News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu

Mengapa arahat menangis(Ajahn Luangta Mahaboowa)?

Started by bond, 11 January 2008, 10:32:44 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

chingik

Quote from: andry on 11 January 2008, 11:04:34 PM
kalo kata saya kesalahan dari translater..
kmaren waktu jalan2 ke maribaya.. sama pesohor2(kata gw) theravada, yg udah kenal banyak bikhu, kita ngobrol2 ttg achan bowa..
ada salah satu meici, dia bilang , beliau tidak bilang arahat, namuun tidak akan lahir lagi, berarti.. bisa saja anagami.. kan...
menurut saya beliau anagami...

Tidak akan lahir lagi ya berarti arahat
kalo Anagami akan terlahir sekali lagi , tapi langsung ke alam Sudavassa

Sunkmanitu Tanka Ob'waci

QuoteJika Buddha bisa tersenyum (lihat kisah Matthakundali, kisah menteri Santati dalam Dhammapada Atthakata, dan masih banyak lagi), mengapa Buddha tidak bisa menangis?

Mungkin sdr/sdri chingik bisa mencari referensi apakah pernah Buddha menangis? Karena setahu saya kesadaran yang menghasilkan senyuman hanya dimiliki seorang Arahat, Paccekka Buddha, dan Sammasambuddha.

Jangan disamakan senyuman orang biasa dengan seorang Arahat, yang cittanya tersenyum sendiri walaupun tidak ada niat (yang kiriya) untuk tersenyum dan terbebas dari kusala dan akusala. Sebagai contoh apabila melihat tempat yang cocok untuk bermeditasi, cittanya akan tersenyum sendiri.

Dan setahu saya tangisan cuma akusala.

Maaf penyebutan sdr/sdri, karena di sini suka salah gender.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

andry

Quote from: chingik on 11 January 2008, 11:20:46 PM
Quote from: andry on 11 January 2008, 11:04:34 PM
kalo kata saya kesalahan dari translater..
kmaren waktu jalan2 ke maribaya.. sama pesohor2(kata gw) theravada, yg udah kenal banyak bikhu, kita ngobrol2 ttg achan bowa..
ada salah satu meici, dia bilang , beliau tidak bilang arahat, namuun tidak akan lahir lagi, berarti.. bisa saja anagami.. kan...
menurut saya beliau anagami...

Tidak akan lahir lagi ya berarti arahat
kalo Anagami akan terlahir sekali lagi , tapi langsung ke alam Sudavassa


yup.. beliau tidak ngomong tidak akan lahir lage sbg manusia,
namun ngomong tidak akan lahir lage..
do you understand??
Samma Vayama

williamhalim

Quote from: chingik on 11 January 2008, 10:39:06 PM
Jika Buddha bisa tersenyum (lihat kisah Matthakundali, kisah menteri Santati dalam Dhammapada Atthakata, dan masih banyak lagi), mengapa Buddha tidak bisa menangis?

Menurut saya, Tidak aneh jika seorang Buddha/Arahat menangis.

Kita dapat merujuk juga dari hal hal seperti:
Buddha juga mengalami rasa sakit (lihat Mahaparinibbana Sutta), tetapi sensasi dan persepsi RASA SAKIT Buddha tidak sama dengan manusia awam.

Begitu juga Senyuman/Tangisan seorang Buddha/Arahat TIDAK SAMA dengan Senyuman/Tangisan seorang manusia biasa. 


Menurutku, kita harus menghindari membuat interpretasi sendiri, bisa fatal.

Gara2 Ajahn Boowa menangis, kini sudah mulai 'dibenarkan/dicari2 pembenaran' Tangisan Arahat'.... "Tangisan Arahat adalah 'wajar", "Buddha bisa tersenyum, kenapa tidak bisa menangis...?" dsbnya....

Karena pembenaran diatas, bahwa seorang Buddha/Arahat Bisa tersenyum dan menangis, maka kenapa Buddha/Arahat tidak bisa pula marah, benci, kesal, bohong, membunuh dsbnya.... maka selanjutnya akan dibenarkan pula: Kemarahan Arahat, Kekesalan Arahat, Makian Arahat, Sumpah Serapah Arahat, Kebohongan Arahat, Pembunuhan Arahat...dsbnya

Semuanya bisa saja jadi 'Pembenaran'....   :hammer:



::



Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

chingik

 
Quote

Menurutku, kita harus menghindari membuat interpretasi sendiri, bisa fatal.

Gara2 Ajahn Boowa menangis, kini sudah mulai 'dibenarkan/dicari2 pembenaran' Tangisan Arahat'.... "Tangisan Arahat adalah 'wajar", "Buddha bisa tersenyum, kenapa tidak bisa menangis...?" dsbnya....

