Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II

Started by inJulia, 18 October 2009, 11:33:25 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Kelana

Maaf, ada yang terlupa, sebelum topik ini di lock

Saya berpendapat bahwa kita tidak bisa memukul rata semua kasus. Ada kasus yang simpel dan ada kasus yang komplek (saya rasa semua menyetujuinya). Satu hal yang saya ingat, Sang Buddha mengatakan bahwa tidak semua yang terjadi disebabkan oleh karma masa lalu, ini berarti tidak semua penyebab berperan sebagai hal yang penting di dalam suatu peristiwa. Jadi di dalam membuktikan Hukum Karma tidak perlu pengusutan jauh terhadap  suatu peristiwa yang memang sederhana, karena tidak ada penyebab yang lebih dominan selain penyebab langsung tersebut, seperti kasus membenturkan kepala yang bisa diterapkan langsung, dianalisa, bisa dilihat penyebab dominannya, dan hasilnya bukan lagi berupa dugaan atau anggapan.

Sedangkan kasus kisah Kisa-Vaccha yang disampaikan oleh Sdr. Kainyn_Kutho, jelas merupakan kasus yang diakibatkan dari suatu ANGGAPAN tanpa analisa, penyelidikan, tidak melihatnya penyebab dominan. Kemudian diikuti oleh orang lain sehingga menjadi pemahaman yang salah.

Intinya, kita perlu melihat sampai pada keberadaan penyebab dominan. Dan penyebab domain ini bisa kita lihat pada kasus-kasus yang sederhana.

Demikian
GKBU

_/\_ suvatthi hotu


- finire -

CHANGE

#166
 [at]  wangsapala

Saya sama sekali tidak punya maksud dan keinginan untuk melanjutkan diskusi ini, maka pada akhir postingan, saya tulis " Sekedar tukar pendapat ", saya hanya ingin melakukan hal yang seperti anda lakukan yakni membuat postingan yang berbeda pendapat ( pro-anti ) dengan mudah, dan dengan cepat anda tanggapi, akhirnya pasti berkepanjangan dengan mempertahankan ego ( jika bathin tidak terkontrol ). Di dalam diskusi/debat pasti selalu ada PRO, KONTRA, NETRAL, APATIS, dan yang tidak diharapkan muncul adalah PROVOKATOR.

Artinya dengan sangat MUDAH kita menciptakan kekacauan ( karena saya juga mampu), tetapi sangat SULIT untuk menciptakan kedamaian ( karena saya juga kesulitan ). Saya melihat happy ending telah tercapai, dimana masing-masing pihak telah beritikad baik mengakhirinya walaupun ada perbedaan ( suatu sikap dan perilaku yang pantas dihargai dan dihormati ) . Artinya memang diskusi/debat ini tidak perlu untuk dilanjutkan sesuai dengan pandangan Bro Kainyn.

Saya mengikuti semua pembahasannya, saya mendapatkan kenyataan dari  KEBENARAN SEJATI AJARAN BUDDHA  yakni DUKKHA. Hasilnya adalah KENYATAAN TIDAK SESUAI KEINGINAN adalah DUKKHA karena perbedaan pendapat dari thread ini . Semoga saya dan anda semua mendapat MANFAAT dari pembahasan ini.

Saya yakin anda pasti memahami postingan saya, dan postingan ini tanpa ada maksud apapun. Jika berkenan jangan dijawab postingan ini.

Terima Kasih.


