The Present Life Is So Important..

Started by Yumi, 18 July 2009, 11:59:54 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Yumi

38) Membuat Kehendak Tulus untuk Meminta Maaf dan Membayar Perbuatan Lampau Kita terhadap Orang-orang dengan Pelimpahan Jasa Kebajikan yang Kita Perbuat

Melakukan dan melimpahkan jasa kebajikan yang kita perbuat serta dengan kehendak tulus memberi tahu mereka untuk mengetahui dan menerima kehendak kita yang sebenarnya untuk memohon maaf dan membayar hutang-hutang kita. Melakukan hal tulus tersebut terhadap makhluk-makhluk kasat mata dengan cara demikian bukanlah penipuan ataupun tidak masuk akal, tetapi ia adalah praktek yang benar dan merupakan cara yang efektif untuk membebaskan kita dari genggaman tangan-tangan perbuatan buruk yang sedang menunggu untuk mencengkeram kita. Melakukan kebajikan tanpa mengharapkan hasil bagi diri sendiri adalah berkah tertinggi.

Oleh karena itu, setelah melakukan kebajikan apa pun, kita seharusnya membuka pikiran kita dan melimpahkan jasa kebajikan tersebut kepada semua makhluk di semua alam kehidupan. Lakukanlah dengan tulus ketika melimpahkan jasa dan mohonkanlah maaf atas segala tindakan salah yang pernah dilakukan di masa lampau terhadap mereka.

Juga berterimakasihlah kepada para penolong kita atas pertolongan yang telah kita terima, baik secara langsung maupun tidak langsung. Lakukanlah dengan penuh ketulusan. Lakukanlah dengan perasaan yang lembut dan senang yang terungkapkan melalui kata-kata. Tindakan yang disertai dengan kegembiraan dan ketulusan akan lebih efektif; sebab bukan hanya manusia yang menyukai kelembutan dan kegembiraan yang penuh ketulusan, tetapi juga makhluk-makhluk yang ada di alam-alam berbeda lainnya.


~Betapa Pentingnya Kehidupan Saat Ini – Somdet Phra Ñāna Samvara, Sańgharaja Thailand, pp. 52-53~
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Yumi

14) Selalulah Beraspirasi untuk Terlahir Kembali sebagai Manusia

Para tetua yang bijak dan memiliki Pandangan Benar percaya akan kekuatan dari kemelekatan pikiran. Mereka mengajarkan kepada generasi muda bahwa sebelum tidur mereka sepatutnya mengucapkan kata "Buddho" untuk mengingat kembali keluhuran Sang Buddha dan membuat aspirasi bahwa bila mereka meninggal dunia, "Semoga saya terlahir kembali sebagai manusia dan semoga saya bertemu kembali dengan agama Buddha." Dengan demikian, seandainya dalam tidurnya orang tersebut tidak pernah bangun lagi maka harapan tersebut akan menjadi kenyataan.

Untuk terlahir kembali sebagai manusia dan bertemu kembali dengan agama Buddha adalah berkah tertinggi dalam hidup. Orang yang memiliki Pandangan Benar sepatutnyalah beraspirasi dengan serius.


~Betapa Pentingnya Kehidupan Saat Ini – Somdet Phra Ñāna Samvara, Sangharaja Thailand, p. 18~
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Yumi

15) Hanya Kehidupan Saat Inilah yang Bisa Mengarahkan Kita ke Kebahagiaan

Seseorang yang mempunyai tekad kuat untuk terlahir kembali sebagai manusia dan bertemu agama Buddha adalah orang yang telah mengetahui betapa pentingnya hidup di saat ini, tidak peduli betapa hal tersebut terlihat seakan tidak berarti.

"Hanya kehidupan di saat inilah yang dapat membawa kita ke kebahagiaan karena hanya saat inilah yang memberikan kondisi untuk melakukan perbuatan baik."

Kebaikan apa pun yang ingin dilakukan ... ia hanya bisa dilakukan pada saat ini. Keluhuran tertinggi dapat dilatih untuk mencapai hasil yang tertinggi, yaitu merealisasikan sang Jalan (Magga), Buah (Phala), dan Penghentian Penderitaan (Nibbāna) serta tidak kembali lagi pada keberadaan yang berkondisi. Semua hal ini dapat dilakukan dalam kehidupan saat ini; atau bahkan hanya untuk mencapai alam surga ataupun terbebas dari alam neraka.

Membuat tekad yang kuat untuk hanya tetap terlahir sebagai manusia dan berjumpa dengan agama Buddha setelah mati dari kehidupan yang sekarang ini adalah juga hal yang tepat untuk dilakukan. Bahkan, memang sepatutnya dilakukan.


~Betapa Pentingnya Kehidupan Saat Ini – Somdet Phra Ñāna Samvara, Sangharaja Thailand, p. 19~
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Yumi

17) Melatih Pikiran agar Terbiasa dengan Objek yang Menguntungkan/Bernilai (Membawa kepada Kebaikan)

Keterbiasaan (keakraban) terhadap suatu hal terbentuk dengan cara sering ataupun selalu merasakannya.

Sebagai contoh, mengucapkan "Buddho" secara teratur membuat kita menjadi terbiasa dengan "Buddho". Keakraban terhadap seseorang yang selalu memberi dukungan yang hangat akan membuat pikiran kita otomatis teringat padanya ketika kita berada pada masa-masa sulit.

Keakraban terhadap perasaan tertentu perlu dilatih agar kita menjadi terbiasa dengannya. Sesuatu hal seperti "Buddho" adalah suatu objek pikiran dan adalah bagus untuk terbiasa mengucapkan "Buddho" ketika menghadapi masa sulit. Pikiran tidak akan menuju pada hal-hal lain yang tidak akrab dengannya, sebaliknya ia akan berpegang teguh pada kata "Buddho" yang merupakan objek paling bernilai di antara semua objek bernilai lainnya. Dengan demikian, ia akan mengalami perasaan positif sehingga membuat pikirannya merasa terbebas dari segala jenis bahaya. Oleh karena itu, keakraban terhadap objek yang menguntungkan (positif) adalah hal yang terpenting.

Setiap orang telah mengalami kelahiran kembali yang tak terhitung jumlahnya, dan oleh karenanya telah terbiasa dan akrab dengan banyak hal dan objek yang berbeda. Objek atau hal apa pun yang familiar bagi seseorang merupakan objek yang melekat pada pikiran seseorang di kehidupan-kehidupannya yang lampau. Hasil dari suatu kemelekatan di masa lampau dapat terbawa hingga ke kehidupan sekarang.


~Betapa Pentingnya Kehidupan Saat Ini – Somdet Phra Ñāna Samvara, Sangharaja Thailand, p. 21~
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

7 Tails

Quote from: Yumi on 19 July 2009, 12:02:13 AM
14) Selalulah Beraspirasi untuk Terlahir Kembali sebagai Manusia

Para tetua yang bijak dan memiliki Pandangan Benar percaya akan kekuatan dari kemelekatan pikiran. Mereka mengajarkan kepada generasi muda bahwa sebelum tidur mereka sepatutnya mengucapkan kata "Buddho" untuk mengingat kembali keluhuran Sang Buddha dan membuat aspirasi bahwa bila mereka meninggal dunia, "Semoga saya terlahir kembali sebagai manusia dan semoga saya bertemu kembali dengan agama Buddha." Dengan demikian, seandainya dalam tidurnya orang tersebut tidak pernah bangun lagi maka harapan tersebut akan menjadi kenyataan.

Untuk terlahir kembali sebagai manusia dan bertemu kembali dengan agama Buddha adalah berkah tertinggi dalam hidup. Orang yang memiliki Pandangan Benar sepatutnyalah beraspirasi dengan serius.


