tanpa duduk bersila

Started by Asiong, 12 November 2009, 01:41:42 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

char101

Quote from: Citta Devi on 12 November 2009, 06:25:29 PM
hooo... ;D ;D ;D
kaki gajahh? napa dibilang kaki gajahh?

Karena mirip gajah kalau duduk.

Quote
Mungkin karena itu, biar mudahnya, gak usah susah2 bilang jgn duduk kyk gini2 gitu2, bagusan diharuskan duduk bersila,
mungkin seperti ituu kali yaa \;D/\;D/\;D/

Mending duduk pakai kursi lipat yang ada mejanya. Kalau bhante lagi ceramah bisa dicatat. Kalau baca paritta buku paritta bisa dibaca di meja. Kalau duduk sila, suka kehalangan orang yang lebih tinggi. Terus nggak ribet, sepatu/sendal nggak harus dibuka dulu (dan gak ada lagi istilah sendal hilang).

ryu

kalau posisi buku 'suci' bagaimana? apakah boleh di bawah kaki/dilangkahi? apakah ada vinayanya juga untuk tipitaka? ;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Dhamma Sukkha

Quote from: char101 on 12 November 2009, 06:43:39 PM
Quote from: Citta Devi on 12 November 2009, 06:25:29 PM
hooo... ;D ;D ;D
kaki gajahh? napa dibilang kaki gajahh?

Karena mirip gajah kalau duduk.

Quote
Mungkin karena itu, biar mudahnya, gak usah susah2 bilang jgn duduk kyk gini2 gitu2, bagusan diharuskan duduk bersila,
mungkin seperti ituu kali yaa \;D/\;D/\;D/

Mending duduk pakai kursi lipat yang ada mejanya. Kalau bhante lagi ceramah bisa dicatat. Kalau baca paritta buku paritta bisa dibaca di meja. Kalau duduk sila, suka kehalangan orang yang lebih tinggi. Terus nggak ribet, sepatu/sendal nggak harus dibuka dulu (dan gak ada lagi istilah sendal hilang).
klo itu dah bukan ceramah lagi kalii, kuliah Dhamma :)) :)) :))
kan duduk di kursi kuliah gituu... :))
May All being Happy in the Dhamma ^^ _/\_

Karena Metta merupakan kebahagiaan akan org lain yg tulus \;D/

"Vinayo ayusasanam"
sasana/ajaran Buddha akan bertahan lama karena vinaya yg terjaga... _/\_ \;D/

Jerry

appamadena sampadetha

pannadevi

Romo Asiong yg baik,
salam sejahtera selalu,

saya barusan baca ini,jadi belum sempat nyari nama suttanya, seingat saya posisi duduk sila bermula dari ketika Sang Buddha dijamu makan siang oleh Raja Bimbisara, beliau mengundang Sang Buddha utk singgah ke istana beliau karena raja Bimbisara ingin berdana makanan kepada Sang Buddha dan para murid2nya, lalu sang Buddha menjawab dengan diam, hadir ke istana, duduk dengan posisi sila (disitu disebutkan lotus position), dan diikuti oleh seluruh murid2nya. kemudian segera acara makan siang dimulai.

mohon bantuan member yg lain bagi yg ingat nama sutta tsb atau mungkin dari kitab komentar.
(maksud hati mo nanya ama 2 dosen saya yg juga member disini sih, smg membaca permohonan sy)
begitu ya romo, jadi tradisi ini dimulai ketika Sang Buddha dijamu makan siang oleh Raja Bimbisara.
sedang adat istiadat tiap negara beda2, klo disini lebih parah, kaki ga bisa ditekuk, semua pada suka diselonjorin. yang penting hati tiap umat utk mengikuti puja bakti itu dg sepenuh hati, bukan posisi duduknya. kalo utk posisi lebih tinggi, disini memang anggota sangha tidak ada yg duduk sejajar dg umat, selalu lebih tinggi karena untuk menghormati.

smg sedikit info ini ada manfaat.

may all beings be happy

mettacittena,

tesla

Quote from: gachapin on 12 November 2009, 04:12:37 PM
Yup, tapi sayangnya bukan ini bukan masalah kuliah. Vinayanya adalah Sangha berada di posisi yang lebih tinggi jika membabarkan Dhamma.
contoh kuliah itu saya ilustrasikan justru utk menggambarkan bahwa seorang dosen tidak harus ditempatkan lebih tinggi dari siswa walaupun status secara sosial lebih tinggi.

utk bhikkhu, menurut saya mereka berlatih utk menghilangkan kesombongan, & penempatan demikian ("harus" di posisi lebih tinggi) hanya menghasilkan kesombongan. seharusnya mereka belajar dari dosen di luar negri, tidak memikirkan "lebih tinggi" atau "lebih rendah" :)
ini cuma pendapat saya agar kita semua lebih maju dalam dhamma, tidak ada maksud mencela.

