Lu Sheng Yen dan Buddhism

Started by indra_ihong, 27 February 2010, 10:52:29 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Jerry

Quote from: indra_ihong on 19 April 2010, 11:13:55 PM
at [Jerry] :

Saya melakukan sesuai tulisan anda.
Thanks.. Udah dibalas.. :)
appamadena sampadetha

4DMYN

Asal Usul Kao Ong Kuan Shi Im Keng
Kao Ong Kuan Shi Im Keng (Gaowang Guanshiyin Jing) adalah sutra yang dikenal luas oleh masyarakat Buddhis Tionghoa penganut sekte Mahayana. Di Indonesia sutra itu lebih populer dengan nama "Ko Ong Kuan Shi Im Keng". Belakangan ini, dalam upaya men-sansekerta-kan kembali sutra-sutra Mahayana, adalah pihak tertentu di Indonesia yang menterjemahkan nama sutra itu menjadi "Sutra Raja Agung Avalokitesvara" atau "Sutra Maha Raja Avalokitesvara".

Memang secara harafiah kata "Gao" bisa berarti "Agung" atau "Maha" dan "Wang" bisa diterjemahkan "Raja". Tapi, apakah gabungan kata "Gao Wang" dalam sutra tsb. berarti "Raja Agung" atau "Maha Raja" ? sehingga "Gaowang Guanshiyin Jing" serta-merta menjadi "Sutra Raja Agung Avalokitesvara" atau "Sutra Maha Raja Avalokitesvara" ?

Agar upaya penerjemahan (pen-sansekerta-an) nama sutra tsb. tidak menjadi rancu, ada baiknya kita merujuk kembali pada sejarah ditemukannya sutra tsb. serta darimana, oleh siapa dan mengapa sutra tsb. dinamakan "Gaowang Guanshiyin Jing" atau "Ko Ong Kuan Shi Im Keng" di negeri Tiongkok dulu.

Sebuah artikel karya Fashi Huibo yang pernah dimuat dalam kumpulan tulisan Maha Guru Lu Shengyan kiranya dapat menjelaskan semua persoalan di atas. Di bawah ini adalah isi artikel Fashi Huibo tsb. yang telah disadur secara lengkap ke dalam bahasa Indonesia:
<<Gaowang Guanshiyin Jing>>
atau "Ko Ong Kuan Shi Im Keng" adalah sutra yang sudah lama beredar secara turun temurun di negeri Tiongkok. Jauh sebelum zaman sui dan Tang sutra ini sudah sangat populer. Walaupun tak seorangpun yang menganjurkan bahkan juga tak pernah dimasukkan sebagai salah satu bagian dalam tripitaka, tetapi karena sudah terbukti kemujaraban serta keampuhannya, melalui salinan-salinan tangan pun sutra ini tetap bertahan disebar-luaskan dan diwariskan dari zaman ke zaman secara turun temurun. Di zaman dinasti Qing, beberapa kelompok vihara (antara lain viahara Gushan, vihara Yongquan, dan vihara Chengtian di propinsi Fujian) mulai mempelopori pencetakan dan penerbitan kitab sutra ini. Sampai di jaman Republik, oleh upasaka Ding Fubau (penyusun Kamus besar Buddha Dharma) sutra ini selain diberi beberapa ulasan, juga dimasukkan sebagai salah satu entri dalam "Kamus Besar Buddha Dharma" yang ia susun. Tahun 1971, ulasan yang dibuat oleh upasaka Ding Fubao itu pernah pula diterbitkan oleh (alm) bhiksu Nanning dari Asosiasi Huayanlian di kota taipei. Dalam terbitan itu, selain dilampiri "Tulisan tangan upasaka Zongyue dari Chaoan" juga ditambahkan beberapa keterangan tentang asal-usul sutra tsb.

