Manfaat dari Golden Light Sutra (Indonesia) Lengkap oleh Potowa Centre

Started by Triyana2009, 15 January 2010, 01:22:29 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Edward

waduh...
Saya walaupun punya label mod mahayana, bukan bearti masuk kategori master....
Rasanya Bro Gandalf yang seorang mod mahayana, walaupun pengetahuannya tentang mahayana lebih luas dan dalam dibandingin saya, terlalu berlebihan kalau disebut master... :)

"Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

marcedes

Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

bond

Nah makanya kalau kita mau main keotentikan sutra maka seharusnya kita tanya balik apakah sutta yang ada di theravada otentik 100%?

Sekarang bagi sebagian orang sutra ini tentu bermanfaat, dan sebagian lain mungkin menanggap nonsense...semua orang bicara mencapai nibbana, seakan-akan cara mencapai nibbannya paling benar dan masuk akal.

Demikian mahayan juga berpikir sutranya benar dan masuk akal....

Pertanyaanya apakah diantara kita sudah ada yang mencapai nibbana atau nirvana sampai berani bilang sutra ini salah dan lain2....

Sebenarnya kalau liat sutra mahayana pun tidak boleh sepenggal-sepenggal. Kalo bahas sutra ini aja, kelihatannya artinya juga sepenggal. Sama kasus di theravada ada yang liat sutta cuma sepenggal misal bahiya sutta saja, akhirnya makna jadi kabur....tetapi jika orang itu mendapat manfaat bahiya sutta, itu bagus. Tapi kalau manfaat yang didapat dari bahiya lalu menyalahkan sutta lain maka itu tidak benar. Sama halnya makna sutra ini tidak bisa hanya dilihat sebatas ini saja. Ada korelasi-korelasi lainnya... Nah latar belakang sutra ini dibuat adalah apa, lalu manfaatnya...inikan juga harus diteliti.

Setelah saya renungkan dengan seksama, saya sependapat dengan bro Andry, misal apakah sutra ini melalui pelafalan sutra bisa menjadi Buddha bila menggunakan panna..tentu bisa sekalipun tidak tertulis. Nah panna disini artinya pengembangan, penelitian dan praktek . Artinya kita sudah banyak belajar kitab, bukan karena tidak tertulis lalu kita ambil2 mentah2. Penelitian dan pengembangan dengan melihat sutra2 lainnya. Sama halnya kaum theravadin melihat sutta tentang anapanasatti..

Contohnya anapanasati sutta....isinya hanya itu saja..lalu ada yang bilang anapanasati bisa jadi Buddha...saya katakan bisa..Buddha melatih anapanasati setelah itu ada pengembangannya....dsb....

Kasus nyata : ada teman saya bilang ke bhante(bhante theravada ya) ." Bhante saya kalau pake objek pelafalan Buddho...Buddho..susah, tidak bermanfaat...." lalu bhantenya menjawab dengan senyum : " yang latih menggunakan Buddho ada lho yang bisa jadi arahat "   .  Lalu apa kita bilang bhante itu sesat dan tidak masuk akal? sama kasusnya dengan melihat sutra ini.

Makanya seringkali kita membaca sutta atau sutra hanya berdasarkan teks nya saja, tanpa dikaji maknanya, misalnya meminta pendapat mahayanis apasih arti sutra itu...

Sebenarnya satu hal mendasar mahayana dan theravada....mahayana adalah jalan bodhisatva....theravada lebih kepada pencapaian arahat...maka dalam prakteknya maka banyak sekali perbedaan...

Kalau kita mau bicara otentiksitas kata2 Buddha....sulit dilacak, kecuali punya abinna. Contoh : kalau Bayi Buddha lahir langsung bisa jalan dan ngomong....kalau dipikir pakai logika duniawi dan akal sehat maka kita katakan "ngak mungkin"

Contoh lain, Abhidhamma yang katanya didapatkan dialam dewa lalu diceritakan ke sariputta.....secara logika duniawi ini aneh apalagi munculnya di konsili ke 3.....tetapi theravadin tetap mempercayainya . Nah kalau kaum mahayana bilang sutra ini atau itu didapat dialam dewa, dan saat itu Buddha bicara disana, maka beberapa tehravadin mencecar habis-habisan....atau mentertawainya (tidak semua theravadin lho ya)

Sebenarnya apa sih yang Buddha ajarkan...? Hidup berdasarkan Dhamma itu saja, sederhana. Dhamma selalu membawa manfaat bagi kesejahteraan umat...mau benar, mau salah isi ajaran, hal ini sudah terjadi, ada yg bisa terima dan ada yang tidak..diskusi boleh saja..tapi kalau sudah bilang salah tapi nyatanya hanya acuan kitabnya, maka percuma...sekalipun kita bilang tidak menggunakan kitab tetap saja isi kepalanya adalah hasil brain storming kitabnya...

Contoh bro Andry bilang apabila dikembangkan dengan panna pelafalan ini bisa jadi Buddha...disini pasti ada yang setuju dan tidak setuju...saya berani taruhan ini...kalau sudah begini apa kita mau bilang sutra ini sesat.....? bagaimana perasaan mahayanis.....apa perlu nanti mahayanis bilang sutta theravada sesat....yang lucu dua-duanya satu guru, guru Buddha...ini sebenarnya kan ego2an saja. Dan yang lucu lagi Bhikkhu2 dan bhiksu akur2 aja sekarang. Misal Bhante Utamo duet denga Suhu dari mahayana. Kalau saya tulis begini nanti ada lagi cari alasan, sekalipun mereka berduet tetap ngak bisa bareng Sanghakammanya, atau tetap ada pandangan lainnya....pertanyaanya...kesucian apakah dilihat dari itu semua?

