Korupsi dan menyuap karma burukkah?

Started by yanfei, 14 December 2009, 01:07:07 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

ryu

Quote from: marcedes on 23 December 2009, 10:57:13 PM
Quote from: ryu on 23 December 2009, 05:05:11 PM
Quote from: marcedes on 23 December 2009, 04:47:48 PM
Quote from: ryu on 23 December 2009, 06:58:00 AM
Quote from: marcedes on 23 December 2009, 12:24:03 AM
Quote from: Kainyn_Kutho on 22 December 2009, 08:53:31 AM
Bro marcedes, sepertinya kita pembicaraan kita bercabang dan tidak ketemu. Jadi saya tidak melanjutkan.
Terima kasih untuk pendapatnya.
_/\_
terserah de...

untuk terakhir kali....yang anda katakan "uang damai" di tempat bisa juga dikatakan tidak salah, menurut saya itu hanya alasan untuk mencari pembenaran diri dengan alasan :
1.tidak mau repot.
2.cepat waktu.
3.tidak bersalah.

semua ini bagi saya adalah pembenaran dalam melakukan tindakan kejahatan yg kita lakukan.

anda menyambungkan kasus dan mengambil kesimpulan di akhir..sedangkan saya tidak menyambungkan kasus..

contoh :
misalkan A membawa mobil lantas polisi mencari kesalahan dengan berkata "melanggar lalu lintas"

dalam UUD A memang tidak bersalah,tetapi karena kebodohan dan kurang pengetahuan polisi berhasil meyakinkan bahwa A sudah bersalah....
A pun karena tidak mau repot atau menggunakan 3 alasan di atas....langsung memberi "uang damai"

bagi saya ketika polisi mencari kesalahan A, itu adalah tindakan buruk polisi, akan tetapi kita memberi uang damai juga merupakan tindakan buruk...

selaku menggunakan cara yg tidak sesuai "aturan" juga mendukung adanya oknum polisi untuk terus mencari korban yg bodoh...

dimana ada gula disitu ada semut, dimana sering nya masyarakat memakai cara "uang damai" polisi malah lebih suka akan mencari kesalahan sehingga lupa akan tugas sesungguh nya.

bagi polisi nakal mencari kesalahan masyarakat adalah sumber uang mereka...
tetapi jika masyarakat lebih memilih menyelesaikan lewat prosedur, saya yakin polisi nakal tidak akan mau mencari kesalahan masyarakat karena tidak menguntungkan bagi diri mereka.
selama polisi untung,maka mereka akan terus dan terus melakukan...kalau ga untung? tentu lain ceritanya..

tidaklah mungkin seorang pencuri mau mencuri benda tidak berharga seperti batu krikil,pasir,dsb-nya...
demikian polisi, jika tidak untung buat apa susah-susah mencari kesalahan masyarakat? sy kira yg ada bagi polisi tersebut rugi saja.

sekian thx...


berarti menurut anda, kalau kita ditilang tapi kita tidak salah kita membayar ke polisi salah tapi bayar ke negara benar ya?

Soal untung dan tidak untung kalau dasarnya dari polisi saja sudah tidak benar makin keatas bisa semakin tidak benar, dan itu juga pembenaran untuk mereka untuk mencari2 kesalahan.

bro ryu,

ketika kita di tilang dan dicari kesalahan adalah salah polisi....
tetapi ketika kita bertindak "tidak sesuai" aturan adalah salah kita...

jadi tolong bedakan, polisi melanggar aturan dengan mencari kesalahan, tetapi tidak mesti kita juga melanggar aturan demi itu.
begini, kalau anda ngotot tidak salah, kemudian si polisi ngotot kamu salah dengan ribuan alasan, dan pada akhirnya anda tetap harus di tilang, apakah anda akan pergi ke pengadilan? dan kalau hal ini terus berulang apakah anda akan ke pengadilan terus?
Ya...
dan bagaimana bro apabila semua masyarakat melakukan hal yg sama...tentu polisi yg suka cari masalah tidak akan muncul lagi kan...

Quote from: upasaka on 23 December 2009, 05:11:59 PM
Samakan cara pandang dulu deh... Daripada berputar-putar...

Menurut Bro Kainyn, seorang polisi "yang melakukan pelanggaran" bisa berlaku seperti seorang preman dengan jubah aparat. Saya setuju dengan hal ini, dan sepertinya Bro Ryu juga setuju...

Nah, apakah Bro Marcedes juga setuju dengan hal ini?
Kalau sudah setuju, coba diskusikan sekali lagi. Seharusnya tinggal satu postingan dari Bro Kainyn lagi, maka semua sudah mencapai kata "sepakat".

Tapi kalau Bro Marcedes tidak setuju dengan hal ini, maka diskusi tidak akan bisa berjalan...
begini bro upasaka,

ketika polisi berjubah aparat...polisi tersebut juga tidak mungkin berani macam-macam di depan umum.
apa pernah anda melihat polisi melakukan pemerasan berupa seperti ancaman kek preman dengan memasang atribut lengkap nama , pangkat dll..dan ini POLANTAS.

kalau polisi yg berbaju preman, apa polisi itu disebut sedang bertugas lakalantas?
jadi mohon kejelasan dulu....polisi berbaju preman tersebut...

pernahkah ada kejadian anda di sweeping/pemeriksaan rutin, lantas polisi tersebut mengancam anda dengan gaya preman?
misalkan langsung mencekik anda, kemudian mengancam bayar atau tidak dgn posisi siap di jotos...
justru sy melihat contoh yg diberikan sdr kaiyin tidak masuk akal.

paling-paling polisi jika sedang sweeping,
"pagi/siang/sore/malam, ini bapak memakai lampu yg tidak sesuai standar..( misalkan standar nya kuning, lantas anda pakai putih )
kemudian kalaupun anda berhasil di tipu, polisi biasanya dengan suara santai kok...."minta di proses sekarang atau mau di kantor?"
anda juga dengan santai berkata "maaf,dikantor saja pak nanti...sekarang sy tidak bisa"..selesai bukan.

