comotan dari blog tetangga

Started by bond, 27 July 2009, 11:11:16 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

ryu

Quote from: marcedes on 09 August 2009, 01:23:32 AM
btw, kalau kebisaan baru nya gimana? ^^ canda ya..biar segar-segar.....
saya pribadi tidak cocok dengan metode mmd, pernah di pratek dan hasilnya tidak membawa kebijaksanaan bagi saya....jadi saya stop...
entah kalau orang lain mungkin saya yang salah pratek,

dari pada ribut disini lebih baik kita bertanding siapa lebih dulu mencapai sotapana...
baru ngomong ^^ jadi ingat iklan rokok...
TALK LESS DO MORE...

all just my opinion....peace yu
metta.
:)) kalau jawaban Pak Hudoyo :
OK, Kemenyan ... bodoh kalau saya melayani Anda terus ... waktu saya sangat berharga untuk membimbing MMD ... Sekali lagi, nasi sudah menjadi bubur ... sekalipun Anda menghiba-hiba, saya tidak akan masuk ke DC lagi selama managementnya dikuasai oleh orang-orang reaksioner yang ingin memutar mundur jarum sejarah Buddhisme di Indonesia. ...

Kita beradu di lapangan ... Umat Buddha Indonesia akan menilai sendiri dalam waktu 10 tahun ini ... Anda dan teman-teman Anda di DC-kah, atau saya dan teman-teman saya di MMD, yang benar-benar pewaris dari ajaran Sang Guru.

Salam,
hudoyo
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Indra

#286
Quote from: ryu on 09 August 2009, 06:42:33 AM
Kita beradu di lapangan ... Umat Buddha Indonesia akan menilai sendiri dalam waktu 10 tahun ini ... Anda dan teman-teman Anda di DC-kah, atau saya dan teman-teman saya di MMD, yang benar-benar pewaris dari ajaran Sang Guru.
Salam,
hudoyo

ini baru setaon, masih lama, 9 taon lagi

williamhalim

Quote from: Indra on 09 August 2009, 07:12:45 AM
Quote from: ryu on 09 August 2009, 06:42:33 AM
Kita beradu di lapangan ... Umat Buddha Indonesia akan menilai sendiri dalam waktu 10 tahun ini ... Anda dan teman-teman Anda di DC-kah, atau saya dan teman-teman saya di MMD, yang benar-benar pewaris dari ajaran Sang Guru.
Salam,
hudoyo

ini baru setaon, masih lama, 9 taon lagi

:))
dunia kangaw memang begitu Bro... bikin janji pibu selalu 'jatuh temponya' puluhan tahun kedepan.

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

bond

#288
Quote from: morpheus on 08 August 2009, 11:17:23 PM
kebiasaan lama anda keluar lagi. bang bond, sepertinya anda masih muda, energinya meluap2 :)
semoga anda maju prakteknya, bang bond...
cukup sampai di sini aja menanggapi anda.

Khusus menanggapi MMD memang harus to the point, tidak perlu muter-muter . Itulah kebiasaan saya membahas MMD, melihat situasi dan kondisi, bisa lembut, bisa nyablak, bisa tegas tergantung tergantung situasi dan kondisi yg diperlukan. Maklumlah memang saya masih muda dengan energi meluap, daripada tua tapi energinya over dosis sehingga tidak tersalurkan dengan baik. ^-^

Met maju juga prakteknya om morph. Ok kita deal menyudahi saling menanggapi antara anda dan saya didalam topik ini . Jangan nanti plin-plan lagi. Smoga 'aku' mu berhenti  supaya tidak terus berdukkha. _/\_

[at]  saudara-saudari se-dhamma di DC

Ada hal-hal yg perlu kita perhatikan dalam membahas MMD dan ini juga berguna menghadapi orang-orang yg memutar balikan Dhamma yg diajarkan Sang Buddha.

1. Seperti kita ketahui ada beberapa oknum agama/orang mencoba mempengaruhi umat lain dengan tujuan mendapatkan umat. Caranya dengan menggunakan beberapa ayat-ayat kitab suci/sutta yg ingin dipengaruhi dengan diselaraskan dengan kitab suci atau pandangan orang yang ingin mempengaruhi. Padahal arti kitab suci atau ajaran yg ingin dipreteli jelas memaknai arti berbeda dengan kitab suci atau pandangan orang yg ingin mempengaruhi. Ini terjadi pada MMD yg menggunakan beberapa sutta dan mengabaikan yang lainnya.