QuoteJadi mengkondisikan Sangha untuk tidak melanggar vinaya.
:)) kok bisa?
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

tesla

Quote from: gachapin on 12 November 2009, 04:39:20 PM
Vinaya sih lebih bisa dibandingkan di antara semua aliran, sama gak antara satu aliran dengan yang lain.
Kayaknya vinaya gak beda jauh deh.

Apa vinaya dikarang juga sama semua aliran?
vinaya dibuat juga utk sabagai sarana latihan.
namun utk vinaya yg satu ini saya agak meragukannya, seolah hanya sebuah norma masyarakat.
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Jerry

Quote from: Asiong on 12 November 2009, 01:41:42 PM
numpang nanya!.apakah kalau kita mengadakan puja bakti divihara diharuskan untuk duduk bersila ?
Bagaimana kalau duduk menggunakan kursi.Apakah boleh.?????
sebabnya banyak umat yang merasa kakinya sakit bila berlama lama duduk bersila !!!!. ^-^
Bagaimana kalau disediakan cushion atau bantal duduk gitu? lumayan lebih membantu agar sakitnya tidak terlalu sakit kalau alasnya lantai yg keras. :)
appamadena sampadetha

pannadevi

#23
 [at]  Bro Tesla yg baik,
salam sejahtera selalu,

saya ingin membantu Bro Gachapin, beliau memang benar.
"Na chamaya nisiditva ucce asane nisinnassa agilanassa dhammam desessamiti sikkha karaniya" (saya tidak akan sambil duduk dilantai menguraikan dhamma kepada orang sehat yg duduk dikursi, ini adalah latihan untuk dilaksanakan).
"Na nice asane nisiditva ucce asane nisinnassa agilanassa dhammam desessamiti sikkha karaniya" (saya tidak akan sembari duduk di kursi rendah menguraikan dhamma kepada orang sehat yg duduk dikursi tinggi, ini adalah latihan untuk dilaksanakan)

info ini smg ada manfaat.

may all beings be happy

mettacittena,

gajeboh angek

tradisinya sih orang tua dihormati anak, bukan anak dihormati orang tua :)
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

tesla

Quote from: pannadevi on 12 November 2009, 09:29:40 PM
[at]  Bro Tesla yg baik,
salam sejahtera selalu,

saya ingin membantu Bro Gachapin, beliau memang benar.
"Na chamaya nisiditva ucce asane nisinnassa agilanassa dhammam desessamiti sikkha karaniya" (saya tidak akan sambil duduk dilantai menguraikan dhamma kepada orang sehat yg duduk dikursi, ini adalah latihan untuk dilaksanakan).
"Na nice asane nisiditva ucce asane nisinnassa agilanassa dhammam desessamiti sikkha karaniya" (saya tidak akan sembari duduk di kursi rendah menguraikan dhamma kepada orang sehat yg duduk dikursi tinggi, ini adalah latihan untuk dilaksanakan)

info ini smg ada manfaat.

may all beings be happy

mettacittena,

terima kasih atas cuplikan vinaya dari samaneri.

saya tidak meragukan pengetahuan vinaya rekan gachapin. yg saya ragukan adalah latar belakang vinaya tersebut, dimana unsur latihannya? yg saya lihat justru melemahkan latihan.

anyways, sekali lagi terimakasih. :)
mettacitena.

Quote from: gachapin on 12 November 2009, 10:04:02 PM
tradisinya sih orang tua dihormati anak, bukan anak dihormati orang tua :)
ya kalau dari sisi norma / etika sosial, memang benar demikian.
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

The Ronald

yah duduk bersila, sebagai suatu bentuk penghormatan terhadap Buddha, Dharma, dan Sangha
kalau gak begitu, sungguh tidak sopan saat mendegarkan Dharma, ada yg berdiri, jongkong, tidur2an, dll
coba saja, jika ada yg berbicara, dan semua mendengarkan dgn posisi seenaknya, bagaimana pandangan org yg melihatnya dari jauh?
...

K.K.

Quote from: tesla on 12 November 2009, 09:20:09 PM
contoh kuliah itu saya ilustrasikan justru utk menggambarkan bahwa seorang dosen tidak harus ditempatkan lebih tinggi dari siswa walaupun status secara sosial lebih tinggi.

utk bhikkhu, menurut saya mereka berlatih utk menghilangkan kesombongan, & penempatan demikian ("harus" di posisi lebih tinggi) hanya menghasilkan kesombongan. seharusnya mereka belajar dari dosen di luar negri, tidak memikirkan "lebih tinggi" atau "lebih rendah" :)
ini cuma pendapat saya agar kita semua lebih maju dalam dhamma, tidak ada maksud mencela.

