuan.

Quotemelukiskan ssuatu dengan kata-kata itu sulit. Selalu saja ada kelemahan di dalamnya yang bisa ditemukan oleh orang lain. lagi pula dalam diskusi, hampir semua orang suka terburu-buru membuat penyangkalan dan giat membuat perbedaan dari pada giat menyelami maksud dari kata-kata orang lain. ini termasuk diri saya sendiri.

Ya, sama-sama bro saya juga demikian, pernah saya sangat ceroboh posting sehingga saya harus memodify berkali-kali postingan yang sama.

Quoteoleh karena itu, dalam diskusi , akan lebih baik bila kita membahas satu persatu dulu. persamaan atau perbedaan.

dan kepada sdr. febian, saya menyatakan setuju dan membenarkan perbedaan-perbedaan tersebut. silahkan anda kemukakan lagi perbedaan-perbedaan lainnya. kapan-kapan, atau lain waktu, saya akan membuat thread lain yang mengupas persamaan antara nimita dan cakra.
Saya kira bro 19 tidak perlu membuat thread tersendiri untuk persamaan-persamaan, disini juga sama, tetapi bila bro mau membuat thread tersendiri juga tidak apa-apa. Apabila menurut pendapat saya, sama saya akan mengatakan sama.

_/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Deva19

Quote from: febian
Saya kira bro 19 tidak perlu membuat thread tersendiri untuk persamaan-persamaan, disini juga sama, tetapi bila bro mau membuat thread tersendiri juga tidak apa-apa. Apabila menurut pendapat saya, sama saya akan mengatakan sama.

anda benar, bro febian.

ini soal keterbatasan diri saya, untuk menunjukan suatu persamaan yang berada dibalik istilah "nimita" dan "cakra".  dengan demikian, tidak ada yang lebih tepat untuk saya, selain berhenti berusaha menunjukan persamaan antara keduanya. dan lebih baik menyimak dengan baik-baik, perbedaan-perbedaan yang anda maksud. kelak, bila saya sudah mengetahui cara yang tepat untuk menunjukan persamaannya, sehingga dengan mudah dapat anda fahami, mungkin pada waktu itulah saya akan ungkapkan kembali persamaan-persamaan yang ingin saya kemukakan.

tetapi, saya sepenuhnya telah memahami perbedaan-perbedaan yang anda kemukakan. dan membenarkannya. jika saya belum dapat menunjukan persamaan yang saya maksud, itu masalahnya bukan terletak pada diri anda, melainkan ada pada diri saya sendiri. mudah-mudahan bro febian memakluminya.

maafkan saya, bila seolah-olah bersikap mempunyai pengetahuan lebih dari anda. semoga saya tidak mempunyai maksud yang demikian. saya hanya bermaksud mencoba belajar menyampaikan apa yang saya pikirkan. dan kini saya dapat belajar, bahwa ternyata hal itu tidaklah mudah. kesimpulannya, saya harus lebih banyak belajar lagi.

_/\_

dukun

Memang sulit untuk menyampaikan hal yang abstrak. Tapi keren dua pakar saling berbagi.

Semoga selalu bahagia.
Everjoy

orbitrus

Saran Saya..Lebih baik Konsultasi langsung (4 mata) dengan yang lebih berkompeten...bila berminat dengan jalan Buddhist, silahkan cari bhante senior..bila lebih cocok dengan sistim lain silahkan aza konsultasi dengan senior dari sistim yang lain tersebut....Namun didalam diri setiap orang ada "Meteran" khususnya masing2, yang bisa memberitahukan apakah tindakan kita itu sudah baik/tidak...yaitu "Hati Nurani." Semoga semakin maju n berbahagia buat diri sendiri dan makhluk lainnya.