Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II

Started by inJulia, 18 October 2009, 11:33:25 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

nyanadhana

spekulasi intelektualitas tidak akan sanggup menembus titik kebenaran Dhamma. _/\_
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one's own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Ivanzius

Quote from: inJulia on 20 October 2009, 04:47:22 PM

Buat Adek Ivanzius, ;)

Terima kasih sudah berkenan menjelaskan.
Seperti yang sudah saya post di posting saya #82 di atas.
Hukum yang Universal punya kriterianya. Hukum itu BISA menjelaskan semua proses, kejadian.

Anda boleh mengambil contoh buat menguatkan pendapat Anda, tapi bila Hukum itu Universal, maka Hukum tersebut harus juga bisa menjelaskan contoh, peristiwa, kejadian manapun.


Saya akan coba memberikan contoh lain KK.... ;D

Saya berniat merubah warna kain berwarna putih menjadi berwarna hitam.
Bila saya mencelup kain tersebut dengan zat pewarna berwarna hitam (tentunya dengan perlengkapan lainnya seperti pewarna, pengaduk, panci, dsb..)
1. Apakah hasilnya menjadi berwarna hitam ? (menurut pengalaman saya sech menjadi hitam)
2. Jika saya mencelup kain tersebut besok, lusa, seminggu, sebulan, setaon, 100taon kedepan (udah pindah ke alam lain kali ya he..he.. :P) apakah hasilnya menjadi warna ungu..?
3. Jika saya mencelup kain tersebut di Indonesia, Israel, Arab, India, Thailand, apakah hasilnya menjadi merah..?
4. Jika selain saya, orang lain berniat merubah warna kain berwarna putih menjadi berwarna hitam dan mencelup kain tersebut dengan zat pewarna berwarna hitam (tentunya dengan perlengkapan lainnya seperti pewarna, pengaduk, panci, dsb..) apakah hasilnya kain tersebut menjadi warna kuning..?

Saya menyatakan PASTI warnanya hitam KK.  :>-

Quote from: inJulia on 20 October 2009, 04:47:22 PM

Bila kemudian ada yang membawa contoh,
Si X memukul kepala Si Y, yang kebetulan HANYA SEKEDAR beradu mata.
Si X lalu merasa puas, senang.

Bagaimana Anda menjelaskan, bahwa perasaan puas, senang itu bukan hasil yang berbuah seketika dari karma memukul kepala orang lain?
(Asumsi saya, kita bisa sepakat:perasaan puas dan senang bukan vipaka dari karma memukul.)


Demikian dulu, Bro Ivanzius.


Saya setuju dengan KK, bahwa yang dilakukan si X adalah keburukan yang didasari 4 macam alasan :
1. Perbuatan buruk yang dilakukan karena Keserakahan.
2. Perbuatan buruk yang dilakukan karena Kebencian.
3. Perbuatan buruk yang dilakukan karena Tidak tahu (Moha)
4. Perbuatan buruk yang dilakukan karena Ketakutan.

Quote from: inJulia on 20 October 2009, 04:47:22 PM

NB.

Quote from: IvanziusJangka panjang & jangka pendek itu sendiri sangat relatif pada tolak ukur masing2 pribadi (karena 5 menit buat saya mungkin lama, namun bagi KK2 itu sebentar).
Problemnya bukan di sana, tapi bagaimana kita tahu dan MEMASTIKAN
karma ini berbuah dalam jangka pendek dan yang itu panjang. How? Pasti?


Wah.. Ini saya ambil referensi dari
http://bhagavant.com/home.php?link=dhamma_sari&n_id=55

Empat Jenis Kamma Berdasarkan Waktu Munculnya Akibat (vipaka) yang Dihasilkan
1. Ditthadhamma vedaniya Kamma yaitu Kamma yang menghasilkan akibat (vipaka) segera mungkin pada waktu kehidupan sekarang. Kamma ini terbagi 2 macam, yaitu :

    *
      Kamma yang memberikan hasil dalam kehidupan sekarang ini, termasuk yang sudah masak betul atau disebut dengan Paripakka Dittha Dhamma vedaniya Kamma. Contoh : Seorang miskin bernama Punna yang memberikan dana makanan kepada Y A Sariputta Maha Thera menjadi kaya-raya dalam waktu tujuh hari setelah berdana.
    *
      Kamma yang memberikan hasil setelah lewat tujuh hari atau disebut dengan Aparipakka Dittha Dhammavedaniya. Contoh : Jika berbuat kebaikan atau kejahatan dalam usia muda, akan dipetik hasil dalam usia muda atau usia tua dalam kehidupan sekarang ini juga.

2. Upajja vedaniya Kamma yaitu Kamma yang menghasilkan akibat (vipaka) pada kehidupan berikutnya yaitu satu kehidupan setelah kehidupan sekarang.

3. Aparapariya vedaniya Kamma yaitu Kamma yang menghasilkan akibat (vipaka) pada kehidupan berikutnya secara berturut-turut.

