News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu

Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II

Started by inJulia, 18 October 2009, 11:33:25 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Tekkss Katsuo


shiwon suju

Mereka yang menganggap,
ketidak-benaran sebagai kebenaran.
dan kebenaran sebagai ketidak-benaran.
maka mereka yang mempunyai,
pikiran keliru seperti itu,
tak akan pernah dapat,
menyelami kebenaran.

inJulia


Quote from: g.citra on 21 October 2009, 11:49:30 AM
Quote from: inJulia on 21 October 2009, 07:34:51 AMO begitu. Saat itu saya betul2 ngga nyantel.
Maaf, Bro Citra.  ^:)^

Soalnya saya berasumsi:
Dalam Hk Karma, kita TIDAK BOLEH membatasi skopnya.
Pembatasan itu akan mendistorsi Hk Karma itu sendiri.
Itu ASUMSI anda!
Lalu bagaimana dengan asumsi lainnya?
Dengan asumsi anda yang kayak begini, anda bilang saya akan mendistorsi hukum kamma ... Coba renungkan!
Apa anda gak malu kalau kenyataannya anda sendiri yang mendistorsi contoh simpel yang saya ajukan dengan asumsi anda ? :))

Disini yang kita bahas adalah membuktikan hukum kamma, oke ?  
Lalu saya menuliskan sebuah contoh sederhana sebagai bahasan bahwa hukum kamma dapat dibuktikan, oke?

Saya tulis bahwa contoh itu cukup untuk membuktikan hukum kamma ...
Lalu anda mengembangkan kasus tersebut menjadi berkembang (ini jelas sebuah alasan dari anda untuk membuat hukum kamma itu tak terbukti) ...

Apakah dengan begini anda masih mau mungkir untuk mengelak sebuah contoh dari pembuktian hukum kamma ?
Kemampuan bahasa memang terbatas, ya Bro.
Bisa membuat salah persepsi. :)

Baru sekarang betul2 paham maksud Bro. Soal "Itu cukup".
Itu cukup SEBAGAI PEMBUKTIAN.

Cuma, apakah boleh saya punya pendapat lain pada contoh yang Bro ajukan? Dalam hal ini saya mempertanyakan validitas pembuktian Anda, kalau boleh. kalau boleh, diskusi jalan. kalau ngga boleh, kita ngga bisa berdiskusi apa2 jadinya. :) Forum DC ditutup aja. he he he

Sama dengan seandainya Bro Ryu berpendapat :)) dalam forum diskusi,"Saya kemarin berdoa, meminta hadiah pada Tuhan, eh barusan datang Sinterklas ngasih hadiah. bagi saya ini cukup membuktikan keberadaan Tuhan"
Apa reaksi Anda?
***
Soal ASUMSI,
Dalam berdiskusi, kita terpaksa memakai asumsi. Kalau Anda Buddhist, maka saya memakai asumsi: Anda menerima anggapan HK Karma Universal, dlsb.

Kalau Anda Ryu, Kr***n, saya akan memakai asumsi, yang berbeda.

Kalau menurut Anda asumsi saya dibawah ini keliru, coba ajukan asumsi yang Bro gunakan.
QuoteSoalnya saya berasumsi:
Dalam Hk Karma, kita TIDAK BOLEH membatasi skopnya.
Pembatasan itu akan mendistorsi Hk Karma itu sendiri.
Bayangkan, bila kita diminta (diHARUSKAN, misalnya) menjelaskan Hk Karma, dg HANYA MELIHAT di kehidupan ini saja.