2. Ketika dikonfrontasi tentang hal-hal makna kitab suci tentang penganut yg dipengaruhi, dalam konteks ini ajaran Sang Buddha maka dengan pandainya mereka berkilah dengan mengatakan tidak asli ataupun tidak relevan, konsep dsb. Dan kemudian menyusupi dengan pandangan yg lain.

Ini cara2 yg terjadi dalam hal "nisasi' dan termasuk MMD.

Sebagai umat Buddha tentunya tidak perlu khawatir, jadi saya rasa perlu kita terus membahas apa-apa yg tidak sesuai dan yg sesuai. Dan ini tidak diartikan sebagai kita menyerang MMD atau agama lain(jika mereka mulai melakukan nisasi). Jika mereka(pihak MMD) merasa terserang itu hanya propaganda mereka seakan-akan mereka adalah victim dan menggunakan alasan 'ad hominem' /penyerangan atas pribadi untuk mencari simpati. Kita pun tidak perlu berjihad, meluruskan apa yg simpang siur dan yg bengkok adalah hal yg mulia dan dilakukan sesuai kaidah yg diajarkan Sang Buddha yaitu inilah yg diajarkan Sang Tathagata dan ini yg bukan diajarkan.

Patut diingat sikap Guru utama dan ajaran barunya memiliki batas yg sangat tipis, jadi jika ia menyatakan A dan sikapnya B maka jika dikritik tentang pernyataan A dan sikap B adalah suatu kesatuan yg patut dipertanyakan dan bukan penyerangan atas pribadi. Itu semua sebagai bahan apakah keseluruhan aspek ajaran baru tersebut sesuai dengan Dhamma yg diajarkan SB atau mendompleng.

Umat Buddha yg mengerti Dhamma tentunya akan penuh cinta kasih tetapi bukan permisif terhadap pandangan salah. Jika menolak bukan berarti fanatik. Jika orang lain menganggap demikian, itu sebenarnya karena ketidakpuasan dan ketidak sanggupan mereka mencerna Dhamma.. Sikap kita tetap tenang , ahimsa dan memberikan bimbingan jika bisa sesuai protap ajaran SB. SB pun penuh cinta kasih tapi tegas.

Ini hanya himbauan dalam menghadapi kilesa yg super duper licik. Silakan diskusi dilanjutkan...Jangan malu-malu bahas 'mimpi mengenal diri'/MMD

_/\_
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

J.W

Quote from: Indra on 09 August 2009, 07:12:45 AM
Quote from: ryu on 09 August 2009, 06:42:33 AM
Kita beradu di lapangan ... Umat Buddha Indonesia akan menilai sendiri dalam waktu 10 tahun ini ... Anda dan teman-teman Anda di DC-kah, atau saya dan teman-teman saya di MMD, yang benar-benar pewaris dari ajaran Sang Guru.
Salam,
hudoyo

ini baru setaon, masih lama, 9 taon lagi

Gk sampe 9 taon  :)) :)) :))

Bumi akan 'diserang' badai matahari tahun 2012  ;D..... Mari Menyelamatkan Diri (MMD) ;D

hendrako

Quote from: ryu on 09 August 2009, 06:42:33 AM
Quote from: marcedes on 09 August 2009, 01:23:32 AM
btw, kalau kebisaan baru nya gimana? ^^ canda ya..biar segar-segar.....
saya pribadi tidak cocok dengan metode mmd, pernah di pratek dan hasilnya tidak membawa kebijaksanaan bagi saya....jadi saya stop...
entah kalau orang lain mungkin saya yang salah pratek,

dari pada ribut disini lebih baik kita bertanding siapa lebih dulu mencapai sotapana...
baru ngomong ^^ jadi ingat iklan rokok...
TALK LESS DO MORE...

all just my opinion....peace yu
metta.
:)) kalau jawaban Pak Hudoyo :
OK, Kemenyan ... bodoh kalau saya melayani Anda terus ... waktu saya sangat berharga untuk membimbing MMD ... Sekali lagi, nasi sudah menjadi bubur ... sekalipun Anda menghiba-hiba, saya tidak akan masuk ke DC lagi selama managementnya dikuasai oleh orang-orang reaksioner yang ingin memutar mundur jarum sejarah Buddhisme di Indonesia. ...

Kita beradu di lapangan ... Umat Buddha Indonesia akan menilai sendiri dalam waktu 10 tahun ini ... Anda dan teman-teman Anda di DC-kah, atau saya dan teman-teman saya di MMD, yang benar-benar pewaris dari ajaran Sang Guru.

