News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu

Keunggulan agama Buddha

Started by dipasena, 14 July 2007, 09:42:28 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

dipasena

Quote from: Kelana on 15 July 2007, 11:40:54 PM
Quote from: dhanuttono on 14 July 2007, 03:01:57 PM
jika semua terpusat ke diri sendiri yg menentukan apakah perbuatan itu baik atau buruk/jahat, maka apa yg menjadi patokan/dasar bagi ia untuk memutuskan ?

Patokannya adalah ketika perbuatan kita tidak merugikan, tetapi bermanfaat, membawa kedamaian, kebahagiaan bagi diri kita dan juga pihak lain, cepat atau lambat, ini adalah perbuatan baik. Ini adalah patokan yang universal dari suatu perbuatan baik. Dan ini bukan monopoli siapapun, bukan monopoli Buddhis, Muslim, kr****n, Hindu, dll. Tidak berlaku hanya sekarang tapi dulu maupun yang akan datang, kapan pun dan dimana pun. Seorang atheis sekalipun ketika melakukan suatu perbuatan yang berpatokan pada patokan di atas, ia telah melakukan perbuatan baik.

Dan bukan bermaksud melebih-lebihkan, tapi memang faktanya, patokan yang bersifat universal ini terdapat (diajarkan)  dalam Buddhisme. Inilah keunggulan lain dari agama Buddha.


patokan yg bersifat universal itu yg seperti apa ?
misalkan nih ya, orang primitif di pedalaman kalimantan, membunuh suku asing/musuh merupakan hal yg baik dalam pengertian mereka (emang dah tradisi nya gitu), apakah hal baik menurut mereka bisa dimasukkan ke dalam kategori universal ?  ;D

atau mau dia suku apa, bangsa apa, agama apa, apa pun perbuatannya, jika salah tetap salah, jika benar tetap benar, kamma/karma berjalan ketika perbuatan itu dilakukan tanpa ada pengecualian, tidak ada kriteria khusus apa pun...

jika demikian tentunya kita (diri sendiri) harus mengetahui apa batasan baik dan buruk atas suatu perbuatan tersebut, itulah yg saya tanyakan, jika berpusat pada diri sendiri, bagaimana diri sendiri sebagai individu tersebut, memutuskan perbuatan itu baik atau buruk (terlepas pada ajaran agama) ? misalkan didunia ini tidak ada ajaran agama, bagaimana manusia itu bisa menentukan hal baik dan buruk ? apakah cuma menggunakan batas pikiran dan perasaan, jika dasarnya itu, maka dunia ini bisa ka chow  :whistle:

Kelana

#16
Quote from: dhanuttono on 16 July 2007, 10:52:19 AM
patokan yg bersifat universal itu yg seperti apa ?
misalkan nih ya, orang primitif di pedalaman kalimantan, membunuh suku asing/musuh merupakan hal yg baik dalam pengertian mereka (emang dah tradisi nya gitu), apakah hal baik menurut mereka bisa dimasukkan ke dalam kategori universal ?  ;D

atau mau dia suku apa, bangsa apa, agama apa, apa pun perbuatannya, jika salah tetap salah, jika benar tetap benar, kamma/karma berjalan ketika perbuatan itu dilakukan tanpa ada pengecualian, tidak ada kriteria khusus apa pun...

jika demikian tentunya kita (diri sendiri) harus mengetahui apa batasan baik dan buruk atas suatu perbuatan tersebut, itulah yg saya tanyakan, jika berpusat pada diri sendiri, bagaimana diri sendiri sebagai individu tersebut, memutuskan perbuatan itu baik atau buruk (terlepas pada ajaran agama) ? misalkan didunia ini tidak ada ajaran agama, bagaimana manusia itu bisa menentukan hal baik dan buruk ? apakah cuma menggunakan batas pikiran dan perasaan, jika dasarnya itu, maka dunia ini bisa ka chow  :whistle:

Patokannya sudah saya sampaikan, Sdr. Dhanuttono. Patokannya adalah ketika perbuatan kita tidak merugikan, tetapi bermanfaat, membawa kedamaian, kebahagiaan bagi diri kita dan juga pihak lain, cepat atau lambat, ini patokan suatu perbuatan disebut sebagai perbuatan baik.
GKBU