_/\_

Mungkin sebaiknya di LOCK ( saran )

Tekkss Katsuo

#167
 _/\_


;D

rupanya hal seperti ini bisa membuat anda mendapati kenyataan tentang dukhha  :))  selamat  ^:)^ . dan maaf jika telah membuat anda merasa tdk enak. saya tdk bermaksud demikian  :'( :'( :'(

yup thanks jg atas sharing pendapatnya bro change... disini kita semuanya saling berbagi. itulah gunanya forum diskusi.....

semoga kita semua memetik manfaat dari diskusi yg panjang ini  :))

_/\_


ryu

 [at] ko kelana, setuju, karena ada tertulis kalo ga salah tidak di gunung tidak dimanapun seseorang dapat lari dari perbuatannya. kamma yang universal berlaku untuk semua tidak memandang agama ataupun individu. seperti contoh ko kelana orang yang membenturkan kepalanya keras keras ke monitor bisa dilihat langsung kok akibatnya tanpa harus lihat apa agamanya atau kedudukannya dan tanpa harus ada pandangan benar atau salah khan untuk membenturkan kepala ke monitor.     semuanya dah sepakat mau di lock yak.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

hariyono

Pembuktikan buah karma langsung dari perbuatan sendiri  paling gampang ..
Coba anada ke Mall dan anda caci maki orang lain yang lewat ..akan akan mendapat caci maki dari orang yang anda caci maki ..dan buah yang istimewa paling paling anda di tempeleng atau mendapat bogem dari orang yang anda caci maki ...itu pembuktian karma langsung .

Bila  Anda akan membuktikan Karma yang anda lakukan sebelum kehidupan sekarang ..anda harus dengan mengamati kehidupan saat ini . kenapa saya menjadi lahir dilingkungan ini sedangkan yang lain tidak seperti lingkungan saya ..Mengapa orang jahat semakin menjadi makmur ...itulah buah karma kehidupan inkarnasi masah lalu anda .
Bila anda akan mengamati Kehidupan setelah kematian saat ini..Anda harus menanam buah karma kebaikan ..maka Anda akan yakin kehidupan anda akan datang memetik buah karma kebaikan anda saat ini .

wiithink

gw dapat karma nih..

kemaren gw ketawain orang yang jatoh, 2hari yang lalu, saat nonton hujan meteor gw jatoh dari atap.. apes apesssss

Tekkss Katsuo

#171
 _/\_

Sabar Bro Wiithink..... jatuh dr atap, parah nga? soalnya koko gw jg jatuh dr atap parah, tangannya aja sampai patah.... ini mengingatkan kita agar tdk berbahagia diatas penderitaan org lain (termasuk tertawa tawa melihat org celaka).. sebaiknya jgn blg pembuktian hukum kamma  :)) . lagiii, terlalu mengundang kekacauan =)) , Nasehat saya walaupun saya bukan org suci, tp semestinya sebagai seorg yang belajar Dhamma, kita menerima setiap pembahasan dan diskusi dengan pikiran terbuka, dengan hati yang lapang, dengan nyaman, tidak perlu terlalu kaku dan tdk perlu tersinggung, tdk perlu menyalahkan org lain (ceramah Mode On  =))  )
maaf jika saya telah bersalah  :'(

lock aja deh
:))  ;D

_/\_




wiithink

ndak papa, jatohnya pas kaki nya lagi kebawah, ntung belum gw lipat, kalo ndak udah patah kali kakinya..

salah satu gw yang kacau akibat baca yang ndak ngerti hehehee

lock aja deh hehehe.. ntar salah lagi

ryu

menuggu konfirmasi TS nya nih mau di lock gak.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

inJulia

Quote from: g.citra on 23 October 2009, 01:54:23 PM
QuoteSoalnya saya berasumsi:
Dalam Hk Karma, kita TIDAK BOLEH membatasi skopnya.
Pembatasan itu akan mendistorsi Hk Karma itu sendiri.
Bayangkan, bila kita diminta (diHARUSKAN, misalnya) menjelaskan Hk Karma, dg HANYA MELIHAT di kehidupan ini saja.

So, semestinya Umat Buddha TIDAK BAKAL MAU bila diminta membatasi skop hanya di kehidupan ini saja, apalagi hanya pada SEPOTONG
peristiwa, kejadian, semakin mengebiri kebenaran Hk Karma.