4. Ahosi Kamma yaitu Kamma yang tidak lagi atau tidak akan memiliki kekuatan untuk menghasilkan akibat (kadaluwarsa). Ahosi Kamma terbentuk ketika kekuatan suatu perbuatan (kamma) terhalangi oleh kekuatan perbuatan (kamma) lain yang sangat besar. Selain itu Ahosi Kamma terbentuk jika tidak adanya kondisi-kondisi pendukung yang dibutuhkan untuk kamma itu berbuah, sehingga kamma tersebut tidak menghasilkan akibat (vipaka).

Quote from: inJulia on 20 October 2009, 04:47:22 PM

sampai di sini berkelebat kisah petani yang kudanya hilang, lalu kembali membawa banyak kuda, lalu....
Apa itu vipaka baik?
apa itu vipaka buruk?



Mungkin saya berikan contoh lain :

Bila saya bertemu gadis muda, cantik, kaya, pinter, ramah dan cinta sama saya...(wuih maunya tuch... 8->)

1. Bila kondisi mental saya belum melaksanakan Dasa Sila, bahkan masih melekat dengan LOBHA, DOSA, MOHA.
Pada saat bertemu dengan gadis tersebut, saya berpikir ini merupakan KARMA VIPAKA BAIK.
2. Bila kondisi mental saya sudah melaksanakan Dasa Sila, melemahnya LOBHA, DOSA, MOHA.
Pada saat bertemu dengan gadis tersebut, saya berpikir ini merupakan KARMA VIPAKA BURUK.
3. Bila kondisi mental saya sudah melaksanakan Patimokkha Sila, lenyapnya LOBHA, DOSA, MOHA.
Pada saat bertemu dengan gadis tersebut, saya berpikir ini bukan KARMA VIPAKA Baik maupun Buruk.


Quote from: inJulia on 20 October 2009, 04:47:22 PM
Quote from: IvanziusAmbil contoh bila saya menanam bibit/benih mangga, apakah saya dapat mengetahui secara detail mengenai :

1. Apakah bibit tersebut akan bertumbuh?
2. Bila pohon mangga tersebut bertumbuh....
     * Berapa ya kira2 diameter batang pohonnya?
     * Berapa ya kira2 tinggi pohonnya?
     * Berapa ya kira2 banyak daunnya?
     * Berapa ya kira2 banyak buahnya (kalo berbuah) manis??, asem ??....dst. 

Ini mungkin yang dianggap KK InJulia bahwa hukum karma tidak dapat dibuktikan karena tidak pasti hasilnya (DUGAAN kalo kata KK InJulia).
Tapi ada 1 yang saya yakin dan menyimpulkan yang pasti...
Bahwa pohon tersebut adalah pohon Mangga...
Ini kalo diliat dari sisi jangka panjang.

Dilihat dari sisi waktu jangka pendek, kalo saya ada Niat menusuk jarum kepada kaki saya, dan saya melanjutkan dengan perbuatan, maka Hasil dari Niat tersebut bisa dirasakan secara waktu jangka pendek.... yaitu rasa sakit/penderitaan yang saya alami pada saat waktu jarum itu menembus kulit kaki saya.

Ini yang adalah kebenaran Hukum Karma. Karena saya sudah ada Karma (Niat) untuk menusuk jarum tersebut dan dilakkukan. Dan Hasil/Buah nya adalah penderitaan. (buat saya adalah penderitaan)
Begini, ketika vipaka kita terima, kita SULIT MEMASTIKAN karma mana yang berbuah. Agak terbalik dikit, tapi masih nyambung, bisa dipakai.


Ketika saya menerima buah mangga...
Saya PASTI kan bahwa buah ini berasal dari Pohon mangga.
Saya PASTI kan bahwa buah ini berasal dari Bibit/Benih mangga.
Tapi kalo masalah Rasanya Asam / Manis tergantung selera.. :P

Quote from: inJulia on 20 October 2009, 04:47:22 PM

Sepemahaman saya, menusuk jarum adalah karma netral. Yang patut kita teliti adalah APA MOTIVASINYA MENUSUKKAN JARUM?
yah semangat berdiskusi, selalu ingin mematahkan pendapat pihak lain, mohon maklum, ya.
Dan, tertusuk jarum belum bisa disebut sebagai penderitaan. tergantung batin, bukan tergantung fisik.


Menusuk adalah perbuatan jasmani yang dipelopori oleh pikiran, jadi ada NIAT disitu.