~Betapa Pentingnya Kehidupan Saat Ini – Somdet Phra Ñāna Samvara, Sangharaja Thailand, p. 18~

kenapa mesti tunggu sampai kehidupan yg lain dan moga2 nanti mengenal dhamma lagi wkkkkk
berkah tertinggi atau pandangan salah nih
"The Present Life Is So Important"
korban keganasan

Yumi

[at]  7 Tails, emangnya ada tersirat mesti tunggu ampe kehidupan yg lain dulu? Maksud dr judul itu justru menekankan betapa pentingnya kehidupan kita saat ini, di mana bisa terlahir sbg manusia dan mengenal dhamma, bs melatih utk mencapai kebebasan.. bukannya suruh nunda2..  ^-^ :P
emm.. kekna wa ga blh kutip lompat2 ya..mungkin lu baca sepotong2 jdnya kurang nyambung n asal judge pandangan salah.  :-? awal2 babnya itu berisi ttg kehidupan kita di dunia ini sgt singkat, trs kepastian dr hukum sebab-akibat, adanya kelahiran kembali yg berbeda-beda dr tiap makhluk sesuai dgn buah perbuatannya, trus ttg janaka kamma, hal terakhir yg melekat pd pikiran seseorg yg mengarahkan seseorg pd khdpn berikutnya, trs kekuatan kemelekatan pikiran sblm kematian. Tar wa lanjut post mulai dari awal deh yaa biar yg baca ga salah paham lg.. hbs kirain klo yg uda umum2 ga usa post lagi. :-[

Quote from: Yumi on 19 July 2009, 12:04:51 AM
"Hanya kehidupan di saat inilah yang dapat membawa kita ke kebahagiaan karena hanya saat inilah yang memberikan kondisi untuk melakukan perbuatan baik."

Kebaikan apa pun yang ingin dilakukan ... ia hanya bisa dilakukan pada saat ini. Keluhuran tertinggi dapat dilatih untuk mencapai hasil yang tertinggi, yaitu merealisasikan sang Jalan (Magga), Buah (Phala), dan Penghentian Penderitaan (Nibbāna) serta tidak kembali lagi pada keberadaan yang berkondisi. Semua hal ini dapat dilakukan dalam kehidupan saat ini; atau bahkan hanya untuk mencapai alam surga ataupun terbebas dari alam neraka.


_/\_
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Yumi

1) Kehidupan Saat Ini Sangatlah Terbatas dan Singkat

Setiap kehidupan, apa pun bentuknya, baik manusia maupun binatang telah pernah hidup bukan hanya di kehidupan sekarang ini saja. Keberadaan kita tidak terbatas hanya pada kehidupan saat ini. Semua makhluk memiliki kehidupan lampau, kehidupan sekarang, dan juga akan hidup lagi di kehidupan yang mendatang.

Kehidupan mempunyai keterbatasan dalam mencapai segala tujuan yang dikehendaki karena ia sangat singkat.

Kehidupan tunduk pada usia. Saat ini, umur rata-rata setiap orang tidak melebihi 100 tahun; dan itu tidaklah lama.

Satu kali masa kehidupan saja tentu tidak dapat dibandingkan dengan kehidupan-kehidupan lampau yang tidak terhitung banyaknya; dan demikian pula dengan kehidupan-kehidupan di masa mendatang yang juga tidak terhitung banyaknya.

Seperti yang diungkapkan oleh para bijak, kehidupan sekarang sangat tidak terfokus. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pemahaman, kebijaksanaan yang dapat membawa kebebasan dari penderitaan.


2) Kehidupan dan Perbuatan yang Kita Lakukan

Semua kehidupan yang ada di saat ini, baik manusia ataupun hewan, sebelumnya pernah terlahir sebagai berbagai jenis makhluk yang berbeda; tergantung pada perbuatan baik dan perbuatan buruk yang mereka lakukan. Segala perbuatan yang telah dilakukan pada kehidupan-kehidupan yang lalu adalah tidak terbatas.

Baik atau buruknya hasil dari suatu perbuatan adalah tergantung pada kehendak yang terkandung di dalam perbuatan itu sendiri. Kehendak yang baik memberikan hasil yang menyenangkan; dan demikian pula kehendak yang buruk memberikan hasil yang tidak menyenangkan.

Akibat dari setiap perbuatan mungkin tidak akan dirasakan segera dan tidak muncul secara berurutan. Meskipun demikian, akibat-akibat tersebut tetap akan muncul dan dirasakan.


3) Setiap Perbuatan Menghasilkan Akibat yang Sesuai Dengan Sebabnya

Di mana ada sebab, di situ ada akibat. Ketika suatu sebab—perbuatan—menghasilkan akibatnya, maka pengalaman dan perasaan yang dirasakan akan sebanding/sesuai dengan sebabnya tersebut. Sewaktu merasakan kebahagiaan, kita sepatutnya memahami bahwa itu adalah hasil atau akibat dari tindakan jasmani ataupun lisan kita yang positif.

Seorang awam mungkin tidak menyadari apakah suatu akibat tertentu adalah ditimbulkan oleh sebab yang baik atau yang buruk; namun bagaimanapun, ia sepatutnya tahu dan yakin bahwa kebahagiaan selalu merupakan hasil dari perbuatan yang baik. Hasil yang baik tidak akan pernah berasal dari sebab/perbuatan yang buruk.

Ketika seseorang—mungkin kita maupun orang lain—mengalami penderitaan, maka harus dipahami bahwa itu adalah akibat dari sebuah sebab/perbuatan yang buruk.

Seorang awam mungkin tidak mengetahui perbuatan-perbuatan buruk yang telah dilakukan pada masa lampau. Namun bagaimanapun, ia sepatutnya memahami dan yakin bahwa penyebab penderitaan yang dialaminya saat ini adalah akibat dari perbuatan buruknya di masa lampau. Hasil yang buruk tidak akan pernah berasal dari sebab/perbuatan yang baik.


4) Akibat dari Suatu Perbuatan adalah Pasti tanpa Pengecualian

Ketika muncul dalam pikiran seseorang: "Kami telah melakukan kebaikan tapi tidak merasakan sesuatu yang bagus; atau, kami telah melakukan banyak kebaikan tapi toh tidak menghasilkan hal-hal yang baik," maka ia sepatutnya mengetahui dan memahami bahwa itu adalah pemikiran yang salah, sebuah gagasan yang salah, dan ia telah salah paham tentang kebenaran. Dengan melakukan kebaikan, maka selalu akan mendapatkan kebaikan sebagai balasannya tanpa pengecualian.

Ketika muncul gagasan bahwa: "Kami telah melakukan hal yang buruk tapi mendapatkan hal-hal baik; atau, dia dapat melakukan perbuatan buruk dan mendapatkan hasil yang baik," maka ia sepatutnya mengetahui dan memahami bahwa itu adalah pemikiran yang salah, sebuah gagasan yang salah, dan merupakan kesalahpahaman atas kebenaran. Dengan melakukan kebaikan, maka selalu akan mendapatkan kebaikan sebagai balasannya tanpa pengecualian.
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Yumi

5) Kerumitan dari Hukum Sebab dan Akibat

Hidup dalam kehidupan saat ini hanyalah satu buah kehidupan dan sangat "kecil" bila dibandingkan dengan kehidupan-kehidupan lampau kita yang tidak terhitung jumlahnya. Oleh karena itu, kamma atau perbuatan-perbuatan yang kita lakukan hanya pada kehidupan sekarang ini adalah sangat-sangat "kecil" sekali ketika dibandingkan dengan perbuatan-perbuatan yang kita lakukan di kehidupan-kehidupan lampau yang tak terhitung banyaknya.

Sebagai contoh, lihatlah perbuatan menulis dengan sebuah pena atau pensil di secarik kertas. Tulisan pertama dapat dibaca dan dipahami dengan mudah. Tetapi penulisan ulang pada kertas yang sama beberapa kali, membuat kata-katanya menjadi semakin sulit dilihat dan dibaca. Dengan kondisi demikian, maka membaca tulisan yang ada di kertas tersebut menjadi tidak mungkin. Penelusuran terhadap kata-kata yang ada di sana malah akan membingungkan kita; kita tahu bahwa di sana ada kata-kata di kertas tersebut namun kita tidak sanggup untuk mengungkapkan makna yang terkandung di dalamnya. Tulisan manakah yang lebih dulu dan belakangan?  Demikian pula halnya dengan perbuatan baik dan buruk dari seseorang. Perbuatan-perbuatan dilakukan berulang-ulang dan tidak dapat dihitung. Dengan cara yang sama,  perbuatan baik dan buruk menjadi "tercampur aduk". Mereka tertimpa dari satu kehidupan ke kehidupan lainnya dan bahkan jauh lebih tidak dapat dipahami dibandingkan dengan kata-kata yang tidak terbaca tersebut, serta tidak dapat dibedakan mana yang lebih awal atau belakangan. Seseorang tidak dapat memahami kamma-nya sendiri dan juga tidak dapat menunjukkan perbedaan atas mana kamma yang lebih awal. Juga, apa saja perbuatan baik dan buruk yang telah dilakukan selama ini tidak dapat diketahui semuanya pada kehidupan sekarang. Inilah kerumitan dari kamma yang tidak dapat dibedakan dan adalah sama dengan kerumitan yang membingungkan dari berbagai tulisan yang ditulis timpa-menimpa pada secarik kertas yang sama.


