The Present Life Is So Important..

Started by Yumi, 18 July 2009, 11:59:54 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Hendra Susanto


Yumi

Quote from: marcedes on 19 July 2009, 11:55:37 PM
izin save ya....

save aja.. ga usah minta izin ma wa.. soalnya wa ketik ulang n post ke sini juga ga minta izin ma penerbitnya. :-[ hihi.. publikasi gratis koq. ;)

Quote from: Hendra Susanto on 20 July 2009, 03:02:49 AM
duh begini panjanggggg...

iya, ko.. utk mencegah biar bacanya ga salah tafsir lagi. ;D
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Yumi

39) Kamma yang Lebih Berat Akan Berbuah Lebih Awal

Buah dari perbuatan baik dan buruk dapat melewati lebih dari satu kehidupan. Buah dari suatu perbuatan di kehidupan lampau dapat dialami dalam kehidupan sekarang dan juga dalam kehidupan-kehidupan berikutnya. Hal ini tergantung pada jenis perbuatan yang dilakukan. Pelaku tidak dapat melarikan diri dari kamma-nya. Ini berarti bahwa di kehidupan sekarang, seorang pelaku kamma di kehidupan lampau bisa melakukan kebajikan dan mengumpulkan jasa kebajikan. Namun bagaimanapun, kamma berat tetap akan berbuah. Suatu hidup yang baik-baik mungkin akan terhancurkan, seperti halnya suatu hidup yang penuh dengan kesusahan mungkin akan berakhir kesusahannya oleh karena kamma. Efek dari kamma adalah sama seperti benda yang jatuh dari tempat tinggi. Benda yang lebih berat yang jatuh dari tempat sama pada waktu yang sama akan menyentuh tanah terlebih dahulu. Sama halnya dengan efek kamma, apakah yang baik ataupun yang buruk, akan matang lebih cepat dibandingkan dengan kamma yang lebih ringan. Keduanya tentu akan menghasilkan efeknya, cepat atau lambat, apakah dalam kehidupan ini ataupun kehidupan berikutnya, karena efek dari perbuatan bukanlah suatu hal yang dapat dihapus begitu saja oleh waktu.


40) Keberadaan dari "Kehidupan Berikutnya" Ditegaskan oleh Sang Buddha

Ada seorang Yang Mulia Bhikkhu yang berharap untuk mencapai tahap Sammasambuddha. Suatu ketika dalam latihannya beliau menemukan bahwa dalam banyak kehidupannya yang lampau ia biasanya hidup sebagai seekor ayam jantan sebelum akhirnya terlahir sebagai manusia di kehidupan sekarang. Lalu beliau pun mengubah harapannya dari mencapai tahap Sammasambuddha menjadi seorang yang terbebas dari kekotoran batin (sehingga tidak akan berada dalam siklus lahir dan mati lagi). Beliau merasa sedih mengetahui hidupnya di kehidupan-kehidupannya yang lampau dan menjadi takut karena akan ada begitu banyak kehidupan lagi yang tak terhitung jumlahnya sebelum seseorang bisa mencapai Sammasambuddha, dan tentunya hal tersebut bukanlah sesuatu yang gampang. Beliau sebelumnya ingin mencapai Sammasambuddha dengan segera, meskipun mengetahui bahwa hal tersebut akan memakan waktu yang sangat lama, melalui banyak kehidupan, banyak kelahiran, dan banyak keberadaan tanpa mengetahui masalah-masalah yang mungkin muncul dari akibat perbuatan-perbuatan.

Bagi seseorang yang telah melihat kehidupan-kehidupan lampaunya, beliau benar-benar menjadi takut atasnya. Beliau berlatih dengan usaha sekuat tenaga dan berjuang untuk memotong kelahiran kembali dengan segera. Akhirnya, dipercaya bahwa harapan Yang Mulia Bhikkhu tersebut telah terpenuhi dan beliau telah membebaskan dirinya dari semua penderitaan dengan usahanya di kehidupan sekarang.

Banyak guru besar termasuk Sang Buddha mengetahui bahwa kehidupan di masa mendatang adalah benar adanya bagi ia yang masih belum mampu menghancurkan semua kekotoran batin. Kebanyakan orang tidak dapat memusnahkan semua kekotoran batin dalam waktu yang singkat. Termasuk di antaranya adalah orang-orang yang tidak tertarik untuk melenyapkan kekotoran batin, sehingga dengan demikian terus-menerus terlahir kembali. Kehidupan demi kehidupan terus timul dan tidak dapat terhitung jumlahnya. Buah dari setiap perbuatan kita bisa matang kapan saja di kehidupan mana saja.


41) Lakukanlah Apa pun yang Diperlukan demi Kehidupan Mendatang yang Tanpa Penderitaan

Janganlah berpikiran salah bahwa dengan kita tidak ingat apa yang telah kita perbuat di kehidupan lampau maka kita tidak akan perlu bertanggung jawab atasnya. Pemikiran demikian tidak akan menghentikan akibat dari perbuatan lampau kita untuk matang dan bekerja di kehidupan kita yang sekarang. Ketika kita menghadapi masalah maka kita tetap akan bermasalah meskipun kita tidak dapat mengingat siapa diri kita di masa lampau. Siapa pun, apa pun, dan kapan pun kita terlahir di jenis keberadaan apa pun, kita akan mengalami penderitaan atau sebaliknya mengalami kebahagiaan (tergantung pada buah kamma kita yang sedang berbuah). Oleh karena itu, kita seharusnya peduli dan mencoba dengan segala cara untuk melakukan segala hal dengan pikiran yang benar agar kita tidak akan menderita di kehidupan mendatang ataupun untuk tidak membiarkan efek dari kamma buruk menjangkau kita di kesempatan apa pun.


42) Kehidupan Sekarang adalah Sangat Penting

Meskipun hidup ini terlihat sangat singkat namun sesungguhnya ia amat penting. Hidup ini lebih penting daripada kehidupan lampau yang telah berlalu, ataupun kehidupan mendatang yang masih belum tiba. Hidup ini mengacu pada kehidupan di saat ini. Ia begitu penting karena di dalam kehidupan sekarang kita dapat menghindarkan diri dari akibat perbuatan buruk yang dilakukan di kehidupan lampau, dan kita juga bisa membentuk sebuah kehidupan mendatang dengan kebaikan yang paling optimal. Kehidupan lampau telah berlalu dan tidak ada yang dapat mengubah kenyataan ini. Kehidupan mendatang masih belum tiba dan oleh karenanya tidak ada apa pun yang bisa kita lakukan. Dengan demikian, adalah benar bila dikatakan bahwa kehidupan sekarang adalah yang paling penting, ia memiliki daya guna yang luar biasa dan perkembangannya sepadan dengan kepentingannya.