_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Litar

Patokan atau standar itu memang sulit ditetapkan karena tergantung dari sudtu pandang, budaya serta kebiasaan lingkungan setempat. Free Sex, Suku Pedalaman adalah salah satu contohnya. Untuk itulah kita mempelajari agama Buddha agar dapat mengerti tentang kelahiran kembali sehingga kita dapat menentukan setidaknya mengkondisikan dimana kita akan lahir berikutnya. Semoga saja tdk terlahir di pedalaman atau negera yg terlalu bebas sehingga terhindar dari perbuatan yg menurut Buddhisme itu tdk/kurang baik. Semoga dng mempelajari dan mempraktekan Buddhisme kita dpt terlahir di tempat yg sesuai, karena hal tersebut merupakan salah satu berkah utama.
_/\_

Salam

dipasena

Quote from: Litar on 18 July 2007, 11:26:14 AM
Patokan atau standar itu memang sulit ditetapkan karena tergantung dari sudtu pandang, budaya serta kebiasaan lingkungan setempat. Free Sex, Suku Pedalaman adalah salah satu contohnya. Untuk itulah kita mempelajari agama Buddha agar dapat mengerti tentang kelahiran kembali sehingga kita dapat menentukan setidaknya mengkondisikan dimana kita akan lahir berikutnya. Semoga saja tdk terlahir di pedalaman atau negera yg terlalu bebas sehingga terhindar dari perbuatan yg menurut Buddhisme itu tdk/kurang baik. Semoga dng mempelajari dan mempraktekan Buddhisme kita dpt terlahir di tempat yg sesuai, karena hal tersebut merupakan salah satu berkah utama.
_/\_



pertanyaannya :
bagaimana jika kita terlahirkan tidak mengenal Buddhism (mengenal agama lain/ditempat yg tidak mengenal agama) ?
bagaimana jika kita terlahirkan pada saat Buddhism tidak ada di dunia ini (lenyap/blm ditemukan) ?

jika patokan kita hanya berdasarkan apa yg kita lakukan, itu mempunyai standar yg berbeda, membunuh mungkin jelek bagi kita tapi belum tentu bagi orang lain, free sex mungkin jelek bagi kita tapi belum tentu bagi orang lain... apalagi jika orang itu tidak mengenal agama.

jika tidak ada yg bisa dijadikan patokan, maka manusia bisa melakukan perbuatan bajik hanya jika di dunia muncul Samma Sambuddha yg mengajarkan Dhamma, minimal adanya ajaran agama (bukan Dhamma murni seperti yg ditemukan oleh seorang Samma Sambuddha) yg mengajarkan hal baik dan buruk.

Sumedho

Jika terlahir tidak mengenal buddhism atau tidak ada buddhism yah gimana yah.... palingan akan ikut standar ajaran saat itu atau kalau sudah kuat tentu akan menjalankan sesuai keyakinannya.

Membunuh sih akan tetap tidak baik sepertinya, kita senang ada mahluk lain yg menderita.
Kalau freesex ini agak berbeda. Selama tidak ada ikatan dan tidak ada yang terlukai/menderita (Termasuk diri sendiri) maka harusnya sih tidak apa2x, tetapi ini mengumbar keserakahan dan tidak membawa pada kemajuan batin.

Walaupun tidak ada sammasambuddha tetap ada pacekka Buddha yang muncul koq. Pacekka Bddha tentu telah merealisasi Dhamma sama bagusnya dengan samma sambuddha atau arahat lain, bedanya tidak bisa mengajarkan..
There is no place like 127.0.0.1

dipasena

Quote from: Sumedho on 18 July 2007, 11:33:00 PM
Jika terlahir tidak mengenal buddhism atau tidak ada buddhism yah gimana yah.... palingan akan ikut standar ajaran saat itu atau kalau sudah kuat tentu akan menjalankan sesuai keyakinannya.