6) Apakah yang Mengungkapkan Kerumitan Kamma?

Ada hal yang membedakan antara kerumitan kamma dengan tulisan yang tidak terbaca, yaitu: tulisan yang tidak terbaca tidak dapat menunjukkan apakah arti dari tulisan tersebut adalah baik atau buruk.

Tidak peduli berapa banyak pun perbuatan yang saling tumpang tindih, mereka tetap dapat diketahui dan dibedakan antara mana yang baik dan buruk. Akibat yang muncul dari perbuatan-perbuatan tersebut menunjukkan atau mencerminkan penyebab-penyebabnya.


7) Kelahiran yang Berbeda-beda

"Kehidupan sekarang" dari masing-masing orang tergantung pada banyak faktor, seperti apakah mereka adalah orang Thailand, Cina, atau Eropa, suku mereka, status sosial, status keluarga, kesehatan, kekayaan, dsb. Ada dilahirkan terhormat, ada yang dilahirkan terhina. Kebijaksanaan dan tingkat kecerdasan mereka pun tidak sama. Sebagian mungkin pintar, dan sebagian mungkin tidak; sebagian hidup dalam keberuntungan, sementara yang lain dalam keadaan tidak beruntung.

Semua perbedaan ini menunjukkan adanya Hukum Sebab-Akibat dan mengungkapkan bahwa tentu ada sebab-sebab lain di luar dari yang ada di kehidupan sekarang dari setiap individu. Semuanya mengalami kelahiran dan kehidupan yang berbeda-beda karena adanya sebab-sebab yang berbeda dari kehidupan lampau.


8] Dilahirkan di Kehidupan Sekarang

Perbedaan terpenting yang menunjukkan kekuatan kamma adalah perbedaan antara terlahir sebagai dewa (penghuni alam surga), terlahir sebagai manusia, atau terlahir sebagai binatang ataupun hantu kelaparan (peta).

Dewa dapat terlahir kembali sebagai manusia atau binatang.
Manusia dapat terlahir kembali sebagai dewa atau binatang.
Binatang dapat terlahir kembali sebagai dewa atau manusia.

Semua kelahiran kembali yang disebutkan di atas adalah hasil kerja dari kamma (perbuatan-hasil) yang menuntun pada kelahiran yang baru.

Ini adalah kebenaran universal. Mengenai ada yang percaya akan hal ini dan ada pula yang tidak, itu bukanlah masalah. Kebenaran adalah kebenaran, dan tidak ada sesuatu pun yang dapat mengubah kebenaran. Terlepas dari percaya atau tidak, seseorang sepatutnya takut tidak terlahir kembali sebagai manusia atau dewa.

Pada umumnya, seorang dewa biasanya terlahir kembali sebagai manusia daripada sebagai makhluk yang lebih rendah. Ada anggapan bahwa beberapa individu dari alam dewa terlahir kembali sebagai manusia. Anggapan itu ditunjukkan melalui kelakuan yang baik, sopan santun, pintar, termasuk kecerdasan yang baik.

Beberapa faktor mungkin tidak sepenuhnya ada namun dijelaskan bahwa mereka yang terlahir dari alam dewa terlihat dari karakter pribadi yang baik. Semua ini adalah indikasi makhluk dewa yang terlahir kembali sebagai manusia.


9) Kekuatan Kamma (Hukum Sebab-Akibat) dan Kelahiran Kembali

Ada satu hal yang diterima oleh umat Buddha mengenai adanya makhluk, dewa yang terlahir kembali sebagai manusia, yaitu: Guru Agung, Sang Buddha. Ia terlahir kembali dari Surga Tusita ke alam manusia sebagai Pangeran Siddhattha, putra dari Raja Suddhodana dan Ratu Maya.

Kisah lain dalam literatur Buddhis yang juga cukup dikenal adalah kisah Dewa Mekkhala. Dewa ini ditunjuk sebagai pelindung suatu samudra dan orang-orang yang bernaung pada Tiga Permata (Tiratana), memegang teguh moral (silasampanna), dan menghormati orang tua mereka.

Tersebutlah Bodhisatta Brahmin yang menempuh perjalanan dengan kapal di samudra tersebut namun kapalnya hancur. Butuh 7 hari untuk berenang sampai ke tepi pantai.

Ia terlihat oleh Dewa Mekkhala yang kemudian menampakkan diri di hadapannya dan berkata bahwa ia akan memberikan apa pun yang dibutuhkan oleh Bodhisatta. Ia mewujudkan semua benda-benda tersebut untuk Bodhisatta, seperti kapal dan permata.

Bodhisatta pun terbebas dari samudra dan berlatih memberi (dana) dan memegang teguh moral (sila) sepanjang hidupnya. Setelah kehidupan sebagai manusianya berakhir, ia pun terlahir kembali di alam surga.

Bodhisatta tersebutlah yang kelak menjadi Sang Buddha.

Dewi tersebut, Mekkhala menjadi Bhikkhuni Uppalavanna.

"Dewa dapat terlahir kembali sebagai manusia dan manusia dapat terlahir kembali sebagai dewa."

Ketika Guru Agung sedang berada di Vihara Jetavana, Beliau memberitahukan sebuah kisah di masa lampau. Jauh di masa kehidupannya yang lampau Beliau merupakan pimpinan dari sebuah kelompok pedagang keliling (berkelana dengan kereta angkut) yang membawa barang-barang dari Kota Baranasi dengan tujuan pulang ke rumah. Mereka harus berjalan melalui daratan yang kering dan dalam perjalanan mereka menemukan sumur yang sudah kering. Mereka mencoba menggali untuk mendapatkan air minum tapi malahan menemukan banyak perhiasan, bukan air. Sang Bodhisatta memperingatkan mereka bahwa "ketamakan adalah sebab dari kehancuran", namun tidak satu pun orang mematuhinya. Mereka terus menggali untuk mengumpulkan lebih banyak perhiasan. Sumur ini adalah tempat berdiam seekor raja naga. Ketika sumurnya dirusak, raja naga menjadi marah dan membunuh mereka semua dengan menyemburkan racun dari hidungnya ke arah mereka semua. Bodhisatta sendiri tidak ikut dalam penggalian dan oleh karena itu, ia selamat. Ia kemudian memenuhi ketujuh keretanya dengan perhiasan. Ia membagikan kekayaan tersebut untuk amal dan melaksanakan uposatha-sila (moralitas tinggi) sampai akhir hayatnya. Setelah meninggal, ia terlahir kembali di alam surga.

Ini menunjukkan bahwa manusia dengan pikiran, ucapan, dan perbuatan jasmani yang baik akan terlahir kembali di alam surga dalam bermacam-macam tingkatan tergantung pada tingkatan perilaku mereka.
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Yumi

10) Manusia Bisa Terlahir Kembali sebagai Dewa, Manusia ataupun Binatang

Pada zaman Buddha, ada seorang pria yang jengkel dan marah pada seekor anjing yang selalu mengikutinya. Sang Buddha mengetahui hal ini dan memberitahukannya bahwa ayahnya yang telah meninggal dunia terlahir kembali sebagai anjing itu dan pria tersebut membuktikannya dengan membiarkan anjing tersebut menunjukkan tempat di mana ia menyembunyikan harta karun pada kehidupannya yang lampau. Tidak ada seorang pun yang tahu hal tersebut kecuali almarhum ayahnya. Anjing itu menuntun pria tersebut ke tempat yang dimaksud untuk menggali harta karun yang telah disembunyikan di dalam tanah sebelum kematiannya.

Binatang dapat terlahir kembali sebagai dewa. Hal ini dapat ditemukan di berbagai Kitab Suci agama Buddha. Sebagai contoh, pada masa Sang Buddha, beberapa binatang mendengarkan lantunan sutta dari seorang bhikkhu dengan penuh perhatian. Binatang yang meninggal pada saat itu kemudian terlahir kembali di alam surga. Ini adalah kekuatan dari rasa hormat terhadap Dhamma (Ajaran) Sang Buddha.

Binatang dapat terlahir kembali sebagai manusia. Kepercayaan yang mendalam ini dapat terlihat ketika orang-orang mengekspresikan perasaan mereka yang terkendalikan dalam cara yang berbeda-beda, misalnya: "tingkah laku seperti seekor monyet", atau tindakan tanpa perasaan kasihan "seperti makhluk neraka", dll. Berbagai macam tingkah laku ini terlihat dari bahasa tubuh, ekspresi suara, dan banyak bentuk tingkah laku lainnya yang tidak mencerminkan sifat manusia.