Dalam keterangan itu, Upasaka Ding Fubao hanya merujuk dan mengutip kitab-kitab seperti <Wishu>, <Beishi>, <Fayuanzhulin>, dan <Xu Gaosheng> yang memang sedikit banyak ada bercerita tentang <Gaowang Guanshiyin Zenjing>, tetapi isinya hanya beberapa baris yang tidak memberikan keterangan yang cukup jelas tentang asal-usul sutra dimaksud. Orang yang membacanya sama sekali tidak mendapat informasi lebih lanjut tentang sutra itu, terlebih lagi bagian akhir dari keterangan itu menjelaskan "gaowang Guanshiyin Jing" sebagai "Ajaran Terunggul dari segala Dharma", ini hanyalah komentar dan pendapat pribadi upasaka Ding Fubao sama sekali tidak menjelaskan apa-apa tentang asal-usul sutra itu.

Sejauh yang saya ketahui, selain ketiga sumber tersebut di atas, masih ada lagi <Fozu Tongji> bab 54 "jigulue" yang juga membahas "Gaowang Guanshiyin Jing", secara rinci ulasan tersebut adalah sbb:

Dahulu kala, di zaman Tianping dinasti Wei Timur (kira-kira sekitar tahun 534 masehi), seorang jendral bernama Sun Jengde ditugaskan ke dingzhou. Karena ia adalah seorang umat Buddha yang mempunyai shrada yang tinggi pada kekuatan Avalokitesvara Bodhisattva, maka ia membangun sebuah pratima avalokitesvara di tempatnya bertugas. Pada waktu senggang, ketika jendral-jendral lain pergi berburu atau berekreasi dengan cara-cara tidak senonoh dan tidak pantas untuk seorang jendral, ia justru menghadap pratima Avalokitesvara Bodhisattva dan melakukan persembahyangan dengan tulusnya.

Kemudian, pada masa tugasnya berakhir dan siap kembali ke ibukota, ia difitnah oleh seorang pejabat licik yang menjebloskannya ke penjara istan. di bawah siksaan berat yang dialaminya bertubi-tubi setiap hari, akhirnya terbaksa Sun menerima dan mengakui tuduhan yang difitnah padanya, sehingga ia dijatuhi hukuman "Penggal Kepala". Pada malam terakhir sebelum eksekusi dilaksanakan, Sun mimpi berjumpa dengan seorang bhiksu, sang bhiksu bertanya padanya:
"Apakah Anda takut?"
"Setiap makhluk hidup pasti memilih hidup daripada mati. Aku pun tak terkecualikan." Jawab Sun "Apalagi saya difitnah orang, terlebih-lebih lagi saya tidak rela!"

"Jangan takut," kata si bhiksu tadi "akan saya ajari kamu menjapakan sutra Avalokitesvara sang penolong, kalau kamu sanggup menjapakannya sampai seribu kali, saya jamin kau tidak akan mati."

Begitu banyak nama para Buddha dan avalokitesvara dalam sutra itu. Hanya menyebutkan nama-nama mereka saja sudah merupakan pahala maha besar, merupakan pahala maha besar, apalagi masih ada Mantra "Sapta Buddha Nigha Nirodha Dharani" yang berkekuatan mukjijat serta jutaan nama para Bodhisattva dari gunung pusaka Qingliang dan nama Delapan maha Bodhisattva.

Saat siuman dari tidur, antara percaya dan tidak, Sun mengikuti apa yang diajarkan Sang Bhiksu yang dijumpai dalam mimpi itu. Dengan mengandalkan ingatannya ia menyalin kembali sutra yang diajarkan dalam mimpi (seluruhnya berjumlah 666 huruf), merasa tidak ada kesalahan lagi, segeralah ia menjapakannya sekali demi sekali.

Saat pagi menjelang tiba, Sun baru menyelesaikan penjapaannya yang keseratus kali, tetapi ketika itu, para pelaksana eksekusi sudah datang untuk menjemputnya. Tapi ia tetap meneruskan penjapaannya, bahkan dalam perjalanan menuju tempat pelaksanaan eksekusi ia tetap tidak menghentikan penjapaan sutra itu (di zaman dahulu, tempat pelaksanaan eksekusi adalah di perempatan jalan di pusat kota), tepat di saat eksekusi akan dimulai, ketika sang algojo mengayunkan goloknya, Sun pun sudah menyelesaikan penjapaan sutra yang keseribu kali.