Walaupun tidak ada sammasambuddha tetap ada pacekka Buddha yang muncul koq. Pacekka Bddha tentu telah merealisasi Dhamma sama bagusnya dengan samma sambuddha atau arahat lain, bedanya tidak bisa mengajarkan..


di dalam Buddhism jg pernah disebutkan bahwa sangat jarang/langka kemunculan seorang Samma Sambuddha apalagi bisa terlahir dijaman adanya Buddha atau terlahir di masa Buddha Dhamma masih dilestarikan. di dalam Buddhism jg disebutkan tata surya ini sangat luas, nah jika kita terlahir di mana tidak ada buddhism atau tidak mengenal Buddhism dan tidak ada ajaran agama lain bagaimana ? contohnya suatu ketika dimana manusia dibumi ini melupakan Dhamma dan ajaran agama hilang, manusia tidak bermoral dan saling membunuh (perang). jika kita terlahir pada jaman itu berarti apes...  :P kesempatan nanam kamma buruk berarti  ???

maksud saya, jika kita terlahir di kondisi seperti itu, apakah kita masih bisa berbuat kebajikan walau Dhamma (ajaran kebajikan) tersebut tidak ada ?  :-? ga bs kita bayangkan yah...


Quote from: Sumedho on 18 July 2007, 11:33:00 PM

Membunuh sih akan tetap tidak baik sepertinya, kita senang ada mahluk lain yg menderita.


kalo di suku primitif ? suku dayak di pedalaman kalimantan, mereka membunuh tidak memikir penderitaan yg dihadapi orang lain, tapi ia merasa senang dan bangga karena telah menjadi pahlawan (saya pernah denger dr teman yg keturunan suku dayak, kepala musuh digantung di atas pintu, sebagai tanda kemenangan/kehebatan seseorang) mereka tidak mengenal agama seperti manusia di kota

Sumedho

Quote from: dhanuttono on 18 July 2007, 11:54:41 PM
di dalam Buddhism jg pernah disebutkan bahwa sangat jarang/langka kemunculan seorang Samma Sambuddha apalagi bisa terlahir dijaman adanya Buddha atau terlahir di masa Buddha Dhamma masih dilestarikan. di dalam Buddhism jg disebutkan tata surya ini sangat luas, nah jika kita terlahir di mana tidak ada buddhism atau tidak mengenal Buddhism dan tidak ada ajaran agama lain bagaimana ? contohnya suatu ketika dimana manusia dibumi ini melupakan Dhamma dan ajaran agama hilang, manusia tidak bermoral dan saling membunuh (perang). jika kita terlahir pada jaman itu berarti apes...  :P kesempatan nanam kamma buruk berarti  ???

maksud saya, jika kita terlahir di kondisi seperti itu, apakah kita masih bisa berbuat kebajikan walau Dhamma (ajaran kebajikan) tersebut tidak ada ?  :-? ga bs kita bayangkan yah...

Quote from: Sumedho on 18 July 2007, 11:33:00 PM

Membunuh sih akan tetap tidak baik sepertinya, kita senang ada mahluk lain yg menderita.


kalo di suku primitif ? suku dayak di pedalaman kalimantan, mereka membunuh tidak memikir penderitaan yg dihadapi orang lain, tapi ia merasa senang dan bangga karena telah menjadi pahlawan (saya pernah denger dr teman yg keturunan suku dayak, kepala musuh digantung di atas pintu, sebagai tanda kemenangan/kehebatan seseorang) mereka tidak mengenal agama seperti manusia di kota


Berbuat baik itu tidak harus ada Dhamma yg dibabarkan oleh Sang Buddha koq. Contoh, seorang ibu tanpa mengenal atau ada Dhamma tetap bisa berbuat kebajikan dengan menjaga dan membesarkan si anak.

Tentang ada yang menderita, sepertinya kurang tanda koma jadi beda arti :)

Membunuh sih akan tetap tidak baik sepertinya, kita senang, (tetapi) ada mahluk lain yg menderita.

There is no place like 127.0.0.1

Hendra Susanto

Quote from: dhanuttono on 16 July 2007, 10:42:34 AM
Quote from: hendra_susanto on 15 July 2007, 03:25:07 PM
Quote from: dhanuttono on 14 July 2007, 09:42:28 AM
mau tanya nih, apa yg menjadi keunggulan ajaran Buddha ?


bebas n kreatif...

terlalu abstrak nih, bebas yg seperti apa ? kreatif yg bagaimana ? ;D
sebebas-bebasnya saya berbuat ? apakah ada patokan atas kata bebas dan kreatif ?
jika bebas untuk apa beberapa peraturan di terapkan di dalam Buddhism ?  :whistle:

_/\_

arti bebas n kreatif tiap org beda2.. jd bebas sebebas2nya yg u mao kreatif sekreatif2nya yg u bs
_/\_

Upaseno

Melihat judul ini, sangat interesting.

