News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu

Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II

Started by inJulia, 18 October 2009, 11:33:25 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Tekkss Katsuo

 _/\_

Masih belum selesai diskusinya. hahahaha. padahal udh byk penjelasan tentang pemahaman Hukum Kamma. tp sptnya masih tdk ada titik temunya  :))

_/\_

inJulia

#151
Quote from: g.citra on 22 October 2009, 10:06:43 PM
^ Kalimat bermakna ganda ... :))

Perlu pemahaman "khusus" nih buat bisa menangkap makna sesungguhnya ... :))

_/\_
Saya coba jelaskan, agar tidak membuat bimbang. :)

Sebagai Buddhist saya memakai asumsi ini:
QuoteSoalnya saya berasumsi:
Dalam Hk Karma, kita TIDAK BOLEH membatasi skopnya.
Pembatasan itu akan mendistorsi Hk Karma itu sendiri.
Bayangkan, bila kita diminta (diHARUSKAN, misalnya) menjelaskan Hk Karma, dg HANYA MELIHAT di kehidupan ini saja.

So, semestinya Umat Buddha TIDAK BAKAL MAU bila diminta membatasi skop hanya di kehidupan ini saja, apalagi hanya pada SEPOTONG
peristiwa, kejadian, semakin mengebiri kebenaran Hk Karma.

QuoteMenurut saya, semua doktrin Buddhis tentang HK karma itulah asumsi (dalam makna: REFERENSI) kita bersama, sesama Buddhist. Inilah yang kita gunakan sebagai acuan berdiskusi. Nah, kadang diantara kita bisa berbeda memahami teks Tipitaka/Tripitaka, beda PENAFSIRAN. Dalam hal inilah, asumsi kita perlu ditinjau ulang.

kalau ada Buddhist yang tidak sependapat dg di atas, silahkan dikoreksi. ^:)^

***
QuoteTerima kasih sudah meluruskan, Bro.
Di sini maksud saya meluruskan makna ASUMSI.
Bukan meluruskan pendapat saya di thread ini.

Dan asumsi yang saya gunakan, kan belum ada yang ngoreksi.

_/\_

inJulia

Quote from: wangsapala on 22 October 2009, 10:17:03 PM
_/\_

Masih belum selesai diskusinya. hahahaha. padahal udh byk penjelasan tentang pemahaman Hukum Kamma. tp sptnya masih tdk ada titik temunya  :))

_/\_
:))
Diskusi tidak harus mencapai titik temu, Bro.  :)

berbeda dengan DEBAT, mencari kemenangan. Untuk itu harus ada kesimpulan. Agar jelas siapa yang benar siapa yang salah pendapatnya.

jadi, santai aja. Tapi karena batas diskusi dg Debat sangat tipis, yah biar mengalir apa adanya saja.  ;D ;D
_/\_

inJulia

Quote from: CHANGE on 22 October 2009, 05:05:46 PM
[at]  injulia

IMO

Anda telah melakuan " MUNDUR UNTUK MELANGKAH MAJU ".  ^:)^, ANUMODANA

_/\_
Bukan masalah maju atau mundur.
sedari awal saya sudah siap, kemungkinan: tidak ada titik temu. ;D

Jd kalau semua pihak sudah mengemukakan pendapatnya, sudah cukup.
_/\_

g.citra

QuoteSoalnya saya berasumsi:
Dalam Hk Karma, kita TIDAK BOLEH membatasi skopnya.
Pembatasan itu akan mendistorsi Hk Karma itu sendiri.
Bayangkan, bila kita diminta (diHARUSKAN, misalnya) menjelaskan Hk Karma, dg HANYA MELIHAT di kehidupan ini saja.

So, semestinya Umat Buddha TIDAK BAKAL MAU bila diminta membatasi skop hanya di kehidupan ini saja, apalagi hanya pada SEPOTONG
peristiwa, kejadian, semakin mengebiri kebenaran Hk Karma.