Dalam hidup ini efek negatif dari perbuatan lampau mungkin akan matang. Jika memungkinkan untuk menghindarinya, maka efek dari perbuatan buruk tersebut dapat bekerja kapan pun dan tidak akan tergantung pada kehidupan sekarang. Apa pun hasil yang timbul di kehidupan sekarang dan tidak terselesaikan maka ia akan berlanjut di kehidupan mendatang. Banyak buah dari kamma buruk kehidupan lampau yang mungkin tidak akan efektif ataupun berlanjut bila kita menjalani hidup ini secara optimal (sebaik mungkin) dengan pikiran yang benar.
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Yumi

43) Segala Kemungkinan Dapat Terjadi pada Setiap Orang

Bayangkan orang-orang di suatu negara yang dilanda kelaparan dahsyat sehingga wajah mereka tidak lagi terlihat seperti manusia dan dari penampilannya mungkin lebih terlihat seperti tengkorak berjalan. Anak-anak terlihat sangat kurus kering, hanya ada kulit yang membungkus tulang.

Sungguh menyedihkan melihat mereka. Ketika perasaan demikian muncul, kita seharusnya merenungkan, "Apakah ada yang dapat menjamin bahwa setelah kita mati nanti, kita tidak akan terlahir di negara yang kelaparan dan berjalan seperti tengkorak hidup dan menderita kelaparan?" Adakah yang dapat menjamin bahwa di kehidupan lampau, kita tidak berpikiran picik, kikir, dan tidak pernah memberikan makanan kepada siapa pun, bahkan kepada orang-orang tua untuk membuat mereka merasa nyaman? Karena kita tidak pernah tahu orang seperti apa kita di kehidupan lampau kita, maka kita tidak dapat mengetahui akan menjadi apa atau siapakah kita di kehidupan mendatang nantinya.

Kemungkinan demikian ada pada setiap orang karena setiap orang memiliki tumpukan dari berbagai jenis perbuatan yang mungkin cukup untuk berbuah dalam penderitaan yang berbentuk kekurangan makanan, atau kelaparan setelah terlahir di negara yang bisa disebut sebagai "neraka" di dunia.


44) Menghindarkan Diri dari Akibat Perbuatan Hanya Bisa Dilakukan di Kehidupan Sekarang

Hanya di kehidupan sekaranglah kita dapat menemukan jalan untuk menghindarkan diri dari efek perbuatan buruk. Hidup ini singkat dan tidak pasti, maka oleh karenanya janganlah menunda-nunda dan membuang kesempatan yang ada untuk menghindarkan diri dari berbuahnya efek perbuatan buruk karena hal itu tidak akan mungkin lagi setelah kehidupan sekarang.

Orang bijak dengan pandangan benar dan orang yang kurang bijak dengan pandangan salah memiliki pemikiran dan cara pandang yang berbeda.

Orang yang bijaksana dan berpandangan benar mampu mengingatkan dirinya sendiri bahwa hidup ini tidak berlangsung lama. Ia akan segera berakhir dan hanya akibat dari semua perbuatan bermanfaat dan tidak bermanfaat yang akan menjadi bekal di kehidupan baru. Orang bijaksana berpikir dan bertindak secara bijak untuk melakukan perbuatan baik segera.

Orang yang kurang bijaksana atau yang memiliki pandangan salah juga sama dalam hal memiliki kehidupan yang singkat dan juga akan cepat meninggal. Mereka akan mencari kekayaan dengan cara apa pun, sibuk tanpa memikirkan salah atau benar melainkan hanya memikirkan cara untuk memperoleh keuntungan. Mereka tidak memikirkan ataupun melakukan hal yang benar dan baik. Orang yang kurang bijak bahkan melakukan tindakan yang tidak bermanfaat dan jahat.

Cara hidup masing-masing orang adalah berbeda dan membawa manfaat dan kerugian sesuai dengan cara pandang mereka masing-masing.


45) Hanya dengan Metode yang Dianjurkan Sang Buddha maka Seseorang Dapat Terhindar dari Akibat Perbuatan

Janganlah menjadi orang berpandangan salah yang kurang akan kebijaksanaan dan menjalani hidupnya dengan penuh kesia-siaan sehingga tidak dapat menghindari akibat mengerikan dari perbuatan buruk dan merindukan kenyamanan hasil dari perbuatan baik. Tidak banyak kesempatan baik yang ada di kehidupan manusia yang singkat dan tidak dapat kembali lagi ini. Akibat menyedihkan dari perbuatan buruk yang telah dilakukan namun belum matang akan tetap menunggu waktunya untuk muncul di masa mendatang.

Mari bersikap bijaksana dan hidup dengan pandangan benar di kehidupan yang singkat ini sehingga menjadi kehidupan yang bermanfaat dan membawa banyak keuntungan bagi kita serta menetralisir akibat buruk dari perbuatan buruk yang mengikuti kita. Ada yang berat sehingga membawa banyak masalah ke dalam hidup kita, dan ada yang ringan sehingga tidak terlalu berat untuk dipikul.

Berpikir, berucap, dan bertindak yang benar adalah tiga hal yang saling berhubungan yang perlu sering dipraktekkan sesuai dengan Ajaran Buddha sehingga dengan demikian akan membantu kita untuk terhindar dari akibat perbuatan buruk. Melatih pikiran benar, ucapan benar, dan tindakan benar secara teratur akan menjauhkan kita dari jangkauan akibat perbuatan buruk sehingga ia hanya mampu mengikuti tanpa bisa memenuhi maksudnya.
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Yumi

46) Akibat dari Kamma Buruk

Ada banyak contoh orang yang terganjal oleh akibat buruk dari kamma yang matang. Orang yang cantik terganjal oleh akibat buruk dari kamma dan menjadi jelek, menderita dan tidak dapat menahan perasaan rendah diri ketika orang melihat penampilannya. Ada yang lahir dengan tubuh berpenyakitan atau cacat. Ada yang terlahir sehat tetapi oleh akibat kamma-nya sendiri menjadi dibenci, tidak diinginkan dan terbuang, dan akhirnya terhancurkan oleh ketidakberuntungan. Namun kamma tidak dapat dijadikan sebagai alasan yang menyebabkan seseorang menjadi pembunuh, pencuri, pembohong, pemfitnah, penuh omong kosong, tamak, jahat, dan berpandangan salah. (Catatan Penerbit: Kamma hanya berbuah dalam bentuk kondisi/keadaan [misalnya: kondisi miskin, kaya, cacat, sehat, dsb]. Cara berpikir kita dan keinginan-keinginan yang timbul dalam diri kita [misalnya: ingin mengatakan sesuatu, ingin ber-dana, ingin marah, dsb] bukanlah sesuatu yang merupakan buah dari kamma.)