Keunggulan agama Buddha--mengapa harus diunggul-unggulkan?  Padahal banyak Dhamma juga di agama lain.  Semakin kita bangga dengan agama Buddha, apa tidak akan menambah keserakahan, kebencian dan kebodohan?  Apalagi kalau sudah percaya buta dengan agama Buddha, apa tidak akan menjadi Pandangan Salah? 

Sang Buddha juga pernah mengajarkan kita untuk tidak merasa lebih rendah daripada orang lain, sama dengan orang lain dan lebih tinggi daripada orang lain.

FZ

Quote from: Upaseno on 25 July 2007, 12:42:52 PM
Melihat judul ini, sangat interesting.

Keunggulan agama Buddha--mengapa harus diunggul-unggulkan?  Padahal banyak Dhamma juga di agama lain.  Semakin kita bangga dengan agama Buddha, apa tidak akan menambah keserakahan, kebencian dan kebodohan?  Apalagi kalau sudah percaya buta dengan agama Buddha, apa tidak akan menjadi Pandangan Salah? 

Sang Buddha juga pernah mengajarkan kita untuk tidak merasa lebih rendah daripada orang lain, sama dengan orang lain dan lebih tinggi daripada orang lain.

Intinya kembali ke Jalan Tengah..

Senar terlalu kendor atau terlalu tegang tidak akan menghasilkan bunyi yang indah..

davit_c

Sepertinya semakin bangga dengan agama Buddha, secara tidak langsung menimbulkan kemelekatan juga...

Bagi saya, kecocokan cara berpikir saya dengan prinsip2 Buddhism yang memandang segala sesuatu apa adanya, yg membuat saya menyukai Buddhism...

Kokuzo

betul... semakin saya melihat kebenaran dalam Buddhisme, semakin rendah saya memandang agama lain... duh, harus berubah ini... ga boleh gitu...  #-o

Muten Roshi

seharusnya semakin melihat kebenaran dalah Buddhisme semakin toleransi dan melihat di dalam agama lain juga mengandung nilai-nilai kebenaran, bukannya karena beragama Buddha lalu menjadi semakin sombong dan sok suci.
kalau sudah begini ini apa bedanya dengan agama lain yang menganggap kalau tidak menyembah mr. X, tidak ikut Mr. X maka masuk neraka panas
[url="http://en.wikipedia.org/wiki/Muten-R%C3%B4shi"]http://en.wikipedia.org/wiki/Muten-R%C3%B4shi[/url]

Kokuzo

bukan"... maksud saya bukan begitu... bukan sombong dan sok suci... gw sama sekali jauh dari suci, gw sadar itu... kalo lo ketemu gw, liat gaya gw, cara ngomong, tingkah laku, ga kan nyangka gw Buddhis  :P
maksudnya adalah kalo liat orang dari agama lain yang fanatik abis, gw suka sebel... gembar gembor agama penuh cinta kasih tapi isi kitabnya memperbolehkan pembunuhan dan pembantaian semua... kalo dianya biasa aja seh kaga... nyang panatik ini neh... apalagi yang ngajak" masuk agama...  (:$

Muten Roshi

rasanya keunggulan agama Buddha sih ada 1 hal :
agama Buddha MENJANJIKAN kita untuk mengetahui segala sesuatu, menjadi TUHAN MAHA TAHU,
agama Lain TIDAK MUNGKIN MENJADI TUHAN MAHA TAHU, menyamai TUHAN itu DOSA...

sedangkan kalau ditinjau dari sisi iman dan logika, maka agama Buddha adalah sama dengan agama Lain, tiada bedanya.
[url="http://en.wikipedia.org/wiki/Muten-R%C3%B4shi"]http://en.wikipedia.org/wiki/Muten-R%C3%B4shi[/url]