Bro inJul ... :)
Tidak ada yang salah dengan asumsi anda ... itu wajar dan sangat alamiah ...
Semua tergantung anda saja... :)

Saya merasa bukti sebab-akibat sudah demikian jelas (bagi saya), dimana timbul cetana ada vipaka karena, mengalami vipaka timbul cetana (bagi para puthujjana) ... dan saya berusaha menghindari hal-hal tidak berguna ini dikembangkan terus (dimana dalam pembahasannya selalu menimbulkan cetana-cetana baru yang memungkinkan saya terus berputar-putar didalamnya) ... :)

Seperti halnya telah dituliskan bro xuvie di thread sebelah, hendaknya kita saling mengerti akan perbedaan yang ada ... Dan saya tambahkan : Karena dengan sesungguhnya berusaha mengoreksi keadaan apapun yang timbul, secara tidak sadar kita telah melibatkan diri kedalam putaran sebab-akibat yang dilandasi oleh sang AKU ... :)

Ini posting terakhir saya di thread ini, dan reaksi apapun yang timbul dari anda dan rekan-rekan sekalian, saya akan belajar untuk melihat apa adanya tanpa ingin bereaksi kembali didalam thread ini ... :)

Kalau saja ada tulisan saya selama ini yang menyinggung anda, dengan penuh kesadaran saya minta maaf ...  ^:)^ ... (saya pikir, ini salah satu penyebab timbulnya kata maaf >>> kesadaran setelah membuktikan) ...

_/\_

]
Thanks Bro Citra, postingan Anda bagi saya normal, tak ada yang menyinggung lah. :)

kalau ada yang menyinggung (dari siapapun) kita anggap guyonan, aja. Paling aman buat batin kita. Kalau tersinggung, balas dg guyonan.  ;D

So tak ada yang perlu dimaafkan. saya justru berterima kasih atas semua masukkan Anda.

_/\_

inJulia


Nah, pendekar Kelana sdh turun gunung,

Quote from: KelanaPertama, pernyataan anda bahwa: "Buah karma tidak, belum tentu disebabkan satu karma" membuktikan keraguan anda dalam masalah ini. Kata "tidak" tidaklah sama dengan kata "belum". Jadi tentukan sikap anda dengan jelas. Jika "tidak" maka berarti buah karma tidak ditentukan oleh 1 karma. Jika "belum tentu" berarti dalam hal tertentu bisa ya bisa tidak
Bukan keraguan, tapi KETIDAK TAHUAN, KETIDAKMAMPUAN saya. :))


Quote from: KelanaMenduga tidaklah sama dengan simplifikasi. Ketika saya membantu orang lain kemudian saat itu juga muncul perasaan bahagia karena perbuatan itu, itu bukanlah dugaan, ia muncul saat saya melakukan hal itu, dan saya tidak melihat ada penyebab dominan lain yang menyebabkan perasaan bahagia selain perbuatan yang saya lakukan.  Dan ketika banyak orang (saya yakin) merasakan dan melihat hal yang sama, itu bukan lagi menjadi suatu dugaan, tapi bukti, apalagi jika dilakukan berulang-ulang dan hasilnya sama.
Pada Bro Citra sudah saya jawab, saya tidak mampu membantah. tapi Dutiyampi:
Quote from: Ivanzius on 20 October 2009, 11:39:34 PM
Quote from: inJulia on 20 October 2009, 04:47:22 PM
Bila kemudian ada yang membawa contoh,
Si X memukul kepala Si Y, yang kebetulan HANYA SEKEDAR beradu mata.
Si X lalu merasa puas, senang.

Bagaimana Anda menjelaskan, bahwa perasaan puas, senang itu bukan hasil yang berbuah seketika dari karma memukul kepala orang lain?

***

Quote from: KelanaDan ini bukan juga simplifikasi, tapi ini sebuah sample. Setahu saya sample itu bisa digunakan sebagai pembuktian.
He he he jelas tak ada yang melarang. tapi dari sini orang bisa menilai kekritisan dan kevalidan pembuktian Anda.