seumur hidup saya tidak pernah melihat sweeping/pemeriksaan rutin yg dilakukan dengan gaya preman seperti mencekik leher dan dengan posisi siap jotos..."bayar atau tidak" ini disebut memang mengancam nyawa keselamatan...
apalagi di jalan umum dengan atribut Polantas lengkap....

jadi kalau dibilang polisi bersikap seperti preman dengan atribut...sy rasa itu cerita bohong karangan,paling kalau-pun telah dilakukan...polisi itu pasti di protes keras atau di mutasi,,atau di hukum oleh atasannya. seperti kasus polisi mengkroyok warga...lantas polisi yg berjumlah 5-6 orang itu di hukum dan di mutasi.

setiap polisi lalulintas ketika melakukan aksi sweeping di depan umum, pasti memakai atribut yg melambangkan kepolisian...

kita hanya bisa membayar uang damai, apabila kita merasa nyawa kita sudah terancam, karena status nya bukan uang damai, tapi uang tebusan.....ex, preman yg memalak anda di jalan terus minta uang rokok....


QuoteHehe kalau preman, saya justru tidak begitu takut. Kalau polisi, mereka bisa bawa-bawa backing jadi saya jauh lebih takut karena bisa melebar ke mana-mana urusannya.
oh jadi kalau preman anda tidak takut....apalagi preman yg mencekik leher dan posisi siap jotos....
tapi polisi yg bersikap ramah dan dengan kata sindiran halus "mau proses sekarang atau di kantor" anda takut...
:)
kalau itu memang anda,, oke la...
apakah anda pernah ketika di tilang bukan stnk / sim saja yang di bawa sama polisi tapi motor anda juga di bawa? bagaimana kalau kejadiannya seperti itu? (bahkan zaman sekarang banyak kejadian banyak polisi gadungan yang menipu dengan cara begitu)
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

The Ronald

Quote"pagi/siang/sore/malam, ini bapak memakai lampu yg tidak sesuai standar..( misalkan standar nya kuning, lantas anda pakai putih )
kemudian kalaupun anda berhasil di tipu, polisi biasanya dengan suara santai kok...."minta di proses sekarang atau mau di kantor?"
anda juga dengan santai berkata "maaf,dikantor saja pak nanti...sekarang sy tidak bisa"..selesai bukan.
kok ada kata2 "anda berhasil di tipu", sebenarnya emang gak boleh loh..kurasa org yg menganti lampu seperti itu wajar di tilang

Quoteseumur hidup saya tidak pernah melihat sweeping/pemeriksaan rutin yg dilakukan dengan gaya preman seperti mencekik leher dan dengan posisi siap jotos
1. cara kerja preman berjubah jarang yg demikian
2. anda miskin berita, terutama terkait masalah kepolisian
3. anda masih ... terikat bahwa prman itu di nilai dari gaya nya.. padahal preman itu dinilai dari bagaimana dia mendapatkan uang, mo cara halus ato cara kasar..itu berbeda2 tiap preman
4. anda jarang ketemu polisi kek gini
...

Nevada

Quote from: marcedes on 23 December 2009, 10:57:13 PM
Quote from: upasaka on 23 December 2009, 05:11:59 PM
Samakan cara pandang dulu deh... Daripada berputar-putar...

Menurut Bro Kainyn, seorang polisi "yang melakukan pelanggaran" bisa berlaku seperti seorang preman dengan jubah aparat. Saya setuju dengan hal ini, dan sepertinya Bro Ryu juga setuju...

Nah, apakah Bro Marcedes juga setuju dengan hal ini?
Kalau sudah setuju, coba diskusikan sekali lagi. Seharusnya tinggal satu postingan dari Bro Kainyn lagi, maka semua sudah mencapai kata "sepakat".

Tapi kalau Bro Marcedes tidak setuju dengan hal ini, maka diskusi tidak akan bisa berjalan...
begini bro upasaka,

ketika polisi berjubah aparat...polisi tersebut juga tidak mungkin berani macam-macam di depan umum.
apa pernah anda melihat polisi melakukan pemerasan berupa seperti ancaman kek preman dengan memasang atribut lengkap nama , pangkat dll..dan ini POLANTAS.

kalau polisi yg berbaju preman, apa polisi itu disebut sedang bertugas lakalantas?
jadi mohon kejelasan dulu....polisi berbaju preman tersebut...

pernahkah ada kejadian anda di sweeping/pemeriksaan rutin, lantas polisi tersebut mengancam anda dengan gaya preman?
misalkan langsung mencekik anda, kemudian mengancam bayar atau tidak dgn posisi siap di jotos...
justru sy melihat contoh yg diberikan sdr kaiyin tidak masuk akal.

paling-paling polisi jika sedang sweeping,
"pagi/siang/sore/malam, ini bapak memakai lampu yg tidak sesuai standar..( misalkan standar nya kuning, lantas anda pakai putih )
kemudian kalaupun anda berhasil di tipu, polisi biasanya dengan suara santai kok...."minta di proses sekarang atau mau di kantor?"
anda juga dengan santai berkata "maaf,dikantor saja pak nanti...sekarang sy tidak bisa"..selesai bukan.

seumur hidup saya tidak pernah melihat sweeping/pemeriksaan rutin yg dilakukan dengan gaya preman seperti mencekik leher dan dengan posisi siap jotos..."bayar atau tidak" ini disebut memang mengancam nyawa keselamatan...
apalagi di jalan umum dengan atribut Polantas lengkap....

jadi kalau dibilang polisi bersikap seperti preman dengan atribut...sy rasa itu cerita bohong karangan,paling kalau-pun telah dilakukan...polisi itu pasti di protes keras atau di mutasi,,atau di hukum oleh atasannya. seperti kasus polisi mengkroyok warga...lantas polisi yg berjumlah 5-6 orang itu di hukum dan di mutasi.

setiap polisi lalulintas ketika melakukan aksi sweeping di depan umum, pasti memakai atribut yg melambangkan kepolisian...

kita hanya bisa membayar uang damai, apabila kita merasa nyawa kita sudah terancam, karena status nya bukan uang damai, tapi uang tebusan.....ex, preman yg memalak anda di jalan terus minta uang rokok....