(1) Pikiran adalah pelopor dari segala sesuatu, pikiran adalah pemimpin, pikiran adalah pembentuk. Bila seseorang berbicara atau berbuat dengan pikiran jahat, maka penderitaan akan mengikutinya, bagaikan roda pedati mengikuti langkah kaki lembu yang menariknya.
(2) Pikiran adalah pelopor dari segala sesuatu, pikiran adalah pemimpin, pikiran adalah pembentuk. Bila seseorang berbicara atau berbuat dengan pikiran murni, maka kebahagiaan akan mengikutinya, bagaikan bayang-bayang yang tak pernah meninggalkan bendanya.

http://bhagavant.com/home.php?link=dhammapada&bab=20

Jujurnya tidak ada motivasi yang terselubung atau tersembunyi dari saya. Saya hanya ingin Menyampaikan kebenaran hukum karma dengan memberikan contoh, itu saja.  :>-

Tertusuk jarum adalah PASTI penderitaan fisik yang nyata (jangan bilang kalo kakinya sudah dibius duluan he..he..he..  :)) )
Seandainya tertusuk jarum tidak membawa penderitaan dan membawa kebahagiaan, maka saya PASTI setiap harinya menusuk kaki saya dan mengajak KK2 sekalian juga untuk melakukan hal tersebut.  :P
Karena menusukkan jarum ke kaki adalah penderitaan dan bukan kebahagiaan, maka saya tidak melakukan dan menganjurkan KK2 untuk melakukannya.

mengopy dari kata sutta dibawah  :-[


13. Tinggalkanlah Kejahatan

Tinggalkanlah kejahatan, O para bhikkhu! Para bhikkhu, manusia dapat meninggalkan kejahatan. Seandainya saja manusia tidak mungkin meninggalkan kejahatan, aku tidak akan menyuruh kalian melakukannya. Tetapi karena hal itu dapat dilakukan maka kukatakan, "Tinggalkanlah kejahatan!"

Seandainya saja meninggalkan kejahatan ini akan membawa kerugian dan penderitaan, aku tidak akan menyuruh kalian meninggalkan kejahatan. Tetapi karena meninggalkan kejahatan membawa kesejahteraan dan kebahagiaan, maka kukatakan "Tinggalkanlah kejahatan!"

Kembangkanlah kebaikan, O para bhikkhu! Para bhikkhu, manusia dapat mengembangkan kebaikan. Seandainya saja manusia tidak mungkin mengembangkan kebaikan, maka aku tidak akan menyuruh kalian melakukannya. Tetapi karena hal itu dapat dilakukan, maka kukatakan. "Kembangkanlah kebaikan!"

Seandainya saja pengembangan kebaikan ini akan membawa kerugian dan penderitaan, aku tidak akan menyuruh kalian mengembangkannya. Tetapi karena mengembangkan kebaikan membawa kesejahteraan dan kebahagiaan, maka kukatakan, "Kembangkanlah kebaikan!"

http://www.samaggi-phala.or.id/tipitaka_dtl.php?cont_id=737

Quote from: inJulia on 20 October 2009, 04:47:22 PM

Quote from: IvanziusMohon kondisi ini tidak ditambah dengan kondisi yang lain ya KK2  , seperti :
     * Mendapat undian 100 M   (khan jadi hepi)
     * Mendapat perhatian dari suster cantik...   (khan jadi seneng tuch) he..he..he..
kalau kita bersedia menyatakan Hk Karma tidak universal, OK. Tapi karena kita meyakini HK karma adalah Universal, maka ia harus dan pasti lolos dalam menjelaskan semua peristiwa.

jangan HK karma nya yg kita korbankan, menjadi terbatas, regional,
tapi kita melihat level kita dimana.
Level kita tinggi, silahkan merevisi HK Karma, buat pribadi. tapi kalau level kita puthujjana, sebaiknya kita harus akui pendapat kita yang perlu ditinjau kembali.

Demikian Bro Ivan.
Thanks.
_/\_
[Bro panggil saya KK, saya anggap guyonan.
Goyon balas guyon, makanya saya panggil adek. :))
just for fun, :))]

Salam Metta untuk KK...
HUKUM KARMA adalah Netral...
HUKUM KARMA tidak bisa di Revisi...
HUKUM KARMA Seperti Cermin...
Yang bisa direvisi ato diperbaiki adalah KARMA=NIAT kita.

_/\_

Semoga bermanfaat

Sabbe Satta Bhavantu Sukkhitatta




inJulia

Quote from: g.citra on 20 October 2009, 06:27:54 PM
bro inJul (yang hobi main puter-puteran) ... :))

Quote from: inJulia on 20 October 2009, 03:46:44 PM
Quote from: g.citra on 20 October 2009, 11:00:34 AMItu jelas dugaan anda yang terlalu kebanyakan MIKIR bro ... :))  ... Sampai ada alasan untuk menempeleng anda dan anda sudah mengetahui ada yang ingin menempeleng anda saja, walau itu gak nyata, anda sudah mengalami
akusala vipaka citta tuh ... :))
haiyaa... apa gw lagi dikadalin? :))
Bro ngasih contoh soal tempelengan, lalu saya coba ikuti contoh tersebut dg membahasnya. Ini masih di sana konteksnya.
Demikian, semoga clear. :D

Anda juga tentunya membaca kan tulisan saya disana, saya bilang itu aja ... cukup! dan anda mengembangkan kasusnya ... MASIH BELUM SADAR DARI NIAT BUAT MAIN PUTER-PUTERAN bro ?