Seringkali kita bilang ini forum diskusi apa saja boleh dikritisi, apa saja boleh diskusikan bebas ini dunia maya...sekarang ketika ada yang bilang Tipitaka adalah kotoran sapi atau tripitaka adalah kotoran sapi, apa yang ada di hati masing2 pihak...yakin tidak ada yang marah...? patut diingat Saling menjelekan agama saja SARA, termasuk antar aliran...Yang bikin saya penasaran apa benar selama ini oknum theravadin mengkritisi habis2an mahayana dengan niat benar2 mau tau atau mentheravadanisasiAyo jujur saja . Tapi saya masih yakin ada yang jujur untuk tau saja koq.  :P Kaum theravada juga akan membela diri, ya mahayana dilapangan juga jelek2an theravada. kalau sudah begini artinya disini dijadikan ajang balas dendam..

Aliran Buddhist saja sudah banyak terpecah..sekarang mo dibuat tambah pecah?

Ini sih sekilas pandang aja, mo diterima boleh juga tidak ada apa2.
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

marcedes

Quote from: bond on 19 January 2010, 09:53:13 AM
Nah makanya kalau kita mau main keotentikan sutra maka seharusnya kita tanya balik apakah sutta yang ada di theravada otentik 100%?

Sekarang bagi sebagian orang sutra ini tentu bermanfaat, dan sebagian lain mungkin menanggap nonsense...semua orang bicara mencapai nibbana, seakan-akan cara mencapai nibbannya paling benar dan masuk akal.

Demikian mahayan juga berpikir sutranya benar dan masuk akal....

Pertanyaanya apakah diantara kita sudah ada yang mencapai nibbana atau nirvana sampai berani bilang sutra ini salah dan lain2....

Sebenarnya kalau liat sutra mahayana pun tidak boleh sepenggal-sepenggal. Kalo bahas sutra ini aja, kelihatannya artinya juga sepenggal. Sama kasus di theravada ada yang liat sutta cuma sepenggal misal bahiya sutta saja, akhirnya makna jadi kabur....tetapi jika orang itu mendapat manfaat bahiya sutta, itu bagus. Tapi kalau manfaat yang didapat dari bahiya lalu menyalahkan sutta lain maka itu tidak benar. Sama halnya makna sutra ini tidak bisa hanya dilihat sebatas ini saja. Ada korelasi-korelasi lainnya... Nah latar belakang sutra ini dibuat adalah apa, lalu manfaatnya...inikan juga harus diteliti.

Setelah saya renungkan dengan seksama, saya sependapat dengan bro Andry, misal apakah sutra ini melalui pelafalan sutra bisa menjadi Buddha bila menggunakan panna..tentu bisa sekalipun tidak tertulis. Nah panna disini artinya pengembangan, penelitian dan praktek . Artinya kita sudah banyak belajar kitab, bukan karena tidak tertulis lalu kita ambil2 mentah2. Penelitian dan pengembangan dengan melihat sutra2 lainnya. Sama halnya kaum theravadin melihat sutta tentang anapanasatti..

Contohnya anapanasati sutta....isinya hanya itu saja..lalu ada yang bilang anapanasati bisa jadi Buddha...saya katakan bisa..Buddha melatih anapanasati setelah itu ada pengembangannya....dsb....

Kasus nyata : ada teman saya bilang ke bhante(bhante theravada ya) ." Bhante saya kalau pake objek pelafalan Buddho...Buddho..susah, tidak bermanfaat...." lalu bhantenya menjawab dengan senyum : " yang latih menggunakan Buddho ada lho yang bisa jadi arahat "   .  Lalu apa kita bilang bhante itu sesat dan tidak masuk akal? sama kasusnya dengan melihat sutra ini.

Makanya seringkali kita membaca sutta atau sutra hanya berdasarkan teks nya saja, tanpa dikaji maknanya, misalnya meminta pendapat mahayanis apasih arti sutra itu...

Sebenarnya satu hal mendasar mahayana dan theravada....mahayana adalah jalan bodhisatva....theravada lebih kepada pencapaian arahat...maka dalam prakteknya maka banyak sekali perbedaan...

Kalau kita mau bicara otentiksitas kata2 Buddha....sulit dilacak, kecuali punya abinna. Contoh : kalau Bayi Buddha lahir langsung bisa jalan dan ngomong....kalau dipikir pakai logika duniawi dan akal sehat maka kita katakan "ngak mungkin"

Contoh lain, Abhidhamma yang katanya didapatkan dialam dewa lalu diceritakan ke sariputta.....secara logika duniawi ini aneh apalagi munculnya di konsili ke 3.....tetapi theravadin tetap mempercayainya . Nah kalau kaum mahayana bilang sutra ini atau itu didapat dialam dewa, dan saat itu Buddha bicara disana, maka beberapa tehravadin mencecar habis-habisan....atau mentertawainya (tidak semua theravadin lho ya)

Sebenarnya apa sih yang Buddha ajarkan...? Hidup berdasarkan Dhamma itu saja, sederhana. Dhamma selalu membawa manfaat bagi kesejahteraan umat...mau benar, mau salah isi ajaran, hal ini sudah terjadi, ada yg bisa terima dan ada yang tidak..diskusi boleh saja..tapi kalau sudah bilang salah tapi nyatanya hanya acuan kitabnya, maka percuma...sekalipun kita bilang tidak menggunakan kitab tetap saja isi kepalanya adalah hasil brain storming kitabnya...

Contoh bro Andry bilang apabila dikembangkan dengan panna pelafalan ini bisa jadi Buddha...disini pasti ada yang setuju dan tidak setuju...saya berani taruhan ini...kalau sudah begini apa kita mau bilang sutra ini sesat.....? bagaimana perasaan mahayanis.....apa perlu nanti mahayanis bilang sutta theravada sesat....yang lucu dua-duanya satu guru, guru Buddha...ini sebenarnya kan ego2an saja. Dan yang lucu lagi Bhikkhu2 dan bhiksu akur2 aja sekarang. Misal Bhante Utamo duet denga Suhu dari mahayana. Kalau saya tulis begini nanti ada lagi cari alasan, sekalipun mereka berduet tetap ngak bisa bareng Sanghakammanya, atau tetap ada pandangan lainnya....pertanyaanya...kesucian apakah dilihat dari itu semua?

