Kelahiran dahulu Buddha pernah jadi binatang apa saja?

Started by ryu, 13 December 2009, 06:33:46 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

The Ronald

Quote from: Lokkhitacaro on 14 December 2009, 08:07:56 AM
Quote from: gachapin on 13 December 2009, 12:52:27 PM
apapun binatangnya, gak akan lebih kecil dari burung puyuh

Kenapa demikian ? Apa sudah ada hukum yang mengatur kelahiran calon Buddha ?
Malah yang sudah saya dengar, juga tak harus lebih besar dari gajah.. mana yang benar ?
karena karmanya.... seburuk2nya perbuatan boddhisata, tidak akan melakukan 6 kejahatan berat
bukan saja tidak lebih kecil dari burung puyuh, tp juga tidak akan bisa terlahir di neraka avici, alam peta (yg dpt menerima dana), merupakan alam terendah bagi kelahiran seorang boddhisata
...

andry

Samma Vayama

Peacemind

Quote from: andry on 14 December 2009, 08:26:19 AM
Quote from: Peacemind on 13 December 2009, 10:32:27 AM

- Ayam

ayam??
serius???
wah,berenti makan ayam dongggg

Yap... ada dalam Kisah Jātaka 383 - Kukkuṭajātaka. Saat itu Bodhisatta terlahir sebagai raja ayam (Kukkuṭarāja) yang di hutan dikelilingi ratusan ayam lain.

Peacemind

Quote from: fabian c on 14 December 2009, 07:49:15 AM
Quote from: Peacemind on 13 December 2009, 10:56:44 PM
Quote from: fabian c on 13 December 2009, 10:44:07 PM
Garuda, Naga, Kinnara adalah dewa catumaharajika.

_/\_



Garuda dan naga adalah dewa catumaharajika, tapi kalau Kinnara...????

Ini memang dugaan saya Samanera, karena dalam Catumaharajika secara garis besar dikatakan bahwa empat golongan terbesar adalah Naga, Yakkha, Gandabba dan Kumbandha, tetapi Garuda/Supanna juga termasuk diantaranya, dan saya rasa Kinnara juga, karena melihat alam kehidupan Kinnara adalah Sugati, seperti yang kita baca dalam Canda Kinnara Jataka. Kelihatannya bentuk tubuh dewa Catumaharajika aneh-aneh.

Oleh karena Kinnara tak bisa digolongkan manusia atau hewan, sedangkan kehidupannya menyenangkan, kehidupan mereka tidak buruk seperti asura dan mereka bukan tinggal di lautan seperti para Asura. Maka menurut saya kesimpulan paling logis adalah Catumaharajika.

_/\_

Yap memang dikatakn bahwa Kinnara termasuk kelompok dewa yang berada dibawah Dewa Kuvera. Akan tetapi, dalam Candakinnarījātaka, diceritakan bahwa sepasang Kinnara/ri ini hidup di gunung Himalaya. Memang tampaknya kehidupan mereka bahagia, namun jika mereka termasuk kelompok para dewa, mengapa Raja Benares bisa menangkapnya ya? Apakah kekuatan manusia lebih besar dari dewa ini?

Sebenarnya problem ini juga muncul berhubungan dengan Naga juga. Meskipun makhluk ini juga termasuk dewa, dalam kitab komentar Jātaka, makhluk ini terkadang tertangkap oleh manusia dan bahkan ada beberapa cerita yang menjelaskan bagaimana makhluk ini menikah dengan manusia sampai memiliki anak. Hmmm..any idea?

Jātaka story juga menceritakan seekor garuda, setelah menyamar menjadi seorang manusia, berhubungan badan dengan manusia... Kok bisa ya?

The Ronald

kekuatan manusia lebih besar dari Kinnara.. yah ada beberapa, contoh Buddha sendiri...
di jaman skrg banyak yg menjadi tuan nya mahluk2 halus, entah dewa/ yaksa/ naga

QuoteJātaka story juga menceritakan seekor garuda, setelah menyamar menjadi seorang manusia, berhubungan badan dengan manusia... Kok bisa ya?
bisa saja, soalnya dia udah menyamar jd manusia, mempunyai kelamin manusia...
jaman skrg..paling genderuwo , kolor ijo, dll klo dgr cerita jawa jaman aku maseh kecil seh
dalam pettavattu, ada dewa yg menculik manusia.. dan berhubungan badan dgn manusia
bahkan penghuni alam 33 dewa, tidak lepas dari cengkraman napsu..
...