Kepercayaan terhadap kamma tidaklah sama dengan kepercayaan terhadap konsep fatalisme (bahwa segala sesuatu ditentukan oleh nasib sehingga kita tidak memiliki peran apa pun untuk mengubahnya); sebab bila demikian maka tentunya tidak ada seorang pun yang bisa mempunyai kehendak bebas untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Sebaliknya, justru melalui kekuatan dari kehendaklah maka kamma akan menghasilkan buahnya.


47) Tidak Ada Orang yang Menerima Sesuatu yang Bukan Hasil dari Perbuatannya

Mengenai kasus antara dua bhikkhu dan keputusan yang dibuat oleh Yang Mulia Somdec Phra Buddhacariya To, bhikkhu yang dipukul keras tersebut di masa lampaunya telah memukul si pemukul tersebut. Bagi orang yang tidak mengerti Hukum Sebab-Akibat mungkin akan berpikir bahwa Yang Mulia Bhikkhu tersebut telah membuat keputusan yang tidak adil dan memihak bhikkhu yang salah; tetapi bagi orang yang mengerti Hukum Sebab-Akibat akan paham dengan keputusan Yang Mulia Bhikkhu, yaitu bahwa "tidak ada seorang pun yang menerima sesuatu yang bukan merupakan hasil perbuatannya di masa lalu". Apa yang kita perbuat di masa sekarang akan berbuah pula hasilnya di masa depan. Masa depan di sini tidak hanya mengacu pada kehidupan yang akan datang, tetapi juga bisa berarti masa yang akan datang dalam kehidupan sekarang ini juga.

Oleh karena itu, Hukum Sebab-Akibat boleh dipercaya ataupun tidak, namun kita hendaknya tidak mengambil risiko dengan melakukan perbuatan buruk apa pun. Akibat dari suatu perbuatan akan berbuah sesuai dengan penyebabnya. Oleh karena itu, janganlah kita mengambil risiko dengan melakukan kamma buruk, apalagi kamma buruk yang berat.


48) Kekuatan dari Perbuatan Buruk

Kekuatan dari perbuatan buruk bisa membela tanah dan membuatnya menelan orang jahat ke dalamnya. Contoh kasus tersebut dapat dilihat di mana Bhikkhu Devadatta menderita oleh kekuatan kamma yang menakutkan ini. Beliau bermaksud membunuh Sang Buddha tetapi hanya bisa melukai-Nya dengan serpihan batu kecil. Kemudian dia sadar akan kesalahannya dan ingin meminta maaf kepada Sang Buddha. Tetapi dia tidak dapat terhindar dari akibat dari perbuatan jahatnya dan tertelan masuk ke dalam tanah begitu kakinya menyentuh tanah sebelum memasuki gerbang untuk menemui Sang Buddha, Guru Agung. Dia tidak sempat memberi hormat kepada Sang Buddha dan memohon maaf atas semua kesalahannya.

Melukai Buddha dan menghancurkan Ajaran Buddha adalah sama beratnya dan kita harus tahu akan hal ini. Melakukan hal-hal yang mengakibatkan kehancuran Ajaran Buddha adalah perbuatan yang buruk. Oleh karena itu, janganlah melakukan hal tersebut, sebab bila tidak maka akan ada banyak masalah yang ditimbulkannya dan tidak akan ada seorang pun yang sanggup menolong.


49) Perbedaan Akibat dari Perbuatan

Membunuh binatang memiliki tingkat-tingkat kadar kamma buruk yang berbeda.

Membunuh binatang yang besar menimbulkan kamma buruk yang lebih berat dibandingkan dengan membunuh binatang yang lebih kecil.

Membunuh binatang yang memiliki usia hidup panjang menimbulkan kamma buruk yang lebih berat dibandingkan dengan membunuh binatang dengan usia hidup yang lebih pendek.

Membunuh binatang yang berbudi menimbulkan kamma buruk yang lebih berat.

Kadar kamma buruk yang ditimbulkan dari membunuh seekor sapi ataupun kerbau adalah berbeda dari kamma buruk membunuh seeokor nyamuk ataupun semut.

Berat atau ringannya akibat buruk yang diterima oleh pelaku tergantung pada kadar kamma buruk yang ditimbulkannya.

Orang yang menyembelih sapi atau kerbau selalu menghadapi banyak kesusahan menjelang kematiannya, bergulat dengan suara-suara seperti tangisan sapi ataupun kerbau yang akan disembelih. Meskipun membunuh seekor nyamuk ataupun semut adalah kamma buruk, namun efekya tidak seberat ataupun sesignifikan seperti akibat membunuh sapi ataupun kerbau.


50) Akibat Buruk yang Signifikan dari Perbuatan Buruk terhadap Ajaran Buddha

Membunuh manusia menimbulkan kamma buruk yang lebih berat dibandingkan membunuh sapi atau kerbau.

Melukai seorang Buddha adalah lebih berat kamma buruknya dibandingkan membunuh manusia.

Hal ini terlihat dari kasus Bhikkhu Devadatta yang terhisap ke dalam bumi.

Janganlah lengah dan berpikir bahwa kita aman dari terhisap ke dalam bumi karena tidak ada Buddha yang hadir secara fisik saat ini. Menghancurkan Ajaran Buddha adalah tidak berbeda dengan melukai Sang Buddha. Bandingkan dengan perumpamaan berikut. Seorang anak yang sangat dicintai orang tuanya ternyata dibunuh oleh seorang pencuri. Tentunya hal ini juga menyakiti hati orang tuanya.

Ajaran Buddha adalah sesuatu yang secara khusus terkait dengan Sang Buddha. Menghancurkan Ajaran Buddha tentu saja tidak berbeda dengan usaha untuk membunuh Sang Buddha. Biarpun hanya "usaha", namun hal tersebut adalah lebih buruk dari membunuh seorang manusia. Akibat dari perbuatan tersebut mungkin jauh dari penglihatan, sulit untuk terlihat, dan sangat lambat sehingga yang membuat banyak orang berpikir bahwa menghancurkan Ajaran Buddha bukanlah perbuatan yang membahayakan ataupun buruk.