Dalam hal ini, antara bhikkhu yang mengajar dan umat yang menerima dhamma, penerima "dhamma"-lah yang harus fokus pada kerendahan hati. Seperti air di satu cangkir yang dituang ke cangkir lain hanya dapat terjadi jika cangkir yang menerima berada di bawah. Demikian pula yang tidak merendahkan egonya untuk menerima dhamma, tidak akan mendapatkan manfaat.

Bagi bhikkhu, latihannya berbeda dan sepertinya sudah sewajarnya bhikkhu mengetahui yang mana yang memupuk kesombongan dan mana yang tidak. Seorang bhikkhu sudah sewajarnya mengetahui bahwa umat menghormat pada "jubah", bukan pribadi. Oleh karena itu daripada terlena akan kesombongan, seharusnya ia lebih bertanggung jawab atas sila yang dijalankan.

tesla

Quote from: The Ronald on 14 November 2009, 01:20:49 PM
yah duduk bersila, sebagai suatu bentuk penghormatan terhadap Buddha, Dharma, dan Sangha
kalau gak begitu, sungguh tidak sopan saat mendegarkan Dharma, ada yg berdiri, jongkong, tidur2an, dll
coba saja, jika ada yg berbicara, dan semua mendengarkan dgn posisi seenaknya, bagaimana pandangan org yg melihatnya dari jauh?
saya tidak mengatakan pendengar berada di posisi seenaknya, namun berada di posisi lebih tinggi.

Quote from: Kainyn_Kutho on 14 November 2009, 01:57:55 PM
Dalam hal ini, antara bhikkhu yang mengajar dan umat yang menerima dhamma, penerima "dhamma"-lah yang harus fokus pada kerendahan hati. Seperti air di satu cangkir yang dituang ke cangkir lain hanya dapat terjadi jika cangkir yang menerima berada di bawah. Demikian pula yang tidak merendahkan egonya untuk menerima dhamma, tidak akan mendapatkan manfaat.
sudah saya ilustrasikan sebelumnya, bahwa dosen yg mengajar dapat berada di posisi paling dasar, sedangkan mahasiswa yg mendengar dapat berada diposisi lebih tinggi duduk berjenjang seperti susunan anak tangga. siapa yg berpikir "aku lebih rendah", "aku lebih tinggi", atau "aku sama tinggi/rendah", disitulah ego. dan ketika itulah dhamma tidak didengarkan dg baik. sebaliknya jika tidak ada ego, maka perihal aku lebih tinggi/rendah tidak akan dipersoalkan.
dalam arsitektur tempat classic, memang selalu pembicara berada di posisi lebih tinggi. mis: upacara agama, pidato, konser, dll.
dalamm arsitektur yg lebih pintar, pusat acara akan berada di tengah dan berada di posisi paling rendah, sedangkan penonton/pendengar berada di posisi lebih tinggi berbentuk seperti susunan anak tangga. mis: kelas pendidikan tertentu, bioskop, stadion sepak bola.

saya dapat membayangkan akan lebih mudah didengar dan dilihat, seorang bhante yg berceramah dalam arsitektur kedua.
dan saya membayangkan akan sangat susah sekali melihat pertandingan sepakbola dari arsitektur pertama :)
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

char101

Di vinaya pitaka ditulis kalau orang yang duduk di tempat yang lebih tinggi dan mendengarkan Dhamma dari bhikkhu yang duduk di tempat yang lebih rendah itu tidak sopan (terhadap Dhamma) dan bhikkhu tersebut juga tidak sopan (terhadap Dhamma) jika membabarkan Dhamma dalam posisi seperti itu.

Di aturan sekhiya, seorang bhikkhu dilarang membabarkan Dhamma kepada orang yang
- memegang payung
- memegang tongkat
- memegang pisau
- memegang senjata
- menggunakan sepatu, atau sendal
- duduk di kendaraan ketika sang bhikkhu duduk di kendaraan yang lebih rendah atau tidak sedang di kendaraan
- berbaring ketika bhikkhu tersebut duduk atau berdiri
- duduk memegang lutut
- menggunakan topi atau tutup kepala
- duduk di bangku ketika bhikkhu itu duduk di lantai
- duduk di tempat yang tinggi ketika bhikkhu itu duduk di tempat rendah
- duduk ketika bhikkhu itu berdiri
- berjalan di depan bhikkhu itu
- berjalan di samping bhikkhu itu