Seringkali kita bilang ini forum diskusi apa saja boleh dikritisi, apa saja boleh diskusikan bebas ini dunia maya...sekarang ketika ada yang bilang Tipitaka adalah kotoran sapi atau tripitaka adalah kotoran sapi, apa yang ada di hati masing2 pihak...yakin tidak ada yang marah...? patut diingat Saling menjelekan agama saja SARA, termasuk antar aliran...Yang bikin saya penasaran apa benar selama ini oknum theravadin mengkritisi habis2an mahayana dengan niat benar2 mau tau atau mentheravadanisasi? Ayo jujur saja . Tapi saya masih yakin ada yang jujur untuk tau saja koq.  :P Kaum theravada juga akan membela diri, ya mahayana dilapangan juga jelek2an theravada. kalau sudah begini artinya disini dijadikan ajang balas dendam..

Aliran Buddhist saja sudah banyak terpecah..sekarang mo dibuat tambah pecah?

Ini sih sekilas pandang aja, mo diterima boleh juga tidak ada apa2.
ada beberapa sutra dikatakan bahwa jika membaca sutra maka..

1. tidak tua tidak mati..
2. harta kekayaan berlimpa.
3. akan menjadi buddha..
4. bebas dari segala penyakit...

point 1 dan 4...itu gimana bro bond?....bisakah seseorang di jambudipa tidak tau tidak mati, bebas dari penyakit?

Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

ryu

 [at] om bond, aye nanya2 karena aye penasaran, secara aye mahayana dan tidak mengerti sama sekali sutra2nya, dan juga pandangan aye terhadap ajaran lain itu memang masih ada dan otomatis membandingkan untuk mengetahui mana yang "paling benar", kalau soal cocok2an mah udah aje aye kaga mau pusing ambil ajaran bini yang paling gampang kaga usah pusing2 ngurusin sutra2 mahayana yang banyak dan sulit dibuktikan secara sejaran dan kebenarannya.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

bond

Quote
ada beberapa sutra dikatakan bahwa jika membaca sutra maka..

1. tidak tua tidak mati..
2. harta kekayaan berlimpa.
3. akan menjadi buddha..
4. bebas dari segala penyakit...

point 1 dan 4...itu gimana bro bond?....bisakah seseorang di jambudipa tidak tau tidak mati, bebas dari penyakit?

Pertama saya tidak bisa menyimpulkan sebelum membaca sutranya dengan teliti....

Kedua kita harus bertanya kepada pihak mahayana...sutra2 mana yg mereka anggap sah, tripitakanya..dan sutra pendukung lainnya...karena kebanyakan belum diterjemahkan.

Setelah kita tau, baru dipelajari isinya dan pengertiannya terhadap mereka yang berkompeten untuk menjelaskan maksudnya...

Dan apa tujuan dari latihan mereka, karena tujuan akan mempengaruhi cara latihan...

Mengenai pertanyaan anda, saya hanya bisa menerangkan dari sudut pandang saya, karena tidak ada bahan yang anda maksud, dan jika ada sebaiknya taruh di thread lain...sepanjang niatnya baik.

Pandangan sekilas saya dan saya kira kaum mahayanis juga pasti setuju, bahwa pembacaan sutra berulang, tujuannya adalah untuk dimengerti dan dipahami...jika ini dipahami dan dilaksanakan maka tujuan akhir mereka adalah menjadi Buddha...melalui jalan bodhisatva....Setelah menjadi Buddha maka untuk selamanya tidak akan lahir lagi setelah parinibana...dengan demikian sakit, tua dan mati terlampaui..( ini point 1 dan 3 dan 4 )

2, harta kekayaan berlimpah....jika arti sutra dijalankan dengan baik dengan melakukan kebajikan maka menimbun karma baik, maka jika karma baiknya surplus maka kesempatan mendapat kehidupan secara rohani dan materi tidak akan kekurangan...misalnya jadi raja dsb...ini yang dimaksud harta kekayaan berlimpah...dan juga dikarenakan ia tidak akan hidup boros karena terjaga oleh sila dari makna yang terkandung didalam sutra.

Nah untuk memahami rentetan ini harus diloihat satu sutra dengan satu sutra lainnya....Anda bisa menanyakan kepada pihak mahayanis benarkah pendapat saya itu tentang maksud dan tujuan membaca sutra...

Ada tambahan juga tentang tulisan sutra yang isinya iming2 yg pernah ditanyakan cek ganteng ryu:

Pertama dalam tipitaka theravada sendiri Buddha pernah mengiming-iming  seorang bahwa kecantikan wanita duniawi masih kalah dengan dewi2 dialam dewa...dan bahkan diperlihatkan dengan tujuan ia mau melatih Dhamma.. dan akhirnya orang ini sadar dan mencapai tingkat kesucian..saya lupa sutta tentang ini tapi saya pernah baca....jadi ini hanya cara case by case bukan penghalalan segala cara.

_/\_
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Sunkmanitu Tanka Ob'waci

HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

bond

Quote from: ryu on 19 January 2010, 10:35:52 AM
[at] om bond, aye nanya2 karena aye penasaran, secara aye mahayana dan tidak mengerti sama sekali sutra2nya, dan juga pandangan aye terhadap ajaran lain itu memang masih ada dan otomatis membandingkan untuk mengetahui mana yang "paling benar", kalau soal cocok2an mah udah aje aye kaga mau pusing ambil ajaran bini yang paling gampang kaga usah pusing2 ngurusin sutra2 mahayana yang banyak dan sulit dibuktikan secara sejaran dan kebenarannya.

Niat baik anda untuk tau patut dihargai.....