Peacemind

Quote from: The Ronald on 14 December 2009, 08:23:28 AM
Quote from: Lokkhitacaro on 14 December 2009, 08:07:56 AM
Quote from: gachapin on 13 December 2009, 12:52:27 PM
apapun binatangnya, gak akan lebih kecil dari burung puyuh

Kenapa demikian ? Apa sudah ada hukum yang mengatur kelahiran calon Buddha ?
Malah yang sudah saya dengar, juga tak harus lebih besar dari gajah.. mana yang benar ?
karena karmanya.... seburuk2nya perbuatan boddhisata, tidak akan melakukan 6 kejahatan berat
bukan saja tidak lebih kecil dari burung puyuh, tp juga tidak akan bisa terlahir di neraka avici, alam peta (yg dpt menerima dana), merupakan alam terendah bagi kelahiran seorang boddhisata

Kitab Komentar mengatakan bahwa seorang Bodhisatta tidak akan terlahir sebagai binatang yang lebih kecil dari burung puyuh dan tidak lebih besar dari gajah.

Meskipun seorang Bodhisatta tidak akan melakukan 6 kejahatan besar, ada beberapa cerita yang menyiratkan ia melakukan pembunuhan khususnya ketika ia terlahir sebagai seorang war fighter.

Seorang Bodhisatta memang tidak akan terlahirkan di alam neraka. Juga dalam kitab komentar Jātaka, tidak ditemukan bahwa seorang bodhisatta pernah terlahir sebagai makhluk peta yang bisa menerima dana. Bahkan dalam Jātakanidāna, dikatakan bahwa seorang Bodhisatta tidak akan dilahirkan sebagai nijjhāmataṇhā khuppipāsā yang merupakan makhluk peta yang dideritakan oleh nafsu keinginan karena kelaparan dan kehausan. Makhluk peta ini tampaknya tergolong makhluk2 peta yang bisa diselamtkan melalui patidana.

Be happy.

Peacemind

Quote from: The Ronald on 14 December 2009, 09:05:19 AM
kekuatan manusia lebih besar dari Kinnara.. yah ada beberapa, contoh Buddha sendiri...
di jaman skrg banyak yg menjadi tuan nya mahluk2 halus, entah dewa/ yaksa/ naga

QuoteJātaka story juga menceritakan seekor garuda, setelah menyamar menjadi seorang manusia, berhubungan badan dengan manusia... Kok bisa ya?
bisa saja, soalnya dia udah menyamar jd manusia, mempunyai kelamin manusia...
jaman skrg..paling genderuwo , kolor ijo, dll klo dgr cerita jawa jaman aku maseh kecil seh
dalam pettavattu, ada dewa yg menculik manusia.. dan berhubungan badan dgn manusia
bahkan penghuni alam 33 dewa, tidak lepas dari cengkraman napsu..

:-?  :-?  :-?

Peacemind

Quote from: ryu on 14 December 2009, 07:34:52 AM
Karena sebab apakah sehingga Buddha terlahir jadi binatang?

Jika percaya dengan Hukum Kamma, tentu kelahiran beliau sebagai binatang  disebabkan karena kamma yang lampau.

Brado

Quote from: Peacemind on 14 December 2009, 09:23:36 AM
Quote from: The Ronald on 14 December 2009, 08:23:28 AM
Quote from: Lokkhitacaro on 14 December 2009, 08:07:56 AM
Quote from: gachapin on 13 December 2009, 12:52:27 PM
apapun binatangnya, gak akan lebih kecil dari burung puyuh

Kenapa demikian ? Apa sudah ada hukum yang mengatur kelahiran calon Buddha ?
Malah yang sudah saya dengar, juga tak harus lebih besar dari gajah.. mana yang benar ?
karena karmanya.... seburuk2nya perbuatan boddhisata, tidak akan melakukan 6 kejahatan berat
bukan saja tidak lebih kecil dari burung puyuh, tp juga tidak akan bisa terlahir di neraka avici, alam peta (yg dpt menerima dana), merupakan alam terendah bagi kelahiran seorang boddhisata

Kitab Komentar mengatakan bahwa seorang Bodhisatta tidak akan terlahir sebagai binatang yang lebih kecil dari burung puyuh dan tidak lebih besar dari gajah.

Meskipun seorang Bodhisatta tidak akan melakukan 6 kejahatan besar, ada beberapa cerita yang menyiratkan ia melakukan pembunuhan khususnya ketika ia terlahir sebagai seorang war fighter.