Salam,
hudoyo

Emangnya DC aliran baru juga yah??
Lagian ada juga member DC yg sehaluan dengan PH, jadi gimana dong....apakah lebih cocok disebut musuh-musuh DC (sebagai lawan dari teman-teman) ?? So, pasti tidak dong.... :|

Hmm...masih menantang orang....... Buddha gak pernah ngajarin beradu tuh..... :whistle: .......apalagi di lapangan  :))
yaa... gitu deh

ryu

Quote from: hendrako on 09 August 2009, 12:25:43 PM
Quote from: ryu on 09 August 2009, 06:42:33 AM
Quote from: marcedes on 09 August 2009, 01:23:32 AM
btw, kalau kebisaan baru nya gimana? ^^ canda ya..biar segar-segar.....
saya pribadi tidak cocok dengan metode mmd, pernah di pratek dan hasilnya tidak membawa kebijaksanaan bagi saya....jadi saya stop...
entah kalau orang lain mungkin saya yang salah pratek,

dari pada ribut disini lebih baik kita bertanding siapa lebih dulu mencapai sotapana...
baru ngomong ^^ jadi ingat iklan rokok...
TALK LESS DO MORE...

all just my opinion....peace yu
metta.
:)) kalau jawaban Pak Hudoyo :
OK, Kemenyan ... bodoh kalau saya melayani Anda terus ... waktu saya sangat berharga untuk membimbing MMD ... Sekali lagi, nasi sudah menjadi bubur ... sekalipun Anda menghiba-hiba, saya tidak akan masuk ke DC lagi selama managementnya dikuasai oleh orang-orang reaksioner yang ingin memutar mundur jarum sejarah Buddhisme di Indonesia. ...

Kita beradu di lapangan ... Umat Buddha Indonesia akan menilai sendiri dalam waktu 10 tahun ini ... Anda dan teman-teman Anda di DC-kah, atau saya dan teman-teman saya di MMD, yang benar-benar pewaris dari ajaran Sang Guru.

Salam,
hudoyo

Emangnya DC aliran baru juga yah??
Lagian ada juga member DC yg sehaluan dengan PH, jadi gimana dong....apakah lebih cocok disebut musuh-musuh DC (sebagai lawan dari teman-teman) ?? So, pasti tidak dong.... :|

Hmm...masih menantang orang....... Buddha gak pernah ngajarin beradu tuh..... :whistle: .......apalagi di lapangan  :))
harap dimaklum, ucapan itu karena kekhilafan, sedang tidak eling/sadar ;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

J.W

^

Beeetul sekaliiiiii (logat batak)

Karena kondisi dlm keadaan sedang tidak meditasi mengenal diri (baca : lupa diri) :P

markosprawira

Quote from: bond on 09 August 2009, 11:21:21 AM
Quote from: morpheus on 08 August 2009, 11:17:23 PM
kebiasaan lama anda keluar lagi. bang bond, sepertinya anda masih muda, energinya meluap2 :)
semoga anda maju prakteknya, bang bond...
cukup sampai di sini aja menanggapi anda.

Khusus menanggapi MMD memang harus to the point, tidak perlu muter-muter . Itulah kebiasaan saya membahas MMD, melihat situasi dan kondisi, bisa lembut, bisa nyablak, bisa tegas tergantung tergantung situasi dan kondisi yg diperlukan. Maklumlah memang saya masih muda dengan energi meluap, daripada tua tapi energinya over dosis sehingga tidak tersalurkan dengan baik. ^-^

Met maju juga prakteknya om morph. Ok kita deal menyudahi saling menanggapi antara anda dan saya didalam topik ini . Jangan nanti plin-plan lagi. Smoga 'aku' mu berhenti  supaya tidak terus berdukkha. _/\_

[at]  saudara-saudari se-dhamma di DC

Ada hal-hal yg perlu kita perhatikan dalam membahas MMD dan ini juga berguna menghadapi orang-orang yg memutar balikan Dhamma yg diajarkan Sang Buddha.

1. Seperti kita ketahui ada beberapa oknum agama/orang mencoba mempengaruhi umat lain dengan tujuan mendapatkan umat. Caranya dengan menggunakan beberapa ayat-ayat kitab suci/sutta yg ingin dipengaruhi dengan diselaraskan dengan kitab suci atau pandangan orang yang ingin mempengaruhi. Padahal arti kitab suci atau ajaran yg ingin dipreteli jelas memaknai arti berbeda dengan kitab suci atau pandangan orang yg ingin mempengaruhi. Ini terjadi pada MMD yg menggunakan beberapa sutta dan mengabaikan yang lainnya.