51) Berhati-hatilah dalam Bersikap terhadap Ajaran Buddha

Orang yang tidak bijaksana dengan pandangan salah mungkin berpikiran untuk menghancurkan Ajaran Buddha dengan berbagai cara. Mereka tidak menyadari bahwa ketika buah kamma buruk mereka matang maka akibatnya akan sangat mengerikan sekali. Bhikkhu Devadatta tidak langsung ditelan bumi ketika melukai Sang Buddha. Namun begitu buah kamma buruknya matang, ia langsung ditelan ke dalam bumi tanpa ia sanggup kabur dengan kemampuan adibiasanya. Orang yang mencoba menghancurkan Ajaran Buddha akan merasakan akibat buruk yang lebih kurang sama. Percaya atau tidak, kamma berat selalu matang pada waktunya. Di masa lalu bumi bisa menelan orang dan bukan tidak mungkin bahwa di masa mendatang hal tersebut akan terjadi lagi sehubungan dengan kekuatan besar dari kamma buruk seseorang.
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Yumi

52) Nibbana Dapat Dicapai dalam Kehidupan Sekarang

Ia yang memiliki jasa kebajikan dapat terlahir sebagai manusia dan hidup dalam kehidupan sekarang. Walaupun hidup ini sangat singkat, namun hidup ini dapat membawa kita untuk terlahir di alam surga atau bahkan mencapai Nibbana (tentunya dengan usaha dan praktek yang tepat dan tekun).


53) Memiliki Rasa Terima Kasih dan Membalas Budi atas Setiap Jasa yang Diterima

Keluhuran yang seharusnya stabil, kokoh, dan dapat dipertahankan setiap saat adalah sikap memiliki rasa terima kasih dan membalas budi atas setiap jasa yang diperoleh (kataññūkataveditā). Selalulah teguh dalam mempertahankan praktek tersebut. Hasilnya tidak akan buruk sama sekali.

Berterima kasih atas jasa yang diterima selalu dipuji oleh Sang Buddha sebagai keluhuran dari orang yang baik dan bajik. Sebaliknya, orang yang tidak mempunyai keluhuran ini tidak patut disebut orang baik.


54) Melatih Pikiran dengan Praktek "Memiliki Rasa Terima Kasih dan Membalas Budi Setiap Jasa yang Diperoleh" untuk Mewujudkan Kehidupan Mendatang yang Indah

Setiap orang seharusnya menilai dirinya apakah ia memiliki rasa terima kasih dan membalas budi atas setiap jasa yang diperolehnya atau tidak; dengan demikian maka ia akan tahu apakah ia orang yang baik atau tidak.

Adalah jelas bahwa orang yang tidak tahu berterima kasih dan membalas jasa bukan orang yang baik. Oleh karenanya, lekaslah latih diri kita untuk menjadi orang yang tahu berterima kasih dan membalas jasa. Jangan biarkan kehidupan ini lewat begitu saja tanpa memanfaatkan kesempatan untuk menciptakan kehidupan mendatang yang bagus.

Praktek semacam ini adalah tameng yang sangat penting untuk melindungi kita dari segala niat jahat. Tujuannya adalah agar tidak menjadi penyebab penderitaan ataupun masalah bagi pihak yang telah berjasa kepada kita.


55) Berterima Kasih dan Membalas Budi Jasa yang Diterima akan Menghasilkan Pikiran, Ucapan, dan Tindakan yang Baik

Setiap orang memiliki pihak yang berjasa terhadap diri mereka, setidaknya orang tua mereka, guru mereka, dsb. Hanya dengan tahu berterima kasih dan membalas jasa mereka saja sudah cukup untuk melindungi diri dari hal-hal buruk. Jangan hanya memikirkan bahwa kita adalah orang yang tahu berterima kasih dan membalas jasa, tetapi, praktekkanlah hal tersebut dengan tulus. Perbuatan yang tulus dan hanya pemikiran semata adalah sangat berbeda, dan hasilnya juga berbeda.

Seseorang yang menyadari dan berterima kasih atas berkah yang telah diperoleh akan berusaha membalas semua kebaikan pihak yang berjasa dengan penuh kebijaksanaan dan kemampuan yang sesuai dengan penerimanya. Ini akan menyebabkan munculnya pikiran, ucapan, dan tindakan yang baik. Seorang anak yang berterima kasih dan membalas budi atas jasa-jasa yang diperolehnya akan menjadi orang yang baik karena ia berpikir bahwa bila ia bertindak buruk maka akan mencemarkan nama baik orang tuanya. Dengan begitu, orang yang demikian juga melindungi dirinya pada saat yang bersamaan.


56) Menumbuhkan Rasa Terima Kasih dan Membalas Jasa terhadap Sang Buddha adalah Patut untuk Dilakukan

Buddha adalah sosok yang paling berjasa bagi dunia. Ajaran-Nya bukan hanya membuat pengikutnya menjadi baik dan luhur, namun juga menyebarkan kedamaian dan kebahagiaan secara luas, menghapuskan banyak penderitaan.

Ajaran Buddha menciptakan kedamaian dan kebahagiaan di dunia. Oleh karena itu rasa berterima kasih dan membalas jasa kepada Sang Buddha harus selalu ditumbuhkan. Bertindak baik dalam pikiran, ucapan, dan tindakan, sesuai dengan Ajaran-Nya sudah sepatutnya dipraktekkan sehingga akibat buruk dari perbuatan buruk lampau akan bisa dihindari sebelum tiba waktunya bagi kita untuk menyongsong siklus kehidupan yang berikutnya.
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Yumi

57) Menemukan Kehidupan yang Baik di Kehidupan Sekarang dan Kehidupan yang Akan Datang, Melalui Keluhuran Sang Buddha yang Tak Terhingga

Sang Buddha telah meninggal dunia namun Beliau tidak pergi ke mana-mana. Keluhuran-Nya yang tak terhingga masih menyelimuti dan melindungi dunia. Masyarakat dunia masih dapat merasakan keluhuran-Nya yang tidak berbeda dengan keluhuran yang ada ketika Beliau masih hidup dengan tubuh fisik-Nya; namun tentunya orang harus membuka cara pandang mereka terlebih dahulu, barulah dapat menerimanya.

Membuka pikiran seseorang untuk menerima keluhuran Sang Buddha sehingga dapat melindunginya adalah tidak sulit. Tidak seperti mendorong sebuah batu besar untuk membuka gua. Hanya dengan melakukan penghormatan terhadap Beliau dengan serius dan rutin maka seseorang akan dapat menerima keluhuran tak terbatas dari Sang Buddha. Hasilnya adalah hidup akan menjadi lebih baik dan damai.