Saya pikir memang ada Polisi Lalu Lintas di Indonesia yang memang bersikap sebagai seorang polisi. Tetapi selama ini yang biasa saya temui kurang mencirikan kemuliaan profesi itu. Entahlah, mungkin saya memang berjodoh dengan "polisi" sedangkan Anda berjodoh dengan Polisi.

Saya sharing 3 dari sekian banyak kasus saya dengan "polisi" yah...

- Suatu ketika, saya sedang mengendarai sepeda motor dari rumah menuju jalan ke komplek kota. Saya memutar balik arah kendaraan saya menuju jalan itu, dan seorang polisi menghentikan saya. Dia menyapa saya dengan tegas namun ramah. Saya diminta menunjukkan SIM dan STNK, lalu saya divonis melanggar ketertiban lalu lintas. Polisi itu berkata bahwa akses untuk mengambil putaran balik di jalan itu belum berlaku untuk waktu itu. Padahal saat itu waktu sudah menunjukkan jam 7 malam lewat. Di rambu lalu lintas itu juga tertulis bahwa akses mengambil putaran balik berlaku sejak pukul 19.00 WIB. Faktanya demikian dan saya sebenarnya tidak bersalah. Tetapi karena sudah dihentikan polisi di Jakarta, mungkin tidak akan ada jalan keluar selain "uang damai" atau "tilang". Polisi itu kemudian "meringankan hukuman" saya, dan meminta saya uang damai saja. Lantas saya beri dia Rp 10.000,- dan dia mengucapkan salam perpisahan, ucapan terima kasih dan menganjurkan saya berhati-hati saat mengemudi di lalu lintas.

- Suatu saat pada tengah malam ketika saya selesai pulang dari acara malam minggu, saya melewati daerah razia motor. Banyak sekali polisi yang menghentikan motor yang lewat di sana. Tiba-tiba ada polisi yang menghentikan saya di tengah jalan. Saya pun spontan dan menarik pedal rem; hampir saja menabrak dia. Kemudian polisi itu marah-marah, mencabut kunci motor saya secara paksa, dan memukul-mukul bagian depan motor saya. Saya disuruh ke pinggir jalan dan turun, serta menunjukkan SIM dan STNK. Polisi ini sangat galak. Sedangkan polisi-polisi lainnya sibuk menangkap korban yang lain, sembari beberapa yang lain malah tertawa santai. Setelah melewati proses introgasi dan omelan dari polisi itu, dia meminta saya "uang damai". Tidak tanggung-tanggung, dia meminta uang dalam jumlah besar; katanya sebagai ganti rugi karena tadi saya hampir menabraknya. Pada saat itu, dia menyuruh saya membuka dompet; dan ketika melihat ada uang kertas seratus-ribuan, polisi itu meminta selembar uang itu dari saya. Saya tawar-tawar, dan dalam hati saya pikir ini seperti menawar uang tebusan motor + surat-surat kendaraan. Akhirnya saya relakan selembar uang itu untuknya. Ajaib! Segera setelah selembar uang itu saya berikan, sikapnya berubah drastis. Polisi itu bersikap hangat, dan tentunya dia juga mengucapkan: "Hati-hati, yah!"

- Suatu malam ketika saya di dalam mobil bersama supir saya... Tiba-tiba ada dua motor dengan 3 orang anak muda yang sedang ngebut, dan keduanya menabrak mobil kami dari arah depan. 1 remaja meninggal di tempat, 1 koma dan 1 lagi terluka. Kecelakaan ini kemudian berlanjut dengan proses yang cukup panjang... Saya dan supir saya pun dibawa ke kantor polisi... Dalam sela-sela mengikuti jalannya proses itu, beberapa polisi membeberkan rahasia untuk menyelesaikan proses seperti ini dengan mudah. Yaitu dengan "uang pelicin"... Entah saya tidak tahu jelas apa fungsi uang pelicin itu. Tapi yang jelas polisi-polisi itu berkata bahwa prosedur seperti ini bisa dipersingkat. Meskipun begitu, saya tidak menggunakan "uang pelicin".


Coba Bro marcedes simpulkan sendiri 3 kisah saya di atas... :)

Polisi bisa saja menjadi seorang preman dengan jubah aparat. Hal ini disebabkan karena profesi seperti itu memang potensial untuk diselewengkan. Ada juga atasan polisi yang menuntut setoran dalam nominal tertentu kepada bawahannya (polisi lalu lintas?). Sehingga polisi pun mencari setoran dari pengguna lalu lintas. Kalau sudah begini, saya pun tidak menyalahkan 100% kepada para polisi lalu lintas. Tapi yang pasti, meskipun Bapak-bapak yang terhormat di luar sana melakukan "tuntutan uang" kepada para pengguna lalu lintas dengan terpaksa; ini tetap merupakan perbuatan yang kurang baik.


"Berbahagialah orang yang hidup dan menjalani penghidupan yang terbebas dari kecenderungan dan tuntutan yang kurang baik."

marcedes

#78
Quote from: upasaka on 24 December 2009, 10:07:13 AM
Quote from: marcedes on 23 December 2009, 10:57:13 PM
Quote from: upasaka on 23 December 2009, 05:11:59 PM
Samakan cara pandang dulu deh... Daripada berputar-putar...

Menurut Bro Kainyn, seorang polisi "yang melakukan pelanggaran" bisa berlaku seperti seorang preman dengan jubah aparat. Saya setuju dengan hal ini, dan sepertinya Bro Ryu juga setuju...

Nah, apakah Bro Marcedes juga setuju dengan hal ini?
Kalau sudah setuju, coba diskusikan sekali lagi. Seharusnya tinggal satu postingan dari Bro Kainyn lagi, maka semua sudah mencapai kata "sepakat".