2. Ketika dikonfrontasi tentang hal-hal makna kitab suci tentang penganut yg dipengaruhi, dalam konteks ini ajaran Sang Buddha maka dengan pandainya mereka berkilah dengan mengatakan tidak asli ataupun tidak relevan, konsep dsb. Dan kemudian menyusupi dengan pandangan yg lain.

Ini cara2 yg terjadi dalam hal "nisasi' dan termasuk MMD.

Sebagai umat Buddha tentunya tidak perlu khawatir, jadi saya rasa perlu kita terus membahas apa-apa yg tidak sesuai dan yg sesuai. Dan ini tidak diartikan sebagai kita menyerang MMD atau agama lain(jika mereka mulai melakukan nisasi). Jika mereka(pihak MMD) merasa terserang itu hanya propaganda mereka seakan-akan mereka adalah victim dan menggunakan alasan 'ad hominem' /penyerangan atas pribadi untuk mencari simpati. Kita pun tidak perlu berjihad, meluruskan apa yg simpang siur dan yg bengkok adalah hal yg mulia dan dilakukan sesuai kaidah yg diajarkan Sang Buddha yaitu inilah yg diajarkan Sang Tathagata dan ini yg bukan diajarkan.

Patut diingat sikap Guru utama dan ajaran barunya memiliki batas yg sangat tipis, jadi jika ia menyatakan A dan sikapnya B maka jika dikritik tentang pernyataan A dan sikap B adalah suatu kesatuan yg patut dipertanyakan dan bukan penyerangan atas pribadi. Itu semua sebagai bahan apakah keseluruhan aspek ajaran baru tersebut sesuai dengan Dhamma yg diajarkan SB atau mendompleng.

Umat Buddha yg mengerti Dhamma tentunya akan penuh cinta kasih tetapi bukan permisif terhadap pandangan salah. Jika menolak bukan berarti fanatik. Jika orang lain menganggap demikian, itu sebenarnya karena ketidakpuasan dan ketidak sanggupan mereka mencerna Dhamma.. Sikap kita tetap tenang , ahimsa dan memberikan bimbingan jika bisa sesuai protap ajaran SB. SB pun penuh cinta kasih tapi tegas.

Ini hanya himbauan dalam menghadapi kilesa yg super duper licik. Silakan diskusi dilanjutkan...Jangan malu-malu bahas 'mimpi mengenal diri'/MMD

_/\_

boleh saya post di milis2?

markosprawira

Quote from: ryu on 08 August 2009, 10:24:15 AM
Mau kutip Sutta ahh tentang PIKIRAN ;D

VITAKKASANTHANA SUTTA (20)
(Sumber : Sutta Pitaka Majjhima Nikaya I,
Oleh : Tim Penterjemah Kitab Suci Agama Buddha,
Penerbit Hanuman Sakti, Jakarta, 1996)

1.      Demikianlah saya dengar:
      Pada suatu ketika Sang Bhagava berada di Jetavana, taman milik Anathapindika, Savatthi. Di sana Beliau menyapa para bhikkhu: "Para bhikkhu." "Ya, Bhante," jawab mereka.
      Selanjutnya, Sang Bhagava berkata:

2. "Para bhikkhu, apabila seorang bhikkhu sedang mengembangkan batin yang lebih tinggi, ada lima tanda yang dapat diperhatikan olehnya dari saat ke saat. Apakah kelima tanda tersebut?"
   
3. (i) "Para bhikkhu, ketika seorang bhikkhu memperhatikan beberapa tanda, dan berdasarkan pada tanda itu, muncul dalam dirinya pikiran-pikiran buruk dan jahat yang berhubungan dengan keinginan indera, kebencian dan kebodohan, maka ia harus memperhatikan beberapa tanda lain yang berhubungan dengan apa yang baik. Bilamana ia memperhatikan kepada beberapa tanda lain yang berhubungan dengan apa yang baik, maka pikiran-pikiran buruk dan jahat yang berhubungan dengan keinginan indera, kebencian dan kebodohan akan ditinggalkan dan lenyap darinya. Dengan meninggalkan hal-hal itu, pikirannya menjadi kokoh, tenang, terpusat dan terkonsentrasi. Bagaikan seorang tukang kayu atau pembantunya yang dapat mengeluarkan, memindahkan dan mengganti sebuah pasak kasar dengan pasak halus, begitu pula ... ketika seorang bhikkhu memperhatikan beberapa tanda lain yang berhubungan dengan apa yang baik ... maka pikirannya menjadi kokoh, tenang, terpusat dan terkonsentrasi."