Quote from: KelanaSekarang saya ingin anda buktikan sendiri bahwa NIAT anda membenturkan kepala anda ke  monitor komputer anda dengan keras mengakibatkan kepala anda sakit. Coba sakit tidak? Coba sampai 4 kali sebagai pembuktian. Kalau percobaan ini agak sadis, ya coba diganti dengan NIAT mencubit lengan anda dengan keras mengakibatkan lengan anda sakit
Dutiyampi, yah.
Cek respon saya pada Bro Ivans, yang ia berikan tentang menusukkan jarum itu.

Bahwa memukulkan kepala ke monitor adalah NIAT ke dua, sebelum ada niat ini, harus ada motivasi, niat yang mempelopori. Kecuali orang gila, yang memukulkan kepala TANPA TUJUAN, MOTIVASI APAPUN. kritis dikit, Bro.

Coba NIAT, CETANA memberikan bukti kepada Umat Buddha tentang kebenaran Dhamma itu NIAT BAIK atau BURUK?
Setelah itu dijawab, Dengan NIAT, CETANA membantu memberikan bukti kebenaran Hk Karma, Bro Kelana adu kepalanya dg monitor. Apa hasilnya KEBAHAGIAAN atau PENDERITAAN.
Apa ini bisa disebut sebagai SAMPLE dalam istilah Anda. :))

Bro Kelana tentu paham, NIAT, CETANA yang demikian adalah DHAMMA DANA, DANA TERMULIA.  Membuat Umat semakin yakin pada Ajaran Sang BUddha. Mestinya contoh yang simpel, mudah dipahami, dominan, berbuah cepat, membuahkan pahala yang sangat membahagiakan Anda. Saya tunggu hasilnya, ya. :))
***

Quote from: Kelana on 23 October 2009, 07:33:20 PMSaya berpendapat bahwa kita tidak bisa memukul rata semua kasus. Ada kasus yang simpel dan ada kasus yang komplek (saya rasa semua menyetujuinya). Satu hal yang saya ingat, Sang Buddha mengatakan bahwa tidak semua yang terjadi disebabkan oleh karma masa lalu, ini berarti tidak semua penyebab berperan sebagai hal yang penting di dalam suatu peristiwa. Jadi di dalam membuktikan Hukum Karma tidak perlu pengusutan jauh terhadap  suatu peristiwa yang memang sederhana, karena tidak ada penyebab yang lebih dominan selain penyebab langsung tersebut, seperti kasus membenturkan kepala yang bisa diterapkan langsung, dianalisa, bisa dilihat penyebab dominannya, dan hasilnya bukan lagi berupa dugaan atau anggapan.

Sedangkan kasus kisah Kisa-Vaccha yang disampaikan oleh Sdr. Kainyn_Kutho, jelas merupakan kasus yang diakibatkan dari suatu ANGGAPAN tanpa analisa, penyelidikan, tidak melihatnya penyebab dominan. Kemudian diikuti oleh orang lain sehingga menjadi pemahaman yang salah.

Intinya, kita perlu melihat sampai pada keberadaan penyebab dominan. Dan penyebab domain ini bisa kita lihat pada kasus-kasus yang sederhana.

Ada lagi parameter DOMINAN TIDAK DOMINAN, bagaimana dan apa yang kita gunakan untuk memilah hal ini? :))

Tatiyampi, bagaimana & apa yang kita pakai buat memilah mana kasus yang simpel, berbuah seketika, akibat 1 karma, DOMINAN? :))

Tatiyampi,
Kalau ada Umat Buddha puthujjana sanggup MENGANALISA HK KARMA, kita revisi Tipitka yuk. :))

inJulia

Quote from: Kainyn_Kutho on 23 October 2009, 04:59:10 PM
[at]  Bro inJulia

Saya mau bagi kisah tentang "bukti" hukum kamma. Pernah dengar kisah Kisa-Vaccha? Ia adalah salah seorang murid utama dari petapa Sarabhanga yang berdiam dekat taman Raja Dandaki. Seorang selir, setelah "dibuang" oleh raja berjalan-jalan di taman itu dan melihat Kisa-Vaccha. Ia menganggapnya sebagai petanda buruk, maka dia meludahi petapa tersebut dan melempar tusuk gigi ke kepalanya. Pada hari yang sama, ia "diambil" kembali oleh raja dan dia berpikir itu adalah hasil meludahi petapa tersebut.