58] Kekuatan Keluhuran Tak Terbatas dari Sang Buddha

Sekalipun Sang Buddha telah lama meninggal dunia dan tidak terlahir dalam lingkaran kehidupan lagi, keluhuran tak terhingga dari Beliau masih tetap utuh. Ada seorang bhikkhu yang mengatakan bahwa ketika ia sedang berlatih di dalam hutan, ia mengalami bahwa Sang Buddha selalu membimbingnya dengan sifat-sifat luhur-Nya. Kemudian bhikkhu tersebut menjadi penuh keyakinan dan dihormati oleh banyak umat Buddha yang percaya bahwa ia telah mencapai kesempurnaan. Oleh sebab itu, tidak diragukan lagi dan bahwa untuk mencapai Nibbana adalah tidak jauh meskipun Sang Buddha telah meninggal dunia tetapi keluhuran-Nya masih tetap sepenuhnya terjaga.


59) Orang yang Bijak Sepatutnya Segera Mempraktekkan Ajaran Buddha

Dengan keyakinan yang kokoh atas keberadaan keluhuran tak terbatas Sang Buddha dan siswa agung lainnya yang telah terbebas dari kotoran batin, maka umat Buddha yang disertai dengan kebijaksanaan sepatutnya segera mempraktekkan Ajaran Buddha untuk menjadi orang baik dan secara bertahap menjadi saksi atas Pencerahan Sempurna Sang Buddha. Hal ini sama dengan membuka pikiran seseorang untuk menerima keluhuran tak terbatas Sang Buddha dan keluhuran tersebut akan menyokong kita untuk mencapai kesempurnaan pula. Ketika kita telah memiliki cukup kebajikan untuk menumbuhkan keluhuran yang lebih tinggi maka kita tidak perlu khawatir lagi untuk melarikan diri dari akibat kamma buruk lampau kita dan juga tidak lagi perlu khawatir akan kesejahteraan kehidupan mendatang kita.


60) Hal yang Sangat Penting yang Harus Dicari di Kehidupan Sekarang

Di kehidupan lampau, seseorang bisa saja merupakan dewa, raja, pangeran, putri raja, orang miskin, milyuner, binatang besar, binatang kecil, dll. Juga, setiap orang mengalami kematian dengan kondisi yang berbeda-beda ketika hidup sebagai makhluk lain pada kehidupan-kehidupan yang lampau.

Setiap orang pernah merasakan kebahagiaan dan penderitaan meskipun mereka adalah seorang perampok ataupun lebih baik. Kehidupan ini sangat singkat dan kita harus berusaha melepaskan diri dari akibat perbuatan buruk yang telah kita perbuat pada kehidupan lampau.


61) Perbuatan (Kamma) dengan Hasilnya dan Proses Kehidupan yang Akan Datang di Masa Mendatang

Hampir setiap orang memiliki kehidupan mendatang yang jauh dari kemampuan orang biasa untuk mengetahuinya. Setiap kelahiran mendatang bergantung pada kekuatan perbuatan yang telah dilakukan seseorang di kehidupan lampau dan kehidupan sekarangnya. Perbuatan dengan bobot kamma yang berat akan berbuah terlebih dahulu di kehidupan mendatang.

Jika perbuatannya baik, maka hasilnya adalah kebahagiaan, kesejahteraan, dan terlindungi oleh keberuntungan dan kebajikan. Jika perbuatannya buruk, maka hasilnya adalah penderitaan, masalah, kehancuran, kehilangan kekayaan, dan dikelilingi oleh tanda-tanda yang tidak baik.


62) Kondisi Kehidupan yang Menuntun ke Arah Kebahagiaan atau Kesedihan

Kehidupan ini dipengaruhi oleh kekuatan keserakahan, kemarahan, dan kegelapan batin yang mencari kekuasaan duniawi dan kekayaan tanpa mempedulikan kebenaran dan moral apa pun. Apa yang dicapai tidak akan bertahan lebih dari seratus tahun. Semua hal tersebut akan hilang dan hanya meninggalkan sebuah nama. Keadaan bahagia dan menyedihkan ditentukan oleh apa yang paling banyak terkumpul, perbuatan baik ataukah perbuatan buruk.

Pikiran yang tanpa kemuliaan atau kekayaan yang ketika hidup di dunia dipenuhi kotoran batin akan mendatangkan banyak masalah dan akan dengan cepat terbenamkan ke keadaan menyedihkan.

Sebaliknya, kehidupan yang tidak terpengaruh oleh kekuatan keserakahan, kemarahan, dan kegelapan batin, melainkan dibangun dengan kebajikan dan moralitas akan menjadi baik, gembira, dan damai untuk waktu yang lama. Kebahagiaan tidak akan berhenti hanya dengan kehidupan yang sangat pendek ini.

Pikiran yang penuh dengan keluhuran dan kebajikan akan mencapai akhir dari kesengsaraan dan akan terbebas dari lingkaran kelahiran yang merupakan tujuan akhir Ajaran yang diajarkan oleh Sang Buddha dengan kebajikan yang luar biasa.

Ada banyak murid Sang Buddha yang telah mencapai kebahagiaan tertinggi tersebut dan jumlah tersebut akan terus bertambah selama Ajaran Sang Buddha dipraktekkan dengan baik dan benar.
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Yumi

63) Sangatlah Bermanfaat Bila Kita Memiliki Keyakinan yang Mantap atas Hukum Sebab-Akibat

Keputusan untuk memercayai Hukum Sebab-Akibat benar-benar sangat membantu. Ini menyebabkan rasa takut untuk melakukan perbuatan buruk dan oleh karenanya tidak ada perbuatan buruk yang dilakukan; dengan demikian orang tersebut akan penuh dengan kebahagiaan.

Akan tetapi, jika seseorang masih belum percaya akan akibat kamma, maka ia dapat melakukan pembuktian atas kebenarannya dengan cara tidak melakukan perbuatan buruk apa pun selamanya dan maka hal-hal yang bagus akan dialaminya sehingga akan disadari bahwa akibat yang didapat tidaklah berbeda dari penyebabnya.

Perasaan bahagia yang diperoleh dari keyakinan atas Hukum Sebab-Akibat adalah sangat mengagumkan. Ketika menghadapi masalah, keyakinan terhadap Hukum Sebab-Akibat akan membantu kita untuk menerima bahwa penyebabnya tidak lain tidak bukan adalah hal yang pernah dilakukan oleh diri kita sendiri, baik di kehidupan sekarang ataupun jauh di kehidupan kita yang lampau yang tak dapat kita ingat lagi. Buah dari kamma tidak dapat dihindari, cepat atau lambat ia akan matang meskipun harus melalui kehidupan demi kehidupan, kelahiran demi kelahiran. Oleh karena itu, perihal Hukum Sebab-Akibat ini adalah sangat dalam dan sulit untuk dipahami. Namun demikian, memahami sedikit bagian darinya adalah jauh lebih baik daripada tidak sama sekali.