4. (ii) "Apabila, ketika ia sedang memperhatikan tanda lain yang berhubungan dengan apa yang baik, namun dalam dirinya masih muncul pikiran-pikiran buruk yang berhubungan dengan keinginan indera, kebencian dan kebodohan, maka ia harus memeriksa bahaya dalam pikiran-pikiran itu, sebagai berikut: 'Pikiran-pikiran ini buruk, patut dicela dan menyebabkan penderitaan.' Ketika ia memeriksa bahaya dalam pikiran-pikiran itu, maka pikiran-pikiran buruk jahat yang berhubungan dengan keinginan indera, kebencian dan kebodohan ditinggalkan dan lenyap darinya. Dengan meninggalkan hal-hal itu, pikirannya menjadi kokoh, tenang, terpusat dan terkonsentrasi. Bagaikan seorang pria atau wanita, muda, remaja, yang menyenangi perhiasan, akan ketakutan, menderita dan muak jika bangkai ular, anjing atau mayat digantungkan di lehernya, begitu pula ... ketika seorang bhikkhu memeriksa bahaya dalam pikiran-pikiran itu ... maka pikirannya menjadi kokoh, tenang, terpusat dan terkonsentrasi."

5. (iii) "Apabila, sementara ia memeriksa bahaya dari pikiran-pikiran itu, namun dalam dirinya masih muncul pikiran-pikiran buruk jahat yang berhubungan dengan keinginan indera, kebencian dan kebodohan, maka ia harus berusaha melupakan dan harus tidak memperhatikan pikiran-pikiran itu.

      Ketika ia berusaha melupakan dan tidak memperhatikan pikiran-pikiran itu, maka pikiran-pikiran buruk jahat yang berhubungan dengan keinginan indera, kebencian dan kebodohan ditinggalkan dan lenyap darinya. Dengan meninggalkan hal-hal itu, pikirannya menjadi kokoh, tenang, terpusat dan terkonsentrasi. Bagaikan orang bermata baik yang tidak mau melihat bentuk-bentuk yang terjangkau oleh pandangan akan menutup mata atau memalingkan pandangannya, begitu pula ... ketika seorang bhikkhu berusaha melupakan dan tidak memperhatikan pikiran-pikiran itu ... maka pikirannya menjadi kokoh, tenang, terpusat dan terkonsentrasi.

6. (iv) "Apabila, sementara ia melupakan dan tidak memperhatikan pikiran-pikiran itu, namun dalam dirinya masih muncul pikiran-pikiran buruk jahat yang berhubungan dengan keinginan indera, kebencian dan kebodohan, maka ia harus memberi perhatian untuk menenangkan bentuk-bentuk pikiran dari pikiran-pikiran itu. Ketika ian memberikan perhatian untuk menenangkan bentuk-bentuk pikiran dari pikiran-pikiran itu, maka pikiran-pikiran buruk jahat yang berhubungan dengan keinginan indera, kebencian dan kebodohan ditinggalkan dan lenyap darinya. Dengan meninggalkan hal-hal itu, pikirannya menjadi kokoh, tenang, terpusat dan terkonsentrasi. Bagaikan seseorang berjalan cepat berpikir: 'Mengapa saya berjalan cepat? Bagaimana bila saya berjalan perlahan?' dan ia akan berjalan perlahan; kemudian ia berpikir: 'Mengapa saya berjalan perlahan? Bagaimana bila saya berdiri?' dan ia akan berdiri; kemudian ia berpikir: 'Mengapa saya berdiri? Bagaimana bila saya duduk?' dan ia akan duduk; kemudian ia berpikir: 'Mengapa saya duduk? Bagaimana bila saya berbaring?' dan ia akan berbaring. Dengan melakukan seperti itu, ia akan mengganti setiap posisi yang kasar dengan yang halus; begitu pula ... ketika seorang bhikkhu memberi perhatian untuk menenangkan bentuk-bentuk pikiran dari pikiran-pikiran itu ... maka pikirannya menjadi kokoh, tenang, terpusat dan terkonsentrasi.
   