Tapi kalau Bro Marcedes tidak setuju dengan hal ini, maka diskusi tidak akan bisa berjalan...
begini bro upasaka,

ketika polisi berjubah aparat...polisi tersebut juga tidak mungkin berani macam-macam di depan umum.
apa pernah anda melihat polisi melakukan pemerasan berupa seperti ancaman kek preman dengan memasang atribut lengkap nama , pangkat dll..dan ini POLANTAS.

kalau polisi yg berbaju preman, apa polisi itu disebut sedang bertugas lakalantas?
jadi mohon kejelasan dulu....polisi berbaju preman tersebut...

pernahkah ada kejadian anda di sweeping/pemeriksaan rutin, lantas polisi tersebut mengancam anda dengan gaya preman?
misalkan langsung mencekik anda, kemudian mengancam bayar atau tidak dgn posisi siap di jotos...
justru sy melihat contoh yg diberikan sdr kaiyin tidak masuk akal.

paling-paling polisi jika sedang sweeping,
"pagi/siang/sore/malam, ini bapak memakai lampu yg tidak sesuai standar..( misalkan standar nya kuning, lantas anda pakai putih )
kemudian kalaupun anda berhasil di tipu, polisi biasanya dengan suara santai kok...."minta di proses sekarang atau mau di kantor?"
anda juga dengan santai berkata "maaf,dikantor saja pak nanti...sekarang sy tidak bisa"..selesai bukan.

seumur hidup saya tidak pernah melihat sweeping/pemeriksaan rutin yg dilakukan dengan gaya preman seperti mencekik leher dan dengan posisi siap jotos..."bayar atau tidak" ini disebut memang mengancam nyawa keselamatan...
apalagi di jalan umum dengan atribut Polantas lengkap....

jadi kalau dibilang polisi bersikap seperti preman dengan atribut...sy rasa itu cerita bohong karangan,paling kalau-pun telah dilakukan...polisi itu pasti di protes keras atau di mutasi,,atau di hukum oleh atasannya. seperti kasus polisi mengkroyok warga...lantas polisi yg berjumlah 5-6 orang itu di hukum dan di mutasi.

setiap polisi lalulintas ketika melakukan aksi sweeping di depan umum, pasti memakai atribut yg melambangkan kepolisian...

kita hanya bisa membayar uang damai, apabila kita merasa nyawa kita sudah terancam, karena status nya bukan uang damai, tapi uang tebusan.....ex, preman yg memalak anda di jalan terus minta uang rokok....

Saya pikir memang ada Polisi Lalu Lintas di Indonesia yang memang bersikap sebagai seorang polisi. Tetapi selama ini yang biasa saya temui kurang mencirikan kemuliaan profesi itu. Entahlah, mungkin saya memang berjodoh dengan "polisi" sedangkan Anda berjodoh dengan Polisi.

Saya sharing 3 dari sekian banyak kasus saya dengan "polisi" yah...

- Suatu ketika, saya sedang mengendarai sepeda motor dari rumah menuju jalan ke komplek kota. Saya memutar balik arah kendaraan saya menuju jalan itu, dan seorang polisi menghentikan saya. Dia menyapa saya dengan tegas namun ramah. Saya diminta menunjukkan SIM dan STNK, lalu saya divonis melanggar ketertiban lalu lintas. Polisi itu berkata bahwa akses untuk mengambil putaran balik di jalan itu belum berlaku untuk waktu itu. Padahal saat itu waktu sudah menunjukkan jam 7 malam lewat. Di rambu lalu lintas itu juga tertulis bahwa akses mengambil putaran balik berlaku sejak pukul 19.00 WIB. Faktanya demikian dan saya sebenarnya tidak bersalah. Tetapi karena sudah dihentikan polisi di Jakarta, mungkin tidak akan ada jalan keluar selain "uang damai" atau "tilang". Polisi itu kemudian "meringankan hukuman" saya, dan meminta saya uang damai saja. Lantas saya beri dia Rp 10.000,- dan dia mengucapkan salam perpisahan, ucapan terima kasih dan menganjurkan saya berhati-hati saat mengemudi di lalu lintas.

tanyakan saja jam berapa sekarang....anda boleh memperlihatkan jam tangan, atau HP...susah amat sih..
kalaupun polisi ngotot mengatakan itu tidak bisa putar balik, anda tinggal mengatakan "maaf saya tidak ada duit, nanti di kantor saja..saya minta surat tilang saja" selesai..


- Suatu saat pada tengah malam ketika saya selesai pulang dari acara malam minggu, saya melewati daerah razia motor. Banyak sekali polisi yang menghentikan motor yang lewat di sana. Tiba-tiba ada polisi yang menghentikan saya di tengah jalan. Saya pun spontan dan menarik pedal rem; hampir saja menabrak dia. Kemudian polisi itu marah-marah, mencabut kunci motor saya secara paksa, dan memukul-mukul bagian depan motor saya. Saya disuruh ke pinggir jalan dan turun, serta menunjukkan SIM dan STNK. Polisi ini sangat galak. Sedangkan polisi-polisi lainnya sibuk menangkap korban yang lain, sembari beberapa yang lain malah tertawa santai. Setelah melewati proses introgasi dan omelan dari polisi itu, dia meminta saya "uang damai". Tidak tanggung-tanggung, dia meminta uang dalam jumlah besar; katanya sebagai ganti rugi karena tadi saya hampir menabraknya. Pada saat itu, dia menyuruh saya membuka dompet; dan ketika melihat ada uang kertas seratus-ribuan, polisi itu meminta selembar uang itu dari saya. Saya tawar-tawar, dan dalam hati saya pikir ini seperti menawar uang tebusan motor + surat-surat kendaraan. Akhirnya saya relakan selembar uang itu untuknya. Ajaib! Segera setelah selembar uang itu saya berikan, sikapnya berubah drastis. Polisi itu bersikap hangat, dan tentunya dia juga mengucapkan: "Hati-hati, yah!"
wah, anda tinggal katakan bahwa uang ini sy butuh keperluaan pak..nanti saya selesaikan di kantor...selesai.
lagian siapa suruh anda hampir menabrak polisi...itu berarti anda sedang tidak memperhatikan sekeliling anda bukti kelengahan anda dan kesalahan...
saya pernah melihat kejadian langsung, seseorang yg menyebrang jalan...lantas ada motor hampir menabrak orang tersebut...tapi tidak kena, nyaris karena rem-nya untung bagus...tapi orang tersebut pingsan ( ibu-ibu ) salah siapa? jelas pengendara motor.