Kebanyakan orang dengan karakter yang lebih menyerupai sifat binatang biasanya adalah orang yang kehidupan lampaunya merupakan binatang, atau sebaliknya di kehidupannya mendatang ia berkemungkinan terlahir kembali sebagai binatang.

Kisah lain, pada zaman Sang Buddha, adalah tentang seorang bhikkhu yang terobsesi dengan jubah dalamnya yang baru ia terima. Ia mencuci dan menggantungnya di sehelai tali untuk mengeringkannya. Namun, tidak disangka kematian datang padanya ketika pikirannya masih terobsesi dengan jubah tersebut, dan akibatnya ia terlahir kembali sebagai kutu kecil yang hidup pada jubah tersebut.

Bhikkhu lain melihat bahwa jubah dalam tersebut tanpa pemilik. Ia pun akan mengambil dan menggunakannya. Sang Buddha tahu akan hal itu dan melarangnya. Beliau berpesan untuk menunggu karena bhikkhu yang menjadi kutu kecil tersebut akan menyelesaikan kehidupannya sebagai kutu dalam beberapa hari. Jika jubah dalam tersebut diambil, kutu itu akan marah dan oleh karenanya tidak akan bisa terlahir kembali di alam kehidupan yang baik sebagai hasil dari latihan-latihan yang dijalaninya selama ia menjadi bhikkhu untuk waktu yang lama.

Ini adalah sebuah kisah lain yang menunjukkan bahwa kekuatan pikiran seseorang dapat menyebabkannya terlahir kembali di dunia binatang.


11) Sadarlah akan Kekuatan Kamma yang Dahsyat

Makhluk surga dapat terlahir kembali sebagai manusia.

Manusia dapat terlahir kembali sebagai makhluk surga.

Makhluk surga dapat terlahir kembali sebagai binatang.

Binatang dapat terlahir kembali sebagai makhluk surga.

Manusia dapat terlahir kembali sebagai binatang dan binatang dapat terlahir kembali sebagai manusia.


12) Janaka-kamma (Kamma Penghasil): Kamma yang Menghasilkan Kehidupan Baru (Kelahiran Kembali)

Kamma yang menyebabkan kehidupan baru disebut "janaka-kamma" yang merupakan kamma terakhir sebelum kehidupan yang sekarang ini berakhir, atau dengan kata lain: hal terakhir yang melekat pada pikiran seseorang. Janaka-kamma inilah yang mengarahkan seseorang pada kehidupan berikutnya.

Dengan memikirkan hal yang bermanfaat (perbuatan baik) sesaat sebelum kematian ... maka pikiran akan mencapai alam bahagia.

Dengan memikirkan hal yang tidak bermanfaat atau perbuatan buruk sesaat sebelum kematian akan mengarahkan pikiran ke alam menderita dan oleh karenanya bisa terlahir di keadaan yang penuh penderitaan pula.

Pikiran yang muncul berikutnya sebelum kematian biasanya sangat lemah dan tidak dapat menahan apa pun sama sekali. Pikiran akan terpengaruh oleh perasaan apa pun yang tertangkap olehnya. Pikiran menjadi kehilangan kendali terhadapnya sehingga menyebabkan hal tersebut menjadi "pokok pembahasan" dalam pikiran.

Ketika pikiran (kesadaran) terhenti atau meninggalkan tubuh jasmani, ia akan pergi bersama dengan perasaan yang menuntun pada pembentukan tubuh jasmani baru yang terkondisi oleh keadaan pikiran.


13) Kekuatan Kemelekatan Pikiran sebelum Kematian

Ketika seseorang takut akan kehilangan hartanya, maka pikirannya terikat pada hartanya tersebut. Ada beberapa kasus di mana pada waktu seseorang menjelang kematian, pikirannya penuh dengan kedengkian dan ia pun terlahir menjadi ular yang selalu menjaga benda miliknya tersebut. Siapa pun yang mendekati benda tersebut, ular itu akan segera menampakkan dirinya. Baru-baru ini ada seorang pejabat yang sangat mencintai sebuah patung Buddha bahkan sampai ia meninggal. Temannya ingin melihat jenazahnya dan juga patung Buddha tersebut. Ketika itu muncullah seekor ular kobra yang memerhatikan orang yang sedang melihat patung tersebut. Orang-orang yang datang melihat patung Buddha tersebut tahu bahwa pemilik patung tersebut menjaga patungnya dengan pikiran yang dengki. Maka mereka berkata pada ular tersebut, "Jangan khawatir, kami kemarin hanya melihat patung itu. Kami tidak akan mengambilnya." Ular itu pun kemudian pergi. Ini merupakan cerita nyata yang baru terjadi dan dipercaya bahwa seseorang yang mempunyai perasaan dengki atas sesuatu akan terlahir sebagai ular yang menjaga hartanya dan tidak akan dapat menerima hasil perbuatan baik yang telah ia lakukan sampai pikirannya terlepas dari kemelekatan akan hartanya tersebut.



Quote from: Yumi on 19 July 2009, 12:02:13 AM
14) Selalulah Beraspirasi untuk Terlahir Kembali sebagai Manusia

Para tetua yang bijak dan memiliki Pandangan Benar percaya akan kekuatan dari kemelekatan pikiran. Mereka mengajarkan kepada generasi muda bahwa sebelum tidur mereka sepatutnya mengucapkan kata "Buddho" untuk mengingat kembali keluhuran Sang Buddha dan membuat aspirasi bahwa bila mereka meninggal dunia, "Semoga saya terlahir kembali sebagai manusia dan semoga saya bertemu kembali dengan agama Buddha." Dengan demikian, seandainya dalam tidurnya orang tersebut tidak pernah bangun lagi maka harapan tersebut akan menjadi kenyataan.

Untuk terlahir kembali sebagai manusia dan bertemu kembali dengan agama Buddha adalah berkah tertinggi dalam hidup. Orang yang memiliki Pandangan Benar sepatutnyalah beraspirasi dengan serius.

Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Yumi

16) Memilih Hidup yang Bahagia di Kehidupan yang Berikutnya

Orang yang tidak ingin mengalami penderitaan pada kehidupan mendatang harus mengembangkan pikirannya untuk terbebas dari penderitaan pada kehidupan sekarang.

Bila berharap untuk tidak terlahir kembali dalam bentuk kehidupan apa pun, maka orang tersebut harus mengembangkan pikirannya sehingga tidak melekat pada sesuatu apa pun dalam kehidupan sekarang ini; dengan demikian baru keinginannya dapat terpenuhi.

Dengan membentuk pikiran yang bahagia tanpa ada perasaan menderita yang muncul pada saat-saat sebelum kematian, maka akan membuahkan kelahiran kembali di alam bahagia yang tanpa penderitaan. Akan tetapi, membentuk pikiran yang terbebas dari penderitaan di saat-saat sebelum kematian adalah bukan hal yang mudah dan tidak dapat dilakukan dengan segera apabila selama hidupnya tidak dapat dilakukan dengan segera apabila selama hidupnya tidak terbiasa dengan perasaan tenang (tidak pernah atau jarang melatih pikiran agar berada dalam kondisi yang tenang dan netral).



18) Kehidupan Sekarang Memperlihatkan Hubungannya dengan Kehidupan yang Lampau

Berbicara mengenai kehidupan sekarang kita dapat mengenali dan memahami bahwa ada suatu hubungan dengan kehidupan lampau. Apa pun itu, apa pun objeknya, baik ataupun buruk, kita terkait dengannya.

Orang yang terkait dengan kemurahan hati selalu memberi sedekah dan akan memiliki kumpulan jasa kebajikan dari perbuatan baiknya di kehidupannya yang lampau dan hal ini dapat diketahui di kehidupannya yang sekarang. Di kehidupannya yang sekarang ia akan menjadi kaya dan makmur.

Orang yang di kehidupan lampaunya senantiasa penuh dengan kebaikan, dan merawat orang, menyediakan makanan, obat-obatan, dan dukungan keuangan bagi orang-orang sakit, tidak menyakiti kehidupan ataupun menganiaya, ia di kehidupannya yang sekarang merupakan orang yang sehat dan tidak pernah sakit.

Orang yang di kehidupan lampaunya selalu berkelakuan baik, sopan, selalu rendah hati, dan tidak pernah meremehkan orang, maka orang-orang seperti itu dapat ditemukan di kehidupan sekarang sebagai orang-orang dari keluarga yang berstatus sosial tinggi. Orang demikian akan dihormati, diperlakukan dengan hormat, dan tidak akan dipandang rendah.