7. (v) "Apabila, ketika ia memberikan perhatian untuk menenangkan bentuk-bentuk pikiran dari pikiran-pikiran itu, namun dalam dirinya masih muncul pikiran-pikiran buruk jahat yang berhubungan dengan keinginan indera, kebencian dan kebodohan, maka dengan menggertak gigi dan lidah menekan langit-langit mulutnya, maka ia harus memukul, mendesak dan menghancurkan pikiran dengan pikiran. Ketika, dengan menggertak gigi dan lidah menekan langit-langit mulutnya, ia memukul, mendesak dan menghancurkan pikiran dengan pikiran, maka pikiran-pikiran buruk jahat yang berhubungan dengan keinginan indera, kebencian dan kebodohan ditinggalkan dan lenyap darinya. Dengan meninggalkan hal-hal itu, pikirannya menjadi kokoh, tenang, terpusat dan terkonsentrasi. Bagaikan seseorang kuat menangkap kepala atau bahu dari orang lemah dan memukulnya, memaksanya, dan menghancurkannya begitu pula ... ketika seorang bhikkhu memberi perhatian untuk menenangkan bentuk-bentuk pikiran dari pikiran-pikiran itu ... maka pikirannya menjadi kokoh, tenang, terpusat dan terkonsentrasi."

8. "Para bhikkhu, ketika seorang bhikkhu memberikan perhatian pada beberapa tanda, dan berdasarkan pada tanda itu dalam dirinya muncul pikiran-pikiran buruk jahat yang berhubungan dengan keinginan indera, kebencian dan kebodohan, kemudian ketika ia memberikan perhatian pada beberapa tanda lain yang berhubungan dengan apa yang baik, maka pikiran-pikiran buruk jahat ditinggalkan dan lenyap, dengan meninggalkan pikiran-pikiran itu pikirannya menjadi kokoh, tenang, terpusat dan terkonsentrasi. Ketika ia memeriksa bahaya dari pikiran-pikiran itu .... Ketika ia berusaha melupakan dan tidak memperhatikan pikiran-pikiran itu .... Ketika ia memberikan perhatikan untuk menenangkan bentuk-bentuk pikiran dari pikiran-pikiran itu ....Ketika, dengan menggertak gigi dan menekankan lidah pada langit-langit mulutnya, ia memukul, mendesak dan menghancurkan pikiran dengan pikiran, maka pikiran-pikiran buruk jahat ditinggalkannya ... dan pikirannya menjadi kokoh, tenang, terpusat dan terkonsentrasi. Bhikkhu ini disebut sebagai ahli pikiran kasar. Ia akan memikirkan pikiran apa pun yang ingin ia pikirkan dan ia tidak memikirkan apa yang ia tidak ingin pikirkan. Ia telah memutuskan keinginan (tanha), menghempaskan belenggu-belenggu (samyojana), dan dengan sempurna menembus kesombongan (mana) ia melenyapkan penderitaan.

      Demikianlah yang dikatakan oleh Sang Bhagava. Para bhikhu merasa puas dan gembira dengan apa yang dikatakan Sang Bhagava.

Postingan diatas saya post ke milis, beserta tambahan yang saya post yaitu

QuoteDisini dengan jelas terlihat bahwa saat seseorang sudah memutuskan tanha, sudah terbebas dari dukkha, pikirannya tetap berjalan alias TIDAK BERHENTI seperti pada paham sebagian orang.
Yang disebut disini adalah adanya SATI sampajanna (sadar dan waspada setiap saat), terampil dalam menjaga pikiran yang timbul

semoga bisa bermanfaat bagi rekan2 sekalian[q/uote]

bond

Quote from: markosprawira on 10 August 2009, 09:39:57 AM
Quote from: bond on 09 August 2009, 11:21:21 AM
Quote from: morpheus on 08 August 2009, 11:17:23 PM
kebiasaan lama anda keluar lagi. bang bond, sepertinya anda masih muda, energinya meluap2 :)
semoga anda maju prakteknya, bang bond...
cukup sampai di sini aja menanggapi anda.

Khusus menanggapi MMD memang harus to the point, tidak perlu muter-muter . Itulah kebiasaan saya membahas MMD, melihat situasi dan kondisi, bisa lembut, bisa nyablak, bisa tegas tergantung tergantung situasi dan kondisi yg diperlukan. Maklumlah memang saya masih muda dengan energi meluap, daripada tua tapi energinya over dosis sehingga tidak tersalurkan dengan baik. ^-^

Met maju juga prakteknya om morph. Ok kita deal menyudahi saling menanggapi antara anda dan saya didalam topik ini . Jangan nanti plin-plan lagi. Smoga 'aku' mu berhenti  supaya tidak terus berdukkha. _/\_

[at]  saudara-saudari se-dhamma di DC

Ada hal-hal yg perlu kita perhatikan dalam membahas MMD dan ini juga berguna menghadapi orang-orang yg memutar balikan Dhamma yg diajarkan Sang Buddha.