Kemudian hari, ada seorang menteri kehilangan kedudukan, maka selir tersebut menganjurkannya melakukan hal yang sama. Dan kebetulan ia juga mendapatkan kembali kedudukannya. Beberapa lama kemudian, ada pemberontakan di perbatasan dan raja beserta pasukan diperintahkan untuk ramai-ramai meludah dan melempar tusuk gigi ke petapa tersebut untuk mendapatkan keberuntungan. Semua melakukannya kecuali jenderal raja, seorang penyokong dari petapa tersebut. Ia kemudian membersihkan petapa tersebut.

Kita lihat di sini ada sebab dan kemudian sesuatu akibat terjadi. Petapa diludahi, kedudukan didapat kembali. Serupa dengan pendapat rekan-rekan di sini bahwa karena suatu perbuatan, suatu akibat terjadi dianggap sebagai hukum kamma.
Kemudian hal tersebut diulangi dan hasilnya sama, maka ditetapkan sebagai sebuah kebenaran. Lagi-lagi sama dengan pendapat rekan-rekan di sini, diulang-ulang hasilnya sama, maka itulah kebenaran.  

Kira-kira, apa yang terjadi pada orang-orang yang "telah mengetahui hukum kamma" tersebut? Tentu saja mereka binasa dengan menyedihkan.

Dari sini kita bisa lihat, sejak dahulu sampai sekarang, selalu ada orang yang memahami hukum sebab-akibat dengan cara yang berbeda. Oleh karena itu, mungkin sebaiknya diskusi/debat tidak perlu dilanjutkan kembali.

_/\_

Thanks Bro Kainyn, Contoh yang sangat bagus.

Mereka merasa contoh itu SIMPEL, MUDAH DIPAHAMI, BERBUAH SEKETIKA (JANGKA WAKTU PENDEK), ketika diulang yang lain, akibatnya sama.

Contoh kesalahpahaman yang diakibatkan tidak bisa membedakan antara
tahu, bisa dengan MERASA tahu, bisa.

_/\_

inJulia

Quote from: ryu on 23 October 2009, 09:11:28 PM
[at] ko kelana, setuju, karena ada tertulis kalo ga salah tidak di gunung tidak dimanapun seseorang dapat lari dari perbuatannya. kamma yang universal berlaku untuk semua tidak memandang agama ataupun individu. seperti contoh ko kelana orang yang membenturkan kepalanya keras keras ke monitor bisa dilihat langsung kok akibatnya tanpa harus lihat apa agamanya atau kedudukannya dan tanpa harus ada pandangan benar atau salah khan untuk membenturkan kepala ke monitor.     semuanya dah sepakat mau di lock yak.
Ryu,
Tatiyampi yah, cek jawaban ke Bro kelana, di point ini.


Saya sudah sampaikan apa yang saya tahu.
Sepertinya respon yang lain tidak ada perubahan.
jadi kalau Bro Ryu mau ngelock, silahkan no problem.

Yang saya herankan, apakah satu thread HARUS di locked? :))
_/\_

inJulia

Quote from: wangsapala on 23 October 2009, 06:04:20 PM
wew ini versi lanjutan setelah diskusi panjang antara Bro Injulia dgn Bro G. Citra dan yg lainnya.  :))
seperti yg pernah saya katakan sebelumnnya, cape ulang ulang , bahwa hukum kamma secara kompleks hanya dapat dilihat sendiri oleh Buddha, sedangkan kita bisa melihat secara umum atau secara simple.. berdasarkan pertanyaan yg ada

Thanks Bro.

Setelah dicoba, baru pemahaman timbul. mau ehipassiko, gitu lah kita semua.
_/\_

Tekkss Katsuo