Orang yang di kehidupan lampaunya hidup dengan membantu, menjaga/merawat orang lain, tidak melukai ataupun menghancurkan kehidupan makhluk lain, maka ia akan ditemukan di kehidupan ini sebagai orang yang hidup bahagia dan berumur panjang.

Orang yang di kehidupan lampaunya selalu menjaga moral perbuatannya (silaparisuddhi), baik perbuatan melalui tubuh jasmani, ucapan ataupun pikiran, akan menjadi orang yang tenang dan penuh dengan kedamaian. Di kehidupannya yang sekarang, orang yang demikian dapat ditemukan sebagai orang yang memiliki rupa yang bagus, watak yang tenang dan menarik orang yang melihatnya.

Orang yang di kehidupan lampaunya selalu mempraktekkan Dhamma dapat ditemukan di kehidupan ini sebagai orang yang memiliki kebijaksanaan melalui pembelajaran Dhamma dan akan memperoleh kemajuan yang bagus darinya.


19) Orang yang Berbuat Baik Akan Memperoleh Hasil yang Baik

Orang-orang yang melakukan perbuatan baik akan memperoleh hasil yang baik dengan cara yang berbeda-beda, misalnya: terlahir di keluarga yang terpandang, memperoleh kekayaan, selalu sehat, panjang umur, memiliki watak yang tenang, penampilan yang baik, cerdas, bijak, dan pintar. Bila kita melihat kualitas-kualitas baik ini dalam seseorang, maka kita seharusnya tahu bahwa hal-hal tersebut adalah hasil dari perbuatan baik yang telah ia perbuat di kehidupan-kehidupan lampaunya.

Siapa pun yang mengharapkan hasil yang baik pada kehidupan ini dan kehidupan mendatang harus memerhatikan pernyataan ini dan mempunyai tekad untuk selalu terus berbuat baik.
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Yumi

20) Semua Orang Berada di Bawah Pengaruh Hukum Sebab-Akibat (Kamma)

Perbuatan baik yang telah dilakukan harus dipertahankan sehingga dapat menghindari hasil dari perbuatan buruk yang telah dilakukan pada kehidupan lampau. Sejumlah besar akibat dari perbuatan buruk di kehidupan lampau kita akan berbuah bukan hanya di kehidupan ini tapi juga di kehidupan yang akan datang.

Setiap orang merupakan sasaran dari buah perbuatan baik dan buruk yang merupakan hasil dari perbuatan-perbuatan yang dilakukan di kehidupan-kehidupan lampau kita yang tak terhitung banyaknya.


21) Perbuatan yang Berbuah di Kehidupan Sekarang

Bayangkan sebuah truk besar sedang menuju ke arah kita untuk menggilas kita dan pada waktu bersamaan ada sebuah truk lain yang mengangkut banyak permata juga mengikuti kita untuk memberikan kita semua permata tersebut. Kedua truk tersebut datang dengan sangat cepat seperti sedang dalam balapan.

Melalui perumpamaan tersebut, renungkanlah apakah kita masih menginginkan permata tersebut ataupun hal-hal lainnya ketika truk yang tidak lain adalah "pemburu nyawa" sedang datang untuk membunuh kita sebagai tujuannya—sama seperti akibat dari perbuatan buruk yang selalu akan kembali kepada si pelaku.

Truk yang akan menggilas kita merupakan perumpamaan dari akibat negatif dari perbuatan buruk yang akan "menghajar" kita, namun kita mungkin belum "terhajar" karena kamma baik kita yang sekarang masih cukup kuat menolong kita untuk menghindar darinya untuk sementara waktu. Kita tidak mempunyai mata batin untuk bisa melihat apa yang akan dari kamma tersebut. Hanya kamma baiklah yang mempunyai kekuatan untuk membantu kita terhindar dari akibat perbuatan buruk kita.


22) Buah dari Perbuatan Buruk

Mari kita andaikan perbuatan buruk sebagai tangan dari sesosok setan yang besar dan sangat kuat yang akan mencengkeram dan menarik kita ke dalam tekanan yang hebat. Sering kali, ia hampir berhasil mencengkeram kita namun kita masih terselamatkan oleh keadaan yang menguntungkan. Keadaan yang menguntungkan di sini mengacu pada perbuatan baik yang telah kita lakukan dan cukup kuat untuk menolong dan menyelamatkan kita dari tangan besar si setan, sehingga untuk sementara waktu kita masih menikmati kebahagiaan. Akan tetapi, tangan setan tersebut tidak pernah berhenti mencoba mencengkeram kita. Tidak peduli berapa lama telah berlalu, hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun, kehidupan demi kehidupan, tangan setan tersebut terus menjangkau untuk mencengkeram kita tanpa lelah. Pikirkanlah gambaran keadaan kita ini dan kita akan melihat bahwa itu adalah gambaran yang paling menakutkan.

Di berita baru-baru ini, ada seorang bayi yang baru lahir dan baru membuka mata untuk melihat dunia dibunuh karena kesalahpahaman (salah orang). Ibu sang bayi hampir saja gila dan orang yang membawa bayi tersebut untuk dibunuh pun dihukum, baik oleh hukum maupun oleh orang-orang (menjadi objek kemarahan mereka dan dibenci oleh masyarakat). Kasus ini mengajarkan kita untuk menyadari kekuatan dahsyat kamma. Jika tidak mengikutsertakan pemahaman tentang Hukum Kamma dalam kasus ini, maka bagaimana mungkin kita dapat mengerti alasan mengapa ini semua harus terjadi?

Sesungguhnya bayi yang dimaksudkan untuk dibunuh menjadi terselamatkan ketika bayi yang lain dibunuh. Keduanya sama-sama baru dilahirkan. Adalah kamma dari kedua bayi itu masing-masing yang mengakibatkan satunya harus terbunuh dan satunya lagi hidup; dengan kata lain semuanya merupakan buah dari perbuatan yang mereka lakukan di kehidupan lampau mereka masing-masing.


23) Buah Perbuatan Buruk Hanya Dapat Dipotong dengan Perbuatan Baik

Kasus bayi yang terbunuh karena kesalahpahaman adalah di luar nalar kebanyakan orang, apakah ia akan bahagia atau tidak di kelahirannya yang selanjutnya. Bagaimanapun, itu merupakan satu contoh lain yang mengingatkan orang-orang untuk sadar akan kekuatan kamma.

Ketika buah kamma buruk akan matang, tidak ada sesuatu apa pun yang dapat melindungi kecuali jika ada buah kamma baik yang lain yang juga akan matang. Hanya buah dari perbuatan baik (tentunya yang lebih kuat) yang dapat memotong hasil dari perbuatan buruk lampau dan menggantikannya dengan kebahagiaan sementara waktu.

Cerita tentang anak yang akan dibunuh tetapi selamat ketika justru anak lain yang sangat dicintai orang tuanya terbunuh, adalah semata-mata karena kamma. Si ibu yang membunuh dihukum dan menderita di penjara sementara ibu lain yang kehilangan anaknya yang tercinta karena dibunuh menjadi menderita untuk waktu yang lama oleh karena kehilangannya.

Anak yang secara mengagumkan selamat dari niat buruk ibunya akan dibenci oleh banyak orang karena ia merupakan keturunan dari seorang ibu yang berhati jahat.

Keempat orang yang terlibat dalam cerita tersebut menyadarkan kita bahwa kekuatan kamma adalah sangat dahsyat. Tentu saja, ada kamma buruk tertentu yang buahnya tidak dapat dihindari. Akan ada saatnya di mana tidak ada buah kamma baik yang matang yang dapat menghalau dan memotong hasil dari kamma buruk tersebut sehingga pelaku dari kamma buruk akan menderita sebagai akibat dari kamma (perbuatan) mereka sendiri.


24) Menyadari Akibat yang Menakutkan dari Kamma Buruk

Semua cerita tadi bukanlah kebetulan. Mereka harus dengan dicermati dengan kebijaksanaan dan menyadarkan kita bahwa ada akibat yang menakutkan dari kamma buruk. Adalah hal yang menyedihkan melihat seseorang yang sedang mengenyam buah kamma buruknya. Kita sendiri juga terpengaruh ketika berada dalam cengkeraman kamma dan kita dapat melihat dengan mata kita sendiri bahwa kita seharusnya menggunakan kebijaksanaan untuk mencoba sebaik mungkin mengurangi kamma buruk kita. Dengan demikian maka kita tidak akan jatuh dalam cengkeraman kuat dari kamma.