O begitu. Saat itu saya betul2 ngga nyantel.
Maaf, Bro Citra.  ^:)^

Soalnya saya berasumsi:
Dalam Hk Karma, kita TIDAK BOLEH membatasi skopnya.
Pembatasan itu akan mendistorsi Hk Karma itu sendiri.
Bayangkan, bila kita diminta (diHARUSKAN, misalnya) menjelaskan Hk Karma, dg HANYA MELIHAT di kehidupan ini saja. :)

So, semestinya Umat Buddha TIDAK BAKAL MAU bila diminta membatasi skop hanya di kehidupan ini saja, apalagi hanya pada SEPOTONG
peristiwa, kejadian, semakin mengebiri kebenaran Hk Karma.

Demikian pemahaman saya, Bro Citra.
_/\_

inJulia

Quote from: nyanadhana on 20 October 2009, 07:05:19 PM
spekulasi intelektualitas tidak akan sanggup menembus titik kebenaran Dhamma. _/\_
Setuju, Bro.

Itu salah satu hikmah yang bisa dipetik dari diskusi ini.
Setelah mengetahui batas2nya, bisa membuat kita malas berdebat soal kebenaran, Dhamma.

Bisa berdiskusi lebih santai.  ;D
_/\_

ryu

ya karena ucapan Buddha itu banyak bohong nya
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Tekkss Katsuo


J.W

^

aye gk percaya itu dari mulut ryu... :)) :)) :))

ryu

Quote from: JW. Jinaraga on 21 October 2009, 09:38:21 AM
^

aye gk percaya itu dari mulut ryu... :)) :)) :))
harus percaya dong, gw kr****n bukan buddhist.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

CHANGE

#128
Quote from: nyanadhana on 20 October 2009, 07:05:19 PM
spekulasi intelektualitas tidak akan sanggup menembus titik kebenaran Dhamma. _/\_

Sangat setuju dengan pandangan ini, bahkan ada yang berani mengatakan bahwa kemajuan Ilmu Pengetahuan belum sanggup untuk menjangkau dan mendekati AJARAN SANG GURU AGUNG.

Melihat dari sudut pandang yang berbeda mengenai Pembuktian Hukum Kamma.

Mungkin kita pernah mendengar dhamma talk dari Bhante YM Bhante Uttamo mengenai Mendapat, Memberi dan Melepas ( karena ini juga menyangkut HUKUM KAMMA ). Secara intelektual bagi yang belum memahami Dhamma akan mengatakan bahwa yang diutamakan adalah MENDAPAT, Tetapi sebagai umat Buddhist, kita mengetahui bahwa tidak demikian. Karena yang baik adalah MEMBERI, tentu yang terbaik adalah MELEPAS.

Dalam berdiskusi ini, apakah tujuan yang ingin dicapai kita adalah mendapat atau memberi atau melepas atau bukan semuanya. Bagaimana korelasi dengan HUKUM KAMMA

IMO,

Jika kita ingin MENDAPATKAN pengakuan, maka ego dan keserakahan akan bertambah karena merasa menang, kebencian menjadi bertambah karena merasa dikalahkan. Berarti belajar Dhamma untuk pengakuan saja, bukan untuk penerapan.

Jika kita ingin MEMBERI, maka kita mulai belajar mengikis keserakahan dan kebencian dalam diskusi yang baik, salah satu cara adalah mengalah ( termasuk memberi dalam bentuk lain ).

Jika kita ingin MELEPAS, ini adalah pilihan terbaik, walaupun sulit ( bukan berarti tidak mungkin ), untuk yang ini saya akui masih kesulitan, walaupun meditasi telah dijalankan. Mungkin butuh TEKAD yang KUAT dan WAKTU.

Saya hanya mencoba melihat pembuktian hukum kamma dari sisi lain, karena setiap orang menpunyai pandangan masing-masing sesuai kecocokannya.    



MUNDUR UNTUK MELANGKAH MAJU

Jaman dahulu di Tiongkok kuno ada sebuah cerita mengenai Mendapatkan dan Memberikan yang patut dijadikan renungan.

Konon ada dua orang, sebut saja si A dan si B, yang usianya di dunia fana telah berakhir, lalu kedua orang ini datang menghadap kepada Raja Neraka. Raja Neraka setelah membaca catatan mereka di Buku Neraka, memutuskan untuk membiarkan kedua orang ini untuk kembali reinkarnasi ke dunia fana menjadi manusia, dan memberi mereka dua pilihan: pilihan pertama adalah terlahir kembali di suatu kehidupan yang memberikan, sedangkan pilihan kedua adalah terlahir kembali di suatu kehidupan yang mendapatkan. Timbullah sifat serakah dalam diri si A, dalam hati ia berpikir bahwa dalam suatu kehidupan yang mendapatkan tidak akan mungkin ada penderitaan, tinggal duduk santai saja menikmati segala sesuatu yang telah tersedia, jadi de-ngan cepat si A segera merebut kesempatan untuk memilih pilihan pertama.