So, semestinya Umat Buddha TIDAK BAKAL MAU bila diminta membatasi skop hanya di kehidupan ini saja, apalagi hanya pada SEPOTONG
peristiwa, kejadian, semakin mengebiri kebenaran Hk Karma.
Saya masih yakin, asumsi saya di atas akan bisa disetujui kebanyakan Umat Buddha. :))



Quote from: g.citra on 21 October 2009, 11:49:30 AM
Quote from: inJulia on 21 October 2009, 07:34:51 AM
Bayangkan, bila kita diminta (diHARUSKAN, misalnya) menjelaskan Hk Karma, dg HANYA MELIHAT di kehidupan ini saja. :)

Disini hal yang mesti diakui adalah KETIDAK-TAHUAN KITA untuk menjelaskan semua sebab dan akibat yang timbul dari kehidupan bro ... Dan itu sudah saya tulis diatas sana ... :))

Tapi mengenai hal yang sederhana kan masih bisa dibuktikan toh ?
APA yang Bro gunakan buat membedakan,
= di contoh Anda :Anda sudah tahu semua parameternya, faktor2nya.
= Di contoh saya: Anda akui KETIDAKTAHUAN Anda?

Bisa jawab? :))

Quote from: g.citra on 21 October 2009, 11:49:30 AM
Quote from: inJulia on 21 October 2009, 07:34:51 AM
So, semestinya Umat Buddha TIDAK BAKAL MAU bila diminta membatasi skop hanya di kehidupan ini saja, apalagi hanya pada SEPOTONG
peristiwa, kejadian, semakin mengebiri kebenaran Hk Karma.
Tuh kan ... :))
Disini sangat jelas anda mencoba mempengaruhi yang lainnya untuk memasukkan pemahaman anda yang nyata TIDAK UNIVERSAL dan hanya BERSIFAT SEPIHAK ! (hanya pemahaman anda saja kan ...  ^-^ )

Diputar-putar kemanapun kata-kata anda itu semua akan berbalik ke diri anda kembali bro !
Itu sebuah bukti lain dari hukum kamma ...
:))
Dalam forum, berbeda pendapat, tukar pendapat adalah wajar, pihak lain akan berubah atau menerima pendapat kita, itu urusan lain. :)

Kalau asumsi saya dianggap TIDAK UNIVERSAL, SEPIHAK, Apa perlu buat thread polling menguji asumsi saya tersebut? :))

Atau silahkan Anda kemukakan asumsi Anda soal Hk Karma.

_/\_

inJulia

Quote from: ryu on 21 October 2009, 12:56:59 PM
Quote from: inJulia on 21 October 2009, 12:28:08 PM
Quote from: ryu on 21 October 2009, 09:48:37 AMya karena ucapan Buddha itu banyak bohong nya
Quote from: JW. Jinaraga on 21 October 2009, 09:38:21 AM
^

aye gk percaya itu dari mulut ryu... :)) :)) :))
harus percaya dong, gw kr****n bukan buddhist.
Selidiki, coba didiskusikan dulu, Bro Ryu.
don't jump to conclusion too fast. ;D
_/\_
bah ngapain percaya ajaran buddha yang kaga pasti, mending cari ajaran yang gampang (btw aye padahal dah bikin kata penutup malah posting lagi =)) )
Agar"hampir mencapai penggelapan sempurna ;D "
jadi
mencapai penggelapan sempurna ;D

;D  ;D  ;D

bond

#139
Quotein Julia
Kalau asumsi saya dianggap TIDAK UNIVERSAL, SEPIHAK, Apa perlu buat thread polling menguji asumsi saya tersebut? laugh

Penasaran banget bro ... :))

kalau Acinteya...koq masih  dipikirkan... :))

Silakan dipolling...supaya anda bisa tidur tenang. ^-^

Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

g.citra

Quote from: inJulia on 21 October 2009, 01:44:02 PM
Cuma, apakah boleh saya punya pendapat lain pada contoh yang Bro ajukan? Dalam hal ini saya mempertanyakan validitas pembuktian Anda, kalau boleh. kalau boleh, diskusi jalan. kalau ngga boleh, kita ngga bisa berdiskusi apa2 jadinya. :) Forum DC ditutup aja. he he he

Validitasnya ... Ada sebab yang anda timbulkan (walau gak anda sadari, obyek sebagai vipaka yang saya ketahui membuat pikiran saya berproses untuk mengambil tindakan yakni menempeleng anda ... itu cetana dan aksi saya ... vipaka buat saya ... saya terlihat kasar ... itu aja  cukup!

