Merespon Pertanyaan Rekan-rekan

Started by K.K., 18 June 2009, 10:16:52 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

sanjiva

Quote from: Indra on 02 April 2013, 10:29:50 AM
gue juga pernah mengalami peristiwa serupa, suatu malam, gue kehilangan kunci mobil di rumah, cari2 di seluruh penjuru rumah tidak ketemu, akhirnya saya putuskan untuk mandi dulu dan siap2 untuk berangkat naik taxi. tapi setelah selesai mandi dan berpakaian, kunci mobil entah bagaimana seperti muncul sendiri di atas meja

kesimpulan: mandi juga bisa menemukan barang hilang.

Kesaktian dewa memang tiada batas  ^:)^ ^:)^
«   Ignorance is bliss, but the truth will set you free   »

Sunyata

Quote from: Kainyn_Kutho on 02 April 2013, 11:19:12 AM
Sebetulnya hukum kamma bukan hukum sebab-akibat secara umum kita ketahui, misalnya karena makan, berakibat kenyang. Pakai helm, kalo jatuh melindungi kepala; sakit makan obat sembuh; semua itu hukum alam. Hukum kamma membahas akibat dari perbuatan baik/buruk yang menghasilkan kebahagiaan/penderitaan.

Prosesnya hukum kamma itu juga tidak terlepas dari hukum-hukum yang lainnya, maka apakah satu kejadian murni karena hukum alam ataukah ada hukum kamma berperan di sana juga sulit diketahui. Jadi hukum kamma ini sebetulnya adalah konsep untuk menjelaskan bahwa yang terjadi pada makhluk bukanlah 'random event' juga bukan 'tersurat oleh sosok adikuasa', namun adalah akibat dari perbuatannya sendiri di masa lampau.



Di mana saya bisa membaca tentang hukum alam ini di sutta, om? (maaf kalau sutta-minded)

K.K.

Quote from: Sunyata on 02 April 2013, 03:03:32 PM
Di mana saya bisa membaca tentang hukum alam ini di sutta, om? (maaf kalau sutta-minded)
Kalau di sutta, tidak ada, tapi bisa ditemukan di Abhidhamma, dan kitab komentar.

Untuk fisika, biologi, dsb, juga bisa ditemukan di pelajaran dan pembahasan sains, tentunya ;D

sanjiva

Quote from: Kainyn_Kutho on 02 April 2013, 03:21:31 PM
Kalau di sutta, tidak ada, tapi bisa ditemukan di Abhidhamma, dan kitab komentar.

Kitab komentarnya pasti kitab komentar abhidhamma.  ::)

Karena di sutta kan tidak ada, mana mungkin sutta yang tidak ada bisa ada kitab komentarnya.

Sayang sekali katanya (according to some scholars and several topics in DC forum), abhidhamma itu adalah merupakan tambahan belakangan di Konsili ke-4, bukan ajaran langsung dari Sang Buddha.  :whistle:
«   Ignorance is bliss, but the truth will set you free   »

M14ka

Quote from: sanjiva on 02 April 2013, 05:39:51 PM
Kitab komentarnya pasti kitab komentar abhidhamma.  ::)

Karena di sutta kan tidak ada, mana mungkin sutta yang tidak ada bisa ada kitab komentarnya.

Sayang sekali katanya (according to some scholars and several topics in DC forum), abhidhamma itu adalah merupakan tambahan belakangan di Konsili ke-4, bukan ajaran langsung dari Sang Buddha.  :whistle:

Kayanya di kitab komentar digha nikaya. Di bhagavant.com ad tulis.

Sunyata

Quote from: Kainyn_Kutho on 02 April 2013, 03:21:31 PM
Kalau di sutta, tidak ada, tapi bisa ditemukan di Abhidhamma, dan kitab komentar.