Sedangkan si B bukan saja tidak mengumpat karena si A sudah berhasil terlebih dahulu merebut pilihan pertama, justru sebaliknya ia berpikir, bahwa kehidupan yang memberikan harus senantiasa membantu orang lain, sungguh suatu kehidupan yang sangat bermakna! Raja Neraka setelah mende-ngar pilihan kedua orang tersebut lalu menetapkan jalan hidup dan masa depan bagi kedua orang ini dengan Pena Nasibnya, dan berkata kepada si B, "Karena engkau memilih kehidupan yang memberikan, maka dalam kehidupan tersebut engkau akan menjadi seorang hartawan, yang akan engkau abdikan untuk menderma dan membantu kaum fakir miskin, sedekah-kanlah seluruh hartamu bagi orang – orang miskin."

Bagaimana dengan si A? Karena ia memilih kehidupan yang mendapatkan, maka jalan hidupnya telah digariskan untuk seumur hidupnya menjadi pengemis, yang akan selalu menerima pemberian bantuan dan pemberian dari orang lain selamanya.

Cerita ini mengingatkan kita bahwa mendapatkan atau memberikan dalam kehidupan seseorang tidak dapat diputuskan hanya dari sisi permukaannya saja. Ada kalanya kita sepertinya adalah pihak yang mendapatkan sesuatu, namun di lain pihak, di suatu dimensi yang tak terlihat, kita justru telah kehilangan sesuatu yang amat berharga hanya karena berusaha memperoleh sesuatu yang amat sepele dan tidak berarti.

Untuk memperdalam pengertian mendapatkan dan memberikan ( manfaat keyakinan hukum kamma ) dari sisi saya pribadi.

Zheng Ban Qiao (baca : cheng pan jiao) pada saat menjadi pejabat, adik-nya terlibat perselisihan dengan tetangga ketika sang adik membangun rumah, kedua belah pihak sama sekali tidak mau mengalah, sampai akhirnya keduanya masing – masing membangun tembok pembatas di bagian depan rumah mereka sehingga membuat jalan di depan rumah mereka tersebut buntu, tidak dapat dilalui lagi. Sang adik mengirim sepucuk surat kepada Zheng Ban Qiao, berharap agar sang kakak dapat membantunya untuk memenangkan persidangan kasus perselisihan ini. Namun Zheng Ban Qiao membalas surat tersebut dengan sebait puisi, yang berbunyi demikian :

Mengirim surat dari ribuan kilometer hanya demi sebidang tembok rumah,
Apa sulitnya mengalah 3 kaki bagi tetangga itu,
Tembok raksasa China yang hingga kini masih berdiri kokoh,
Tetap tidak mampu membuat Raja Qin yang mendirikannya hidup abadi.


Para tetangga yang mengetahui hal itu sangat terharu, kedua belah pihak akhirnya saling mengalah selebar 3 kaki, yang kemudian justru menciptakan suatu kebaikan yang lebih agung bagi masyarakat sekitar, yakni di wilayah itu telah bertambah lagi satu jalan kecil/gang yang baru selebar 6 kaki.

Yang patut untuk dibahas adalah sikap Zheng Ban Qiao dalam menyelesaikan masalah ini, yang mengingatkan kita untuk : Mengalah selangkah dengan didasari kesabaran dan kebesaran hati, sekaligus juga tetap menjaga ketenangan dan ketentraman hati ( sati ), niscaya pikiran kita akan menjadi jernih dan kebijakan dan kebijaksanaan tidak akan pernah luntur dari diri kita, perselisihan dan pertentangan baru dapat diselesaikan dengan baik, yang selanjutnya dapat memutar balikkan bahaya ( kekacauan ) menjadi kedamaian.

Petani yang melangkah mundur dengan tubuh membungkuk sembari menancapkan bibit padi di petak sawah memberikan kita suatu pencerahan, suatu kesuksesan baru dapat diraih dengan menunduk ( kerendahan hati ) dan melangkah mundur (menancapkan bibit padi dapat segera diselesaikan jika dilakukan dengan cara membungkuk sambil kita melangkah mundur). Selain itu, kiasan ini juga mengingatkan kita akan filosofi tingkat tinggi, bahwa mundur sesungguhnya adalah untuk maju.

Di dalam kehidupan manusia ada banyak kejadian yang kita alami yang sepertinya kita telah mengalah, sebenarnya kita justru telah melangkah maju. Kejadian Zheng Ban Qiao di atas merupakan suatu contoh yang terbaik untuk mengilustrasikan pernyataan ini.