Jika seseorang terlahir sehat dan kaya di kehidupan sekarang, bukan berarti ia telah terhindar dari hasil buah kamma buruknya. Tentu saja, hal ini berlaku pada orang-orang yang belum berusaha untuk menghindari buah kamma buruk. Dalam hal ini, semua orang memerlukan dukungan dari buah kamma baik.

Kita umpamakan buah kamma baik sebagai kaki. Seseorang yang akan dicengkeram oleh perampok harus menggunakan kakinya untuk melarikan diri secepat mungkin untuk menyelamatkan dirinya. Ini berarti melakukan kebajikan sebanyak mungkin dibarengi dengan kebijaksanaan. Hanya perbuatan baik yang dapat menolong dan membuat kita bertahan terhadap tangan setan terebut; dan meskipun hanya mengurangi efek kamma buruk yang terjadi, setidaknya masih lebih baik daripada tidak terselamatkan sama sekali.


25) Setiap Orang Hendaknya Meyakini Hukum Sebab-Akibat

Setiap orang pernah melakukan perbuatan buruk yang menakutkan dan hasilnya akan berbuah tanpa mengecualikan siapa pun. Setiap orang memiliki sejumlah besar perbuatan buruk karena kita semua telah terlahir di begitu banyak kehidupan yang tak terhitung jumlahnya. Ada banyak hal yang telah dilakukan berulang kali, apakah baik ataupun buruk; begitu rumit dan mungkin telah terlupakan, namun tidak satu pun akan luput dari kamma.

Walaupun banyak orang yang tidak ingin memercayai bahwa ada bagitu banyak kehidupan lampau yang tak terhitung jumlahnya, mereka tentunya telah melakukan hal yang baik di masa lampaunya sehingga bisa terlahir sebagai manusia.

Tanpa adanya pemikiran terhadap hal ini, orang-orang menjadi tidak peduli dan tidak berpikir untuk melakukan kebajikan untuk menghindarkan diri dari akibat kamma buruk; dan ketika akibat dari kamma buruk menghampiri seseorang maka kekuatan dahsyat dari buah kamma buruk tersebut akan bekerja tanpa belas kasihan.
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Yumi

26) Hal-hal yang Harus Selalu Direnungkan di Kehidupan Sekarang

Sebelum kita terlahir sebagai manusia, kita telah mengalami banyak jenis kehidupan yang tak terhitung banyaknya: sebagai dewa, binatang besar, binatang kecil, manusia, lelaki, wanita, kaya, miskin, cantik, jelek, orang cacat, orang normal, berumur pendek, berumur panjang, berkulit putih, berkulit hitam, dll. Kita semua pernah merasakan kehidupan tersebut. Andai kata kita dapat mengingat kembali kehidupan lampau kita, mungkin kita akan menjadi sangat takut serta penuh dengan kesedihan; dan mungkin keserakahan, kebencian, dan kekotoran batin kita akan berkurang dan bahkan terhilangkan.

Bayangkan seekor anjing dengan penyakit kusta dan coba pikirkan diri kita sedang bersusah payah untuk mendapatkan makanan, dipukuli orang, digigit oleh anjing lain, dan dibenci oleh orang yang melihatnya. Bahkan untuk hidup di bawah suatu naungan untuk terhindar dari matahari dan hujan pun tidak diperbolehkan. Ada lagi, batu yang dilemparkan mengenai tubuh, sehingga mengakibatkan pendarahan. Ia sangat takut untuk meminta simpati orang terhadapnya, sehingga ia pun menggonggong agar orang-orang tahu bahwa ia sangat menderita. Namun tidak ada seorang pun yang mengerti maksudnya.

Memikirkan tentang masa lampau dengan cara demikian, membayangkan diri kita menderita dengan hebatnya, sehingga takut akan kamma dan memahami apa kamma buruk itu dan bagaimana akibat yang dapat ditimbulkannya, sungguh adalah penting untuk dilakukan.


27) Menumbuhkan Pengertian yang Benar tentang Hukum Sebab-Akibat

Janganlah menolak Hukum Sebab-Akibat tanpa alasan yang bagus atau dengan bersikeras dengan pemikiran: "Apa yang terjadi itu kan terhadap orang lain, bukan saya. Saya belum pernah demikian. Manusia tidak dapat terlahir menjadi binatang dan binatang juga tidak bisa dilahirkan menjadi manusia karena keyakinan seperti itu tidak masuk di akal. Saya orang yang modern, kenapa saya harus memiliki kepercayaan sepert itu?!" Janganlah tidak acuh dan menolak kepercayaan ini tanpa pengetahuan yang cukup karena suatu hari akibat dari kamma yang menakutkan dan tak terhindarkan pasti akan dialami.

Seorang anak yang sedang berlari di sekolah mungkin saja suatu hari terbunuh karena tertembak peluru nyasar sehingga mempersingkat hidupnya di dunia.

Anak tersebut meninggal dan ia mungkin menghadapi kebahagiaan ataupun penderitaan yang segera dihadapinya di kehidupannya yang berikut. Ini adalah suatu hal yang perlu dipertimbangkan. Di kehidupannya yang lampau ia mengakibatkan penderitaan pada orang lain, dan sekarang ia harus menderita oleh karena seseorang yang tidak dikenalnya. Orang yang tidak pernah berkeinginan untuk menyakiti siapa pun dalam kehidupan saat ini mungkin saja menghadapi kejadian demikian. Kehilangan orang yang sangat dicintai, seperti orang tua yang kehilangan anak tunggal mereka, adalah hal yang selalu memiliki kemungkinan untuk terjadi; dan satu hal yang pasti adalah bahwa bila hal tersebut terjadi maka itu berarti akibat dari kamma buruk yang dilakukan di salah satu kehidupan lampau orang tersebut sedang berbuah di kehidupan sekarang.


28] Hal Penting yang Harus Dilatih di Kehidupan Sekarang

Dahulu ada seorang bhikkhu yang terkenal sebagai orang yang baik dan sangat penting. Beliau adalah Yang Mulia Somdec Phra Buddhacariya dari Vihara Raghang Ghositaram. Berikut adalah cerita tentang beliau:

Suatu hari ada seorang bhikku di viharanya yang mencederai kepala bhikku lain dengan cara memukulnya. Beliau menyelesaikan kasus tersebut dengan berkata kepada bhikkhu yang dilukai bahwa dialah yang bersalah karena ia yang telah memukul terlebih dahulu. Alasan tersebut diragukan, namun kemudian beliau menjelaskan bahwa bhikkhu yang kepalanya dipukul di kehidupan sekarang ini mungkin telah memukul kepala bhikkhu yang satunya lagi di salah satu kehidupannya yang lampau. Jika bhikkhu yang barusan tadi memukul dihukum di kehidupan ini dengan pembahasan dendam makan kamma ini tidak akan terakhiri. Namun jika tindakan tersebut tidak dianggap sebagai kesalahan maka ia pun akan berakhir dan tidak lagi berlanjut. Ia pun bertanya kepada bhikkhu yang kepalanya dipukul, "Apa yang ingin kamu lakukan? Apakah kamu akan menganggap saya bersalah atau tidak? Bila tidak, maka biarlah tiada lagi dendam di antara kita, dan kamma dari perbuatan ini pun berakhir." Bhikkhu tersebut menerima keputusan itu.

Cerita ini mengajarkan kita untuk menyadari bahwa apa pun yang kita perbuat tentu akan kembali pada diri kita dan bahkan mungkin terulang secara timbal balik dari kelahiran satu ke kelahiran lainnya. Ia yang menanam pasti akan menuai hasilnya, baik cepat ataupun lambat; dan kondisi tersebut tidak akan berakhir hingga dendam diakhiri dan maaf diberikan untuk menghindari aspek kamma ini. Oleh karena itu, memberikan maaf yang tulus atas kesalahan orang lain yang telah berbuat salah kepada kita adalah suatu kebajikan yang bernilai dan penting dan sikap demikian harus selalu dilatih.


29) Ingatan terhadap Kehidupan Lampau

Ada beberapa orang yang di kehidupannya yang sekarang mampu mengingat kehidupan sebelumnya. Ada yang bisa melakukannya sejak usia muda ketika mereka mulai belajar bicara, dan banyak cerita yang telah dipaparkan. Sebagai contoh, ada yang ingin mengunjungi orang tua lampaunya. Ada yang tertarik dengan orang yang baru pertama kali dilihatnya melalui foto dan kemudian menanyakan tentang orang tersebut dengan menyebutkan namanya. Ada pula yang bercerita tentang kehidupan lampaunya, bahkan tentang pertempuran di mana orang tersebut di kehidupan lampau tersebut adalah serdadu, dsb. Sungguh mengagumkan mendengar seorang anak kecil mengutarakan cerita tentang dirinya.