Kalau mau tau sutra mahayana maka anda cari orang2 mahayana yang berkompeten, teliti dan ketahui juga apa tujuan anda mencari atau menjalankan itu semua...dan dengan terbuka mau melihat perbedaan itu sebagaimana adanya...mencari Dhamma yang "paling benar" bukan di tripitaka, bukan di sutra dan juga bukan di Tipitaka...ia ada didalam hati anda sendiri...itu semua alat yang digunakan untuk didalam diri, tinggal pilih mo pakai alat yang mana...sekalipun dan katakanlah  pandangan anda yang benar, dengan kita mendiskreditkan dengan niat yg tidak baik yang notabene masih satu guru tetap itu salah secara Dhamma. Tetapi saya yakin cek ganteng tidak seperti itu..

Sang Buddha pun tidak menyalahkan orang kalau ada yg  mau jadi dewa, Brahma, Bodhisatva termasuk setan sekalipun. Yang Buddha ajarkan adalah konsekwensi2 yang kita pilih dan melihatnya secara bijaksana.










Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

ryu

Quote from: bond on 19 January 2010, 08:52:40 PM
Quote from: ryu on 19 January 2010, 10:35:52 AM
[at] om bond, aye nanya2 karena aye penasaran, secara aye mahayana dan tidak mengerti sama sekali sutra2nya, dan juga pandangan aye terhadap ajaran lain itu memang masih ada dan otomatis membandingkan untuk mengetahui mana yang "paling benar", kalau soal cocok2an mah udah aje aye kaga mau pusing ambil ajaran bini yang paling gampang kaga usah pusing2 ngurusin sutra2 mahayana yang banyak dan sulit dibuktikan secara sejaran dan kebenarannya.

Niat baik anda untuk tau patut dihargai.....

Kalau mau tau sutra mahayana maka anda cari orang2 mahayana yang berkompeten, teliti dan ketahui juga apa tujuan anda mencari atau menjalankan itu semua...dan dengan terbuka mau melihat perbedaan itu sebagaimana adanya...mencari Dhamma yang "paling benar" bukan di tripitaka, bukan di sutra dan juga bukan di Tipitaka...ia ada didalam hati anda sendiri...itu semua alat yang digunakan untuk didalam diri, tinggal pilih mo pakai alat yang mana...sekalipun dan katakanlah  pandangan anda yang benar, dengan kita mendiskreditkan dengan niat yg tidak baik yang notabene masih satu guru tetap itu salah secara Dhamma. Tetapi saya yakin cek ganteng tidak seperti itu..

Sang Buddha pun tidak menyalahkan orang kalau ada yg  mau jadi dewa, Brahma, Bodhisatva termasuk setan sekalipun. Yang Buddha ajarkan adalah konsekwensi2 yang kita pilih dan melihatnya secara bijaksana.











sejauh yang saya baca dengan tafsiran2 dari pihak yang berkompeten, "saya menyimpulkan sendiri" CMIIW :
Baca Sutra => Pikiran tindakan selaras => mencapai keBuddhaan
Kalau saya adukan/bandingkan dengan ajaran lain
Percaya => Pikiran tindakan selaras => Mencapai Surga Abadi
sepertinya hampir sama

Kemudian saya acak lagi :
Baca Kitab lain => Pikiran tindakan selaras => mencapai keBuddhaan (ada yang bilang Bisa)
di poin ini saya simpulkan mau baca kitab yang palsu atau asli tidak masalah.
maka di poin ini fungsi Sutra ini sebenarnya ada atau tidak ada sepertinya tidak ada masalah.

Kemudian saya pernah diskusi juga dengan ko Tan mengenai Perkataan Benar (salah satu dari JMB 8) misalkan kita mengatakan sutra ini asli di katakan oleh Buddha padahal misalnya tidak apakah selaras dengan perkataan benar?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Tekkss Katsuo

setahu saya di dalam sutra mahayana, kan tdk diblg dgn membaca sutra demikian, akan mencapai tingkat keBuddhaan dgn waktu demikian. so sah sah aja kalo suatu saat dia membaca sutra bisa mencapai keBuddhaan, dan tdk harus pada kelahiran yg wkt itu. kenapa saya berkata demikian, dgn membaca sutra dia telah mengembangkan keyakinan terhadap Buddha, dengan membaca sutra dia sudah menanamkan niat baik (jika memang tujuan sutra yg dia baca demi kebahagiaan semua mahkluk), dengan membaca sutra dia telah mengembangkan konsentrasi. dengan membaca sutra pikirannya tdk bersekutu dengan hal yg buruk, dengan demikian pula kebajikan yg dikumpulkan akan menyokong mereka pada tahap lanjutan dari pencapaian spritual mereka.....

jika ada kesalahan mohon diperbaiki.

bond

Quote
sejauh yang saya baca dengan tafsiran2 dari pihak yang berkompeten, "saya menyimpulkan sendiri" CMIIW :
apakah maksud tulisan diatas, kurang jelas  ;D
Yang saya tangkap maksud tulisan acek adalah pihak mahayana menyimpulkan sendiri dengan tafsirannya ? CMIIW jika ya, dalam mengerti sutra atau sutta tidak luput dari yang namanya penafsiran...seperti studi sutta saja sering kita mengutip beberapa nara sumber yang mengartikan sutta..dan seringkali ada beberapa hal berbeda dalam penafsirannya. Hal penafsiran terhadap kitab suci tidak luput dan terjadi diagama mana saja...dan hal itu lumrah karena semua dari kita belum benar2 menjalankan pati2. Kecuali ada yang telah mengalami apa yang tertulis dalam tripitaka dan tipitaka. Sekarang apakah yang dikatakan arti dari tipitaka yg diterangkan member2 disini tidak luput dari penafsiran? ini fakta. Bahkan penafsiran antar aliran sering terdistorsi oleh konsep yang mengakar dari apa yg diyakininya. Tanpa meneliti lebih lanjut. Sebenarnya kalau mau jujur, banyak yg berkompeten di mahayana, hanya karena dibombardir jadi malas, yang masuk akal pun disalahkan...Contoh ya...masalah anata yang pernah dibahas oleh Ko Ivan Taniputra..mengenai dualisme...sebenarnya ada point telak yg mengenai kaum theravadin...saya tidak perlu membahas lebih lanjut, kecuali ada yg mau bertanya di point mana... Karena sengitnya mereka juga akhirnya malas....karena sikap oknum2 fanatik membabi buta. Padahal ya kalau dipikir kalau setiap muncul sutra dicelotehkan tidak karuan tanpa ada rasa menghargai, tutup saja thread mahayana. Saya pun tau ada momod mahayana merasakan hal yang saya katakan.
Quote
Baca Sutra => Pikiran tindakan selaras => mencapai keBuddhaan
Kalau saya adukan/bandingkan dengan ajaran lain
Percaya => Pikiran tindakan selaras => Mencapai Surga Abadi
sepertinya hampir sama

Sepertinya hampir sama tetapi tidak sama...ini pointnya.. numpang nanya juga apakah dalam perjalanan mencapai Buddha tidak diperlukan faktor pikiran dan tindakan selaras?