1. Seperti kita ketahui ada beberapa oknum agama/orang mencoba mempengaruhi umat lain dengan tujuan mendapatkan umat. Caranya dengan menggunakan beberapa ayat-ayat kitab suci/sutta yg ingin dipengaruhi dengan diselaraskan dengan kitab suci atau pandangan orang yang ingin mempengaruhi. Padahal arti kitab suci atau ajaran yg ingin dipreteli jelas memaknai arti berbeda dengan kitab suci atau pandangan orang yg ingin mempengaruhi. Ini terjadi pada MMD yg menggunakan beberapa sutta dan mengabaikan yang lainnya.

2. Ketika dikonfrontasi tentang hal-hal makna kitab suci tentang penganut yg dipengaruhi, dalam konteks ini ajaran Sang Buddha maka dengan pandainya mereka berkilah dengan mengatakan tidak asli ataupun tidak relevan, konsep dsb. Dan kemudian menyusupi dengan pandangan yg lain.

Ini cara2 yg terjadi dalam hal "nisasi' dan termasuk MMD.

Sebagai umat Buddha tentunya tidak perlu khawatir, jadi saya rasa perlu kita terus membahas apa-apa yg tidak sesuai dan yg sesuai. Dan ini tidak diartikan sebagai kita menyerang MMD atau agama lain(jika mereka mulai melakukan nisasi). Jika mereka(pihak MMD) merasa terserang itu hanya propaganda mereka seakan-akan mereka adalah victim dan menggunakan alasan 'ad hominem' /penyerangan atas pribadi untuk mencari simpati. Kita pun tidak perlu berjihad, meluruskan apa yg simpang siur dan yg bengkok adalah hal yg mulia dan dilakukan sesuai kaidah yg diajarkan Sang Buddha yaitu inilah yg diajarkan Sang Tathagata dan ini yg bukan diajarkan.

Patut diingat sikap Guru utama dan ajaran barunya memiliki batas yg sangat tipis, jadi jika ia menyatakan A dan sikapnya B maka jika dikritik tentang pernyataan A dan sikap B adalah suatu kesatuan yg patut dipertanyakan dan bukan penyerangan atas pribadi. Itu semua sebagai bahan apakah keseluruhan aspek ajaran baru tersebut sesuai dengan Dhamma yg diajarkan SB atau mendompleng.

Umat Buddha yg mengerti Dhamma tentunya akan penuh cinta kasih tetapi bukan permisif terhadap pandangan salah. Jika menolak bukan berarti fanatik. Jika orang lain menganggap demikian, itu sebenarnya karena ketidakpuasan dan ketidak sanggupan mereka mencerna Dhamma.. Sikap kita tetap tenang , ahimsa dan memberikan bimbingan jika bisa sesuai protap ajaran SB. SB pun penuh cinta kasih tapi tegas.

Ini hanya himbauan dalam menghadapi kilesa yg super duper licik. Silakan diskusi dilanjutkan...Jangan malu-malu bahas 'mimpi mengenal diri'/MMD

_/\_

boleh saya post di milis2?

Silahkan di post bro....

Anumodana  _/\_
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Hendra Susanto

tambahan nich markos, postingan ko saudara fabian yang membicarakan tentang 'aku' boleh di post ke milis2

http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,12407.msg203186.html#msg203186

K.K.

Quote from: ryu on 08 August 2009, 04:10:15 PM
ohh, beda ya, kalau MMD berarti bertolak belakang dengan VITAKKASANTHANA SUTTA ya?
Bukan bertolak belakang, tetapi berbeda dalam konteks pembicaraan. Misalnya dalam satu sutta, Buddha berkhotbah mengenai sila agar seseorang terlahir di alam bahagia, sedangkan dalam sutta lain, Buddha mengatakan semua kelahiran, bahkan di alam Brahma pun bukanlah tujuan Buddha-dhamma.