Semoga Bermanfaat

_/\_



Indra

Member Change, postingan anda sebaiknya dilakukan pada board yg sesuai, misalnya di Board Lingkungan atau Board Keluarga, atau Board Personality, bukan di thread ini. mohon kerja sama anda

inJulia


Quote from: Ivanzius on 20 October 2009, 11:39:34 PMSaya akan coba memberikan contoh lain KK.... ;D

Saya berniat merubah warna kain berwarna putih menjadi berwarna hitam.
Bila saya mencelup kain tersebut dengan zat pewarna berwarna hitam (tentunya dengan perlengkapan lainnya seperti pewarna, pengaduk, panci, dsb..)
1. Apakah hasilnya menjadi berwarna hitam ? (menurut pengalaman saya sech menjadi hitam)
2. Jika saya mencelup kain tersebut besok, lusa, seminggu, sebulan, setaon, 100taon kedepan (udah pindah ke alam lain kali ya he..he.. :P) apakah hasilnya menjadi warna ungu..?
3. Jika saya mencelup kain tersebut di Indonesia, Israel, Arab, India, Thailand, apakah hasilnya menjadi merah..?
4. Jika selain saya, orang lain berniat merubah warna kain berwarna putih menjadi berwarna hitam dan mencelup kain tersebut dengan zat pewarna berwarna hitam (tentunya dengan perlengkapan lainnya seperti pewarna, pengaduk, panci, dsb..) apakah hasilnya kain tersebut menjadi warna kuning..?

Saya menyatakan PASTI warnanya hitam KK.  :>-
Maaf, dek ya :D :D :D
ya jelas PASTI hitam, tapi APA yang hendak Anda tunjukkan? :))
Contoh ini kurang tepat untuk menunjukkan keunivesalan Hk Karma. Maaf. 

Quote from: Ivanzius on 20 October 2009, 11:39:34 PM
Quote from: inJulia on 20 October 2009, 04:47:22 PM
Bila kemudian ada yang membawa contoh,
Si X memukul kepala Si Y, yang kebetulan HANYA SEKEDAR beradu mata.
Si X lalu merasa puas, senang.

Bagaimana Anda menjelaskan, bahwa perasaan puas, senang itu bukan hasil yang berbuah seketika dari karma memukul kepala orang lain?
(Asumsi saya, kita bisa sepakat:perasaan puas dan senang bukan vipaka dari karma memukul.)
Demikian dulu, Bro Ivanzius.

Saya setuju dengan KK, bahwa yang dilakukan si X adalah keburukan yang didasari 4 macam alasan :
1. Perbuatan buruk yang dilakukan karena Keserakahan.
2. Perbuatan buruk yang dilakukan karena Kebencian.
3. Perbuatan buruk yang dilakukan karena Tidak tahu (Moha)
4. Perbuatan buruk yang dilakukan karena Ketakutan.
Bukan itu pointnya, Bro.
Yang mesti Anda jawab adalah:
Bagaimana Anda menjelaskan, bahwa perasaan puas, senang itu bukan hasil yang berbuah seketika dari karma memukul kepala orang lain? :))

Quote from: Ivanzius on 20 October 2009, 11:39:34 PM
Quote from: inJulia on 20 October 2009, 04:47:22 PMProblemnya bukan di sana, tapi bagaimana kita tahu dan MEMASTIKAN
karma ini berbuah dalam jangka pendek dan yang itu panjang. How? Pasti?
Wah.. Ini saya ambil referensi dari
http://bhagavant.com/home.php?link=dhamma_sari&n_id=55

Empat Jenis Kamma Berdasarkan Waktu Munculnya Akibat (vipaka) yang Dihasilkan
Kutipan Anda benar, tapi yang saya tanyakan adalah:
bagaimana kita tahu dan MEMASTIKAN
karma ini berbuah dalam jangka pendek dan yang itu panjang.

Apa yang Anda gunakan untuk MEMILAH:
=O, ini karma yang bebuah cepat
=O, itu karma yang berbuah lama

Quote from: Ivanzius on 20 October 2009, 11:39:34 PM
Quote from: inJulia on 20 October 2009, 04:47:22 PMsampai di sini berkelebat kisah petani yang kudanya hilang, lalu kembali membawa banyak kuda, lalu....
Apa itu vipaka baik?
apa itu vipaka buruk?
Mungkin saya berikan contoh lain :

Bila saya bertemu gadis muda, cantik, kaya, pinter, ramah dan cinta sama saya...(wuih maunya tuch... 8->)

1. Bila kondisi mental saya belum melaksanakan Dasa Sila, bahkan masih melekat dengan LOBHA, DOSA, MOHA.
Pada saat bertemu dengan gadis tersebut, saya berpikir ini merupakan KARMA VIPAKA BAIK.
2. Bila kondisi mental saya sudah melaksanakan Dasa Sila, melemahnya LOBHA, DOSA, MOHA.
Pada saat bertemu dengan gadis tersebut, saya berpikir ini merupakan KARMA VIPAKA BURUK.
3. Bila kondisi mental saya sudah melaksanakan Patimokkha Sila, lenyapnya LOBHA, DOSA, MOHA.
Pada saat bertemu dengan gadis tersebut, saya berpikir ini bukan KARMA VIPAKA Baik maupun Buruk.
So, pada titik tertinggi, yang kita sebut, kita bedakan sebagai vipaka baik dan vipaka buruk, karma baik dan karma buruk adalah SEKEDAR PELABELAN seorang puthujjana?