Golok pun diayunkan ke atas leher Sun, tetapi sungguh aneh, sama sekali ia tidak merasakan apa-apa. Juga sedikitpun tidak ada luka pada lehernya. Sebaliknya, golok besar yang diayunkan seakan ditebas ke atas sebongkah besi yang amat keras, sampai-sampai tangan sang algojo terasa menggetar, dan golokpun terputus dan jatuh ke lantai berkeping-keping. Demikian seterusnya, berturut-turut diganti tiga orang algojo pelaksana eksekusi, dan ketiga-tiganya pun mengalami hal yang sama seperti yang pertama. Seakan tidak perduli dengan apa yang terjadi, Sun Jingde yang bersujud di atas tanah tetap menjapakan sutra sambil memejamkan kedua matanya.

Seketika itu, para petugas pelaksana dan pengawas eksekusi serta masyarakat sekitar yang datang menyaksikan eksekusi itu menjadi gempar, mereka mengira Sun memiliki ilmu kebal anti golok, maka eksekusi ditunda sementara, dan Sun dikembalikan ke dalam penjara. Sementara para petugas melaporkan kejadian tsb. kepada atasan mereka. gaohuan, perdana menteri waktu itu yang berasal dari Huaishuo segeara melakukan penyelidikan, dilakukan interogasi lebih lanjut terhadap Sung Jingde, dan akhirnya mengertilah si Perdana Menteri bahwa Sung memang difitnah orang, dan yang menyelamatkan Sun adalah kekuatan mantra dari Avalokitesvara Bodhisattva Berjubah Putih atau Pandaravasini. Untuk itu, Perdana Menteri Gao melapor kepada raja memohon pengampunan untuk Sun serta mengembalikan nama baiknya dan sekaligus menugaskannya kembali ke posnya semula.

Karena mukjijat yang telah ditunjukkan oleh sutra "Avalokitesvara Bodhisattva", maka selain Gaohuan yang memerintahkan seluruh staf istana kerajaan dan masyarakat untuk menyalin dan menjapakan sutra tsb. Sun Jingde yang kembali ke tempat tugasnya semula melihat dengan mata kepala sendiri di leher pratima Avalokitesvara Bodhisattva yang ia dirikan dulu nampak ada tiga tempat cacat seperti bekas tebasan golok. Dalam keharuannya, selain lebih giat memuja dan menjapakan sutra tsb. ia juga mengajak penduduk setempat untuk ikut menyalin dan menjapakan sutra Guanshiyin Jing (Kuan Shi Im Keng).

Perihal kemudian sutra ini berubah nama dengan diberi tambahan kata "gaowang" didepannya, adalah karena Gaoyang (putra Gaohuan) yang mendirikan kerajaan "Qi Utara" setelah merebut kekuasaan dari tangan raja, beranggapan bahwa sutra itu bisa menjadi populer dalam masyarakat adalah berkat jasa orang tuanya (Gaohuan), maka nama sutra itu pun diganti menjadi "Gaohuang Guanshiyin Jing" mengambil nama keluarga "Gao" secara harafiah "Gaohuang Guanshiyin Jing" kira-kira berarti "Sutra Avalokitesvara dari Kaisar Gao".

Di kemudian hari, karena penulisan aksara Huang dirasa rumit, maka digantilah menjadi "Gaowang Guanshiyin Jing/Ko Ong Kuan Si Im Keng" Sutra avalokitesvara dari raja Gao sebagaimana yang kita kenal sekarang. Itulah sekelumit asal-usul nama "Gaowang Guanshiyin Jing" atau " Ko Ong Kuan si Im Keng" yang otentik dan tercatat dalam sejarah. Bukan sebagaimana diklaim oleh beberapa umat Buddha di Indonesia bahwa nama asli sutra tsb adalah "Sutra Raja Agung Avalokitesvara" atau "Sutra Maha Raja Avalokitesvara"

(sumber majalah maha svara edisi 2)

copas dari:
http://www.w****a.com/forum/true-buddha-school/1823-asal-usul-kao-ong-kuan-shi-im-keng.html

ryu

apa sudah aya yang mempraktekan sutra ini? ada yang mau di uji coba di tebas kepalanya? atau LSY memang orang kebal? ;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

K.K.