Bro inJul ... :)
Tidak ada yang salah dengan asumsi anda ... itu wajar dan sangat alamiah ...
Semua tergantung anda saja... :)

Saya merasa bukti sebab-akibat sudah demikian jelas (bagi saya), dimana timbul cetana ada vipaka karena, mengalami vipaka timbul cetana (bagi para puthujjana) ... dan saya berusaha menghindari hal-hal tidak berguna ini dikembangkan terus (dimana dalam pembahasannya selalu menimbulkan cetana-cetana baru yang memungkinkan saya terus berputar-putar didalamnya) ... :)

Seperti halnya telah dituliskan bro xuvie di thread sebelah, hendaknya kita saling mengerti akan perbedaan yang ada ... Dan saya tambahkan : Karena dengan sesungguhnya berusaha mengoreksi keadaan apapun yang timbul, secara tidak sadar kita telah melibatkan diri kedalam putaran sebab-akibat yang dilandasi oleh sang AKU ... :)

Ini posting terakhir saya di thread ini, dan reaksi apapun yang timbul dari anda dan rekan-rekan sekalian, saya akan belajar untuk melihat apa adanya tanpa ingin bereaksi kembali didalam thread ini ... :)

Kalau saja ada tulisan saya selama ini yang menyinggung anda, dengan penuh kesadaran saya minta maaf ...  ^:)^ ... (saya pikir, ini salah satu penyebab timbulnya kata maaf >>> kesadaran setelah membuktikan) ...

_/\_

Tekkss Katsuo

 _/\_

pendapat dan cara pandang setiap org beda beda, demikian jg tentang pembuktian hukum kamma ada yg bisa membuktikan ada yg tdk mampu membuktikan....

_/\_

ryu

itu semua adalah proses pikiran

"Pikiran adalah pelopor dari segala sesuatu, pikiran adalah pemimpin, pikiran adalah pembentuk. Bila seseorang berbicara atau berbuat dengan pikiran jahat, maka penderitaan akan mengikutinya bagaikan roda pedati mengikuti langkah kaki lembu yang menariknya."

"Pikiran adalah pelopor dari segala sesuatu, pikiran adalah pemimpin, pikiran adalah pembentuk. Bila seseorang berbicara atau berbuat dengan pikiran murni, maka kebahagiaan akan mengikutinya bagaikan bayang-bayang yang tak pernah meninggalkan bendanya."
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Kelana

#157
Saya rasa saya tidak perlu memaparkan lagi pembuktian Hukum Karma, karena sudah saya sampaikan begitu juga rekan-rekan lain yang menjelaskan bisanya hukum karma bisa dibuktikan. Kali ini saya hanya menanggapi masalah di bawah ini.

Quote from: inJulia on 18 October 2009, 11:33:25 AM

Buah karma tidak, belum tentu disebabkan satu karma, juga tergantung kondisi, situasi, karma penguat, dlsb. Ini membuat manusia biasa sulit menelusurinya. yang bisa kita lakukan hanyalah MENDUGA, SIMPLIFIKASI saja. Dan bagi saya, DUGAAN, SIMPLIFIKASI/PENYEDERHANAAN, BELUM bisa disebut sebagai BUKTI.


Pertama, pernyataan anda bahwa: "Buah karma tidak, belum tentu disebabkan satu karma" membuktikan keraguan anda dalam masalah ini. Kata "tidak" tidaklah sama dengan kata "belum". Jadi tentukan sikap anda dengan jelas. Jika "tidak" maka berarti buah karma tidak ditentukan oleh 1 karma. Jika "belum tentu" berarti dalam hal tertentu bisa ya bisa tidak

Buah karma pastilah ada penyebab dominan diantara penyebab-penyebab yang lain. Bagi kita yang tidak memperhatikan penyebab dominan ini tentu berkesimpulan untuk terus menelusuri penyebab-penyebab yang lain. Hasilnya muncul anggapan bahwa Hukum Karma tidak bisa dibuktikan. Tanpa ada penyebab dominan ini manusia tidak bisa lepas dari penderitaan.

Menduga tidaklah sama dengan simplifikasi. Ketika saya membantu orang lain kemudian saat itu juga muncul perasaan bahagia karena perbuatan itu, itu bukanlah dugaan, ia muncul saat saya melakukan hal itu, dan saya tidak melihat ada penyebab dominan lain yang menyebabkan perasaan bahagia selain perbuatan yang saya lakukan.  Dan ketika banyak orang (saya yakin) merasakan dan melihat hal yang sama, itu bukan lagi menjadi suatu dugaan, tapi bukti, apalagi jika dilakukan berulang-ulang dan hasilnya sama.

Dan ini bukan juga simplifikasi, tapi ini sebuah sample. Setahu saya sample itu bisa digunakan sebagai pembuktian.

Sekarang saya ingin anda buktikan sendiri bahwa NIAT anda membenturkan kepala anda ke  monitor komputer anda dengan keras mengakibatkan kepala anda sakit. Coba sakit tidak? Coba sampai 4 kali sebagai pembuktian. Kalau percobaan ini agak sadis, ya coba diganti dengan NIAT mencubit lengan anda dengan keras mengakibatkan lengan anda sakit :P

Selamat mencoba. _/\_

Karena ini dari pembahasan ini sifatnya adalah praktek, membuktikan sendiri. Maka selanjutnya ya no comment saja lah.. 8)
GKBU

_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Tekkss Katsuo

 _/\_

^
^
^

:o :o :o :o :o
hahaha  :))

ayooo lakukan seperti yg dikatakan bro Kelana jika masih ada keraguan soal bukti hukum Kamma
_/\_

CHANGE

Quote from: wangsapala on 23 October 2009, 03:21:35 PM
_/\_

^
^
^

:o :o :o :o :o
hahaha  :))

ayooo lakukan seperti yg dikatakan bro Kelana jika masih ada keraguan soal bukti hukum Kamma
_/\_

Maaf Bro, anda menjadi contoh. Saya minta maaf

Pertanyaan sederhana apakah sikap ini menghasilkan kamma vipaka untuk dirinya sendiri, ataupun untuk orang lain ? Yang baik atau yang buruk ?

Kadang-kadang kita tidak sadar mengharapkan orang lain celaka, kecelakaan orang lain menyebabkan kebahagiaan untuk diri sendiri ( berbahagia atas penderitaan makhluk lain misalnya memancing ikan, atau memancing di air keruh/provokasi ). Kamma Vipaka yang akan diterima ?

Tekkss Katsuo

#160
 _/\_

wew.. kan diberi contoh oleh bro kelana.... bagi yg mao mencoba dipersilahkan dari pada ada yg blg hukum kamma bisa dibuktikan dan ada yg blg tidak tidak.. maka bro kelana memberikan instruksi nyata untuk membuktikan hukum Kamma... sebenarnya setiap org secara nyata sudah mengalami hukum Kamma cuma tdk mampu menyadarinya saja, maka dikatakan tiada bukti, dan saya sendiri juga telah menjelaskan di aatas, dr pada menjelaskan ulang, lebih baik langsung praktekkan saja. walaupun crnya terlalu ekstrim.  :))

btw contoh praktek di atas tdk ada niat untuk mengharapkan orang lain celaka, cuma sekedar agar mereka membuktikan sendiri secara nyata apa itu sebab dan akibat.... so jika ada yg merasa bahwa pernyataan itu berarti ingin org lain celaka, maka sebenarnya pikiran sendiri lah yg memandang demikian, dan semua org berhak untuk menilai berdasarkan pemikirannya sendiri. tdk ada larangan...  :))

Kebahagian di atas penderitaan org lain, ini jg terserah pada pemikiran yg bersangkutan, disini tdk ada kebahagian yg perlu dinikmati dan tdk ada pihak yg perlu dibuat menderita  :)) ..



maaf jika ada kata kata yg salah

_/\_

CHANGE

Quote from: wangsapala on 23 October 2009, 03:58:31 PM
_/\_

wew.. kan diberi contoh oleh bro kelana.... bagi yg mao mencoba dipersilahkan dari pada ada yg blg hukum kamma bisa dibuktikan dan ada yg blg tidak tidak.. maka bro kelana memberikan instruksi nyata untuk membuktikan hukum Kamma... sebenarnya setiap org secara nyata sudah mengalami hukum Kamma cuma tdk mampu menyadarinya saja, maka dikatakan tiada bukti, dan saya sendiri juga telah menjelaskan di aatas, dr pada menjelaskan ulang, lebih baik langsung praktekkan saja. walaupun crnya terlalu ekstrim.  :))

btw contoh praktek di atas tdk ada niat untuk mengharapkan orang lain celaka, cuma sekedar agar mereka membuktikan sendiri secara nyata apa itu sebab dan akibat.... so jika ada yg merasa bahwa pernyataan itu berarti ingin org lain celaka, maka sebenarnya pikiran sendiri lah yg memandang demikian, dan semua org berhak untuk menilai berdasarkan pemikirannya sendiri. tdk ada larangan...  :))

Kebahagian di atas penderitaan org lain, ini jg terserah pada pemikiran yg bersangkutan, disini tdk ada kebahagian yg perlu dinikmati dan tdk ada pihak yg perlu dibuat menderita  :)) ..



maaf jika ada kata kata yg salah

_/\_

Pertanyaan sederhana.
Salah satu pengalaman hidup :

Masa Lalu,
Kebahagiaan saya peroleh dengan :
Memancing Ikan memberikan kepuasan dan kebahagiaan ( bertemu dengan yang disukai ), seakan-akan berbuat jahat tetapi menikmati yang baik

Setelah mengenal Buddha Dhamma

Masa Sekarang,
Tidak ada kebahagiaan dalam memancing ikan. Seandainya dipaksakan untuk memancing, saya akan menderita ( bertemu dengan yang tidak disukai )

Mohon penjelasan mengenai kamma vipaka yang akan saya terima masa lalu dan sekarang untuk kegiatan yang sama yakni memancing ikan seandainya dilakukan?

Sekedar tukar pendapat

K.K.

 [at]  Bro inJulia

Saya mau bagi kisah tentang "bukti" hukum kamma. Pernah dengar kisah Kisa-Vaccha? Ia adalah salah seorang murid utama dari petapa Sarabhanga yang berdiam dekat taman Raja Dandaki. Seorang selir, setelah "dibuang" oleh raja berjalan-jalan di taman itu dan melihat Kisa-Vaccha. Ia menganggapnya sebagai petanda buruk, maka dia meludahi petapa tersebut dan melempar tusuk gigi ke kepalanya. Pada hari yang sama, ia "diambil" kembali oleh raja dan dia berpikir itu adalah hasil meludahi petapa tersebut.

Kemudian hari, ada seorang menteri kehilangan kedudukan, maka selir tersebut menganjurkannya melakukan hal yang sama. Dan kebetulan ia juga mendapatkan kembali kedudukannya. Beberapa lama kemudian, ada pemberontakan di perbatasan dan raja beserta pasukan diperintahkan untuk ramai-ramai meludah dan melempar tusuk gigi ke petapa tersebut untuk mendapatkan keberuntungan. Semua melakukannya kecuali jenderal raja, seorang penyokong dari petapa tersebut. Ia kemudian membersihkan petapa tersebut.

Kita lihat di sini ada sebab dan kemudian sesuatu akibat terjadi. Petapa diludahi, kedudukan didapat kembali. Serupa dengan pendapat rekan-rekan di sini bahwa karena suatu perbuatan, suatu akibat terjadi dianggap sebagai hukum kamma.
Kemudian hal tersebut diulangi dan hasilnya sama, maka ditetapkan sebagai sebuah kebenaran. Lagi-lagi sama dengan pendapat rekan-rekan di sini, diulang-ulang hasilnya sama, maka itulah kebenaran.  

Kira-kira, apa yang terjadi pada orang-orang yang "telah mengetahui hukum kamma" tersebut? Tentu saja mereka binasa dengan menyedihkan.

Dari sini kita bisa lihat, sejak dahulu sampai sekarang, selalu ada orang yang memahami hukum sebab-akibat dengan cara yang berbeda. Oleh karena itu, mungkin sebaiknya diskusi/debat tidak perlu dilanjutkan kembali.

_/\_

ryu

Quote from: Kainyn_Kutho on 23 October 2009, 04:59:10 PM
[at]  Bro inJulia

Saya mau bagi kisah tentang "bukti" hukum kamma. Pernah dengar kisah Kisa-Vaccha? Ia adalah salah seorang murid utama dari petapa Sarabhanga yang berdiam dekat taman Raja Dandaki. Seorang selir, setelah "dibuang" oleh raja berjalan-jalan di taman itu dan melihat Kisa-Vaccha. Ia menganggapnya sebagai petanda buruk, maka dia meludahi petapa tersebut dan melempar tusuk gigi ke kepalanya. Pada hari yang sama, ia "diambil" kembali oleh raja dan dia berpikir itu adalah hasil meludahi petapa tersebut.

Kemudian hari, ada seorang menteri kehilangan kedudukan, maka selir tersebut menganjurkannya melakukan hal yang sama. Dan kebetulan ia juga mendapatkan kembali kedudukannya. Beberapa lama kemudian, ada pemberontakan di perbatasan dan raja beserta pasukan diperintahkan untuk ramai-ramai meludah dan melempar tusuk gigi ke petapa tersebut untuk mendapatkan keberuntungan. Semua melakukannya kecuali jenderal raja, seorang penyokong dari petapa tersebut. Ia kemudian membersihkan petapa tersebut.

Kita lihat di sini ada sebab dan kemudian sesuatu akibat terjadi. Petapa diludahi, kedudukan didapat kembali. Serupa dengan pendapat rekan-rekan di sini bahwa karena suatu perbuatan, suatu akibat terjadi dianggap sebagai hukum kamma.
Kemudian hal tersebut diulangi dan hasilnya sama, maka ditetapkan sebagai sebuah kebenaran. Lagi-lagi sama dengan pendapat rekan-rekan di sini, diulang-ulang hasilnya sama, maka itulah kebenaran. 

Kira-kira, apa yang terjadi pada orang-orang yang "telah mengetahui hukum kamma" tersebut? Tentu saja mereka binasa dengan menyedihkan.

Dari sini kita bisa lihat, sejak dahulu sampai sekarang, selalu ada orang yang memahami hukum sebab-akibat dengan cara yang berbeda. Oleh karena itu, mungkin sebaiknya diskusi/debat tidak perlu dilanjutkan kembali.

_/\_

lock.......
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Tekkss Katsuo

#164
wew ini versi lanjutan setelah diskusi panjang antara Bro Injulia dgn Bro G. Citra dan yg lainnya.  :))
seperti yg pernah saya katakan sebelumnnya, cape ulang ulang , bahwa hukum kamma secara kompleks hanya dapat dilihat sendiri oleh Buddha, sedangkan kita bisa melihat secara umum atau secara simple.. berdasarkan pertanyaan yg ada

Masa Lalu,
Kebahagiaan saya peroleh dengan :
Memancing Ikan memberikan kepuasan dan kebahagiaan ( bertemu dengan yang disukai ), seakan-akan berbuat jahat tetapi menikmati yang baik


Kamma Vipakanya adalah (kyk sekolah aaja  :))  )
sebab= niat, perbuatan memancing ikan
Vipaka = hasilnya, ikan itu anda dapat ataupun tdk dapat, yg terpenting hasilnya anda telah melempar kail ke kolam, sebagai niat perbuatan anda untuk memancing....

sebab = perbuatan, jika anda peroleh ikan tersebut (akibat dari memancing)
Vipaka = ikannya akan terluka kena kail dan kemungkinan mati (Vipaka dari anda mendapatkan ikannya).

sebab = perbuatan, mendapatkan ikan
Vipaka = anda merasa senang karena berhasil

disini saya mengetahui maksud anda, kenapa memancing ikan tersebut tdk nampak vipaka buruknya bagi anda..
dan seperti yg saya jelaskan pula, karma itu sangat kompleks, kita hanya bisa melihat sebatas yang sederhana dan yg lebih kompleks lagi hanya Buddha yg mampu melihatnya.. termasuk jangka waktu berbuahnya kamma, namun hal yg sederhana itu telah membuktikan bahwa ada hukum sebab akibat, karena ini maka terjadi itu... yaitu niat/perbuatan dan hasil

Masa Sekarang,
Tidak ada kebahagiaan dalam memancing ikan. Seandainya dipaksakan untuk memancing, saya akan menderita ( bertemu dengan yang tidak disukai )


sebab = perbuatan, setelah bertemu Dhamma
Vipaka = anda merasa perbuatan memancing ikan itu tdk baik, tdk seperti dulu wkt anda senang memancing ikan.

ini contoh yg simple dari sebab akibat yg bisa kita lihat secara nyata, sedangkan untuk kompleksnya hanya Buddha yg bisa. namun pembuktian simple ini telah mampu membuktikan pada kita bahwa adanya sebab dan akibat yg tdk lain adalah hukum Kamma...

Semoga dimengerti (jgn tanya kenapa saya tdk mendapat kamma buruk dari hasil memancing ikan , hal ini berhubungan dgn kamma jangka panjang dan walaupun jangka pendek sekalipun anda tdk akan mengetahuinya, karena tdk semua hukum Kamma dapat dilihat secara jelas oleh umat awam, anda hanya bisa melihat sejauh itu sebagai adanya hukum sebab akibat. kalo mao lihat yg jelas kita harus melihat pada situasi yg lain, karena setiap kondisi dan situasi menghasilkan kamma berbeda.. situasi yg lain yg bisa jelas anda liat, misalnya : anda mencuri dompet seseorg, menjelang beberapa hari anda katakan anda mencuri dompetnya. ini akan jelas anda lihat hasil buruknya. hahahaha...
_/\_