Ada seorang bhikkhu penting lainnya yang biasa berlatih berjalan di dalam hutan sebagai rutinitasnya dan beberapa bhikkhu bahkan bergabung dengannya. Ketika berjumpa dengan gajah di perjalanan, ia sering berbicara dengan mereka dalam bahasa manusia. Caranya berbicara sangat lembut dan menyenangkan. Gajah-gajah selalu mendengarkannya dan ia meminta gajah-gajah itu untuk pergi. Mereka selalu mematuhi perintahnya. Ia dapat melakukannya sementara bhikkhu-bhikkhu lain tidak. Siapakah dia dulunya? Inilah pertanyaan yang muncul.


30) Perbuatan Buruk Membawa ke Alam Menyedihkan

Ketika terlahir sebagai manusia dan mempunyai kemampuan untuk mengingat kehidupan lampaunya sebagai binatang, seorang Yang Mulia Bhikkhu mengatakan bahwa dia dulunya terlahir sebagai seekor ayam jantan. Ia mengatakan bahwa kita dapat melihat perbedaan antara manusia dan binatang, dan ia menjadi sedih dan takut untuk terlahir dan terlahir lagi; sadar bahwa melakukan perbuatan buruk, baik melalui tubuh jasmani, ucapan, dan pikiran, bisa membawa kepada kelahiran menyedihkan yang sungguh tidak menyenangkan dan penuh penderitaan. Dalam kehidupan lampau tertentu ia dirampok dan dibunuh, berpisah dari orang-orang yang ia kasihi, dan tidak menyadari bahwa hal sedemikian telah terjadi dan tidak dapat meminta tolong dari siapa pun.

Seseorang yang mendalami Ajaran Buddha sepatutnya tahu bahwa kasus tersebut adalah hasil dari kamma yang dilakukan di salah satu kehidupan lampau. Orang awam mungkin tidak memiliki pengetahuan tentang hal tersebut sehingga tidak menyadari kapan perbuatan buruk telah tercetus dan kapan buah dari perbuatan buruk tersebut matang.


31) Semua Makhluk Memiliki Banyak Kehidupan Lampau

Seseorang yang melatih Dhamma bisa memperoleh pengetahuan khusus dan terkadang firasat tentang apa yang akan terjadi. Sebagai contoh, ada seorang Yang Mulia Bhikkhu selalu mengatakan pada banyak orang bahwa di kehidupan lampaunya beliau adalah seorang pengemudi kereta dan membunuh seorang anak dengan menabraknya secara sengaja. Oleh karena itu, beliau harus membayar kembali kamma tersebut dengan cara terbunuh oleh sebuah mobil di kehidupan sekarang. Beliau telah mengatakan demikian selama beberapa tahun dan kemudian pada suatu hari beliau bersiap-siap untuk bepergian dari vihara. Ketika diingatkan bahwa keesokan harinya adalah hari di mana beliau diundang untuk upacara di sebuah rumah, jawabannya sederhana dan langsung, "Itu adalah hari yang tepat," tetapi tidak seorang pun mengerti apa maksudnya.

Pada hari upacara tersebut, beliau baru saja meninggalkan vihara ketika mobil yang beliau tumpangi terlibat dalam sebuah kecelakaan dan menghimpit tubuhnya sehingga menyebabkannya meninggal. Hanya beliau seorang saja yang meninggal sementara yang lainnya selamat. Beberapa hari setelah peristiwa itu, pada upacara pemakamannya, ditemukan bahwa tulangnya yang belum sepenuhnya dingin telah menjadi batu-batu berharga yang indah yang dikenal sebagai "relik", simbol yang menunjukkan bahwa beliau telah sepenuhnya terbebas dari semua kotoran batin. Bhikkhu yang patut dimuliakan ini bukan hanya menunjukkan kekuatan kamma bahwa setiap akibat akan kembali ke pelakunya walaupun Dhamma-nya telah dilatih hingga mencapai tingkat tertinggi. Beliau juga telah memberikan pemahaman bagi orang lain bahwa semua orang telah mengalami banyak kehidupan masa lampau.
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Yumi

32) Perbuatan Baik dan Buruk

Pada umumnya, kehidupan setiap orang tidak selalu lancar. Tidak ada kebahagiaan ataupun masalah yang abadi. Tidak ada yang mengalami keadaan baik saja atau buruk saja selama hidup. Setiap orang mengalami banyak hal baik dan buruk, yang membuat hidup terasa ringan, atau berat, dan orang-orang tidak dapat mengerti kenapa hal-hal buruk terjadi. Sebagian terlahir di keluarga kelas bawah, sangat miskin, dan namun tidak lama setelah kelahiran seorang anak kekayaan mendatangi keluarga itu, yang tidak disangka orang tuanya, dan memberi kesempatan untuk memulai dan menjalankan bisnis. Banyak orang mengatakan bahwa jasa-jasa kebajikan anak tersebut telah membuat orang tuanya kaya dan senang.

Jika ini tidak dipikirkan dengan bijaksana, ia akan hanya akan menjadi pembicaraan omong kosong tanpa dasar kebenaran. Baik pembicara dan pendengar tidak selalu memerhatikan fakta-fakta untuk dipertimbangkan dan disadari. Jika hal ini dengan serius dianggap sebagai akibat dari perbuatan dan juga sebagai kombinasi dengan akibat dari perbuatan-perbuatan kehidupan lampau mereka, maka akan lebih mudah untuk memercayai bahwa bayi tersebut adalah seorang yang penuh dengan jasa kebajikan yang terlahir di kehidupannya yang lampau. Kemunculan orang seperti itu selalu adalah memberikan kemajuan bagi lingkungannya karena ada jasa kebajikannya yang melindungi.

Seseorang mungkin mengalami penderitaan yang berbagai macam karena terlahir oleh kamma negatif tetapi jasa kebajikan yang dikumpulkannya mungkin cukup untuk mengurangi akibat buruk yang ada dan orang tua yang miskin pun terlindungi oleh jasa kebajikannya yang besar dan membebaskan mereka dari kemiskinan.

Seseorang dapat terlahir di sebuah keluarga yang miskin tapi memiliki jasa kebajikan yang akan matang menjadi kekayaan atau menyebabkan keadaan susah berakhir dengan segera. Jadi, ada anak-anak yang mempunyai jasa kebajikan yang menjadi anak dari orang tua yang miskin. Mungkin juga karena untuk membalas jasa karena mereka masih ada hubungan dekat satu sama lain. Kadang-kadang, setelah melahirkan, orang tua kandungnya mungkin mencoba untuk menolong anak tersebut agar bebas dari masalah dengan cara meninggalkannya di depan pintu orang kaya yang terkenal akan kebaikan dan kasihnya. Anak tersebut kemudian dijaga oleh jasa kebajikannya sendiri dan menikmati jasa kebajikannya. Akan tetapi, ada anak yang bukan hanya lahir di keluarga miskin tapi juga hidup dalam kesusahan karena mereka tidak mempunyai jasa kebajikan yang cukup dari kehidupan-kehidupan yang lampau untuk mengangkat mereka dan membebaskan mereka dari kesusahan hidup mereka. Kadang-kadang, anak-anak seperti itu yang ditinggalkan di tempat-tempat tertentu dengan harapan akan menikmati kehidupan yang bagus bisa saja tidak mempunyai jasa kebajikan yang cukup untuk menikmatinya.

Ada masa di mana harapan orang tua agar ada orang-orang berhati baik yang akan menerima anak mereka yang terlantar mungkin tidak dapat terwujud dan anak mereka pun mati di sana. Sungguh suatu hal yang buruk ketika tidak ada seorang pun yang berniat untuk membantu. Di samping itu, orang tua yang tertangkap akan dihukum berdasarkan pidana kriminal. Demikianlah kekuatan kamma yang sungguh dahsyat.