Seorang individu yang memiliki sedikit kebijaksanaan harus mencoba memahami Hukum Sebab-Akibat, walaupun mereka benar-benar tidak mengerti ini, adalah lebih baik memercayai dulu. Ini lebih baik daripada menolak untuk memercayainya sama sekali.


64) Sammaditthi-Pandangan Benar

Memercayai Hukum Sebab-Akibat saja tidaklah cukup. Seseorang harus memantapkan dirinya dengan Pandangan Benar pula. Bila tidak, meski sedalam apa pun keyakinan mereka akan Hukum Sebab-Akibat, beberapa pandangan mereka bisa jadi keliru dan mengakibatkan mereka melakukan tindakan yang salah sebagai akibat dari pengaruh pandangan salah; melihat hitam sebagai putih dan putih sebagai hitam, dll.

Adalah sulit untuk mengetahui apakah seseorang memiliki pandangan benar atau pandangan salah. Butuh kebijaksanaan yang amat halus untuk meniliknya dengan saksama dan menyimpulkannya tanpa delusi atapun halusinasi. Meskipun tiada lagi keserakahan ataupun kemelekatan yang kuat, fenomena mental yang negatif tersebut akan tetap ada dalam diri seseorang yang belum mencapai Nibbana atau masih puthujjana (awam).


65) Melatih Diri untuk Memiliki Pandangan Benar

Dengan memiliki pemahaman yang benar dalam pikiran, maka tentunya praktek yang dijalankan akan menjadi benar dan bermanfaat dengan sendirinya; karena pikiran adalah pemimpin, pikiran adalah penyebab, dan pikiran adalah pelopor. Oleh karena itu, melatih diri dengan pengertian yang benar agar tidak jatuh ke dalam pandangan salah adalah poin yang paling penting.


66) Pikiran adalah Sangat Penting; Jadilah Mawas Diri, Bijak, dan Bajik dengan Belas Kasih untuk Mengarahkannya

Pikiran adalah amat penting. Kemawasdirian (penuh perhatian) dan kebijaksanaan adalah sangat penting. Semua ini tidak boleh dipisahkan dari pikiran seseorang. Setiap orang harus mawas diri dan bijak dengan penuh belas kasih.

Ketika kemawasdirian dan kebijaksanaan dengan cinta kasih dan belas kasih menjadi selaras dengan pikiran, maka ia akan menjadi pandangan benar. Sebaliknya, jika pikiran seseorang tidak memiliki kemawasdirian, kebijaksanaan, cinta kasih, serta belas kasih, maka ia akan dengan mudah menyebabkan pandangan salah.


67) Perbuatan Baik melalui Pikiran yang Sangat Penting

Perbuatan baik melalui pikiran yang sangat penting adalah rasa syukur atas kebaikan-kebaikan yang diterima dan membalas budi. Dalam skala yang sempit hal ini mengacu pada kebaikan yang diterima oleh kita; sedangkan dalam skala yang lebih luas, hal ini mengacu pada kebaikan yang diterima oleh orang lain, bukan kita. Pikiran yang mencerminkan rasa syukur atas kebaikan yang diterima dan membalas budi adalah pikiran dengan kondisi yang bermanfaat, dan itu selalu merupakan suatu perbuatan baik, oleh karena itu secara bertahap hasil yang baik juga akan diterima. Hasil baik yang pertama yang akan terjadi adalah timbulnya perbuatan yang bermanfaat melalui ucapan dan jasmani sehingga menyebabkan semakin banyak hasil yang baik. Sebaliknya, orang yang kurang rasa terima kasih atas kebaikan-kebaikan yang diterimanya akan mengalami hal yang berlawanan.


68) Keadaan Sejahtera adalah Hasil dari Perbuatan Pikiran yang Baik

Kebiasaan untuk bersyukur atas kebaikan yang diterima dan membalas jasa adalah perbuatan bermanfaat melalui tiga pintu, yakni jasmani, ucapan, dan pikiran. Oleh karenanya, hal tersebut membawa hasil yang baik.

Berterima kasih atas kebaikan yang diterima akan menjadi perisai yang melindungi dari pikiran tidak baik sehingga akan mencegah perbuatan buruk yang akan menyebabkan penderitaan.

Ini adalah juga perbuatan melalui pikiran yang diperbuat oleh Pangeran Siddhattha sebelum mencapai Pengetahuan Sempurna dan Kebuddhaan.


69) Yang Terhebat dan Tertinggi dari Perbuatan Melalui Pikiran

Kebaikan Sang Buddha untuk menolong semua makhluk agar terbebas dari penderitaan adalah perbuatan tertinggi dan tidak ada perbuatan melalui pikiran lainnya yang lebih tinggi darinya. Perbuatan Pangeran Siddhattha ini dipenuhi dalam hati dan berbuah dalam perbuatan baik lainnya—ucapan dan jasmani. Adalah sangat hebat bahwa Beliau mengorbankan dirinya sebagai pangeran untuk pergi mencari jalan menuju pembebasan dair penderitaan dan mencapai tujuan akhir.

Beliau meninggalkan semua kekayaan dan hal-hal menyenangkan yang sangat diidamkan oleh orang-orang. Semua kesenangan inderawi, tahta kerajaan, dan kedudukan sebagai raja ditinggalkan dan Beliau memilih menjadi petapa tanpa memiliki apa pun ketika Beliau berjuang untuk mencapai Pencerahan. Beliau sanggup melakukan hal tersebut karena Beliau memiliki belas kasih yang amat dalam di hatinya.

Agama Buddha ada sebagai akibat dari belas kasih-Nya. Ini adalah hasil tertinggi yang disebabkan oleh perbuatan tertinggi.
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Yumi

#23
70) Orang Hendaknya Tidak Ragu untuk Berbuat Kebajikan

Melakukan banyak perbuatan baik akan berguna untuk memutuskan beberapa akibat dari perbuatan buruk. Perbuatan buruk yang berat dan kuat memerlukan kekuatan dari perbuatan baik yang lebih berat dan kuat darinya untuk mengurangi ataupun memotong akibat buruknya. Ini berarti bahwa akibat dari perbuatan buruk harus dihadapi dengan banyak berbuat kebaikan. Ada banyak contoh yang bisa kita perhatikan dewasa ini. Oleh karenanya, mulai sekarang janganlah ragu untuk berbuat baik dan mengumpulkan kebajikan sebanyak mungkin.


