MN 10: Satipa??h?na Sutta -> versi Burma -> Mahasatipa??h?na (sama dengan DN 22)

Started by Sumedho, 09 December 2009, 05:33:03 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Sumedho

MN 10 pada tipitaka adalah Satipaṭṭhāna Sutta tetap khusus pada tipitaka versi burma, kenapa jadi MahaSatipaṭṭhāna Sutta? Koq direplace dengan DN 22 *jadi MN10 dan DN22 pada edisi burma adalah sama persis*
There is no place like 127.0.0.1

char101


Sumedho

nda koq, ini official dari sananya. Di Tipitaka PTS juga ada kasih remark demikian kalau versi burma MN10 nya itu jadi maha. konon sih katanya di konsili ke 5 diganti
There is no place like 127.0.0.1

char101

Jangan-jangan memang aslinya hanya ada satu mahasatipatthana sutta. Toh memang sutta yang sama kan. Kalau satipatthana sutta itu, sekarang acuannya dari tipitaka versi mana ;D

Nevada

Isinya memang sama persis. Jadi untuk merekonsiliasi kedua Sutta ini, mungkin di Burma mengambil tindakan win-win solution. Daripada menghapus salah satu sutta, lebih baik menyamakan kedua nama Sutta itu menjadi "Mahasatiaptthana Sutta".

IMHO

char101


Nevada

Quote from: char101 on 09 December 2009, 09:18:52 AM
Quote from: upasaka on 09 December 2009, 08:59:49 AM
Isinya memang sama persis.

Yang di digha nikaya ada penjelasan cattariariya saccani di bagian akhirnya.

Ok, nanti saya coba baca lagi keduanya... Thanks.

Sumedho

bentul. belakangan ada penjelasan 4 noble truth aja kalau versi maha.

dibandingkan sutta2x lain kan ada versi cula dan maha nya tidak direplace.
ini direplace dan sama persis pulak isinya :) apakah kesalahan teknis?
There is no place like 127.0.0.1

char101

Quote from: Sumedho on 09 December 2009, 01:53:18 PM
dibandingkan sutta2x lain kan ada versi cula dan maha nya tidak direplace.
ini direplace dan sama persis pulak isinya :) apakah kesalahan teknis?

sutta2x lain yang ada cula dan mahanya kan memang sutta yang berbeda, tapi apa mahasatipattahana dan satipatthana itu dibabarkan Sang Buddha di waktu yang berbeda? sepertinya sih itu memang sutta yang sama.

Sumedho

There is no place like 127.0.0.1

Jerry

Sama-sama dibabarkan kepada kaum Kuru di kota Kammasadhamma. Ada pernyataan scholar buddhis yg mengatakan agak janggal ketika sebuah sutta yang sangat penting dibabarkan hanya di satu tempat - yaitu kammasadhamma - yang pada zaman modern dekat New Delhi. Pada masa itu, daerah kammasadhamma bisa dikatakan daerah terujung dari wilayah ajaran Sang Buddha. Ditambah, sutta yang sama dibabarkan hingga 2x di tempat yg sama, yaitu pasar Kuru di kota Kammasadhamma. Pertanyaannya, mengapa?

Dengan beberapa bukti disertakan, kurang lebihnya yg saya ingat 1 poin sih konon teks2 Buddhisme telah mengalami evolusi tak terkecuali sutta yg 1 ini. Dan jika memang demikian, bisa dikatakan bahwa MN Satipatthana Sutta merupakan bentuk awalnya yg lalu dikembangkan menjadi DN Maha-satipatthana Sutta.
appamadena sampadetha

gajeboh angek

kalau menilik kebiasaan, mungkin saja ada dua sutta.
kan sering disebutkan pikiran seseorang sudah lembut, maka Sang Buddha mengajarkan empat kebenaran ariya, dan seterusnya. jadi menurut saya sering sekali sutta yang sama dibabarkan berkali-kali.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Jerry

memang ada juga kemungkinan utk itu, ada 2 sutta yg diturunkan di pasar yg sama di kota yg sama pd kaum yg sama. dan ada pula kemungkinan sutta yg dianggap penting telah dievolusikan dan lalu dilabeli "digha nikaya". kenyataannya tiap 1 landasan kesadaran yg dikembangkan secara penuh saja, pikiran orang sudah pasti jadi lembut dan merealisasi 4KM koq dan bisa jd arahat, minimal anagami jika masih ada sedikit kemelekatan. ini diindikasikan dengan kalimat:
"Or his mindfulness that 'There is/are ......' is maintained to the extent of knowledge & remembrance. And he remains independent, unsustained by (not clinging to) anything in the world."
appamadena sampadetha

luis

Kalau dari telaah Tipitaka Palinya Ajahn Sujato, beliau mengatakan bahwa Maha Satipatthana Sutta itu merupakan satu2nya sutta yang tidak ditemukan di Dharmaguptaka Dirgha Agama (padanannya Digha Nikaya). Sutta ini juga tidak terdapat di Sarvastivada Dirgha Agama. Jadi memang kemungkinan besar, Maha Satipatthana Sutta ini merupakan evolusi dari Satipatthana sutta, apalagi penambahan eksposisi dari 4 KM identik dengan Sacca Vibhanga Sutta (MN 141). Penjabaran analisis KM 2 and 3, diduga menjadi cikal bakal cittavithi alias penjabaran proses kognitif di Abhidhammikas. Dengan kata lain, Ajahn Sujato menyimpulkan kalau evolusi Satipatthana --> Maha Satipatthana itu menjadi jembatan untuk Abhidhamma awal.

Selengkapnya bisa dibaca di free e-book nya http://www.bswa.org/PDF/A_History_of_Mindfulness.pdf

Semoga semua makhluk berbahagia.

Mettacittena,
Luis
Do not blame nor criticise anyone, as there is no one to blame in the first place.

gajeboh angek

menilik ada tulisan ini dari buku yang sama:
"the Theravada Abhidhamma scholars, for all their insistence on radical momentariness, still betray a nervousness, amounting almost to neurosis, in their obsessively repetitive texts, a massive attempt to freeze the Dhamma in a matrix of abstract, contextless, and bloodless dhammas"

perhatikan "neurosis"

dia menuduh Abhidhamma bukan perkataan Sang Buddha, melainkan kerjaan sekelompok orang yang hampir sakit jiwa...

mendingan pendapatnya Ajahn Sujato jangan terlalu dimakan bulet-bulet deh.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days