Quote from: ryu on 21 April 2010, 10:26:02 AM
apa sudah aya yang mempraktekan sutra ini? ada yang mau di uji coba di tebas kepalanya? atau LSY memang orang kebal? ;D

Mungkin bisa dicoba ke terpidana hukuman mati. Nanti kalau terbukti ampuh, semua kriminal tidak perlu takut lagi pada hukuman mati.

ryu

Quote from: Kainyn_Kutho on 21 April 2010, 10:48:43 AM
Quote from: ryu on 21 April 2010, 10:26:02 AM
apa sudah aya yang mempraktekan sutra ini? ada yang mau di uji coba di tebas kepalanya? atau LSY memang orang kebal? ;D

Mungkin bisa dicoba ke terpidana hukuman mati. Nanti kalau terbukti ampuh, semua kriminal tidak perlu takut lagi pada hukuman mati.
bisa di coba tuh ;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

kur0bane

kalo lu sheng yen udah samyak sambuddha pasti bisa dunk bikin keajaiban ganda seperti yang di lakukan sakyamuni buddha di hadapan para suku sakya ketika beliau kembali ke kapilavastu setelah mencapai SAMYAKSAMBUDDHA ;D

bryan wong

maaf teman2 semua...
sy rasa krg baik jk kt menilai suatu ajaran/agama itu bgs/jelek..
karna menurut sy, bkn manusia yg pantas memutuskan baik/tdk...
sebaiknya jalani sj keyakinan msaing2, yg penting dengan setulus hati dan
brusha berbuat amal kebajikan, sy rasa itu sdh cukup.
maaf sy cm berhrp dunia ini bs damai, saling mengecam, gak ada hbsnya. thx.

Indra

Quote from: bryan wong on 14 August 2010, 11:20:47 AM
maaf teman2 semua...
sy rasa krg baik jk kt menilai suatu ajaran/agama itu bgs/jelek..
karna menurut sy, bkn manusia yg pantas memutuskan baik/tdk...
sebaiknya jalani sj keyakinan msaing2, yg penting dengan setulus hati dan
brusha berbuat amal kebajikan, sy rasa itu sdh cukup.
maaf sy cm berhrp dunia ini bs damai, saling mengecam, gak ada hbsnya. thx.

kalau bukan manusia, lalu siapa?

hatRed

kalo ogut cuman menilai seuatu yg layak atau tidak layak ;D
i'm just a mammal with troubled soul



Adhitthana

Quote from: bryan wong on 14 August 2010, 11:20:47 AM
maaf teman2 semua...
sy rasa krg baik jk kt menilai suatu ajaran/agama itu bgs/jelek..
karna menurut sy, bkn manusia yg pantas memutuskan baik/tdk...
sebaiknya jalani sj keyakinan msaing2, yg penting dengan setulus hati dan
brusha berbuat amal kebajikan, sy rasa itu sdh cukup.
maaf sy cm berhrp dunia ini bs damai, saling mengecam, gak ada hbsnya. thx.
Xixixixixixi  ^-^ ....
kalo bukan manusia yg menilai suatu ajaran yg benar dan sesat
apakah bro bryan wong ..... mao masuk dan mengikuti apa yg dikatakan oleh guru agama?

misalnya ..... Bro bryan dalam upacara di suruh kerumunan massa utik menari2 dan berlari-lari sambil teriak dan setengah telanjang?? ......

