Silakan, yg jelas memang saya juga belum mencapai kesempurnaan, tapi yg jelas saya berusaha tidak memandang sesuatu itu dari segi munafik atau tidak. Pertama-tama, munafik itu tidak ada dalam kamus Buddhisme. Sang Buddha sendiri tidak pernah membuat kosa kata padanan dg kata munafik.
Terlebih sebelumnya saya sudah menulis saya sendiri tidak dapat memberi kriteria Dhamma yg benar menurut saya, tampaknya memang Anda lebih senang berkutat dalam argumen2 fallacy bernada 'ad hominem' dalam diskusi Aa..
Alih2 drpd memberi kriteria menurut saya, saya memberi kriteria Dhamma yg ideal menurut Sang Guru sbg pembelajaran dan penyempurnaan bagi kita. Mengapa Anda menolak kata2 Sang Guru dg perkataan yg sebenarnya tidak perlu Anda tulis?
Memang tidak penting menurut saya, tapi saya tau saya punya andil. Jika sesuatu yg tidak penting ini saya lewatkan begitu saja, tulisan yg tidak penting ini gampang sekali memancing dan menggiring opini orang2 yg tidak tahu. Jadi saya usahakan utk memberi tahu. Jika setelahnya Anda tidak menerima itu terserah pada Anda. Yg jelas saya beritikad baik dan tidak menyerang Anda. Terlebih meski Anda menulis ini dg judul 'cuap-cuap Aa'Tono', topik ini masih relevan utk saya tulis,bahas&balas karena ada dlm forum umum. Berbeda jika ini di forum milik Anda, atau blog Anda sendiri dan sejenisnya yg memang Anda berhak dan memiliki otoritas.
Ketidaksempurnaan yg ada seharusnya dijadikan cambuk bg diri kita utk terus menyempurnakan. Masalah mengomentari pihak sana, haruskah saya lakukan di depan Anda utk memberi bahan bakar bagi ego Anda? Saya memiliki sikap dan alasan saya sendiri dalam melakukannya.
Yg jelas saya tidak menjelekkan pihak sana di depan pihak sini.
Dan tidak pula menjelekkan pihak sini di depan pihak sana.
Yg saya lakukan adl memberi pandangan yg berimbang mengenai pihak sini di depan pihak sana.
Dan sebaliknya memberi pandangan berimbang mengenai pihak sana di depan pihak sini.
Dan saya tidak mendukung pula tindakan 'menampar anak 2x utk 1x kesalahannya.'
Dalam berdiskusi, simpelnya adalah saya bertanya, Anda menjawab. Seperti itulah seharusnya sebuah diskusi. Bukannya menjawab, Anda malah berputar-putar dan melempar ke pihak lain, PH, yg notabene tidak turut dlm diskusi ini. Cari di wikipedia.org mengenai fallacy, argumentum ad hominem. Dan bila perlu yg lebih lengkapnya di fallacyfiles.org.
Dan dalam 3 Sutta di Anguttara Nikaya 3.67, 10.69 dan 10.70 Kathavatthu Sutta, ada dijelaskan oleh Sang Guru mengenai topik diskusi dan cara berdiskusi yg baik dan benar.
Yu belajar dulu rambu2, syarat dan prasyarat mengenai diskusi yg membawa keuntungan utk diri kita dan orang lain. Tentunya termasuk pengembangan samma-vaca sbg salah 1 unsur dalam JMB8 yg sering Aa ungkit2 dlm berbagai kesempatan, terutama dg yg tidak menganggap JMB8.
Saya rasa cukup sekian deh diskusi ini. Saya tidak melihat keuntungan lebih jauh utk 'muter-muter'.
Mettacittena