Yang Anda kutip adalah KETIDAKKONSISTENAN. Bukan dalam arti negative, ya. jangan emosi dulu. :))

karena Tidakkonsistenan, maka bila ini (Hukum Karma) (terlalu) dipikirkan, di analisa, sudah jelas apa akibatnya: gila!

kedua, bila kita di level 1, ngotot dengan pemahaman di level ini, mempertahankan pemahaman intelektual kita tentang Hk Karma, maka kita mustahil maju ke level selanjutnya.

MUNGKIN, inilah sebabnya maka Hk karma sengaja dimasukkan dalam salah satu dari 4 Acinteyya. jangan memikirkan seluk beluk karma. Apalagi merasa mampu membuktikannya. :))

Quote from: Ivanzius on 20 October 2009, 11:39:34 PM
Quote from: inJulia on 20 October 2009, 04:47:22 PMBegini, ketika vipaka kita terima, kita SULIT MEMASTIKAN karma mana yang berbuah. Agak terbalik dikit, tapi masih nyambung, bisa dipakai.

Ketika saya menerima buah mangga...
Saya PASTI kan bahwa buah ini berasal dari Pohon mangga.
Saya PASTI kan bahwa buah ini berasal dari Bibit/Benih mangga.
Tapi kalo masalah Rasanya Asam / Manis tergantung selera.. :P
Hk Karma Buddhis tidak berbunyi,"Hutang mata bayar mata", nanam karma mencuri berbuah tercuri.

Quote from: Ivanzius on 20 October 2009, 11:39:34 PM
Quote from: inJulia on 20 October 2009, 04:47:22 PMSepemahaman saya, menusuk jarum adalah karma netral. Yang patut kita teliti adalah APA MOTIVASINYA MENUSUKKAN JARUM?
yah semangat berdiskusi, selalu ingin mematahkan pendapat pihak lain, mohon maklum, ya.
Dan, tertusuk jarum belum bisa disebut sebagai penderitaan. tergantung batin, bukan tergantung fisik.
Menusuk adalah perbuatan jasmani yang dipelopori oleh pikiran, jadi ada NIAT disitu.

(1) Pikiran adalah pelopor

Jujurnya tidak ada motivasi yang terselubung atau tersembunyi dari saya. Saya hanya ingin Menyampaikan kebenaran hukum karma dengan memberikan contoh, itu saja.  :>-

Tertusuk jarum adalah PASTI penderitaan fisik yang nyata (jangan bilang kalo kakinya sudah dibius duluan he..he..he..  :)) )
Seandainya tertusuk jarum tidak membawa penderitaan dan membawa kebahagiaan, maka saya PASTI setiap harinya menusuk kaki saya dan mengajak KK2 sekalian juga untuk melakukan hal tersebut.  :P
Karena menusukkan jarum ke kaki adalah penderitaan dan bukan kebahagiaan, maka saya tidak melakukan dan menganjurkan KK2 untuk melakukannya.
:))
Jadi Anda SEKEDAR menusukkan jarum tanpa motivasi apapun? :))

Apa yang Anda kutip itulah yang disebut MOTIVASI, NIAT. dari adanya motivasi, niat tersebut, kemudian itu diwujudkan dalam satu tindakan. muncul niat menusuk, kemudian melakukan karma lewat jasmani (menusuk).
Yang menjadi pelopor sebelum Anda (punya niat) menusukkan jarum itulah yang disebut MOTIVASI, NIAT, CETANA.

Nah yang lebih penting dibahas dalam konteks HK Karma, adalah NIAT, MOTIVASI, CETANA yang paling awal muncul, sebelum niat menusukkan jarum itu muncul. Mana (niat) pelopor, mana (niat) kelanjutannya, mesti kita teliti baik2.

Quote from: Ivanzius on 20 October 2009, 11:39:34 PM
Quote from: inJulia on 20 October 2009, 04:47:22 PMkalau kita bersedia menyatakan Hk Karma tidak universal, OK. Tapi karena kita meyakini HK karma adalah Universal, maka ia harus dan pasti lolos dalam menjelaskan semua peristiwa.

jangan HK karma nya yg kita korbankan, menjadi terbatas, regional,
tapi kita melihat level kita dimana.
Level kita tinggi, silahkan merevisi HK Karma, buat pribadi. tapi kalau level kita puthujjana, sebaiknya kita harus akui pendapat kita yang perlu ditinjau kembali.

Salam Metta untuk KK...
HUKUM KARMA adalah Netral...
HUKUM KARMA tidak bisa di Revisi...
HUKUM KARMA Seperti Cermin...
Yang bisa direvisi ato diperbaiki adalah KARMA=NIAT kita.

sebaiknya kita harus akui
pendapat kita yang perlu ditinjau kembali.
_/\_

Semoga bermanfaat

Sabbe Satta Bhavantu Sukkhitatta

g.citra

#131
Quote from: inJulia on 21 October 2009, 07:34:51 AM
Quote from: g.citra on 20 October 2009, 06:27:54 PM
bro inJul (yang hobi main puter-puteran) ... :))

Quote from: inJulia on 20 October 2009, 03:46:44 PM
Quote from: g.citra on 20 October 2009, 11:00:34 AMItu jelas dugaan anda yang terlalu kebanyakan MIKIR bro ... :))  ... Sampai ada alasan untuk menempeleng anda dan anda sudah mengetahui ada yang ingin menempeleng anda saja, walau itu gak nyata, anda sudah mengalami
akusala vipaka citta tuh ... :))
haiyaa... apa gw lagi dikadalin? :))
Bro ngasih contoh soal tempelengan, lalu saya coba ikuti contoh tersebut dg membahasnya. Ini masih di sana konteksnya.
Demikian, semoga clear. :D

Anda juga tentunya membaca kan tulisan saya disana, saya bilang itu aja ... cukup! dan anda mengembangkan kasusnya ... MASIH BELUM SADAR DARI NIAT BUAT MAIN PUTER-PUTERAN bro ?

O begitu. Saat itu saya betul2 ngga nyantel.
Maaf, Bro Citra.  ^:)^

Soalnya saya berasumsi:
Dalam Hk Karma, kita TIDAK BOLEH membatasi skopnya.
Pembatasan itu akan mendistorsi Hk Karma itu sendiri.


Itu ASUMSI anda!
Lalu bagaimana dengan asumsi lainnya?
Dengan asumsi anda yang kayak begini, anda bilang saya akan mendistorsi hukum kamma ... Coba renungkan!
Apa anda gak malu kalau kenyataannya anda sendiri yang mendistorsi contoh simpel yang saya ajukan dengan asumsi anda ? :))

Disini yang kita bahas adalah membuktikan hukum kamma, oke ?  
Lalu saya menuliskan sebuah contoh sederhana sebagai bahasan bahwa hukum kamma dapat dibuktikan, oke?

Saya tulis bahwa contoh itu cukup untuk membuktikan hukum kamma ...
Lalu anda mengembangkan kasus tersebut menjadi berkembang (ini jelas sebuah alasan dari anda untuk membuat hukum kamma itu tak terbukti) ...

Apakah dengan begini anda masih mau mungkir untuk mengelak sebuah contoh dari pembuktian hukum kamma ?

Quote from: inJulia on 21 October 2009, 07:34:51 AM
Bayangkan, bila kita diminta (diHARUSKAN, misalnya) menjelaskan Hk Karma, dg HANYA MELIHAT di kehidupan ini saja. :)

Disini hal yang mesti diakui adalah KETIDAK-TAHUAN KITA untuk menjelaskan semua sebab dan akibat yang timbul dari kehidupan bro ... Dan itu sudah saya tulis diatas sana ... :))

Tapi mengenai hal yang sederhana kan masih bisa dibuktikan toh ?

Quote from: inJulia on 21 October 2009, 07:34:51 AM
So, semestinya Umat Buddha TIDAK BAKAL MAU bila diminta membatasi skop hanya di kehidupan ini saja, apalagi hanya pada SEPOTONG
peristiwa, kejadian, semakin mengebiri kebenaran Hk Karma.

Demikian pemahaman saya, Bro Citra.
_/\_

Tuh kan ... :))
Disini sangat jelas anda mencoba mempengaruhi yang lainnya untuk memasukkan pemahaman anda yang nyata TIDAK UNIVERSAL dan hanya BERSIFAT SEPIHAK ! (hanya pemahaman anda saja kan ...  ^-^ )

Diputar-putar kemanapun kata-kata anda itu semua akan berbalik ke diri anda kembali bro !
Itu sebuah bukti lain dari hukum kamma ...
:))

_/\_

inJulia

Quote from: ryu on 21 October 2009, 09:48:37 AMya karena ucapan Buddha itu banyak bohong nya
Quote from: JW. Jinaraga on 21 October 2009, 09:38:21 AM
^

aye gk percaya itu dari mulut ryu... :)) :)) :))
harus percaya dong, gw kr****n bukan buddhist.
Selidiki, coba didiskusikan dulu, Bro Ryu.
don't jump to conclusion too fast. ;D
_/\_

Tekkss Katsuo

 _/\_

Bro Ryu cape liat postingnya dan penjelasannya berulang ulang. wkwkwkwkw  :))

_/\_

ryu

Quote from: inJulia on 21 October 2009, 12:28:08 PM
Quote from: ryu on 21 October 2009, 09:48:37 AMya karena ucapan Buddha itu banyak bohong nya
Quote from: JW. Jinaraga on 21 October 2009, 09:38:21 AM
^

aye gk percaya itu dari mulut ryu... :)) :)) :))
harus percaya dong, gw kr****n bukan buddhist.
Selidiki, coba didiskusikan dulu, Bro Ryu.
don't jump to conclusion too fast. ;D
_/\_
bah ngapain percaya ajaran buddha yang kaga pasti, mending cari ajaran yang gampang (btw aye padahal dah bikin kata penutup malah posting lagi =)) )
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))