Pikir deeeeg  ;D

  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

padmakumara

"Godaan sex merupakan bahaya terbesar dan merupakan penyebab banyak bencana.
Banyak hati yang hancur karena nafsu birahi."

Xcript

(at)indra_ihong :
Setelah saya baca2 tulisan2 Anda....

Anda datang dengan menulis artikel, dengan membawa suatu wacana di sini.
Pada saat orang lain datang dan menanyakan isi dari wacana yang Anda tulis
di sini, Anda tidak dapat menjawabnya secara tepat, bahkan menjawabnya
secara tidak jelas.

Anda ini seolah-olah sedang menunjukkan bahwa, "ini lho, guruKU, dia ini
begini lho, begitu lho, seperti ini lho, seperti itu lho...". Sama seperti Anak-
anak yang baru mendapatkan barang baru. Barang tersebut belum dicoba,
hanya dilihat-lihat saja dari bentuk fisiknya, kemudian ditunjukkan ke orang-
orang. Bagaimana orang bisa menghargai tulisan Anda kalau begitu cara
Anda memaparkannya?

Hanya mengelu-elukan guru Anda dengan seperti ini:
"Hei lihatlah, ini guruKU, dia Hebat, dia Luar Biasa, dia sangat Ahli sekali,
dia sangat Bijak, dia sangat Baik, dia mencapai Anuttarasamyaksambodhi,
dan lain sebagainya dll dsb dll dsb....".

Tapi pada saat orang bertanya, bagaimana hebatnya dia, bagaimana luar
biasanya dia, bagaimana ahlinya dia, bagaimana bijak baiknya dia,
bagaimana bisa ia dikatakan telah mencapai Anuttarasamyaksambodhi,
namun Anda tidak mampu menjelaskan semuanya. Jawaban Anda hanya
sebatas perumpamaan seperti ini :
"Yah, pokoknya dia hebat, luarbiasa, ahli, bijak, hebat, dan yang paling
mengagumkan adalah ia telah mencapai Anuttarasamyaksambodhi !
Dan kalau mau belajar, silahkan hubungi ia di alamatnya di jalan xxxxxx".

Yang ingin saya tanyakan sekarang...
"Apa-apaan Anda ini?"
Kesembuhan itu datang dari obat yang sangat pahit

johan3000

ok deh gw sedikit mengakui guru elu memang hebat!

nah boleh tau guru2 mana yg juga boleh disebut hebat....

karna, karna, karna

[spoiler=hebat apanya dulu]Bisku satu atap dengan isterinya!
coba kasih daftar dehhhh
jangan kabur ya... tolong dijawab ^:)^ ^:)^[/spoiler]
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

johan3000

Quote from: bryan wong on 14 August 2010, 11:20:47 AM
maaf teman2 semua...
sy rasa krg baik jk kt menilai suatu ajaran/agama itu bgs/jelek..
karna menurut sy, bkn manusia yg pantas memutuskan baik/tdk...
sebaiknya jalani sj keyakinan msaing2, yg penting dengan setulus hati dan
brusha berbuat amal kebajikan, sy rasa itu sdh cukup.
maaf sy cm berhrp dunia ini bs damai, saling mengecam, gak ada hbsnya. thx.

bukan mengecam, ...

diskusi, teliti, analisa, teliti, bongkar habis sampai ke dalam2nya....

rasain eluuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

johan3000

Quoteselanjutnya saya mengatakan "Pendiri Agama Buddha, Buddha Sakyamuni, sebelum menjadi bhiksu juga mempunyai anak dan istri."

Buddha Gautama saja memberi contoh tidak satu atap dgn isterinya... malahan masternya elu

Berani satu atap dengan isterinya dgn setumpuk alasan.....

berarti masternya elu lebih hebat deh dari
Buddha Gautama!..........

Tolong diberi daftar biksu2 mana yg masih satu atap dgn isterinya ?

tolong dijawab dan jangan kabur dehhh!




Sorry gw lagi mau marah lhoooooooooooooooooooo (kurang dikit lagiiiii, serambut)  8) 8) 8)
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya