Mara koq dialam dewa?

Started by bond, 24 January 2008, 04:38:24 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

EVO

oh jadi mara itu makhluk juga ya :)
dia bisa tumimbal lahir ngak.... ???
kalau mara jadi bodhisatva....
akhirnya mara hilang dong........
kalau mara hilang....semua jadi apa ya..... :o

gajeboh angek

Mara itu jabatan, sama kayak Sakka.
Mara harus cowok, kayak Sakka, ato Bodhisatta.
Kalau sudah tumimbal lahir, ada yang gantiin.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

ENCARTA

kalau mara sebagai mahkluk seharusnya bisa mati dong.. atau memang ada gantinya kayak presiden.
kalau mara sebagai bentuk pikiran.. bagaimana bisa kena seorang arahat?

Dhamma Sukkha

Mara sebagai makhluk berarti bisa mengalami penderitaan juga lha ya? Napa mara mo berbuat seperti itu lhe? Apa maranya gak menderita?
May All being Happy in the Dhamma ^^ _/\_

Karena Metta merupakan kebahagiaan akan org lain yg tulus \;D/

"Vinayo ayusasanam"
sasana/ajaran Buddha akan bertahan lama karena vinaya yg terjaga... _/\_ \;D/

nyanadhana

Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one's own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Dhamma Sukkha

Quote from: nyanadhana on 24 February 2009, 05:34:54 PM
udah sifat alaminya jahil.
cek nyana suka berdana, gak menderita me maranya?
May All being Happy in the Dhamma ^^ _/\_

Karena Metta merupakan kebahagiaan akan org lain yg tulus \;D/

"Vinayo ayusasanam"
sasana/ajaran Buddha akan bertahan lama karena vinaya yg terjaga... _/\_ \;D/

K.K.

Konon di alam Parinimmita-vasavatti, terdapat puncak semua kenikmatan indriah yang bisa didapatkan. Namun para deva yang tinggal di alam itu, tidak semuanya mengutamakan nafsu indriah. Maka seperti kubu Sakka yang menjaga diri dari kesenangan indriah yang berlebihan dengan para Asura yang "kurang peduli" dengan dhamma, di alam Parinimmita-vasavatti ada kubu Vasavatti Devaputta dan Mara Devaputta.

Mara Devaputta tidak menyadari dhamma dan tidak tahu dirinya tidak kekal. Sebagai Deva di alam nafsu tertinggi, kekuasaannya juga sangat besar, bahkan mampu mempengaruhi pengikut Maha-Brahma. Mereka bisa terlahir di alam itu adalah karena kebajikan yang besar. Tetapi tentu saja perilaku jahat itu akan membawa mereka pada alam sengsara di kehidupan berikutnya. (Dalam Majjhima Nikaya, Culayamaka Vagga, 50. Maratajjaniya Sutta, dikisahkan tentang kehidupan lampau Maha-Moggallana sebagai Mara bernama Dusi yang memusuhi Sangha Buddha Kakusanda.)

Konon mereka BUKAN "ditakdirkan" memusuhi Buddha. Tetapi sebagai "penguasa" alam kenikmatan indriah dan hidupnya penuh dengan kepuasan nafsu indriah, mereka sungguh tidak bisa menerima suatu ajaran yang membawa mahluk "memadamkan nafsu". Oleh karena itulah mereka menentang ajaran semua Buddha.


Mr. Bagus

Quote from: Kemenyan on 30 January 2008, 04:49:21 AM
^markos: agree...

akan tetapi...
Apakah benar fenomena "penampakan/gangguan" dilakukan oleh mahluk lebih rendah ?  :whistle:

Kalau menurut saya pribadi...
Mereka terlahir ke-alam yang lebih tinggi dari alam manussa,
akan tetapi tidak bisa menerima kenyataan bahwa dirinya masih berputar disamsara.

kekecewaan dari seorang deva(?) (rendah?) akan kenyataan yang berbeda dengan pemahaman yang ia dapat semasa manusia (jiwa ke-surga/neraka).
mengakibatkan timbul penasaran, kebingungan dan mungkin kemarahan/dendam...