Quote
Kemudian saya acak lagi :
Baca Kitab lain => Pikiran tindakan selaras => mencapai keBuddhaan (ada yang bilang Bisa)
di poin ini saya simpulkan mau baca kitab yang palsu atau asli tidak masalah.
maka di poin ini fungsi Sutra ini sebenarnya ada atau tidak ada sepertinya tidak ada masalah.

Apa maksudnya kitab lain? apa maksudnya baca alkitab sama saja dengan baca sutra...lalu mencapai kebuddhaan...jelas berbeda lah....konsepnya saja berbeda drastis...Yang Satu Buddha yang satu karesten....makanya kita ini jangan mengeneralisasikan sesuatu yang sepatutnya pada tempatnya dan dilencengkan menjadi salah..   ATAU maksudnya hanya membaca Tipitaka theravada saja yang benar?

Kalau anda mau main palsu dan asli, memangnya tipitaka 100% asli tidak ada yang aneh? yakin..? kalau 99% saja asli tetap itu tidak asli...sekarang acek belajar agama Buddha mencari sutta asli atau sutra asli atau Dhamma yang asli? atau dengan kata lain mau pati2 atau mau jadi scholar?
Quote
Kemudian saya pernah diskusi juga dengan ko Tan mengenai Perkataan Benar (salah satu dari JMB Cool misalkan kita mengatakan sutra ini asli di katakan oleh Buddha padahal misalnya tidak apakah selaras dengan perkataan benar?

Kembali lagi , kalau di tipitaka(theravada) ada tambahan2 memangnya anda tahu? jika demikian bisa saja saya bilang tipitaka mengandung perkataan tidak benar, karena memang tidak 100% murni? apakah harus demikian menyikapinya?
Sama halnya sutra mahayana , apakah anda tahu kalau memang benar2 asli atau palsu....? Makanya apa yang anda cari? Dhamma yg diajarkan Sang Buddha atau perkataan-perkataanya beserta asli dan tidaknya?
Kalau sudah bicara lintas aliran, ini sudah meyangkut keyakinan..bisa benar bisa juga salah. Didalam satu aliran saja kita masih diliputi micchaditthi koq malah menilai keluar?


Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

ryu

Quote from: bond on 20 January 2010, 09:37:09 AM
Quote
sejauh yang saya baca dengan tafsiran2 dari pihak yang berkompeten, "saya menyimpulkan sendiri" CMIIW :
apakah maksud tulisan diatas, kurang jelas  ;D
Yang saya tangkap maksud tulisan acek adalah pihak mahayana menyimpulkan sendiri dengan tafsirannya ? CMIIW jika ya, dalam mengerti sutra atau sutta tidak luput dari yang namanya penafsiran...seperti studi sutta saja sering kita mengutip beberapa nara sumber yang mengartikan sutta..dan seringkali ada beberapa hal berbeda dalam penafsirannya. Hal penafsiran terhadap kitab suci tidak luput dan terjadi diagama mana saja...dan hal itu lumrah karena semua dari kita belum benar2 menjalankan pati2. Kecuali ada yang telah mengalami apa yang tertulis dalam tripitaka dan tipitaka. Sekarang apakah yang dikatakan arti dari tipitaka yg diterangkan member2 disini tidak luput dari penafsiran? ini fakta. Bahkan penafsiran antar aliran sering terdistorsi oleh konsep yang mengakar dari apa yg diyakininya. Tanpa meneliti lebih lanjut. Sebenarnya kalau mau jujur, banyak yg berkompeten di mahayana, hanya karena dibombardir jadi malas, yang masuk akal pun disalahkan...Contoh ya...masalah anata yang pernah dibahas oleh Ko Ivan Taniputra..mengenai dualisme...sebenarnya ada point telak yg mengenai kaum theravadin...saya tidak perlu membahas lebih lanjut, kecuali ada yg mau bertanya di point mana... Karena sengitnya mereka juga akhirnya malas....karena sikap oknum2 fanatik membabi buta. Padahal ya kalau dipikir kalau setiap muncul sutra dicelotehkan tidak karuan tanpa ada rasa menghargai, tutup saja thread mahayana. Saya pun tau ada momod mahayana merasakan hal yang saya katakan.
disinilah makanya di butuhkan "mungkin" suatu lembaga atau kesepakatan untuk memberikan pemahaman kepada umat mahayana pada khususnya dan umat lain pada umumnya mengenai pemahaman sutra, bukannya misalkan ada sutra palsu dibarkan beredar walau tahu itu palsu tapi katanya ada manfaat tapi menurut saya itu tetap tidak etis.

Quote
Quote
Baca Sutra => Pikiran tindakan selaras => mencapai keBuddhaan
Kalau saya adukan/bandingkan dengan ajaran lain
Percaya => Pikiran tindakan selaras => Mencapai Surga Abadi
sepertinya hampir sama

Sepertinya hampir sama tetapi tidak sama...ini pointnya.. numpang nanya juga apakah dalam perjalanan mencapai Buddha tidak diperlukan faktor pikiran dan tindakan selaras?
perlu kok, tapi point yang pertama itu di perlukan tidak?