- Suatu malam ketika saya di dalam mobil bersama supir saya... Tiba-tiba ada dua motor dengan 3 orang anak muda yang sedang ngebut, dan keduanya menabrak mobil kami dari arah depan. 1 remaja meninggal di tempat, 1 koma dan 1 lagi terluka. Kecelakaan ini kemudian berlanjut dengan proses yang cukup panjang... Saya dan supir saya pun dibawa ke kantor polisi... Dalam sela-sela mengikuti jalannya proses itu, beberapa polisi membeberkan rahasia untuk menyelesaikan proses seperti ini dengan mudah. Yaitu dengan "uang pelicin"... Entah saya tidak tahu jelas apa fungsi uang pelicin itu. Tapi yang jelas polisi-polisi itu berkata bahwa prosedur seperti ini bisa dipersingkat. Meskipun begitu, saya tidak menggunakan "uang pelicin".
aturannya adalah, apabila ada motor menabrak mobil, yang salah pasti mobil...memang nya anda tidak membaca aturan sebelum lulus pengambilan SIM A ?
kalau anda membela, bisa minta pengukuran jalan...atau di lapangan kejadian karena itu bisa menolong anda...

keluarga saya pernah menabrak seorang polisi yg tidak memakai atribut...dan polisi itu langsung main pukul di tempat....
akhirnya setelah kepala nya dingin, kita membawa orang tahu hukum...polisi tersebut meminta maaf atas kejadian pemukulan dan akibatnya tidak menuntut balik mengenai penabrakan...impas.


Coba Bro marcedes simpulkan sendiri 3 kisah saya di atas... :)
kalau mau saya simpulkan....anda orang yg pasrah sekali  ;D
tapi itulah jakarta...orang disitu kebanyakan lebih suka tidak repot.....dan lebih memilih jalan pintas, akibat nya banyak ternak polisi yg mengikuti jejak senior nya yg buruk, yg parahnya lagi "anda sedang membantu ternak buruk itu"


Polisi bisa saja menjadi seorang preman dengan jubah aparat. Hal ini disebabkan karena profesi seperti itu memang potensial untuk diselewengkan. Ada juga atasan polisi yang menuntut setoran dalam nominal tertentu kepada bawahannya (polisi lalu lintas?). Sehingga polisi pun mencari setoran dari pengguna lalu lintas. Kalau sudah begini, saya pun tidak menyalahkan 100% kepada para polisi lalu lintas. Tapi yang pasti, meskipun Bapak-bapak yang terhormat di luar sana melakukan "tuntutan uang" kepada para pengguna lalu lintas dengan terpaksa; ini tetap merupakan perbuatan yang kurang baik.


"Berbahagialah orang yang hidup dan menjalani penghidupan yang terbebas dari kecenderungan dan tuntutan yang kurang baik."

sudah sy katakan, POLISI JAHAT, tidak mesti anda JAHAT...

lain cerita kalau polisi itu sudah mengancam,apalagi anda merasa NYAWA TERANCAM.....itu wajar kalau kita memberi duit...karena status nya duit tebusan.

kalau alasan "tidak mau repot" jelas salah bro...

kaalau dikatakan ketemu polisi demikian yg bergaya preman kata anda, saya juga sudah sering, hanya saja PINTAR-PINTAR kita bagaimana mengatasi nya...disitulah kebijaksanaan di pakai...bukan jalan pintas !!!

Quoteapakah anda pernah ketika di tilang bukan stnk / sim saja yang di bawa sama polisi tapi motor anda juga di bawa? bagaimana kalau kejadiannya seperti itu? (bahkan zaman sekarang banyak kejadian banyak polisi gadungan yang menipu dengan cara begitu)
maaf, yang kita sekarang bicarakan polisi asli yg mencari kesalahan....

kalau polisi gadungan saya kira lebih identik anda ketemu penipu...bukan polisi.....jelas ceritanya lain lagi....
jadi kalau ada polisi seorang yang menahan anda di tengah jalan, anda tinggal pancing ngomong.....
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Nevada

[at] marcedes

Iyah. Saya orang yang pasrah sekali dan lengah.
Terima kasih telah menasehati saya dengan postingan di atas. :)

K.K.

Quote from: upasaka on 24 December 2009, 10:07:13 AM
- Suatu saat pada tengah malam ketika saya selesai pulang dari acara malam minggu, saya melewati daerah razia motor. Banyak sekali polisi yang menghentikan motor yang lewat di sana. Tiba-tiba ada polisi yang menghentikan saya di tengah jalan. Saya pun spontan dan menarik pedal rem; hampir saja menabrak dia. Kemudian polisi itu marah-marah, mencabut kunci motor saya secara paksa, dan memukul-mukul bagian depan motor saya. Saya disuruh ke pinggir jalan dan turun, serta menunjukkan SIM dan STNK. Polisi ini sangat galak. Sedangkan polisi-polisi lainnya sibuk menangkap korban yang lain, sembari beberapa yang lain malah tertawa santai. Setelah melewati proses introgasi dan omelan dari polisi itu, dia meminta saya "uang damai". Tidak tanggung-tanggung, dia meminta uang dalam jumlah besar; katanya sebagai ganti rugi karena tadi saya hampir menabraknya. Pada saat itu, dia menyuruh saya membuka dompet; dan ketika melihat ada uang kertas seratus-ribuan, polisi itu meminta selembar uang itu dari saya. Saya tawar-tawar, dan dalam hati saya pikir ini seperti menawar uang tebusan motor + surat-surat kendaraan. Akhirnya saya relakan selembar uang itu untuknya. Ajaib! Segera setelah selembar uang itu saya berikan, sikapnya berubah drastis. Polisi itu bersikap hangat, dan tentunya dia juga mengucapkan: "Hati-hati, yah!"
Di sini contoh yang paling baik.
Polisi di malam hari harus menggunakan baju yang dilengkapi dengan peralatan retroreflective (bahasa umum di sini: "warna scotlight") sehingga mudah dilihat oleh pengendara. Menghentikan pun harus dari jauh dengan aba-aba, bukan tiba-tiba muncul seperti hantu di dekat pengendara. Tetapi mereka biasa main "ninja-ninja-an" di kegelapan agar tidak kelihatan dari jauh dan supaya pengendara lengah.