Quote from: inJulia on 21 October 2009, 01:44:02 PM
Sama dengan seandainya Bro Ryu berpendapat :)) dalam forum diskusi,"Saya kemarin berdoa, meminta hadiah pada Tuhan, eh barusan datang Sinterklas ngasih hadiah. bagi saya ini cukup membuktikan keberadaan Tuhan"
Apa reaksi Anda?

Gak ada reaksi apa-apa tuh .. biasa aja kaleee ...  :whistle:

***
Quote from: inJulia on 21 October 2009, 01:44:02 PM
Soal ASUMSI,
Dalam berdiskusi, kita terpaksa memakai asumsi. Kalau Anda Buddhist, maka saya memakai asumsi: Anda menerima anggapan HK Karma Universal, dlsb.

Kalau Anda Ryu, Kr***n, saya akan memakai asumsi, yang berbeda.

Kalau menurut Anda asumsi saya dibawah ini keliru, coba ajukan asumsi yang Bro gunakan.
QuoteSoalnya saya berasumsi:
Dalam Hk Karma, kita TIDAK BOLEH membatasi skopnya.
Pembatasan itu akan mendistorsi Hk Karma itu sendiri.
Bayangkan, bila kita diminta (diHARUSKAN, misalnya) menjelaskan Hk Karma, dg HANYA MELIHAT di kehidupan ini saja.

So, semestinya Umat Buddha TIDAK BAKAL MAU bila diminta membatasi skop hanya di kehidupan ini saja, apalagi hanya pada SEPOTONG
peristiwa, kejadian, semakin mengebiri kebenaran Hk Karma.
Saya masih yakin, asumsi saya di atas akan bisa disetujui kebanyakan Umat Buddha. :))

Oke bro ... :))
Asumsi saya, umat Buddha yang mau belajar mengerti akan selalu berusaha untuk BERPIKIR SAAT INI ... Tidak mengenai hal-hal lain yang tidak diketahuinya dan tidak perlu untuk diketahuinya ...

Quote from: inJulia on 21 October 2009, 01:44:02 PM
APA yang Bro gunakan buat membedakan,
= di contoh Anda :Anda sudah tahu semua parameternya, faktor2nya.
= Di contoh saya: Anda akui KETIDAKTAHUAN Anda?

Bisa jawab? :))

Ada hal yang kita ketahui dan bisa dibuktikan langsung, dan ada hal hal yang tidak kita ketahui karena bukti nyatanya kita masih diliputi AVIJJA ... tuh dah dijawab ...  :P

Apa anda mau cari vijja dengan mengembangkan contoh sederhana yang saya tulis diatas sana bro ?  [-X
Anda AKAN TERSESAT bro ...  :)) ... atau sebaiknya anda harus bertekad untuk dapat berjumpa dengan Samma Sam Buddha lain dimasa datang dan nanti anda pertanyakan hal itu kepada Beliau ... :))

Quote from: inJulia on 21 October 2009, 01:44:02 PM
Atau silahkan Anda kemukakan asumsi Anda soal Hk Karma.

_/\_

Asumsi saya mengenai Kamma adalah kehendak (sebab) dan akibat !
Tidak ada definisi lain yang nantinya kasusnya akan berkembang seperti halnya Tuhan yang didefinisikan ... :))

Cobalah direnungkan bro !

_/\_

Tekkss Katsuo

 _/\_

panjang bgt bahasannya belum selesai selesai..  :))

gini aja deh, walau sebagian org tdk mampu membuktikan hukum kamma, maka biarkanlah dia berasumsi kamma tdk bisa dibuktikan... dan sebagian yg bisa buktikan hukum kamma, maka tdk lah perlu terlalu mengyakinkan org yg tdk mampu, untuk membuktikkan hukum Kamma

_/\_

Ivanzius

Namo Buddhaya,

Sepertinya memang gak bakalan nyambung..... :))

Yang 1 berusaha menjelaskan buah mangga...
Yang lainnya berusaha menjelaskan buah sukun...

Jadi saya ambil kesimpulan....

EHIPASSIKO  ;D

Salam Metta

_/\_

Sabbe Satta Bhavantu Sukkhitatta


inJulia

Quote from: bond on 21 October 2009, 02:16:19 PM
Quotein Julia
Kalau asumsi saya dianggap TIDAK UNIVERSAL, SEPIHAK, Apa perlu buat thread polling menguji asumsi saya tersebut? laugh

Penasaran banget bro ... :))

kalau Acinteya...koq masih  dipikirkan... :))

Silakan dipolling...supaya anda bisa tidur tenang. ^-^


he he he
saya santai aja.
Anggap, daripada ngisi TTS (Teka teki Silang)  :)
Siapa tahu dapat hadiah pencerahan dari teman lain.
;D
_/\_

inJulia

#144
Quote from: g.citra on 21 October 2009, 03:29:15 PM
Quote from: inJulia on 21 October 2009, 01:44:02 PM
Cuma, apakah boleh saya punya pendapat lain pada contoh yang Bro ajukan? Dalam hal ini saya mempertanyakan validitas pembuktian Anda, kalau boleh. kalau boleh, diskusi jalan. kalau ngga boleh, kita ngga bisa berdiskusi apa2 jadinya. :) Forum DC ditutup aja. he he he

Validitasnya ... Ada sebab yang anda timbulkan (walau gak anda sadari, obyek sebagai vipaka yang saya ketahui membuat pikiran saya berproses untuk mengambil tindakan yakni menempeleng anda ... itu cetana dan aksi saya ... vipaka buat saya ... saya terlihat kasar ... itu aja  cukup!

Quote from: inJulia on 21 October 2009, 01:44:02 PM
Sama dengan seandainya Bro Ryu berpendapat :)) dalam forum diskusi,"Saya kemarin berdoa, meminta hadiah pada Tuhan, eh barusan datang Sinterklas ngasih hadiah. bagi saya ini cukup membuktikan keberadaan Tuhan"
Apa reaksi Anda?

Gak ada reaksi apa-apa tuh .. biasa aja kaleee ...  :whistle:
"Terlihat kasar" ini masih relatif sekali. Ketika seorang Bhante diberi anjali, dan tidak menghiraukan sedikitpun, sebagian akan berpendapat "Terlihat sombong sekali".

Dengan demikian, pembuktian Anda menurut saya "BELUM CUKUP". tapi kalau bagi Anda atau teman lain di anggap CUKUP, silahkan dan ngga ada yang melarang. case closed. :)

***
Maksud saya reaksi Anda pada pembuktian "Bro Ryu" akan:
=menerima, setuju atau
=menolak, tidak setuju.

Jelas?
ini soal VALIDITAS PEMBUKTIAN.

Apa yang Anda sebut sebagai BUKTI, setara dengan pembuktian "Bro Ryu" di atas. Menurut "Bro Ryu", FAKTA, KENYATAAN, PENGALAMAN itu (bagi ia) CUKUP sebagai bukti, ehipassiko, dan kebenaran.

Quote from: g.citra on 21 October 2009, 03:29:15 PMOke bro ... :))
Asumsi saya, umat Buddha yang mau belajar mengerti akan selalu berusaha untuk BERPIKIR SAAT INI ... Tidak mengenai hal-hal lain yang tidak diketahuinya dan tidak perlu untuk diketahuinya ...
Maaf, coba cari di kamus makna "Asumsi" itu apa.

He he he thread saya adalah REAKSI, dari teman yang merasa dan mengaku bisa membuktikan kebenaran Hk Karma.
Mengaku bisa membuktikan Hk Karma, kan tidak BERADA SAAT INI.
So, mestinya kalimat Anda ditujukan pada mereka, bukan pada saya. he he he

Quote from: g.citra on 21 October 2009, 03:29:15 PM
Quote from: inJulia on 21 October 2009, 01:44:02 PM
APA yang Bro gunakan buat membedakan,
= di contoh Anda :Anda sudah tahu semua parameternya, faktor2nya.
= Di contoh saya: Anda akui KETIDAKTAHUAN Anda?

Bisa jawab? :))
Ada hal yang kita ketahui dan bisa dibuktikan langsung, dan ada hal hal yang tidak kita ketahui karena bukti nyatanya kita masih diliputi AVIJJA ... tuh dah dijawab ...  :P
Bro Ivans terbirit-birit ( becanda, yah :)) ) ketika saya tanyakan apa yang ia pakai untuk mengetahui mana karma yg berbuah cepat, mana yang lambat. :))

Kalau Anda memang punya kemampuan mengetahui dengan pasti mana yang SUDAH BENAR2 Anda tahu, mana yang belum Anda tahu. Saya salut dengan kemampuan Anda. Ini memang memungkinkan.
yah sudah. Case closed. :))

Quote from: g.citra on 21 October 2009, 03:29:15 PMApa anda mau cari vijja dengan mengembangkan contoh sederhana yang saya tulis diatas sana bro ?  [-X
Anda AKAN TERSESAT bro ...  :)) ... atau sebaiknya anda harus bertekad untuk dapat berjumpa dengan Samma Sam Buddha lain dimasa datang dan nanti anda pertanyakan hal itu kepada Beliau ... :))
Saya hanya mempertanyakan VALIDITAS PEMBUKTIAN Anda. kalau Anda yang lain sudah merasa valid, silahkan tetap dipegang.  

Quote from: inJulia on 21 October 2009, 01:44:02 PMAtau silahkan Anda kemukakan asumsi Anda soal Hk Karma.
Menurut saya, semua doktrin Buddhis tentang HK karma itulah asumsi (dalam makna: REFERENSI) kita bersama, sesama Buddhist. Inilah yang kita gunakan sebagai acuan berdiskusi. Nah, kadang diantara kita bisa berbeda memahami teks Tipitaka/Tripitaka, beda PENAFSIRAN. Dalam hal inilah, asumsi kita perlu ditinjau ulang.

Bedakan antara "asumsi" dengan "pendapat pribadi".

***

Ok Bro Citra,
kita sudah saling mengemukakan argumen masing2, tak ada yang perlu ditambahkan lagi. jadi case closed.

Kecuali ada novum baru, boleh dibuka lagi. :))
_/\_

inJulia

Quote from: Ivanzius on 21 October 2009, 08:50:52 PM
Namo Buddhaya,

Sepertinya memang gak bakalan nyambung..... :))

Yang 1 berusaha menjelaskan buah mangga...
Yang lainnya berusaha menjelaskan buah sukun...

Jadi saya ambil kesimpulan....

EHIPASSIKO  ;D

Salam Metta

_/\_

Sabbe Satta Bhavantu Sukkhitatta


Terbirit-birit ngga bisa menjawab,
tapi merasa menang, nich. :))  :))




Maaf, guyon aja ya Bro.  ^:)^
_/\_

g.citra

QuoteMaaf, coba cari di kamus makna "Asumsi" itu apa.
QuoteBedakan antara "asumsi" dengan "pendapat pribadi".

Dari kbbi:
asum·si n 1 dugaan yg diterima sbg dasar; 2 landasan berpikir krn dianggap benar;
meng·a·sum·si·kan v menduga; memperkirakan; memperhitungkan; meramalkan

Silahkan anda "asumsi" sendiri tentang makna kata "asumsi" ... :))

buk·ti n 1 sesuatu yg menyatakan kebenaran suatu peristiwa; keterangan nyata; tanda: surat ini sbg -- bahwa Tuan sudah meminjam uang saya; 2 hal yg menjadi tanda perbuatan jahat: ia dituduh mencuri, tetapi tidak ada -- nya;

QuoteMenurut saya, semua doktrin Buddhis tentang HK karma itulah asumsi kita bersama, sesama Buddhist. Inilah yang kita gunakan sebagai acuan berdiskusi. Nah, kadang diantara kita bisa berbeda memahami teks Tipitaka/Tripitaka, beda PENAFSIRAN. Dalam hal inilah, asumsi kita perlu ditinjau ulang.

Itu menurut anda kan bro ? :))
Silahkan ditinjau kembali hubungan, persamaan dan perbedaan antara kata 'asumsi' dan 'bukti' !

QuoteOk Bro Citra,
kita sudah saling mengemukakan argumen masing2, tak ada yang perlu ditambahkan lagi. jadi case closed.

Anda TS nya bro ! Silahkan saja ... Bebas koq ...  :))

_/\_

inJulia

Quote from: g.citra on 22 October 2009, 11:14:27 AM
QuoteMaaf, coba cari di kamus makna "Asumsi" itu apa.
QuoteBedakan antara "asumsi" dengan "pendapat pribadi".

Dari kbbi:
asum·si n 1 dugaan yg diterima sbg dasar; 2 landasan berpikir krn dianggap benar;
meng·a·sum·si·kan v menduga; memperkirakan; memperhitungkan; meramalkan

Silahkan anda "asumsi" sendiri tentang makna kata "asumsi" ... :))

buk·ti n 1 sesuatu yg menyatakan kebenaran suatu peristiwa; keterangan nyata; tanda: surat ini sbg -- bahwa Tuan sudah meminjam uang saya; 2 hal yg menjadi tanda perbuatan jahat: ia dituduh mencuri, tetapi tidak ada -- nya;

QuoteMenurut saya, semua doktrin Buddhis tentang HK karma itulah asumsi kita bersama, sesama Buddhist. Inilah yang kita gunakan sebagai acuan berdiskusi. Nah, kadang diantara kita bisa berbeda memahami teks Tipitaka/Tripitaka, beda PENAFSIRAN. Dalam hal inilah, asumsi kita perlu ditinjau ulang.

Itu menurut anda kan bro ? :))
Silahkan ditinjau kembali hubungan, persamaan dan perbedaan antara kata 'asumsi' dan 'bukti' !

QuoteOk Bro Citra,
kita sudah saling mengemukakan argumen masing2, tak ada yang perlu ditambahkan lagi. jadi case closed.

Anda TS nya bro ! Silahkan saja ... Bebas koq ...  :))

_/\_

Thanks sudah berkenan mengutipkan dari KBBI.

asum·si n 1 dugaan yg diterima sbg dasar; 2 landasan berpikir krn dianggap benar;


Tadi saya edit bagian ini sedikit. nambahin" (dalam makna: REFERENSI)".

jadi yang saya maksud "asumsi" adalah sebagai "Referensi".
kalau kurang tepat, mohon maaf. :)

Terima kasih sudah meluruskan, Bro.

***
"Asumsi" dengan "Bukti", jelas berbeda maknanya.

***
Sementara dari saya sudah cukup.

_/\_

CHANGE

 [at]  injulia

IMO

Anda telah melakuan " MUNDUR UNTUK MELANGKAH MAJU ".  ^:)^, ANUMODANA

_/\_

g.citra

^ Kalimat bermakna ganda ... :))

Perlu pemahaman "khusus" nih buat bisa menangkap makna sesungguhnya ... :))

_/\_