33) Orang Bijak Takut akan Hasil dari Kamma

Semua orang mempunyai banyak kehidupan lampau dan karena itu banyak perbuatan yang telah dilakukan dan potensi akibatnya menjadi terakumulasi, apakah yang baik maupun yang buruk. Di setiap kehidupan ada pengalaman baik dan buruk, kebahagiaan dan penderitaan. Seorang yang makmur seperti seorang milyuner adalah hasil dari kekuatan perbuatan baik seperti beramal dan membantu banyak orang di kehidupan-kehidupannya yang lampau. Ketika perbuatan buruk seperti penipuan, mengambil harta orang lain dan membuat onar di kehidupan lampau menghasilkan buah penderitaan dan itu lebih berkekuatan daripada kamma baiknya di kehidupan lampau, maka buah kamma buruknya akan mengurangi atau bahkan memotong buah kamma baiknya; sehingga akan mampu mengubah seorang milyuner menjadi seorang yang miskin, dan membuat seorang yang bahagia menjadi seorang yang hidupnya hanya dipenuhi masalah. Ini adalah kekuatan kamma!

Oleh karena itu, orang bijak lebih takut pada kamma daripada hal lainnya karena mereka tahu bahwa melakukan perbuatan jahat akan memberi akibat buruk ketika waktunya tiba, walau tidak ada perbuatan buruk yang dilakukan di kehidupan sekarang. Dengan demikian, orang-orang menjadi takut untuk menganjurkan pandangan salah. Pandangan salah adalah berpikir bahwa "melakukan hal yang baik tidak membawa berkah". Kebenaran bukan demikian, melainkan "melakukan hal yang baik selalu membawa berkah", dan "melakukan hal buruk akan membawa banyak penderitaan di masa depan".


34)  Tidak Ada yang Dapat Menghindari Hasil dari Kamma

Kehidupan kita sekarang ini mencapai paling tinggi sekitar 100 tahun. Semua orang telah banyak melakukan kamma. Kamma baik adalah dari perbuatan baik dan kamma buruk adalah perbuatan buruk. Ada begitu banyak hal yang diperbuat dalam satu kehidupan. Bagaimana dengan hasil kamma yang telah diperbuat di sekian banyak kehidupan?

Ketika kita berada di kehidupan sekarang, kita telah meninggalkan masa lalu dan banyak akibat kamma lampau yang telah ditinggalkan. Ada yang baik dan ada yang buruk, mereka tidaklah sama karena beberapa merupakan dari perbuatan yang lebih baik sementara beberapa adalah dari perbuatan yang lebih buruk.

Ada yang melakukan kebaikan dengan kehendak yang lemah sementara di sisi lain perbuatan buruk yang dilakukan kehendak yang lebih besar. Apa pun ceritanya, hasilnya akan mengikuti penyebabnya. Di kehidupan sekarang hal baik yang dirasakan jauh lebih sedikit dibandingkan dengan hal buruk yang muncul, dan kita bisa melihat banyak orang yang mengalami demikian.

Ketika hasil yang baik matang maka tidak ada siapa atau apa pun yang bisa menghentikan atau menghalanginya.

Jika kamma baiknya lebih berat daripada kamma buruknya, maka ketika ia matang kamma buruk yang lebih ringan tidak akan bisa menghalangi ataupun menghentikan buah kamma baik tersebut.
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Yumi

35) Menyadari Kehidupan Ini Sangat Pendek maka Janganlah Bersikap Acuh, namun Berusahalah untuk Melepaskan Diri dari Kamma

Kita menghabiskan sekitar setengah dari kehidupan kita untuk tidur dan sisanya kita menghabiskannya untuk menjalani hidup. Kita mengabaikannya ketika mendengar tentang sesuatu yang bagus, seperti ajaran tentang kamma, kita membiarkannya lewat dari pikiran kita.

Seorang yang bijak yang mempertimbangkan hal ini tidak akan tidak peduli dan menyadari bahwa masalah dapat datang dari banyak saat-saat yang penuh dengan ketidak pedulian. Juga ada bahaya yang akan datang dari perbuatan-perbuatan buruk yang dilakukan di begitu banyak kehidupan yang lampau.

Orang yang mengharapkan keuntungan materi di kehidupan sekarang tanpa memikirkan kebenaran menciptakan kesempatan besar bagi kamma buruk untuk matang. Dengan berbuat demikian berarti memberikan kesempatan bagi buah kamma buruk untuk menumpuk bersama dengan kamma-kamma buruk lainnya yang dilakukan di kehidupan lampau sehingga lebih mudah matang di kehidupan sekarang tanpa adanya kamma baik yang cukup sebagai penahan untuk melindungi atau menahan atau mengurangi efeknya.


36) Mempunyai Pikiran dengan Keyakinan yang Teguh terhadap Buddha

Ada banyak yang mengalami banyak hal-hal yang menyedihkan seperti hilangnya kesadaran dan menjadi gila, mulai dari kecelakaan serius yang membahayakan nyawa atau kehilangan semua anggota keluarga atau menjadi miskin, hidup dalam kesedihan, dll.

Hal-hal tersebut di atas adalah hasil dari perbuatan buruk dan mereka mampu menangkap orang-orang yang hidup dengan pikiran yang jahat dan melakukan kamma buruk, tetapi banyak pula yang tidak dapat menangkap seseorang yang dapat menghindari mereka dengan menggunakan seluruh kebijaksanaannya yang ada.

Kekuatan penting yang lain yang dapat membantu menghindarkan diri dari tangan kamma buruk yang berusaha mencengkeram kita adalah kekuatan di mana seseorang dapat dengan mudah menciptakan ingatan tentang Buddha dengan berpikir dan mengucapkan "Buddho" dan membuatnya selalu muncul di pikiran. Suaranya mencetuskan citra dan kualitas Sang Buddha. Demikianlah seharusnya sehingga suara tersebut senantiasa berada dalam pikiran kapanpun juga, siang dan malam. Baik mengalami kebahagiaan ataupun penderitaan ketika hidup, pada saat menjelang kematian biarlah pikiran terakhir kita menjadi suara "Buddho" ketika kita bersua dengan kematian.

Ketika buahnya matang, perbuatan baik dan buruk akan selalu memiliki suatu media atau instrumen untuk memengaruhi hasil dari kamma. Sebagai contoh, seorang yang mabuk mengemudi mobil, menabrak orang, yang menerima buah dari kamma-nya. Akibatnya mungkin adalah kematian atau luka serius yang menyebabkan cacat. Banyak uang yang harus dihabiskan untuk menyembuhkannya. Pengemudi mabuk adalah instrumen kamma, dan minuman keras adalah instrumen yang mendorong kamma menjadi efektif. Dengan kata lain, "menangkap kamma".

"Buddho" adalah suatu unsur kebaikan yang tertinggi dan sama dengan kekuatan pikiran yang kuat dari seorang hipnotis dan dapat menghipnosis si pengemudi mabuk untuk menghentikan mobilnya segera sebelum ia menghantam titik yang dituju oleh kamma.


37) Seseorang dengan Pandangan Benar Tidak Pernah Menolak Sesuatu yang Membawa pada Kebaikan

Suatu perbuatan jahat selalu memiliki pasangannya dan selalu digunakan dengan suatu makna negatif. Seseorang dengan pandangan benar tidak akan menolak prinsip tidak membalas dendam.

Seseorang memiliki dorongan untuk menyakiti karena ada suatu niat jahat yang aktif ataupun kedengkian terhadap orang lain. Namun bila dendam ditiadakan maka niat jahat pun tidak akan aktif dan kedengkian pun lenyap.

Seseorang dengan pandangan benar yang disertai dengan kebijaksanaan yang benar tidask akan menyerah pada dorongan apa pun untuk menyakiti orang meskipun orang tersebut bisa saja dulunya merupakan orang yang telah berlaku salah dan memiliki kedengkian yang amat kuat yang terbawa hingga ke kehidupan sekarang. Ia tidak akan ceroboh dalam tindakannya. Mereka bisa saja merupakan orang tua ataupun penolongnya di kehidupan-kehidupan lampaunya. Tidak ada keuntungan apa pun yang bisa diperoleh dari tindakan-tindakan yang tidak bijak.

Karena ada begitu banyaknya kehidupan masa lampau, maka perbuatan baik dan buruk sama-sama pernah dilakukan. Atas dasar alasan ini, orang-orang menyakiti satu sama lain tanpa terhitung banyaknya.

Dengan cara pikir yang sama, kita tahu bahwa ada begitu banyak kehidupan masa lampau yang tak terhitung jumlahnya dan oleh karena itu juga ada banyak orang tua kita di masa lampau yang tak terhitung jumlahnya dan kita tidak tahu siapa saja mereka. Meski demikian, kita seharusnya sadar bahwa mereka adalah ada. Mereka bisa saja merupakan orang yang berada di sekitar kita di kehidupan yang sama sekarang ini.


Bersambung...

_/\_ Semoga bermanfaat..
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

marcedes

Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!