Jika Bro upasaka hampir menabraknya, maka hal ini tidak bisa dijadikan kesalahan. Setahu saya juga dia tidak berhak menilang karena dia kaget. Dan setahu saya lagi, polisi lalu lintas tidak punya hak untuk memeriksa hal lain seperti dompet, isi tas, selain yang berhubungan dengan disiplin lalu lintas. Berbeda jika memang ada operasi khusus, tetapi biasanya bukan dilakukan oleh Polantas. Jadi tindakan minta melihat isi dompet ini sudah bentuk premanisme.

Dalam hal ini saya lihat Bro upasaka lebih ke arah "terintimidasi" ketimbang tidak mau repot. Lagipula "tidak mau repot" apaan? Memangnya bisa tilang karena "ngagetin polisi yang berdiri tengah jalan gelap2"?

Bentuk "premanisme" oknum polisi lain yang sering diberitakan adalah suka menempelengi pengendara yang berdebat. Saya sendiri pernah melihat langsung. Kadang kalau berargumen, perwira yang berpangkat juga suka "mengintimidasi" dengan mengekspos senjata apinya. Mengingat hal-hal demikian, maka saya bisa maklum kalau orang terintimidasi dan merasa takut sehingga dengan terpaksa memberikan uang damai seperti halnya Bro upasaka, dan sepertinya dalam kondisi tersebut yang muncul di pikiran bukanlah hal semacam "tidak mau repot" atau pun "membelokkan hukum", namun "membela diri" atau "bertahan hidup".


Kalau menurut saya, Bro marcedes juga bukan sepenuhnya salah, hanya saja tidak bisa melihat dari sudut pandang orang lain. Jika ia tidak takut/terintimidasi, maka ia menilai selayaknya orang lain juga tidak takut/terintimidasi. Dengan demikian, semua dipukul rata sebagai "tidak mau repot" yang pada akhirnya, Bro marcedes sendiri yang "tidak mau repot2" memahami orang lain.

J.W

Btw...siapa yg mau memberikan kesaksian kejadian polisi yg berseragam yg dengan arogan mengancam akan menembak pemko yg berani mencabut billboard yah ??

Lokasi : jln. gatot subroto - dae. petisah, kota medan (sumut)


NB. sepertinya pernah masuk koran "analisa"...

marcedes

#82
Quote from: Kainyn_Kutho on 24 December 2009, 02:23:24 PM
Quote from: upasaka on 24 December 2009, 10:07:13 AM
- Suatu saat pada tengah malam ketika saya selesai pulang dari acara malam minggu, saya melewati daerah razia motor. Banyak sekali polisi yang menghentikan motor yang lewat di sana. Tiba-tiba ada polisi yang menghentikan saya di tengah jalan. Saya pun spontan dan menarik pedal rem; hampir saja menabrak dia. Kemudian polisi itu marah-marah, mencabut kunci motor saya secara paksa, dan memukul-mukul bagian depan motor saya. Saya disuruh ke pinggir jalan dan turun, serta menunjukkan SIM dan STNK. Polisi ini sangat galak. Sedangkan polisi-polisi lainnya sibuk menangkap korban yang lain, sembari beberapa yang lain malah tertawa santai. Setelah melewati proses introgasi dan omelan dari polisi itu, dia meminta saya "uang damai". Tidak tanggung-tanggung, dia meminta uang dalam jumlah besar; katanya sebagai ganti rugi karena tadi saya hampir menabraknya. Pada saat itu, dia menyuruh saya membuka dompet; dan ketika melihat ada uang kertas seratus-ribuan, polisi itu meminta selembar uang itu dari saya. Saya tawar-tawar, dan dalam hati saya pikir ini seperti menawar uang tebusan motor + surat-surat kendaraan. Akhirnya saya relakan selembar uang itu untuknya. Ajaib! Segera setelah selembar uang itu saya berikan, sikapnya berubah drastis. Polisi itu bersikap hangat, dan tentunya dia juga mengucapkan: "Hati-hati, yah!"
Di sini contoh yang paling baik.
Polisi di malam hari harus menggunakan baju yang dilengkapi dengan peralatan retroreflective (bahasa umum di sini: "warna scotlight") sehingga mudah dilihat oleh pengendara. Menghentikan pun harus dari jauh dengan aba-aba, bukan tiba-tiba muncul seperti hantu di dekat pengendara. Tetapi mereka biasa main "ninja-ninja-an" di kegelapan agar tidak kelihatan dari jauh dan supaya pengendara lengah.

Jika Bro upasaka hampir menabraknya, maka hal ini tidak bisa dijadikan kesalahan. Setahu saya juga dia tidak berhak menilang karena dia kaget. Dan setahu saya lagi, polisi lalu lintas tidak punya hak untuk memeriksa hal lain seperti dompet, isi tas, selain yang berhubungan dengan disiplin lalu lintas. Berbeda jika memang ada operasi khusus, tetapi biasanya bukan dilakukan oleh Polantas. Jadi tindakan minta melihat isi dompet ini sudah bentuk premanisme.

Dalam hal ini saya lihat Bro upasaka lebih ke arah "terintimidasi" ketimbang tidak mau repot. Lagipula "tidak mau repot" apaan? Memangnya bisa tilang karena "ngagetin polisi yang berdiri tengah jalan gelap2"?