Benarkah bila penghuni alam2 bahagia semacam surga bila muncul marah atau dendam maka ajalnya sudah sangat dekat karena sudah tidak sesuai lagi dengan alamnya yg berbahagia? Jika demikian mungkin mara sudah bukan deva lagi. Atau penggambarannya sudah berbeda pada saat tripitaka itu ditulis. (eh, cerita tentang mara apakah masuk ke dalam tripitaka ga ya ??? )
:x Persepsi yang saya dapat dari pengalaman saya sendiri sebagai orang buta tidak bisa dibandingkan dengan orang yang melihat dengan terang. >:)<

chingik

Quote from: Kainyn_Kutho on 24 February 2009, 06:04:28 PM
Konon di alam Parinimmita-vasavatti, terdapat puncak semua kenikmatan indriah yang bisa didapatkan. Namun para deva yang tinggal di alam itu, tidak semuanya mengutamakan nafsu indriah. Maka seperti kubu Sakka yang menjaga diri dari kesenangan indriah yang berlebihan dengan para Asura yang "kurang peduli" dengan dhamma, di alam Parinimmita-vasavatti ada kubu Vasavatti Devaputta dan Mara Devaputta.

Mara Devaputta tidak menyadari dhamma dan tidak tahu dirinya tidak kekal. Sebagai Deva di alam nafsu tertinggi, kekuasaannya juga sangat besar, bahkan mampu mempengaruhi pengikut Maha-Brahma. Mereka bisa terlahir di alam itu adalah karena kebajikan yang besar. Tetapi tentu saja perilaku jahat itu akan membawa mereka pada alam sengsara di kehidupan berikutnya. (Dalam Majjhima Nikaya, Culayamaka Vagga, 50. Maratajjaniya Sutta, dikisahkan tentang kehidupan lampau Maha-Moggallana sebagai Mara bernama Dusi yang memusuhi Sangha Buddha Kakusanda.)

Konon mereka BUKAN "ditakdirkan" memusuhi Buddha. Tetapi sebagai "penguasa" alam kenikmatan indriah dan hidupnya penuh dengan kepuasan nafsu indriah, mereka sungguh tidak bisa menerima suatu ajaran yang membawa mahluk "memadamkan nafsu". Oleh karena itulah mereka menentang ajaran semua Buddha.



Yang membuat mara merasa tdk nyaman dgn para makhluk suci adalah ketika ada makhluk yg mencapai kesucian Arahat, istana Mara akan berguncang hingga membuat mereka tidak tenang. Kenapa ya, hehe..ga tau, mungkin karena ada hubungan dgn konflik antara kesenangan indriya dgn pencapaian kesucian yg berlawanan dgn kesenangan indriya. Bagi Arahat tidak masalah dgn konflik ini, bagi Mara yg masih melekat pd subjek eksternal, maka mereka dapat merasakannya hingga membuat mereka tdk nyaman. Makanya secara alami mereka akan menghambat orang yg mencari jalan kesucian, bukan karena mereka jahil , hehe...
(pernah baca, tapi lupa sumbernya)

chingik

Quote from: Mr. Bagus on 24 February 2009, 06:10:08 PM
Quote from: Kemenyan on 30 January 2008, 04:49:21 AM
^markos: agree...

akan tetapi...
Apakah benar fenomena "penampakan/gangguan" dilakukan oleh mahluk lebih rendah ?  :whistle:

Kalau menurut saya pribadi...
Mereka terlahir ke-alam yang lebih tinggi dari alam manussa,
akan tetapi tidak bisa menerima kenyataan bahwa dirinya masih berputar disamsara.

kekecewaan dari seorang deva(?) (rendah?) akan kenyataan yang berbeda dengan pemahaman yang ia dapat semasa manusia (jiwa ke-surga/neraka).
mengakibatkan timbul penasaran, kebingungan dan mungkin kemarahan/dendam...