Quote
Quote
Kemudian saya acak lagi :
Baca Kitab lain => Pikiran tindakan selaras => mencapai keBuddhaan (ada yang bilang Bisa)
di poin ini saya simpulkan mau baca kitab yang palsu atau asli tidak masalah.
maka di poin ini fungsi Sutra ini sebenarnya ada atau tidak ada sepertinya tidak ada masalah.

Apa maksudnya kitab lain? apa maksudnya baca alkitab sama saja dengan baca sutra...lalu mencapai kebuddhaan...jelas berbeda lah....konsepnya saja berbeda drastis...Yang Satu Buddha yang satu karesten....makanya kita ini jangan mengeneralisasikan sesuatu yang sepatutnya pada tempatnya dan dilencengkan menjadi salah..   ATAU maksudnya hanya membaca Tipitaka theravada saja yang benar?

Kalau anda mau main palsu dan asli, memangnya tipitaka 100% asli tidak ada yang aneh? yakin..? kalau 99% saja asli tetap itu tidak asli...sekarang acek belajar agama Buddha mencari sutta asli atau sutra asli atau Dhamma yang asli? atau dengan kata lain mau pati2 atau mau jadi scholar?
kalau saya meyakini untuk apa saya tanya2 disini dong :)) karena saya tidak yakin makanya timbul pertanyaan seperti ayat ini Matius 24:4. Jawab Yesus kepada mereka: "Waspadalah supaya jangan ada orang yang menyesatkan kamu!
sebelum menjalani/menjadi muridnya Buddhapun pernah berkata seperti cerita ini (nyontek dari kainyn) :
Melanjutkan tentang orang terkenal dan agama, ada kisah yang sangat menarik dari Upali Sutta (Majjhima Nikaya 56).
Kisahnya tentang Upali Gahapati, seorang perumahtangga pendukung aliran Nigantha yang mendengar kehadiran Buddha Gotama di kotanya, Nalanda. Sebagai pengikut setia Nigantha, maka ia mau membuktikan Ajaran Buddha itu salah, maka ia berdebat tentang perbuatan manakah yang paling berpengaruh, apakah pikiran, ucapan, atau jasmani, karena memang Nigantha menganut perbuatan jasmani yang paling berpengaruh, sedangkan dalam Ajaran Buddha, tentu saja pikiranlah sebagai pelopor.

Setelah berkali-kali diberikan perumpamaan yang tidak mungkin ditolak oleh orang berakal, Upali ini mengaku sejak perumpamaan pertama sudah mengerti, namun masih ingin melihat kehebatan Buddha membabarkan dhamma, maka sengaja bersikeras bahwa perbuatan jasmani yang paling berpengaruh. Kemudian ia menyatakan berlindung pada Buddha. Nah, inilah bagian yang menarik. Ketika ia menyatakan berlindung, Buddha mengatakan, "Perumahtangga, selidikilah dahulu sebelum bertindak. Orang terkenal sepertimu harus berpikir hati-hati sebelum bertindak!" Mendengar hal ini, keyakinan Upali justru membesar. Ia mengatakan, "Kalau sekte lain memberikan perlindungan kepadaku, maka mereka akan membawa saya keliling Nalanda dan menyerukan bahwa bahwa saya telah menerima perlindungan dari mereka. Sekarang Bhagava malah menyuruh saya menyelidiki lagi." Maka ia mengatakan untuk kedua kalinya berlindung kepada Buddha. Lalu Buddha mengatakan bahwa Upali sudah lama menjadi penyokong aliran Nigantha, maka sebaiknya terus menyokong mereka. Mendengar ini, Upali tambah yakin lagi pada Buddha karena biasanya aliran lain justru melarang memberikan dana makanan pada petapa aliran berbeda. Karena itu, ia menyatakan perlindungan untuk ke tiga kali.

Quote
Quote
Kemudian saya pernah diskusi juga dengan ko Tan mengenai Perkataan Benar (salah satu dari JMB8 ) misalkan kita mengatakan sutra ini asli di katakan oleh Buddha padahal misalnya tidak apakah selaras dengan perkataan benar?

Kembali lagi , kalau di tipitaka(theravada) ada tambahan2 memangnya anda tahu? jika demikian bisa saja saya bilang tipitaka mengandung perkataan tidak benar, karena memang tidak 100% murni? apakah harus demikian menyikapinya?
Sama halnya sutra mahayana , apakah anda tahu kalau memang benar2 asli atau palsu....? Makanya apa yang anda cari? Dhamma yg diajarkan Sang Buddha atau perkataan-perkataanya beserta asli dan tidaknya?
Kalau sudah bicara lintas aliran, ini sudah meyangkut keyakinan..bisa benar bisa juga salah. Didalam satu aliran saja kita masih diliputi micchaditthi koq malah menilai keluar?
soal theravada biarlah itu persoalan theravada, ini khan board mahayana masa saya harus tanya theravada? dan apakah ko bond menilai saya percaya kepada tipitaka?
soal saya tahu atau tidak sudah saya katakan dari pertama saya memang tidak tahu makanya menanyakan ;D
Soal Dhamma yang diajarkan Buddha bukannya ada relevansinya dengan isi sutra yang asli atau palsu? atau memang aliran Mahayana membolehkan sutra palsu beredar?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