Quote from: ryu on 08 August 2009, 11:02:13 PM
Oh hampir lupa, jangan lupa juga konsep MMD adalah tanpa usaha, tanpa tujuan. berbeda dengan vitaka sutta
Sama dengan karakteristik empat Satipatthana di mana hanya ada pengamatan, tidak ada usaha untuk memunculkan bentuk pikiran baru atau mengingat bentuk pikiran lama.


johan3000

Quote from: ryu on 09 August 2009, 12:32:58 PM
Quote from: hendrako on 09 August 2009, 12:25:43 PM
Quote from: ryu on 09 August 2009, 06:42:33 AM
Quote from: marcedes on 09 August 2009, 01:23:32 AM
btw, kalau kebisaan baru nya gimana? ^^ canda ya..biar segar-segar.....
saya pribadi tidak cocok dengan metode mmd, pernah di pratek dan hasilnya tidak membawa kebijaksanaan bagi saya....jadi saya stop...
entah kalau orang lain mungkin saya yang salah pratek,

dari pada ribut disini lebih baik kita bertanding siapa lebih dulu mencapai sotapana...
baru ngomong ^^ jadi ingat iklan rokok...
TALK LESS DO MORE...

all just my opinion....peace yu
metta.
:)) kalau jawaban Pak Hudoyo :
OK, Kemenyan ... bodoh kalau saya melayani Anda terus ... waktu saya sangat berharga untuk membimbing MMD ... Sekali lagi, nasi sudah menjadi bubur ... sekalipun Anda menghiba-hiba, saya tidak akan masuk ke DC lagi selama managementnya dikuasai oleh orang-orang reaksioner yang ingin memutar mundur jarum sejarah Buddhisme di Indonesia. ...

Kita beradu di lapangan ... Umat Buddha Indonesia akan menilai sendiri dalam waktu 10 tahun ini ... Anda dan teman-teman Anda di DC-kah, atau saya dan teman-teman saya di MMD, yang benar-benar pewaris dari ajaran Sang Guru.

Salam,
hudoyo

Emangnya DC aliran baru juga yah??
Lagian ada juga member DC yg sehaluan dengan PH, jadi gimana dong....apakah lebih cocok disebut musuh-musuh DC (sebagai lawan dari teman-teman) ?? So, pasti tidak dong.... :|

Hmm...masih menantang orang....... Buddha gak pernah ngajarin beradu tuh..... :whistle: .......apalagi di lapangan  :))
harap dimaklum, ucapan itu karena kekhilafan, sedang tidak eling/sadar ;D


1. Siapakah pewaris ajaran Buddha sesungguhnya ?
2. Utk mengetahui hal tsb apakah perlu menunggu bertahun-tahun ?
3. Bagaimana sikap dan ucapan seorang pewaris ajaran Buddha ?



Sinca yg menyelipkan kayu2 dlm perut dan melabrak Buddha
didepa orang banyak, bahwa Buddha telah menghamilinnya.

jawaban Buddha : benar atau tidak hanya seorang Taghata yg tau.

Bila anda seorang lagi yg dilabrak dgn tuduhan palsu,
kira2 jawaban anda apa ?

Apakah dari jawaban saja udah bisa menunjuk anda bener2
   seseorang yg MENYELAMIN ajaran Buddha ?


mohon koreksi kalau ada salah ngomongggggggg!
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

markosprawira

Quote from: Kainyn_Kutho on 10 August 2009, 10:47:20 AM
Quote from: ryu on 08 August 2009, 04:10:15 PM
ohh, beda ya, kalau MMD berarti bertolak belakang dengan VITAKKASANTHANA SUTTA ya?
Bukan bertolak belakang, tetapi berbeda dalam konteks pembicaraan. Misalnya dalam satu sutta, Buddha berkhotbah mengenai sila agar seseorang terlahir di alam bahagia, sedangkan dalam sutta lain, Buddha mengatakan semua kelahiran, bahkan di alam Brahma pun bukanlah tujuan Buddha-dhamma.


Quote from: ryu on 08 August 2009, 11:02:13 PM
Oh hampir lupa, jangan lupa juga konsep MMD adalah tanpa usaha, tanpa tujuan. berbeda dengan vitaka sutta
Sama dengan karakteristik empat Satipatthana di mana hanya ada pengamatan, tidak ada usaha untuk memunculkan bentuk pikiran baru atau mengingat bentuk pikiran lama.

Boleh share yg lengkapnya mengenai : hanya ada pengamatan, tidak ada usaha untuk memunculkan bentuk pikiran baru atau mengingat bentuk pikiran lama.

karena sesungguhnya pada waktu dia melakukan pengamatan, saat itu muncul bentuk pikiran baru karena pengamatan itu sendiri adalah proses berpikir

Hanya saja berbeda dengan org awam/putthujhana dimana citta yang muncul adalah kusala atau akusala, saat seorang menjadi arahat, cittanya menjadi kiriya.

anumodana utk diskusinya  _/\_