Karena pembenaran diatas, bahwa seorang Buddha/Arahat Bisa tersenyum dan menangis, maka kenapa Buddha/Arahat tidak bisa pula marah, benci, kesal, bohong, membunuh dsbnya.... maka selanjutnya akan dibenarkan pula: Kemarahan Arahat, Kekesalan Arahat, Makian Arahat, Sumpah Serapah Arahat, Kebohongan Arahat, Pembunuhan Arahat...dsbnya

Semuanya bisa saja jadi 'Pembenaran'....   :hammer:


Betul, bro...kalo direnungkan secara mendalam, interpretasi kita bisa membuat fatal. Berhubung ini adalah sebuah wadah diskusi, maka tentu kita sangat berharap ada saling asih, asah dan asuh. Saya sangat menghargai tanggapan seperti ini. Thks

_/\_

tesla

this discussion is beyond our current knowledge...
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

bond

Yg pasti he is a great person. Dan pernah menyelamatkan Thailand dari krisis ekonomi yg berkepanjangan. Dan usaha dalam dhamma yg gigih. _/\_
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

chingik

U/ bro Karuna Murti.
Terima kasih atas penjelasannya. Saya juga baru tahu bahwa ternyata tangisan adalah bagian dari akusala citta.
Tapi bagaimana menjelaskan tentang kebahagiaan luar biasa yang muncul dibarengi dengan tangisan? Sepertinya ini adalah fakta yang dialami setiap orang. Apakah itu termasuk bagian dari akusala citta?

Sunkmanitu Tanka Ob'waci

#23
wah proses citta itu sangat rumit, harus dilihat sendiri, dan benar benar disadari, mungkin saja itu akusala citta yang seperti kusala citta? kasihan (akusala citta) berbeda dengan cinta kasih (kusala citta)

dilihat dari contekan, kalau pikiran tenang, sejuk dan ringan, dipenuhi kebahagiaan, itu piti (kegiuran), bisa saja keluar air mata dan goosebump (seperti merinding / kedinginan, keluar titik2), tapi piti di sini Kuttaikapiti, piti kecil, piti biasa, pada piti yang lebih besar, tidak akan keluar, tapi tubuhnya terbang.

tapi kalau pikiran tidak tenang, ada rasa sedih itu bukan piti, tapi soka (kesedihan), yang akusala

kalau keluar air mata mungkin, reaksi tubuh atau dll, tapi kalau Arahat lihat2 dari referensi, mereka akan "jaga emosi" (istilah saya yang bukan orang suci). tersenyumnya saja tidak akan terlihat giginya, dan Sang Buddha yang kalau berbicara selalu tersenyum. dan saya belum menemukan referensi ada arahat yang menangis. bahkan di beberapa teks disebutkan air mata merupakan salah satu perusak Sasana.

YM Ananda pernah digambarkan menangis (waktu belum Arahat), dan YM Kassapa ditugaskan menjaga konsili pertama dari kedatangan YM Ananda karena beliau belum Arahat. Ternyata YM Ananda menjadi Arahat sebelum konsili dimulai.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

williamhalim

Quote from: chingik on 17 January 2008, 10:31:36 PM
U/ bro Karuna Murti.
Terima kasih atas penjelasannya. Saya juga baru tahu bahwa ternyata tangisan adalah bagian dari akusala citta.
Tapi bagaimana menjelaskan tentang kebahagiaan luar biasa yang muncul dibarengi dengan tangisan? Sepertinya ini adalah fakta yang dialami setiap orang. Apakah itu termasuk bagian dari akusala citta?

Frens yg baik,

IMO:
'Kebahagiaan luar biasa' sehingga kadang keluar air mata, memang dialami oleh kita2, oleh batin umat awam.

Sedangkan kita tau, seorang arahat telah mencapai Keseimbangan / ketenangan batin (upekkha) yg sangat sempurna.

Mungkin bisa dibayangkan, apakah seseorang yg sudah sangat tenang seimbang dalam setiap citta-nya masih bisa mengalami "kebahagiaan luar biasa"? Tentu tidak, karna tenang seimbang artinya tidak gembira maupun sedih, apalagi secara 'luar biasa'.


::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Sumedho

There is no place like 127.0.0.1

Sunkmanitu Tanka Ob'waci

hehe si bos mancing-mancing aja
ane gak berani bilang bos, takut salah
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Sumedho

There is no place like 127.0.0.1

williamhalim

Quote from: Sumedho on 18 January 2008, 10:26:34 AM
artinyaa....  ^-^

Quote from: karuna_murti on 18 January 2008, 03:15:30 PM
hehe si bos mancing-mancing aja
ane gak berani bilang bos, takut salah

ane juga ah, nggak mo kepancing he3   :P

::

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Suchamda

Quote from: Sumedho on 18 January 2008, 10:26:34 AM
artinyaa....  ^-^

....artinya suhu mengajak untuk menyimpulkan sesuatu.  ^-^

.....Ah, sebaiknya jangan dijawab. Silent is better. ^:)^
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho