tanpa duduk bersila

Started by Asiong, 12 November 2009, 01:41:42 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

The Ronald

#60
Quote from: tesla on 16 November 2009, 11:49:17 AM
Quote from: The Ronald on 15 November 2009, 06:35:20 PM
berarti cuma pikiran?? dalam bersikap gimana?
kalau pikiran sudah tidak membanding2kan/membeda2kan orang/individu lain. sikapnya juga otomatis akan selaras & tidak ada konflik dg orang/individu lain.

Quote
apakah menurut anda, tak ada yg patut di hormati, karena sebenarnya kita semua tidak lebih tinggi, tidak lebih rendah, dan tidak juga sama?
ketika berpikir ada yg patut dihormati, artinya ada jg yg tidak patut dihormati.
menurut saya pikiran demikian justru menghasilkan perpecahan saja.
makanya sejak semula saya bertanya,
"untuk apa" kita menghormati?
apa tujuan anda menghormati seseorang?
apa motifnya?

menurutku ada ada kesalahan deh, semoga aku salah, agak melenceng dari jalan tengah
dgn pola pikir yang sama... bila di kebangkan, maka :
1.membunuh itu tidak salah
karena tidak ada yg di bunuh, semua ini cuma ilusi,  semua tampa "aku", maka perbuatan membunuh juga hasil presepsi, sebenarnya gak ada yg namanya membunuh

2. mencuri juga tidak salah
karena semua adalah tampa aku, tak ada aku yg kekal, tak ada kepemilikan, itu bukan miliknya, itu juga bukan milik ku, jd manakah yg di sebut mencuri?

itu hasil pengembangan dari apa yg bro bicarakan
semua hanya permainan pikiran tampa adanya sila


motif menghormati seseorang sebenar simple, biar manusia dapat membedakan mana yg baik mana yg buruk, mana yg patut mana yg tidak patut di lakukan, jika penjahat dan buddha di perlakukan sama, maka.. apa manfaat yg di peroleh secara langsung oleh org yg menjalani kehidupan suci? <-- kurasa ajjatasatu sempat menanyakannya

aku tambahkan, apa manfaat secara langsung yg di dapatkan jika seseorang melatih silanya?

jika semua diperlakukan sama, maka org cenderung akan mengikuti pemuasan napsu indra
yah dgn demikian, Dhamma asli akan lenyap, yg berkembang hanyalah Dhamma palsu
selanjutnya sampai yg palsu pun tidak ada..

back lagi ke sikap rendah hati dan menghormati
dgn berpikir semua sama, maka tidak ada yg lebih buruk , tidak ada yg lebih baik, apakah org akan membutuhkan Dhamma?
landasannya sudah tidak ada.

apa itu sikap rendah hati? ternyata permainan pikiran, cara berbuatnya jika bertemu seseorang gimana? tidak terjawab... tidak memiliki landasan untuk perbuatan, hanya di sebutkan agar tidak membedakan, apakah harus diam? menyapa? cuek? ataukah  org itu cuma ilusi, mungkin saja tidak ada... tampa landasan, maka rendah hati itu cuma pikiran doank

...

tesla

Quote from: The Ronald on 16 November 2009, 09:26:08 PM
menurutku ada ada kesalahan deh, semoga aku salah, agak melenceng dari jalan tengah
dgn pola pikir yang sama... bila di kebangkan, maka :
1.membunuh itu tidak salah
karena tidak ada yg di bunuh, semua ini cuma ilusi,  semua tampa "aku", maka perbuatan membunuh juga hasil presepsi

2. mencuri juga tidak salah
karena semua adalah tampa aku, tak ada aku yg kekal, tak ada kepemilikan, ik\tu bukan miliknya, itu juga bukan milik ku, jd manakah yg di sebut mencuri?
"membunuh", "mencuri", "menghormati" adalah suatu tindakan (aktif) yg diawali dari niat.
jika ada tindakan, maka telusurilah niat dari tindakan tsb.

sedangkan tidak menghormati yg saya maksudkan bukan artinya tindakan aktif mencela seseorang, melainkan hanya absennya pikiran/rasa hormat. kita dapat hidup berdampingan dg semut, burung, nyamuk, pasir, awan, batu, bahkan manusia lain tanpa perlu pikiran/rasa hormat thd itu semua.

mengenai semua adalah "tanpa aku", saya tidak berpendapat demikian. bagi saya "aku" ada. selagi seseorang masih melekat, "aku" ada, bukan ilusi. hanya arahat yg sudah tanpa-aku. :)

Quote
itu hasil pengembangan dari apa yg bro bicarakan
semua hanya permainan pikiran tampa adanya sila
sekali lagi, saya tidak berbicara  tanpa sila. yg saya bicarakan memang permainan pikiran "yg tidak bermanfaat". bagi saya memilah2 mana yg tidak patut dihormati & mana yg patut dihormati adalah tidak bermanfaat.

Quote
motif menghormati seseorang sebenar simple, biar manusia dapat membedakan mana yg baik mana yg buruk, mana yg patut mana yg tidak patut di lakukan, jika penjahat dan buddha di perlakukan sama, maka.. apa manfaat yg di peroleh secara langsung oleh org yg menjalani kehidupan suci?
jika penjahat diperlakukan layak seperti seorang manusia atau buddha, bagaimana manfaat kehidupan suci bisa hilang? maaf saya tidak mengerti...

IMO, bahkan seorang berstatus penjahat pun dapat menjadi Buddha.
ketika pikiran menilai & ketika kita bertemu dgnnya, penjahat dulu itu mungkin sudah menjadi Buddha, melekati pikiran tidak menghormati penjahat tsb hanya mengakibatkan tidak menghormati Buddha pula :)
kita (putthujana ataupun mungkin sekha) belum tentu punya kapasitas utk mengetahui apa seseorang telah tercerahkan atau tidak, namun hanya punya kecenderungan bergantung pada masa lalu (ingatan, pengalaman thd orang itu) utk menilai seseorang :)

Quote
aku tambahkan, apa manfaat secara langsung yg di dapatkan jika seseorang melatih silanya?
jawaban ini diulang2 di byk sutta terutama DN bagian awal :)
maaf saya tidak hafal isi tipitaka secara tepat & tidak perlu dipost lagi krn bisa dibaca di website ini.

Quote
jika semua diperlakukan sama, maka org cenderung akan mengikuti pemuasan napsu indra
yah dgn demikian, Dhamma asli akan lenyap, yg berkembang hanyalah Dhamma palsu
selanjuatnya sampai yg palsu pun tidak ada..
maaf, saya tidak sependapat. tuduhan ini persis seperti tuduhan umat lain yg mengatakan jika tidak ada meyakini Tuhan yg akan membalas segala sesuatu perbuatannya, maka manusia akan jahat semua, krn tidak ada gunanya berbuat baik. menurut saya, tanpa diadili oleh lingkungannya bahwa jika ia jahat maka direndahkan, dan sebaliknya, seseorang akan mulai meninggalkan pemuasan indrawi ketika ia melihat bahwa kebahagiaan yg dihasilkan dari situ bersifat sementara & ketika kebahagiaan itu pergi yg datang adalah pendderitaan.
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

The Ronald

hmm.. miss komunikasi, btw saya tanya dulu apa itu rasa hormat? apa itu rendah hati?
dgn posisi bro tesla, mengamati org lain
bagaimana bro tesla bisa bilang, oh dia tidak hormat, oh dia hormat, oh dia rendah hati, oh dia tinggi hati, oh dia telah menghilangkan  "hormat"

knp aku bilang tampa sila? soalnya gini
bagaimana anda menghadapi seseorg dengan pemikiran tidak tinggi/tidak rendah/ dan juga tidak sama ? yg dijawab bro tesla sekedar bentuk2 pikiran, tp tidak di ikuti oleh tindakan (Sila), makanya aku bilang tampa sila. pikiran itu bermanfaat jika ada sila yg mendukung, berpikir saja tidak cukup,  contoh saya tau membunuh tidak baik, lantas saya membunuh...

betul seorang penjahat bisa menjadi Arahat, tp bukan itu yg saya maksudkan, jd anda memperlakukan penjahat sama seperti Buddha?
apakah anda tau manfaat dari kehidupan suci di saat ini dan sekarang?

Quote# "Sekarang, bagaimana pendapatmu, O Baginda. Seandainya di antara orang-orang yang tinggal dalam kerajaanmu ada seorang budak yang bekerja untukmu, bangun sebelummu dan istirahat setelahmu, gembira untuk melaksanakan perintahmu, berusaha membuat ucapan dan kelakuannya menyenangkan, seorang yang dapat mengerti. Kemudian ia berpikir : 'Sungguh mengagumkan dan luar biasa tumbuhnya amal ibadah (punna) ini, akibat dari amal-ibadah ini! Raja Ajatasattu dari Magadha, putra Ratu Videha ini adalah seorang manusia, dan aku juga manusia. Tetapi, Raja Ajatasattu hidup dalam kenikmatan, dikaruniai dengan lima macam kesenangan indria seperti gambarannya seorang dewa; sedang aku sendiri adalah seorang budak, bekerja untuknya, bangun sebelumnya dan istirahat setelahnya, gembira untuk melaksanakan perintahnya, berusaha membuat ucapan dan kelakuanku menyenangkan, seorang yang dapat mengerti. Seandainya aku seperti dirinya, maka aku juga dapat memperoleh amal-ibadah. Mengapa aku tidak mencukur rambut dan janggut, mengenakan jubah kuning dan meninggalkan hidup keluarga untuk menempuh hidup sebagai petapa (pabbaja) ?'

Beberapa waktu kemudian ia mencukur rambut dan janggutnya, mengenakan jubah kuning dan meninggalkan hidup keluarga untuk menempuh hidup sebagai petapa. Setelah masuk menjadi petapa, ia hidup mengendalikan diri dalam perbuatan, ucapan dan pikiran, merasa puas dengan makanan dan tempat tinggal yang diperoleh dari hasil dana, senang tinggal di tempat-tempat sunyi.

Kemudian seandainya orang-orangmu berkata demikian: 'Semoga hal ini berkenan di hati Baginda. Tahukah Baginda bahwa seseorang yang dahulunya sebagai budakmu, yang bekerja untukmu, bangun sebelummu dan istirahat setelahmu, gembira untuk melaksanakan perintahmu, berusaha membuat ucapan dan perbuatannya menyenangkan, seorang yang dapat mengerti; sekarang ia telah mencukur rambut dan janggutnya, mengenakan jubah kuning dan meninggalkan hidup keluarga untuk menempuh hidup Pabbaja. Setelah masuk menjadi petapa, ia hidup mengendalikan diri dalam perbuatan, ucapan dan pikiran, merasa puas dengan makanan dan tempat tinggal yang diperoleh dari hasil dana, senang tinggal di tempat- tempat sunyi ?'

Dan selanjutnya apakah kau akan berkata: 'Suruh orang itu kembali, biar ia menjadi budak lagi dan kembali bekerja untukmu.'

# "Tidak, Bhante. Bahkan sebaliknya kita harus memberikan sembah dan menyambutnya dengan berdiri dari tempat duduk atas dasar rasa hormat terhadap dirinya serta mempersilahkan ia duduk. Kita harus menyediakan kebutuhan-kebutuhan hidup petapa, yaitu : jubah, mangkuk, tempat tinggal dan obat-obatan untuk orang sakit memohon agar ia menerimanya. Kita harus memberikan penjagaan, pengawasan dan perlindungan hukum kepadanya."

"Dan bagaimana pendapatmu, O baginda. Apakah ada atau tidak faedah-faedah nyata dari kehidupan seorang petapa dalam masa sekarang ini ?"

"Sesungguhnya, Bhante, ada faedah-faedah nyata dari kehidupan seorang petapa dalam masa sekarang ini."
"Bila demikian, O Baginda, inilah yang Ku-katakan sebagai faedah nyata yang pertama dari kehidupan seorang petapa dalam masa sekarang ini."

yg aku blod, jika penjahat dipelakukan sama, maka kederungan org akan menjadi penjahat dgn mendapat tunjangan

anda berkata, membunuh, mencuri, dan mengohormati karena atas dasar niat , saya setuju
tp sisi lain, tidak membunuh, tidak mencuri juga berasal dari niat
dan tidak menghormati juga berasal dari niat
karena dari situ akan ada tindakan yg dibuat dan tindakan yg tidak dibuat

Quotemaaf, saya tidak sependapat. tuduhan ini persis seperti tuduhan umat lain yg mengatakan jika tidak ada meyakini Tuhan yg akan membalas segala sesuatu perbuatannya, maka manusia akan jahat semua, krn tidak ada gunanya berbuat baik. menurut saya, tanpa diadili oleh lingkungannya bahwa jika ia jahat maka direndahkan, dan sebaliknya, seseorang akan mulai meninggalkan pemuasan indrawi ketika ia melihat bahwa kebahagiaan yg dihasilkan dari situ bersifat sementara & ketika kebahagiaan itu pergi yg datang adalah pendderitaan.

kok perasaaan ku beda yah?
ada banyak manusia di dunia, dgn pola pikir berbeda2, yg ada maksudkan cuma segelintir manusia yg bisa menyadarinya, tp akan timbul lebih banyak perbuatan buruk, akhirnya akan lebih banyak org yg berbuat salah, dan terus salah, dari pada org yg berbuat salah kemudian menyadarinya, sampai titik tertentu baru manusia bisa kembali menjadi baik, tp titik itu mungkin butuh ber-ribu2 tahun.
untuk manusia jaman sekrg, jika ada kejahatan timbul, dan dia di perkenankan untuk membalas, maka dia akan membalas, membalas nya bukan draw, tp membalasnya dgn memperhitungkan perbuatan org tsb +sakit hati yg di dapatkan, kemudian timbul effeck berantai

dan kurasa tidak bijak, untuk membentuk satu org yg mengerti akan dukkha, mengorbankan banyak org untuk berbuat kejahatan/asusila
dan juga, org yg bisa berpikir ttg dukha, setelah berbuat kejahatan, sebenarnya, org itu termasuk yg memiliki "sedikit debu dimatanya" , kenapa tidak langsung mengajarkannya dgn sila selagi dini? mengajarkannya mana yg baik mana yg tidak baik, mana yg bermanfaat mana yg tidak
justru saya tidak melihat adanya manfaat dari sikap "tidak menghormati", selain gagal dalam penerapan di lapangan, saya juga tidak mampu melihat ada kebijaksanaan dalam perbuatan tsb, mohon diberitahu

ttg effect berantai yg td saya bicarakan...

mungkin anda pernah membaca ttg CAKKAVATTI SIHANADA SUTTA, disana cukup menjelaskan ttg effect berantai ini
dan menjelaskan ttg kegagalan dalam derma, serta kegagalan dalam memperlakukan seseorg, dimana seorang pencuri mendapatkan rasa hormat dari sang raja, bahkan di beri uang, dan berakibat org2 mulai banyak mencuri, dan kegagalan dalam menganalisa situasi, dan timbal baliknya..
...

The Ronald

ttg CAKKAVATTI SIHANADA SUTTA, jika anda membaca dgn cermat...
saat manusia mulai baik, sila pertama yg di jalankannya adalah tidak membunuh
yg meningkatkan masa hidup manusia sampai dgn 10 tahun.. selanjutnya

"Para bhikkhu, hal-hal seperti ini akan terjadi pada orang-orang yang batas usia kehidupan mereka 20 tahun: 'Sekarang, karena kita mengikuti dan melaksanakan kebajikan maka batas usia kehidupan dan kecantikan kita bertambah. Marilah kita meningkatkan kebajikan kita. Marilah kita berusaha untuk tidak mengambil apa yang tidak diberikan, kita berusaha untuk tidak berzinah, kita berusaha untuk tidak berdusta, kita berusaha untuk tidak memfitnah, kita berusaha untuk tidak mengucapkan kata-kata kasar, kita berusaha untuk tidak membual, kita berusaha untuk tidak serakah, kita berusaha untuk tidak membenci, kita berusaha untuk tidak berpandangan sesat, kita berusaha untuk tidak melakukan tiga hal berikut, yaitu: tidak bersetubuh dengan keluarga sendiri, tidak tamak dan tidak memuaskan nafsu. Marilah kita berbakti kepada orang tua kita, kita menghormati para samana dan pertapa serta kita patuh kepada pemimpin masyarakat. Marilah kita selalu melaksanakan kebajikan-kebajikan ini.' 

Demikianlah mereka akan selalu melaksanakan kebajikan: tidak mengambil apa yang tidak diberikan... berbakti kepada ke dua orang tua, menghormat para samana dan pertapa serta patuh kepada pemimpin masyarakat. Karena mereka melaksanakan kebajikan-kebajikan itu, maka batas usia kehidupan anak-anak dan kecantikan manusia bertambah, sehingga mereka yang batas usia kehidupan hanya 20 tahun, akan tetapi batas usia kehidupan anak-anak mereka mencapai 40 tahun."

semoga uraian saya bermanfaat
...

The Ronald

Quotesedangkan tidak menghormati yg saya maksudkan bukan artinya tindakan aktif mencela seseorang, melainkan hanya absennya pikiran/rasa hormat. kita dapat hidup berdampingan dg semut, burung, nyamuk, pasir, awan, batu, bahkan manusia lain tanpa perlu pikiran/rasa hormat thd itu semua.

mungkin bahasa bekennya yaitu tidak peduli, alias lu lu, gue gue, lu jual gue beli .. mungkin yah
klo org2 penganut jaran Buddha berpikiran seperti itu, maka tidak ada persembahan makanan kepada Bhikhu, alhasil Bhikhu harus bekerja untuk mendapat makanan,salah satu caranya dgn menjual Ajaran mungkin dgn Persepul**** atau yg lain.
...

K.K.

Quote from: tesla on 16 November 2009, 11:56:08 AM
setuju...
disini saya hanya memberi suatu opini agar memandang posisi duduk sebagai suatu yg netral.
bukan agar besok sangha duduk di bawah saja :)
Ya, saya tahu. Saya juga menulis itu agar tidak dipikir menuntut Sangha menunjukkan pundak kiri. :)


Quote from: tesla on 15 November 2009, 04:43:52 PM
imo, berhenti membanding2kan mana yg lebih tinggi/rendah/sama dalam konteks status.
Ini saya setengah setuju. Memang betul kadang pikiran membeda-bedakan berdasarkan sesuatu yang tidak ada. Misalnya hanya karena seseorang ahli bahasa yang digunakan dalam agama tertentu, memakai atribut keagamaan, maka kita lihat dia sebagai orang yang mulia dan semua yang dikatakan akan dianggap lebih benar tanpa menyelidiki lebih jauh. Pikiran seperti ini yang perlu dibuang.

Tetapi kadang kita juga tidak peka dan mengabaikan perbedaan kualitas yang sebetulnya ada secara nyata. Bahkan Buddha pun hanya menganjurkan stupa untuk 4 macam orang, karena memang ada perbedaan yang terjadi ketika kita mengenang orang yang mulia dan kualitasnya.

Di thread sebelah ada disinggung tentang melihat semua mahluk sebagai "calon Buddha" juga sulit menemukan orang yang belum pernah menjadi ibu kita, maka orang-orang tertentu selalu melihat semua orang lain sebagai "calon Buddha" atau pun "ibu"-nya. Semua dipukul rata. Walaupun tidak bisa dikatakan ini salah, tapi saya kurang setuju karena sikap begini mengabaikan perbedaan kualitas yang nyata. Sikap yang mungkin akan sangat disanjung penganut paham "akiriya" (tanpa perbuatan).


waliagung

kemulian hidup bk dgn berbuat baik,kekotoran bkn hanya dgn berbuat jahat.
berdirilah diantara baik dan buruk maka kau akan mengenal inti dhamma sesungguhnya

nyanadhana

Quote from: Asiong on 12 November 2009, 01:41:42 PM
numpang nanya!.apakah kalau kita mengadakan puja bakti divihara diharuskan untuk duduk bersila ?
Bagaimana kalau duduk menggunakan kursi.Apakah boleh.?????
sebabnya banyak umat yang merasa kakinya sakit bila berlama lama duduk bersila !!!!. ^-^

kalau anda masih muda dan bisa tahan,ya belajar tata cara Buddhist.
untuk yang udah mulai menginjak usia dikarenakan tubuh juga tidak sanggup lagi ya silahkan pake kursi.yang penting kita tetap berada di dalam jalan tengah,tidak mencari derita dan tidak melekat pada kesenangan
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one's own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

tesla

Quote from: The Ronald on 16 November 2009, 10:58:34 PM
anda berkata, membunuh, mencuri, dan mengohormati karena atas dasar niat , saya setuju
tp sisi lain, tidak membunuh, tidak mencuri juga berasal dari niat
dan tidak menghormati juga berasal dari niat
karena dari situ akan ada tindakan yg dibuat dan tindakan yg tidak dibuat
makanya omongan kita sudah tidak nyambung :)
anda mengatakan "tidak hormat" yg berasal dari niat utk tidak menghormati,
sedangkan saya mengatakan "tidak hormat" yg berasal dari hilangnya niat menghormati.
ada perbedaannya dan selama anda tidak tahu perbedaannya, percuma lagi diteruskan.
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

tesla

Quote from: Kainyn_Kutho on 17 November 2009, 09:52:02 AM
Quote from: tesla on 15 November 2009, 04:43:52 PM
imo, berhenti membanding2kan mana yg lebih tinggi/rendah/sama dalam konteks status.
Ini saya setengah setuju. Memang betul kadang pikiran membeda-bedakan berdasarkan sesuatu yang tidak ada. Misalnya hanya karena seseorang ahli bahasa yang digunakan dalam agama tertentu, memakai atribut keagamaan, maka kita lihat dia sebagai orang yang mulia dan semua yang dikatakan akan dianggap lebih benar tanpa menyelidiki lebih jauh. Pikiran seperti ini yang perlu dibuang.

Tetapi kadang kita juga tidak peka dan mengabaikan perbedaan kualitas yang sebetulnya ada secara nyata. Bahkan Buddha pun hanya menganjurkan stupa untuk 4 macam orang, karena memang ada perbedaan yang terjadi ketika kita mengenang orang yang mulia dan kualitasnya.
benar, tepat seperti yg saya maksudkan.
ada hal yg terukur (realistis) & ada yg hanya berupa sebuah pandangan.
yg harus disadari adalah ketika pikiran mulai memetakan berdasarkan suatu pandangan.
dan hati2, tingkat kesucian bagi putthujana bukanlah sesuatu yg terukur. :)

Quote
Di thread sebelah ada disinggung tentang melihat semua mahluk sebagai "calon Buddha" juga sulit menemukan orang yang belum pernah menjadi ibu kita, maka orang-orang tertentu selalu melihat semua orang lain sebagai "calon Buddha" atau pun "ibu"-nya. Semua dipukul rata. Walaupun tidak bisa dikatakan ini salah, tapi saya kurang setuju karena sikap begini mengabaikan perbedaan kualitas yang nyata. Sikap yang mungkin akan sangat disanjung penganut paham "akiriya" (tanpa perbuatan).
dalam hal tingkat kesucian, preferensi saya adalah tidak memberi penilaian (karena tidak mampu).
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

The Ronald

Quote from: tesla on 20 November 2009, 09:58:46 PM
Quote from: The Ronald on 16 November 2009, 10:58:34 PM
anda berkata, membunuh, mencuri, dan mengohormati karena atas dasar niat , saya setuju
tp sisi lain, tidak membunuh, tidak mencuri juga berasal dari niat
dan tidak menghormati juga berasal dari niat
karena dari situ akan ada tindakan yg dibuat dan tindakan yg tidak dibuat
makanya omongan kita sudah tidak nyambung :)
anda mengatakan "tidak hormat" yg berasal dari niat utk tidak menghormati,
sedangkan saya mengatakan "tidak hormat" yg berasal dari hilangnya niat menghormati.
ada perbedaannya dan selama anda tidak tahu perbedaannya, percuma lagi diteruskan.
bagaimana niat menghormati bisa hilang? pasti ada sebabnya kan
bukan tiba2 muncul :)
...

tesla

Quote from: The Ronald on 20 November 2009, 10:39:48 PM
Quote from: tesla on 20 November 2009, 09:58:46 PM
Quote from: The Ronald on 16 November 2009, 10:58:34 PM
anda berkata, membunuh, mencuri, dan mengohormati karena atas dasar niat , saya setuju
tp sisi lain, tidak membunuh, tidak mencuri juga berasal dari niat
dan tidak menghormati juga berasal dari niat
karena dari situ akan ada tindakan yg dibuat dan tindakan yg tidak dibuat
makanya omongan kita sudah tidak nyambung :)
anda mengatakan "tidak hormat" yg berasal dari niat utk tidak menghormati,
sedangkan saya mengatakan "tidak hormat" yg berasal dari hilangnya niat menghormati.
ada perbedaannya dan selama anda tidak tahu perbedaannya, percuma lagi diteruskan.
bagaimana niat menghormati bisa hilang? pasti ada sebabnya kan
bukan tiba2 muncul :)
justru sebaliknya, niat menghormati hilang karena sebabnya hilang :)
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

The Ronald

#72
hmm.. makin aneh ...
klo aku baca2 sutta2 yg ada, keknya ajaran Buddha mengajarkan adanya saling menghormati,
Buddha sendiri masih ada sifat saling menghormati, masih ada status dll, dari caranya membabarkan Dhamma kepada umat awam, dan pada para Bhikhu berbeda
dgn alasan apa menghilangkan sebab untuk saling menghormati? keuntungannya? hasil yg bisa diperoleh?
boleh tau, menghilangkan rasa saling menghormati, itu ajaran siapa? ataukah saling pemikiran sendiri?
...

tesla

Quote from: The Ronald on 21 November 2009, 12:05:52 AM
dgn alasan apa menghilangkan sebab untuk saling menghormati? keuntungannya? hasil yg bisa diperoleh?
klarifikasi, saya tidak menganjurkan menghilangkan sebab utk menghormati. justru saya menganjurkan utk menyelidiki niat ketika ingin menghormati.
keuntungan, kalau ingin  disebut keuntungan, maka akan menjadi tau LDM (keserakahan, kebencian  & kebodohan) diri sendiri. motif ketika ingin menghormati apakah didasari LDM.

Quote
boleh tau, menghilangkan rasa saling menghormati, itu ajaran siapa?
yg mengajarkan utk Ber-ehipassiko adalah salah satu sutta. itu saja...
pertanyaan anda "ajaran siapa" sudah tidak sesuai dg semangat ehipassiko...
jgn menilai isi surat dari tukang posnya :)
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

gajeboh angek

Karena yang dilihat pribadinya, seharusnya penghormatan pada Sangha, bukan pribadi
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days