71) Hanya Perbuatan Baik yang Dapat Menuntun ke Kehidupan Mendatang yang Baik

Akibat dari perbuatan adalah sama seperti racun dalam obat beracun. Melakukan perbuatan buruk tidaklah berbeda dari meminum racun karena efek buruknya pasti akan terjadi, baik pada tubuh ataupun hidup. Menyakiti makhluk lain hanya akan berbuah dalam bentuk penderitaan dan masalah bagi pelakunya, dan ini tidak dapat dihindari.

Nasib baik ataupun kesejahteraan akan terjadi di kehidupan ini dan kehidupan mendatang apabila akibat perbuatan buruk tidak menggapai diri kita. Akibat dari perbuatan buruk tidak dapat mencengkeram kita bila kita dapat menghindarkan diri kita darinya. Semua itu tergantung pada kekuatan kebajikan yang secara rutin kita kumpulkan.

Akan tetapi, kondisi pikiran kita sebelum tercengkeram oleh akibat perbuatan buruk adalah sangat penting. Ketika menghindarkan diri dari akibat kamma buruk, kita diajarkan untuk selalu mengingat sifat luhur dari 3 Permata dalam pikiran (arus pikiran) kita dan membiasakan diri kita dengan keluhuran tersebut dengan mengucapkan secara rutin "Buddho", atau "Dhammo", atau "Sangho". Bahkan ketika akibat dari kamma buruk sedang mengancam nyawa kita, dengan mempertahankan keluhuran mulia tersebut dalam pikiran kita akan menuntun kita ke jalan yang lebih baik.

Selalu mengingat Buddha dalam hati dengan mengucapkan "Buddho" adalah hal yang baik. Selalu mengucapkan nama Buddha adalah hal yang baik. Bila usia hidup belum berakhir, sakit atau kecelakaan yang serius tidak akan menghancurkan hidup seseorang. Bila usia hidup memang akan berakhir, maka orang tersebut akan terlahir di alam bahagia. Oleh karena itu, selalu memikirkan Sang Buddha dengan mengucapkan "Buddho" perlu menjadi suatu kebiasaan.


72) Memercayai Hukum Sebab-Akibat dengan Cara Bersyukur atas Kebaikan yang Diterima dan Membalas Jasa

Sebelum melakukan suatu perbuatan seseorang hendaknya selalu memikirkan tentang Sang Buddha dan tentang bagaimana Beliau berjuang mengajarkan kepada orang-orang mengenai Hukum Sebab-Akibat dan untuk tidak melakukan perbuatan buruk apa pun melainkan hanya perbuatan baik.

Beliau mengatakan bahwa semua perbuatan baik akan menuntun kita ke arah terbebas dari lingkaran kehidupan dan akhir dari penderitaan. Selanjutnya, perbedaan akibat dari perbuatan-perbuatan buruk juga dijelaskan oleh Beliau. Penyakit yang dialami Beliau sebelum mangkat (Parinibbana) sangat serius. Namun Beliau tetap berusaha mengajar sebelum akhirnya Beliau Parinibbana.

Beliau tetap mengajar demi keuntungan dan pencerahan orang-orang yang mendengar-Nya meskipun tubuh-Nya sedang sakit. Oleh karena itu, kita seharusnya menghindari perbuatan buruk sebagai salah satu wujud rasa terima kasih atas kebaikan dan manfaat yang kita terima serta sebagai suatu rasa balas jasa atas belas kasih-Nya.

Pikiran yang bermanfaat dan kebahagiaan akan dapat diraih dengan keyakinan tak tergoyahkan terhadap Sang Buddha.


73) Keluhuran Luar Biasa dari Sang Buddha Senantiasa Ada Sepanjang Masa

Keluhuran Sang Buddha adalah amat besar dan ada di mana-mana di setiap waktu. Setiap orang hendaknya memberi penghormatan kepada Beliau dan mengingat nama-Nya dengan mengucapkan "Buddho, Buddho, Buddho" setiap waktu agar terbebas dari semua beban. Ketika duduk, berbaring, berdiri, atau berjalan, selalu ingat kepada Buddha. Hal ini juga dapat dilakukan ketika lalu lintas macet atau sedang terjaga dan saat sedang bekerja bila tidak ada banyak hal yang dikhawatirkan, serta saat sedang makan, dsb. Melafalkan "Buddho" bukanlah pekerjaan yang sulit tetapi mendatangkan manfaat yang amat besar di luar dugaan orang-orang. Seseorang yang melakukan hal ini akan mengerti dengan sendirinya. Oleh karena itu, melakukan hal ini adalah sangat bermanfaat untuk menghindari akibat dari perbuatan buruk yang lampau.

Tanamkanlah dalam diri kita untuk memaafkan orang lain dan meminta maaf kepada orang yang terhadapnya kita berbuat salah dan kemudian mengembangkan kondisi pikiran yang baik dengan melafalkan "Buddho" dan menjaganya dalam pikiran. Dengan demikian, selama kita masih hidup maka kesejahteraan akan selalu dialami, dan ketika hidup ini berakhir kita akan terlahir kembali dalam kondisi yang bahagia.


74) Dhamma (Kondisi Bermanfaat) yang Menjaga Kesejahteraan

Selalu melakukan perbuatan baik melalui pikiran, ucapan, dan jasmani adalah kekuatan bagi kemampuan untuk menghindari cengkeraman dari akibat perbuatan buruk yang lampau. Seorang yang mawas diri akan selalu berhati-hati dan menghindari perbuatan tidak bermanfaat melalui tubuh, ucapan ataupun pikiran. Ia adalah orang yang benar-benar mewujudkan dirinya sebagai orang yang tahu berterima kasih dan membalas jasa, yang merupakan suatu sikap yang sangat penting. Oleh karena itu, hal yang melindungi kita dari hal-hal buruk adalah dengan hanya melakukan perbuatan baik sepanjang masa.


75) Kehidupan di Saat Ini Sangatlah Penting, Ia Harus Diarahkan dengan Baik

Hidup ini amatlah singkat. Gunakanlah hidup ini dengan bijak karena ia dapat menuntun Anda ke kehidupan berikutnya yang panjang dan bahagia tanpa batas. Jadilah mantap dalam bersyukur atas segala kebaikan yang diterima dan membalas jasa kepada orang tua, bangsa, agama, dan raja sepanjang waktu, di setiap hembusan nafas.