bond

Quote from: ryu on 20 January 2010, 10:19:12 AM
Quote from: bond on 20 January 2010, 09:37:09 AM
Quote
sejauh yang saya baca dengan tafsiran2 dari pihak yang berkompeten, "saya menyimpulkan sendiri" CMIIW :
apakah maksud tulisan diatas, kurang jelas  ;D
Yang saya tangkap maksud tulisan acek adalah pihak mahayana menyimpulkan sendiri dengan tafsirannya ? CMIIW jika ya, dalam mengerti sutra atau sutta tidak luput dari yang namanya penafsiran...seperti studi sutta saja sering kita mengutip beberapa nara sumber yang mengartikan sutta..dan seringkali ada beberapa hal berbeda dalam penafsirannya. Hal penafsiran terhadap kitab suci tidak luput dan terjadi diagama mana saja...dan hal itu lumrah karena semua dari kita belum benar2 menjalankan pati2. Kecuali ada yang telah mengalami apa yang tertulis dalam tripitaka dan tipitaka. Sekarang apakah yang dikatakan arti dari tipitaka yg diterangkan member2 disini tidak luput dari penafsiran? ini fakta. Bahkan penafsiran antar aliran sering terdistorsi oleh konsep yang mengakar dari apa yg diyakininya. Tanpa meneliti lebih lanjut. Sebenarnya kalau mau jujur, banyak yg berkompeten di mahayana, hanya karena dibombardir jadi malas, yang masuk akal pun disalahkan...Contoh ya...masalah anata yang pernah dibahas oleh Ko Ivan Taniputra..mengenai dualisme...sebenarnya ada point telak yg mengenai kaum theravadin...saya tidak perlu membahas lebih lanjut, kecuali ada yg mau bertanya di point mana... Karena sengitnya mereka juga akhirnya malas....karena sikap oknum2 fanatik membabi buta. Padahal ya kalau dipikir kalau setiap muncul sutra dicelotehkan tidak karuan tanpa ada rasa menghargai, tutup saja thread mahayana. Saya pun tau ada momod mahayana merasakan hal yang saya katakan.
disinilah makanya di butuhkan "mungkin" suatu lembaga atau kesepakatan untuk memberikan pemahaman kepada umat mahayana pada khususnya dan umat lain pada umumnya mengenai pemahaman sutra, bukannya misalkan ada sutra palsu dibarkan beredar walau tahu itu palsu tapi katanya ada manfaat tapi menurut saya itu tetap tidak etis.

Silakan tanya pada kaum mahayanis...saya rasa ada ya..

Quote
Quote
Baca Sutra => Pikiran tindakan selaras => mencapai keBuddhaan
Kalau saya adukan/bandingkan dengan ajaran lain
Percaya => Pikiran tindakan selaras => Mencapai Surga Abadi
sepertinya hampir sama

Sepertinya hampir sama tetapi tidak sama...ini pointnya.. numpang nanya juga apakah dalam perjalanan mencapai Buddha tidak diperlukan faktor pikiran dan tindakan selaras?
perlu kok, tapi point yang pertama itu di perlukan tidak?

Bisa diperlukan, bisa juga tidak....tergantung orangnya, situasi dan kondisinya...

Quote
Quote
Kemudian saya acak lagi :
Baca Kitab lain => Pikiran tindakan selaras => mencapai keBuddhaan (ada yang bilang Bisa)
di poin ini saya simpulkan mau baca kitab yang palsu atau asli tidak masalah.
maka di poin ini fungsi Sutra ini sebenarnya ada atau tidak ada sepertinya tidak ada masalah.

Apa maksudnya kitab lain? apa maksudnya baca alkitab sama saja dengan baca sutra...lalu mencapai kebuddhaan...jelas berbeda lah....konsepnya saja berbeda drastis...Yang Satu Buddha yang satu karesten....makanya kita ini jangan mengeneralisasikan sesuatu yang sepatutnya pada tempatnya dan dilencengkan menjadi salah..   ATAU maksudnya hanya membaca Tipitaka theravada saja yang benar?

Kalau anda mau main palsu dan asli, memangnya tipitaka 100% asli tidak ada yang aneh? yakin..? kalau 99% saja asli tetap itu tidak asli...sekarang acek belajar agama Buddha mencari sutta asli atau sutra asli atau Dhamma yang asli? atau dengan kata lain mau pati2 atau mau jadi scholar?
kalau saya meyakini untuk apa saya tanya2 disini dong :)) karena saya tidak yakin makanya timbul pertanyaan seperti ayat ini Matius 24:4. Jawab Yesus kepada mereka: "Waspadalah supaya jangan ada orang yang menyesatkan kamu!
sebelum menjalani/menjadi muridnya Buddhapun pernah berkata seperti cerita ini (nyontek dari kainyn) :
Melanjutkan tentang orang terkenal dan agama, ada kisah yang sangat menarik dari Upali Sutta (Majjhima Nikaya 56).
Kisahnya tentang Upali Gahapati, seorang perumahtangga pendukung aliran Nigantha yang mendengar kehadiran Buddha Gotama di kotanya, Nalanda. Sebagai pengikut setia Nigantha, maka ia mau membuktikan Ajaran Buddha itu salah, maka ia berdebat tentang perbuatan manakah yang paling berpengaruh, apakah pikiran, ucapan, atau jasmani, karena memang Nigantha menganut perbuatan jasmani yang paling berpengaruh, sedangkan dalam Ajaran Buddha, tentu saja pikiranlah sebagai pelopor.

Setelah berkali-kali diberikan perumpamaan yang tidak mungkin ditolak oleh orang berakal, Upali ini mengaku sejak perumpamaan pertama sudah mengerti, namun masih ingin melihat kehebatan Buddha membabarkan dhamma, maka sengaja bersikeras bahwa perbuatan jasmani yang paling berpengaruh. Kemudian ia menyatakan berlindung pada Buddha. Nah, inilah bagian yang menarik. Ketika ia menyatakan berlindung, Buddha mengatakan, "Perumahtangga, selidikilah dahulu sebelum bertindak. Orang terkenal sepertimu harus berpikir hati-hati sebelum bertindak!" Mendengar hal ini, keyakinan Upali justru membesar. Ia mengatakan, "Kalau sekte lain memberikan perlindungan kepadaku, maka mereka akan membawa saya keliling Nalanda dan menyerukan bahwa bahwa saya telah menerima perlindungan dari mereka. Sekarang Bhagava malah menyuruh saya menyelidiki lagi." Maka ia mengatakan untuk kedua kalinya berlindung kepada Buddha. Lalu Buddha mengatakan bahwa Upali sudah lama menjadi penyokong aliran Nigantha, maka sebaiknya terus menyokong mereka. Mendengar ini, Upali tambah yakin lagi pada Buddha karena biasanya aliran lain justru melarang memberikan dana makanan pada petapa aliran berbeda. Karena itu, ia menyatakan perlindungan untuk ke tiga kali.