Untuk fisika, biologi, dsb, juga bisa ditemukan di pelajaran dan pembahasan sains, tentunya ;D
Ok, jadi hukum alam seperti itu tidak ada di sutta. Pertanyaan lain, apakah benar sesuai postingan om, kalau hukum kamma hanya membahas akibat dari perbuatan baik atau buruk, bukan yg lain. Apa ada di sutta? Jadi bagaimana dengan perbuatan netral? Lalu bukankah memakai helm, makan, dan minum obat juga termasuk perbuatan? Mohon pencerahannya.

sanjiva

Quote from: M14ka on 02 April 2013, 06:00:48 PM
Kayanya di kitab komentar digha nikaya. Di bhagavant.com ad tulis.

Digha Nikaya termasuk sutta, jadi yang benar ada di sutta atau tidak ada di sutta?
«   Ignorance is bliss, but the truth will set you free   »

seniya

Soal Dhammaniyama memang dari komentar Digha Nikaya sewaktu Buddhaghosa menjelaskan ttg Dhammata dr Mahapadana Sutta. Jd bukan sutta...
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

K.K.

Quote from: sanjiva on 02 April 2013, 05:39:51 PM
Kitab komentarnya pasti kitab komentar abhidhamma.  ::)

Karena di sutta kan tidak ada, mana mungkin sutta yang tidak ada bisa ada kitab komentarnya.

Sayang sekali katanya (according to some scholars and several topics in DC forum), abhidhamma itu adalah merupakan tambahan belakangan di Konsili ke-4, bukan ajaran langsung dari Sang Buddha.  :whistle:
Seperti dikatakan terwelu, ada juga di komentar DN.

Abhidhamma dan kitab komentar memang tambahan belakangan, tapi kita juga sebaiknya jangan secara membuta menolak bahwa itu tidak sesuai dengan Ajaran Buddha. Seringkali komentar dan Abhidhamma menjelaskan konteks dan latar belakang dibabarkannya suatu sutta, juga menjelaskan istilah-istilah yang dipahami umum pada saat itu, namun tidak umum pada masa sekarang.

Misalnya di pembahasan lalu tentang bola api, banyak orang masih bingung karena penggunaan istilah unsur-unsur dalam sutta yang berbeda pemahaman unsur modern. Pengertiannya ditemukan di komentar Abhidhamma.

Contoh lain pentingnya kitab komentar seperti ketika membaca dhammapada 294: "Setelah membunuh ibu, ayah, dan dua raja; menghancurkan kerajaan dengan para pejabatnya, sang brahmana bebas dari dukkha."


morpheus

Quote from: Kainyn_Kutho on 03 April 2013, 08:55:19 AM
Abhidhamma dan kitab komentar memang tambahan belakangan, tapi kita juga sebaiknya jangan secara membuta menolak bahwa itu tidak sesuai dengan Ajaran Buddha. Seringkali komentar dan Abhidhamma menjelaskan konteks dan latar belakang dibabarkannya suatu sutta, juga menjelaskan istilah-istilah yang dipahami umum pada saat itu, namun tidak umum pada masa sekarang.
betul.
imo, sikap yang tepat adalah jangan membuta menolak dan juga jangan membuta menerima.
dikunyah pelan2, dicerna, dibandingkan dan diteliti baik2...
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

sanjiva

Quote from: Kainyn_Kutho on 03 April 2013, 08:55:19 AM
Seperti dikatakan terwelu, ada juga di komentar DN.

Abhidhamma dan kitab komentar memang tambahan belakangan, tapi kita juga sebaiknya jangan secara membuta menolak bahwa itu tidak sesuai dengan Ajaran Buddha. Seringkali komentar dan Abhidhamma menjelaskan konteks dan latar belakang dibabarkannya suatu sutta, juga menjelaskan istilah-istilah yang dipahami umum pada saat itu, namun tidak umum pada masa sekarang.