Bentuk "premanisme" oknum polisi lain yang sering diberitakan adalah suka menempelengi pengendara yang berdebat. Saya sendiri pernah melihat langsung. Kadang kalau berargumen, perwira yang berpangkat juga suka "mengintimidasi" dengan mengekspos senjata apinya. Mengingat hal-hal demikian, maka saya bisa maklum kalau orang terintimidasi dan merasa takut sehingga dengan terpaksa memberikan uang damai seperti halnya Bro upasaka, dan sepertinya dalam kondisi tersebut yang muncul di pikiran bukanlah hal semacam "tidak mau repot" atau pun "membelokkan hukum", namun "membela diri" atau "bertahan hidup".


Kalau menurut saya, Bro marcedes juga bukan sepenuhnya salah, hanya saja tidak bisa melihat dari sudut pandang orang lain. Jika ia tidak takut/terintimidasi, maka ia menilai selayaknya orang lain juga tidak takut/terintimidasi. Dengan demikian, semua dipukul rata sebagai "tidak mau repot" yang pada akhirnya, Bro marcedes sendiri yang "tidak mau repot2" memahami orang lain.

seperti nya anda juga punya penyakit sama tidak mau membaca baik-baik apa yg saya tulis..

sy kan sudah bilang, kalau sudah merasa "terancam" status nya sudah bukan uang damai, tapi uang tebusan. apa tulisan saya ini terlalu sulit di mengerti?

sy tidak memukul rata "memberi duit" langsung di cap salah. dan tdk tahu perspesi dari mana anda dapatkan sy mengatakan demikian...

---------------------------------------------------------
QuoteDi sini contoh yang paling baik.
Polisi di malam hari harus menggunakan baju yang dilengkapi dengan peralatan retroreflective (bahasa umum di sini: "warna scotlight") sehingga mudah dilihat oleh pengendara. Menghentikan pun harus dari jauh dengan aba-aba, bukan tiba-tiba muncul seperti hantu di dekat pengendara. Tetapi mereka biasa main "ninja-ninja-an" di kegelapan agar tidak kelihatan dari jauh dan supaya pengendara lengah.

Jika Bro upasaka hampir menabraknya, maka hal ini tidak bisa dijadikan kesalahan. Setahu saya juga dia tidak berhak menilang karena dia kaget. Dan setahu saya lagi, polisi lalu lintas tidak punya hak untuk memeriksa hal lain seperti dompet, isi tas, selain yang berhubungan dengan disiplin lalu lintas. Berbeda jika memang ada operasi khusus, tetapi biasanya bukan dilakukan oleh Polantas. Jadi tindakan minta melihat isi dompet ini sudah bentuk premanisme.
anda pernah tinggal di papua?

teman saya disitu saja tanpa penerangan jalanan, seseorang pengendara masih bisa melihat dengan jarak radius +-3-4 meter....kesamping paling +-2 meter.....apalagi orang disitu memang gelap seperti ninja...
teman saya di marauke...

apa di jakarta gelap gulita seperti marauke? yang masuk akal donk.

masalah polisi memeriksa dompet ,dsb-nya bisa saja polisi akal-akalan memeriksa sajam atau narkoba..
tapi walau polisi melihat ada UANG....toh katakan saja, uang ini ada keperluan penting, saya tidak bisa bayar sekarang, di kantor saja....beres.

kalau anda di ancam sampai anda merasa terancam keselamatan anda, toh bayar saja kok...
dan mudah-mudahan tulisan kali ini dibaca.......


---------------------------------------------------------

kalau masalah bikin kaget secara UUD memang anda tidak bersalah...tapi jelas dalam aturan kehidupan sosial itu salah anda, baik sengaja atau tidak...memangnya pengendara yg membuat ibu-ibu pingsan sengaja?
kalau anda sudah salah, lebh baik dengar kan kata polisi saja....posisi anda sudah lemah.
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

bond

Sebenarnya masalah urusan ditilang polisi sederhana saja, tidak usah pusing siapa benar dan siapa salah .

Namanya saja "uang damai" maka tujuannya damai tidak ada konflik entah siapa yg benar dan siapa yg salah dikedepankan negosiasi. Inilah Indonesia.

Beda dengan "uang sogok"-->dari sisi pemberi dan "uang perasan" dari sisi penerima. Nah kalau ini menurut undang-undang ada tindak pidana korupsi  ;D dan juga ada tindak pidana melanggar lalin(kalau ada).

Maka berdamailah selalu  :)). Kecuali ada Undang-undang tidak boleh berdamai. ^-^
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

chingik

Quote from: bond on 24 December 2009, 05:11:32 PM
Sebenarnya masalah urusan ditilang polisi sederhana saja, tidak usah pusing siapa benar dan siapa salah .

Namanya saja "uang damai" maka tujuannya damai tidak ada konflik entah siapa yg benar dan siapa yg salah dikedepankan negosiasi. Inilah Indonesia.

Beda dengan "uang sogok"-->dari sisi pemberi dan "uang perasan" dari sisi penerima. Nah kalau ini menurut undang-undang ada tindak pidana korupsi  ;D dan juga ada tindak pidana melanggar lalin(kalau ada).