Contoh yang cek ganteng berikan sudah bagus, Saat itu ada Sang Buddha yang merupakan Narasumber langsung dan Yang MAHA tahu..sehingga ia bisa dengan jernih memilah..kalau sekarang apa barometernya, masing2 merasa benar bukan? contohnya semenjak mangkat sudah berapa banyak perpecahan ? semua mengklaim yang paling benar..Nah sekarang setelah cek ganteng ryu sudah banyak tanya sana-sini dengan pihak mahayana...apa kesimpulannya, sesuai atau tidak mahayana dengan ajaran Sang Buddha...katakan acek mengatakan sutra ini atau itu tidak sesuai....dan mahayana mengatakan sesuai...lalu apa tindakan Acek...? Sutranya dibakar ? Dan patut disadari fakta mahayana telah menjadi agama Buddha.

Quote
Quote
Kemudian saya pernah diskusi juga dengan ko Tan mengenai Perkataan Benar (salah satu dari JMB8 ) misalkan kita mengatakan sutra ini asli di katakan oleh Buddha padahal misalnya tidak apakah selaras dengan perkataan benar?

Kembali lagi , kalau di tipitaka(theravada) ada tambahan2 memangnya anda tahu? jika demikian bisa saja saya bilang tipitaka mengandung perkataan tidak benar, karena memang tidak 100% murni? apakah harus demikian menyikapinya?
Sama halnya sutra mahayana , apakah anda tahu kalau memang benar2 asli atau palsu....? Makanya apa yang anda cari? Dhamma yg diajarkan Sang Buddha atau perkataan-perkataanya beserta asli dan tidaknya?
Kalau sudah bicara lintas aliran, ini sudah meyangkut keyakinan..bisa benar bisa juga salah. Didalam satu aliran saja kita masih diliputi micchaditthi koq malah menilai keluar?
soal theravada biarlah itu persoalan theravada, ini khan board mahayana masa saya harus tanya theravada? dan apakah ko bond menilai saya percaya kepada tipitaka?

Saya memberikan contoh theravada hanya untuk perbandingan yang comparative dan tentunya memang itu persoalan theravada, setuju dengan anda. Dan kadangkala persoalan itu dicoba untuk disamakan di thread mahayana ini khususnya perbedaan mendasar(ini terbukti di thread2 lain). Mengenai anda percaya pada tipitaka atau tidak hanya anda yang yg tau.
[/size]

soal saya tahu atau tidak sudah saya katakan dari pertama saya memang tidak tahu makanya menanyakan ;D
Soal Dhamma yang diajarkan Buddha bukannya ada relevansinya dengan isi sutra yang asli atau palsu? atau memang aliran Mahayana membolehkan sutra palsu beredar?

Saya beri Anda contoh, ini menyangkut persepsi...Misal ya..Seorang Bhikkhu yang dipercayai mahayana contoh BodhiDharma..lalu dia berkata2 "hindari pembunuhan"..Lalu dalam pengelompokannya ini dianggap sebagai sutra..yang mengajarkan adalah Bodhidharma. Tetapi mereka bilang itulah kata2 Sang Buddha...dan Bodhidharma adalah juga murid Buddha yang kesekian dan sekian generasi..apakah sutra ini asli atau palsu...?
Kita harus tanya dulu kepada pihak mahayana apa saja yg dikelompokan sebagai sutra. Setelah kita tau definisi dan cara pengelompokannya baru bisa disimpulkan.. Setiap aliran ada tradisi dan tatacaranya sendiri...
Kecuali ada sutra bilang baca sutra ini bisa banyak istri.....memuja hantu bisa masuk surga...dengan kata lain isinya memang kacau...atau ada kata...sembahlah Tuhan yang maha Agung Buddha...ini baru menyesatkan... Makanya setiap sutra ada judulnya, misal sutra hati , sutra intan, mungkin ada juga bodhidharma sutra, dimasukan...nah kalau mo tanya teknis ini silakan tanya sama yg berkompeten...dan biarkan lembaga mahayana sendiri yang memfilter sutranya...

Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

ryu

Kalo kesimpulan aye sih, masih banyak yang perlu dibenahi dalam sutra2 mahayana yang beredar, memang bukan urusan aye sih tapi ya sudah lah :P
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

wen78

Quote from: upasaka on 18 January 2010, 03:17:04 PM
Quote from: wen78 on 18 January 2010, 03:13:05 PM
[at] upasaka
jadi menurut bro upasaka, menjalankan sila + menjalankan meditasi vipasana => menjadi yg tercerahkan(Buddha)?

Kalau menurut saya, menjalankan sila dan menjalankan meditasi vipassana tidak bisa menjadi Buddha. :)

Menurut saya, untuk menjadi Buddha; dalam konteks ini adalah menjadi Savaka-Buddha (murid), adalah dengan cara mengembangkan sila, mengembangkan samadhi dan mengembangkan panna. Ada perbedaan besar antara mengembangkan dan menjalankan.

Lalu di pengantar Sutra ini, dikatakan bahwa membaca Sutra bisa menjadi Buddha. Dalam konteks Mahayana, yang disebut Buddha adalah Samyaksambuddha. Jadi saya ingin bertanya, apakah benar dengan cara membaca Sutra maka bisa menjadi Buddha.

Hanya sesederhana itu saja. :)

sama juga dengan kalimat2 yang lain yang mengatakan meditasi vipasana bisa menjadi yg tercerahkan(Buddha).

sesederhana itu juga kok ;D

segala post saya yg tidak berdasarkan sumber yg otentik yaitu Tripitaka, adalah post yg tidak sah yg dapat mengakibatkan kesalahanpahaman dalam memahami Buddhism. dengan demikian, mohon abaikan semua statement saya di forum ini, karena saya tidak menyertakan sumber yg otentik yaitu Tripitaka.