Hidup ini amatlah singkat,

tetapi ... sangatlah penting.

Hidup ini adalah suatu persimpangan dan titik balik,

untuk menuju lebih tinggi atau lebih rendah, kebahagiaan atau kesengsaraan,

Pemilihan hanya dapat dilakukan di kehidupan sekarang.

Sadarlah akan hal ini.

Kemudian pilihlah, pilihlah dengan benar
.


*****

Sumber:
Betapa Pentingnya Kehidupan Saat Ini (The Present Life is So Important)
Somdet Phra Nana Samvara, Sangharaja Thailand


_/\_ Semoga bermanfaat..
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Hendra Susanto

ngomong2 sudah segini panjang inti yang mao disampaikan apa? kira2 Ts ngerti gak?

Yumi

Intinya kalo disingkat ini aja ko..
hindari kejahatan, tingkatkan kebajikan, sucikan batin. Hihi.. ^-^

Yg yumi serap dr penjelasan panjang di atas, kebanyakan tentang kamma, hukum sebab-akibat, dan ingatan akan banyaknya kehidupan lampau yg telah kita alami.
Tak terhingga sudah kelahiran dan penderitaan yg mendera kita berulang-ulang, meski utk saat ini kita tak lagi ingat, tapi tentu berbagai macam kisah kehidupan yg tragis (spt byk contoh yg dikasih di atas) atau kelahiran di alam rendah, jd binatang/setan beserta cara mati yg beda2 dan menyakitkan akibat kamma buruk kita sendiri pernah menjadi bagian dari kehidupan lampau kita.
Krn itu, kita benar2 mesti sadar dalam setiap perbuatan kita, menjaga dgn waspada agar hanya kamma yg baik yg keluar dari pikiran, ucapan, dan jasmani kita. Hanya dengan banyak kamma baik, buah dari kamma buruk lampau yg belum tapi akan kita terima bisa dinetralisir, dan kita memang benar2 harus takut akan berbuat kamma buruk & akibatnya, krn hukum kamma itu pasti, segala sesuatu baik-buruk yg diperbuat itu mengikuti pelakunya.
Hidup ini sangat singkat, tidak pasti. Jadi mumpung udah bisa lahir jd manusia, jodoh dgn Ajaran Buddha, kita patut mensyukurinya.. membalas jasa yg kita peroleh (katannukatavedi) dengan manfaatin sebaik2nya waktu yg ada buat berlatih sungguh2 menapaki Jalan Suci. Saat ini merupakan titik balik.. Jangan sampai kelahiran kembali kali ini masih dilewatkan sia2 tanpa ada progress yg berarti ke arah pembebasan sejati dari fenomena berkondisi ini.
Trus kalo yg ingat Buddho Buddho itu memang manjur koq,  ;D udah sering yumi rasakan, setiap muncul gejolak batin yg jelek, lagi galau, lagi benci, pengen ngamuk, pengen nangis, trus dialihkan ingat ama Buddha, sifat2 luhur Buddha, ingat Tisarana dalam hati, ntar jadinya adem, tenang.. energi negatif yg tadinya sempat muncul bisa perlahan2 berubah jd terkendali. :-[

Just share.. berkaitan dgn kutipan no. 38 paling atas yg menurut yumi nice, wkt itu wa lagi bingung gimana biar bisa ajak ortu di rumah buat baik spy bisa kurangin efek kamma buruk mereka, trs trg org rumah gak suka dengar, apalagi percaya ttg kamma dsb, so.. terpikir gimana kalo wa aja yg melakukan, tapi jasanya ditujukan buat mereka.. ntar setelah kondisi mereka udah pas.. udah bisa menerima, baru pelan2 mulai ikutsertakan mereka.. pas lagi sangsi bisa atau gak nya berbuat baik tapi jasanya ditujukan buat org laen (biasa taunya pelimpahan jasa itu buat makhluk peta), kebetulan banget halaman di mana wa baca di situ pula bahasnya: melimpahkan jasa terhadap makhluk2 kasat mata bukanlah tidak masuk akal & mrpkn praktek yg benar. Hmm.. harapan wa yg terbesar adalah suatu saat bisa bukain hati kedua ortu wa  8->, yg sama sekali tidak mengenal dhamma, dan juga tidak tertarik pada dhamma. Selama ini wa sering terbawa kesal, ujungnya jd debat & bertengkar mulut ama org rumah terutama mama ketika membahas sesuatu yg kitanya beda pandangan, spt: berdana menurutnya itu pemborosan, kelahiran kembali itu gak ada, serangga memang utk dibunuh, dsb, yg penyebabnya di samping krn ia memang tak mengenal Ajaran, juga krn ortu pada dasarnya ga suka wa gitu dekat ama buddhism, khawatir wa jd bhikkhuni. Terkadang capek ama kondisi begini.. tapi tetap aja,  :) wa bakalan menyesal banget bila dlm hidup ini wa gak bisa menolong mama, menunjukkannya jalan yg benar. At least yg penting, salah satu dulu dari kedua ortu, bisa wa kenalin dhamma. Pelimpahan jasa dgn tulus buat mama mudah2an cara yg ampuh. [-o<
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

marcedes

Quote from: Hendra Susanto on 20 July 2009, 09:21:23 PM
ngomong2 sudah segini panjang inti yang mao disampaikan apa? kira2 Ts ngerti gak?
dari penjelasan yg saya serap, sama seperti TS,
hidup ini begitu singkat, kadang seseorang terbuai dengan kehidupan saat ini sehingga malas untuk mengetahui sisi lain..

kadang ketika kita hidup bahagia kita lupa akan penderitaan, pernahkah terpikirkan bagaimana nanti nya jika meninggal? jika bangkrut total?

kata-kata Somdet sangatlah mengenai hati seperti kata Ajahn Chah dibeberapa buku beliau....
sama seperti kata bikkhuni Ayya kemarin waktu ceramah...

saya terkesan dengan kata-kata kiasan coretan kertas yang di timpuk terus menerus, kita tidak tahu walau berbuat baik sebanyak apapun sekarang, kalau tidak lepas dari hukum kamma, siapa tahu tetap terlahir di alam menderita....itulah namanya samsara...

lagian seperti kata Ayya, jika seseorang pikiran-nya terbiasa dengan hal-hal baik, maka kamma dia mendorong untuk melakukan hal yang sama terus menerus demikian sebaliknya...
hal ini pun ada dalam teks buddhis seperti pada Jataka kelahiran Boddhisatva

thx yumi
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!