Benarkah bila penghuni alam2 bahagia semacam surga bila muncul marah atau dendam maka ajalnya sudah sangat dekat karena sudah tidak sesuai lagi dengan alamnya yg berbahagia? Jika demikian mungkin mara sudah bukan deva lagi. Atau penggambarannya sudah berbeda pada saat tripitaka itu ditulis. (eh, cerita tentang mara apakah masuk ke dalam tripitaka ga ya ??? )
"Kejahatan" mara bukan dalam pengertian seperti merampok, berbohong, dll. Makanya mereka tidak dikategorikan sebagai makhluk alam rendah. Yang dianggap 'jahat'nya Mara adalah mereka menghambat orang yg melatih jalan kesucian, karena orang yg mencapai kesucian membuat istana Mara berguncang hingga mereka tidak tenang.
Bagi orang yg tidak melatih jalan kesucian, Mara tidak akan mengganggunya, justru Mara dapat membantunya utk mencapai tujuan seperti mencari kekayaan yg lebih banyak hingga menambah keserakahan. Mara adalah baik buat si serakah, tapi tidak buat si pencari pembebasan.


K.K.

Quote from: chingik on 24 February 2009, 06:24:56 PM
Yang membuat mara merasa tdk nyaman dgn para makhluk suci adalah ketika ada makhluk yg mencapai kesucian Arahat, istana Mara akan berguncang hingga membuat mereka tidak tenang. Kenapa ya, hehe..ga tau, mungkin karena ada hubungan dgn konflik antara kesenangan indriya dgn pencapaian kesucian yg berlawanan dgn kesenangan indriya. Bagi Arahat tidak masalah dgn konflik ini, bagi Mara yg masih melekat pd subjek eksternal, maka mereka dapat merasakannya hingga membuat mereka tdk nyaman. Makanya secara alami mereka akan menghambat orang yg mencari jalan kesucian, bukan karena mereka jahil , hehe...
(pernah baca, tapi lupa sumbernya)

Yang saya baca juga adalah para penghuni Parinimmitavasavatti ini 'kan menikmati ciptaan dari deva-deva di bawahnya dan juga kelangsungan kenikmatan mereka ditopang oleh mahluk lain. Setiap ada orang yang meninggalkan kenikmatan indriah dan mencapai kesucian, maka kekuasaan mereka menjadi berkurang. Barangkali itu yang dikatakan sebagai "istana Mara berguncang".

Ya, mereka bukan "kurang kerjaan" isengin pertapa, tetapi mereka mengajak supaya kembali ke jalan yang "benar" (menurut mereka). Dengan banyaknya orang menjadi "sesat", kekuasaannya berkurang.


Dhamma Sukkha

anumodana semuanya atas penjelasannya ;D _/\_
jadi, bilamanakah suatu makhluk dapat terlahir sebagai mara?
tidakkah dirinya menderita?

Metta cittena,
Citta ;D _/\_
May All being Happy in the Dhamma ^^ _/\_

Karena Metta merupakan kebahagiaan akan org lain yg tulus \;D/

"Vinayo ayusasanam"
sasana/ajaran Buddha akan bertahan lama karena vinaya yg terjaga... _/\_ \;D/

K.K.

Quote from: Citta Devi on 24 February 2009, 06:36:45 PM
anumodana semuanya atas penjelasannya ;D _/\_
jadi, bilamanakah suatu makhluk dapat terlahir sebagai mara?
tidakkah dirinya menderita?

Metta cittena,
Citta ;D _/\_
Untuk terlahir di alam Parinimmita-vasavatti, seseorang harus memiliki jasa kebaikan yang luar biasa besar.

Menikmati semua kesenangan indriah yang ada, mengapa menderita? Terlahir di alam bahagia tidak menderita. Kenyataan bahwa kehidupan di alam bahagia itu tidak kekal yang membuat kita menderita. Sama saja jika kita terlahir di alam manusia dengan segala kesenangan dan kekayaan, namun tetap harus berpisah dengan yang kita sayang & suka.

markosprawira

anumodana chingik dan Kai, informasinya sangat bermanfaat sekali agar org tidak salah konsep mengenai Mara.....

Mr. Bagus

Digambarkan bodhisatva diserang dengan petir, api, serta berbagai bentuk senjata oleh mara. Benarkah penggambaran seperti demikian?
:x Persepsi yang saya dapat dari pengalaman saya sendiri sebagai orang buta tidak bisa dibandingkan dengan orang yang melihat dengan terang. >:)<