Maka berdamailah selalu  :)). Kecuali ada Undang-undang tidak boleh berdamai. ^-^

Cukup ucapkan "kita selesaikan secara kekeluargaan saja pak". Kalo udah jadi keluarga, ya semuanya bisa dikompromi toh? beres ,  :))

bond

^
^

Wah itu lebih baik, mengedepankan cinta kasih dan tenggang rasa  :))
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

ryu

ya, cukup keluarkan KN provost, maka uang damai tidak usah di pake =))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

wen78

#87
Quote from: upasaka on 24 December 2009, 10:07:13 AM
- Suatu saat pada tengah malam ketika saya selesai pulang dari acara malam minggu, saya melewati daerah razia motor. Banyak sekali polisi yang menghentikan motor yang lewat di sana. Tiba-tiba ada polisi yang menghentikan saya di tengah jalan. Saya pun spontan dan menarik pedal rem; hampir saja menabrak dia. Kemudian polisi itu marah-marah, mencabut kunci motor saya secara paksa, dan memukul-mukul bagian depan motor saya. Saya disuruh ke pinggir jalan dan turun, serta menunjukkan SIM dan STNK. Polisi ini sangat galak. Sedangkan polisi-polisi lainnya sibuk menangkap korban yang lain, sembari beberapa yang lain malah tertawa santai. Setelah melewati proses introgasi dan omelan dari polisi itu, dia meminta saya "uang damai". Tidak tanggung-tanggung, dia meminta uang dalam jumlah besar; katanya sebagai ganti rugi karena tadi saya hampir menabraknya. Pada saat itu, dia menyuruh saya membuka dompet; dan ketika melihat ada uang kertas seratus-ribuan, polisi itu meminta selembar uang itu dari saya. Saya tawar-tawar, dan dalam hati saya pikir ini seperti menawar uang tebusan motor + surat-surat kendaraan. Akhirnya saya relakan selembar uang itu untuknya. Ajaib! Segera setelah selembar uang itu saya berikan, sikapnya berubah drastis. Polisi itu bersikap hangat, dan tentunya dia juga mengucapkan: "Hati-hati, yah!"

yg saya tangkap dr contoh diatas tentang suap menyuap,
orang lain yg melintas dan meihat kejadian tsb akan menganggap kita sedang menyuap.
sebuah bentuk penyuapan atau tidak, saya gak tau.. tergantung situasi diri sendiri pada saat itu ketika hal itu terjadi.
bisa sebuah bentuk sebab akibat, bisa sebuah pelarian(agar tidak repot/tidak mo diperpanjang karena tidak ada gunanya), bisa sebuah jalan keluar, ... dll.
saat sebuah keputusan diambil dan hasilnya adalah mengambil uang dari dompet, saat itulah adalah saat sifat diri sendiri yg sejujurnya apapun alasannya/penyebabnya, yg mungkin harus dilatih terus dan dikembangkan lagi, dan mungkin harus dihindari/jgn diulangi.


menyuap atau tidak menyuap, tergantung diri sendiri ;D
kl dari lubuk hati yg terdalam benar2 merasa bahagia dengan sebuah penyuapan yg dilakukan, ya silahkan.. namun kl dari lubuk hati yg terdalam merasa "bersalah" ya.. jgn dilakukan ;D

[at] upasaka
lain kali uang 100rb an di lipet2.. biar kl dilihat ada nya uang receh :))
segala post saya yg tidak berdasarkan sumber yg otentik yaitu Tripitaka, adalah post yg tidak sah yg dapat mengakibatkan kesalahanpahaman dalam memahami Buddhism. dengan demikian, mohon abaikan semua statement saya di forum ini, karena saya tidak menyertakan sumber yg otentik yaitu Tripitaka.

marcedes

saya kira mental tujuan memberi uang itu adalah intinya....

Quote from: chingik on 24 December 2009, 05:19:45 PM
Quote from: bond on 24 December 2009, 05:11:32 PM
Sebenarnya masalah urusan ditilang polisi sederhana saja, tidak usah pusing siapa benar dan siapa salah .

Namanya saja "uang damai" maka tujuannya damai tidak ada konflik entah siapa yg benar dan siapa yg salah dikedepankan negosiasi. Inilah Indonesia.

Beda dengan "uang sogok"-->dari sisi pemberi dan "uang perasan" dari sisi penerima. Nah kalau ini menurut undang-undang ada tindak pidana korupsi  ;D dan juga ada tindak pidana melanggar lalin(kalau ada).

Maka berdamailah selalu  :)). Kecuali ada Undang-undang tidak boleh berdamai. ^-^

Cukup ucapkan "kita selesaikan secara kekeluargaan saja pak". Kalo udah jadi keluarga, ya semuanya bisa dikompromi toh? beres ,  :))

waduh, tar kalau saudara anda melanggar lalu lintas, kebetulan anda polisinya juga....ga usah di tilang gitu, pura-pura tak lihat saja....
ini namanya upayakausalya menyelamatkan duit keluarga...  :)) :)) :)) :)) :)) :)) :)) :))
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

K.K.

Quote from: marcedes on 24 December 2009, 04:46:05 PM
seperti nya anda juga punya penyakit sama tidak mau membaca baik-baik apa yg saya tulis..

sy kan sudah bilang, kalau sudah merasa "terancam" status nya sudah bukan uang damai, tapi uang tebusan. apa tulisan saya ini terlalu sulit di mengerti?

sy tidak memukul rata "memberi duit" langsung di cap salah. dan tdk tahu perspesi dari mana anda dapatkan sy mengatakan demikian...
Bukannya sebelumnya anda bilang bagaimana pun juga polisi dan preman tidak bisa disamakan? Kok sekarang jadi ada "uang tebusan" ketika berhadapan dengan polisi?

Bagi yang baca thread ini dengan baik dari depan akan mengerti kalau anda di awal bilang "uang damai" apa pun alasannya hanyalah sebuah pembenaran. Saya enggan "quote" dari awal, jadi biarlah anda yang menilai tulisan anda sendiri. Bagi saya diskusi kita sudah selesai.




Quote---------------------------------------------------------
anda pernah tinggal di papua?

teman saya disitu saja tanpa penerangan jalanan, seseorang pengendara masih bisa melihat dengan jarak radius +-3-4 meter....kesamping paling +-2 meter.....apalagi orang disitu memang gelap seperti ninja...
teman saya di marauke...

apa di jakarta gelap gulita seperti marauke? yang masuk akal donk.
:) Sekali-kali, cobalah "keliling" Jakarta tengah malam, tetapi jangan melewati arteri dan jalan protokol saja karena tidak akan anda temukan "Ninja" di tempat seperti Thamrin atau Soedirman.
Semoga nanti anda mengerti maksud saya.