Seorang Bodhisatta memang tidak akan terlahirkan di alam neraka. Juga dalam kitab komentar Jātaka, tidak ditemukan bahwa seorang bodhisatta pernah terlahir sebagai makhluk peta yang bisa menerima dana. Bahkan dalam Jātakanidāna, dikatakan bahwa seorang Bodhisatta tidak akan dilahirkan sebagai nijjhāmataṇhā khuppipāsā yang merupakan makhluk peta yang dideritakan oleh nafsu keinginan karena kelaparan dan kehausan. Makhluk peta ini tampaknya tergolong makhluk2 peta yang bisa diselamtkan melalui patidana.

Be happy.

Terima kasih atas keterangannya..
Lalu jika kita ingin kelahiran mendatang minimal di alam manusia lagi.. apa yang harus kita jaga dan lakukan? Mengingat kesempatan terlahir sebagai manusia begitu langka..

The Ronald

justru karena langka, kesempatan saat menjadi manusia, sebaiknya dipakai..paling tidak mencapai tingkat kesucian sotapanna, malah kalau perlu arahat
bahkan bodhisatta, yg selalu menjaga silanya, masih bolak balik antara alam dewa, manusia dan binatang
...

Peacemind

Quote from: Lokkhitacaro on 14 December 2009, 12:03:31 PM

Lalu jika kita ingin kelahiran mendatang minimal di alam manusia lagi.. apa yang harus kita jaga dan lakukan? Mengingat kesempatan terlahir sebagai manusia begitu langka..

Dalam kitab suci agama Buddha, banyak penjelasan mengenai cara untuk terlahir sebagai manusia lagi. Satu contoh, dalam Akhankheyyasutta dari Majjhimanikāya, dikatakan bahwa jika seseorang mempraktikkan sīla dengan baik dan berharap supaya terlahir di alam manusia lagi, keinginan tersebut akan terkabul. Intinya, perbuatan baiklah yang membawa seseorang terlahir di alam bahagia termasuk manusia. Namun, saya lebih setuju dengan pandangan saudara Ronald. Daripada memikirkan supaya terlahir di alam manusia di alam mendatang, lebih baik gunakan kesempatan emas ini sebagai manusia untuk mempraktikkan Dhamma supaya bebas dari tumimbal lahir dan paling tidak mencapai sotapanna. Jika sudah mencapai sotapann, di kehidupan2 mendatangpun sudah dipastikan akan terlahir di alam2 bahagia sebelum mencapai kesucian arahat.

Be happy.

Nevada

Quote from: Peacemind on 14 December 2009, 05:04:39 PM
Quote from: Lokkhitacaro on 14 December 2009, 12:03:31 PM

Lalu jika kita ingin kelahiran mendatang minimal di alam manusia lagi.. apa yang harus kita jaga dan lakukan? Mengingat kesempatan terlahir sebagai manusia begitu langka..

Dalam kitab suci agama Buddha, banyak penjelasan mengenai cara untuk terlahir sebagai manusia lagi. Satu contoh, dalam Akhankheyyasutta dari Majjhimanikāya, dikatakan bahwa jika seseorang mempraktikkan sīla dengan baik dan berharap supaya terlahir di alam manusia lagi, keinginan tersebut akan terkabul. Intinya, perbuatan baiklah yang membawa seseorang terlahir di alam bahagia termasuk manusia. Namun, saya lebih setuju dengan pandangan saudara Ronald. Daripada memikirkan supaya terlahir di alam manusia di alam mendatang, lebih baik gunakan kesempatan emas ini sebagai manusia untuk mempraktikkan Dhamma supaya bebas dari tumimbal lahir dan paling tidak mencapai sotapanna. Jika sudah mencapai sotapann, di kehidupan2 mendatangpun sudah dipastikan akan terlahir di alam2 bahagia sebelum mencapai kesucian arahat.

Be happy.

Menjalankan Pancasila dengan teguh adalah salah satu fondasi yang membuat kita untuk bisa terlahir menjadi manusia. Dan jangan abaikan pikiran menjelang kematian. Jika kita bisa menata pikiran yang baik sesaat sebelum kematian, maka besar kemungkinan untuk terlahir di alam kehidupan yang baik.

waliagung

yg pasti dari mahluk yg paling hina sampai jadi mahluk paling sempurna

Adhitthana

Dalam mempraktikkan sīla, Bodhisatta masih mungkin melanggar poin2 Pancasila ..... itulah sebabnya mengapa Bodhisatta bisa terlahir di-alam binatang dan peta ..... tetapi Bodhisatta tidak mungkin melanggar Sila ke 4 yaitu berbohong .....
Untuk bisa terlahir kembali menjadi manusia ..... minimal praktik Pancasila
ingin lahir di keluarga kaya dan terpandang ..... tambah berdana yg tulus  ;D





  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

andry

Samma Vayama