Kebetulan gw sendiri termasuk orang yang berpendapat bahwa Abhidhamma adalah ajaran langsung dari Sang Buddha yang diajarkan secara ringkas tak terputus waktu Sang Buddha bervassa di surga Tavatimsa. Dan kemudian mulai menjadi terperinci dan lebih detail setelah diturunkan ke bhante Sariputta dan murid2nya.  Makanya isinya nyambung sekali tetapi lebih detail dan teknis ketimbang sutta dan komentarnya.
«   Ignorance is bliss, but the truth will set you free   »

Indra

Quote from: morpheus on 03 April 2013, 09:19:59 AM
betul.
imo, sikap yang tepat adalah jangan membuta menolak dan juga jangan membuta menerima.
dikunyah pelan2, dicerna, dibandingkan dan diteliti baik2...


setuju, saya sendiri hanya menerima jika selaras dengan Nikaya, dan hanya menolak jika bertentangan dengan Nikaya. Jika bukan selaras dan bukan bertentangan, yaitu sutta tidak menjelaskan komentar atau komentar tidak menjelaskan Nikaya. maka sikap saya adalah bukan menerima juga bukan menolak.

Indra

Quote from: sanjiva on 03 April 2013, 09:30:06 AM
Kebetulan gw sendiri termasuk orang yang berpendapat bahwa Abhidhamma adalah ajaran langsung dari Sang Buddha yang diajarkan secara ringkas tak terputus waktu Sang Buddha bervassa di surga Tavatimsa. Dan kemudian mulai menjadi terperinci dan lebih detail setelah diturunkan ke bhante Sariputta dan murid2nya.  Makanya isinya nyambung sekali tetapi lebih detail dan teknis ketimbang sutta dan komentarnya.

di mana tercatat bahwa Sang Buddha bervassa di surga Tavatimsa? apakah tidak mengherankan bahwa event penting ini tidak tercatat dalam nikaya-nikaya?

K.K.

Quote from: Sunyata on 02 April 2013, 06:38:39 PM
Ok, jadi hukum alam seperti itu tidak ada di sutta.
Iya, tidak ada pembahasannya di sutta.

QuotePertanyaan lain, apakah benar sesuai postingan om, kalau hukum kamma hanya membahas akibat dari perbuatan baik atau buruk, bukan yg lain. Apa ada di sutta?
Sejauh yang saya ketahui, pembahasan kamma selalu dalam konteks perbuatan (lewat pikiran, ucapan, dan jasmani) dan akibat dari perbuatan (yang berupa perasaan [menyakitkan, netral, menyenangkan] di masa depan [dalam kehidupan sama, kehidupan setelah kehidupan ini, atau kehidupan berikut2nya]).


QuoteJadi bagaimana dengan perbuatan netral? Lalu bukankah memakai helm, makan, dan minum obat juga termasuk perbuatan? Mohon pencerahannya.
Dalam konteks kamma, batasannya adalah perbuatan yang berkenaan dengan moralitas. Jika tidak ada relevansinya, maka itu tidak dibahas.

K.K.

Quote from: sanjiva on 03 April 2013, 09:30:06 AM
Kebetulan gw sendiri termasuk orang yang berpendapat bahwa Abhidhamma adalah ajaran langsung dari Sang Buddha yang diajarkan secara ringkas tak terputus waktu Sang Buddha bervassa di surga Tavatimsa. Dan kemudian mulai menjadi terperinci dan lebih detail setelah diturunkan ke bhante Sariputta dan murid2nya.  Makanya isinya nyambung sekali tetapi lebih detail dan teknis ketimbang sutta dan komentarnya.

Kalau soal apakah Abhidhamma diajarkan di Tavatimsa atau tidak, ini adalah hal sulit. Tapi kalau mau ditelaah lebih jauh, kita bisa melihat dari sudut pandang sejarah bagaimana munculnya 'Abhidhamma'. Mengapakah sekte-sekte awal ada yang menolak abhidharma, dan mengapakah abhidharma antara sekte abhidharmika pun bisa berbeda, sementara semua sekte awal menerima 4 Nikaya secara serempak? 

Ini adalah pembahasan ke Buddhisme Awal pra sektarian, yang cukup rumit dan sangat mengguncang iman (yang kendatipun diklaim tidak ada dalam agama Buddha, nyatanya sangat sarat di kalangan Buddhis). Kalau tertarik, marilah kita bahas.