Saya ingin melanjutkan diskusi tentang
Saddhā : Fanatisme Dalam Eufemisme? di sini dengan Bro Kainyn_Kutho...
Ya, memang jelas Sariputta di sini memiliki kekaguman dan keyakinan terhadap Assaji. Nah, yang jadi pertanyaan adalah:
Bila seseorang memiliki kebijaksanaan yang cukup, mendengarkan dhamma dari orang yang tidak ia kagumi atau anggap sebagai guru ataupun superior, akankah dhamma itu memberi manfaat baginya?
Seseorang yang memiliki kebijaksanaan yang cukup, bila mendengarkan Dhamma dari orang yang tidak ia kagumi atau anggap sebagai guru ataupun superior, sebenarnya bisa memetik manfaat dari Dhamma itu bagi dirinya.
Jangan disalah-artikan pernyataan saya sebagai "para ariya belum tentu punya Saddha". Siapa pun yang sudah merealisasikan dhamma, sudah pasti memiliki Saddha minimal kepada dhamma. Dengan begitu, secara tidak langsung, ia akan memiliki Saddha kepada "pembabar dhamma" (Buddha) dan "rekan lain yang juga merealisasi" (Sangha), JIKA ia cukup beruntung menemukannya.
Saya ibaratkan bahwa saya seorang dari masyarakat yang terisolasi, sedang mencari jawaban atas pergerakan benda. Lalu entah bagaimana ada kertas yang terbang nyasar entah dari mana, yang isinya hukum Newton, "mendarat" dekat saya. Kemudian, saya mengikuti teori di kertas itu dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari dan berhasil. Dengan begitu, saya punya keyakinan bahwa "kertas" itu mengandung kebenaran. Dengan sendirinya, secara tidak langsung keyakinan bahwa "ada guru yang mengajarkan hal itu" atau "ada orang lain yang juga mengerti", timbul di pikiran.
Pertanyaan saya sederhana. Apakah kalau saya tidak tahu siapa itu Newton, tidak percaya ia adalah fisikawan besar, maka saya tidak bisa mengerti teorinya?
Baik sekali. Kali ini akan saya perjelas...
Saddha diartikan sebagai kepercayaan. Dalam Buddhisme, saddha (kepercayaan) ini adalah percaya setelah mempraktikkan; atau percaya setelah melihat dan mengalaminya sendiri. Karena itu, kontekstual saddha dengan sendirinya akan beridiri dalam pilar-pilarnya masing-masing; antara Sammasambuddha, Pacceka Buddha dan Savaka Buddha.
Dalam kontekstual Sammasambuddha dan Pacceka Buddha, saddha yang berkembang adalah saddha (kepercayaan) pada Dhamma. Karena 2 tipe Buddha ini adalah tipe otodidak; yakni menembus Dhamma (Kebenaran) dengan usaha sendiri.
Sedangkan dalam kontekstual Savaka Buddha, saddha yang berkembang adalah saddha (kepercayaan) pada Buddha, Dhamma dan Sangha. Karena tipe Buddha ini adalah tipe pelajar; yakni menembus Dhamma (Kebenaran) dengan mendapat instruksi maupun mempelajari ajaran dari "sang penemu" (Sammasambuddha).
Kembali ke pertanyaan Anda, maka jawabannya adalah...
Jika Anda tidak mengenal siapa itu Isaac Newton, tidak pula percaya bahwa ia adalah Fisikawan besar, sebenarnya Anda bisa memahami teorinya.
Memang betul tidak ada harga mati. Maka dalam debat delapan bulan lalu itu, saya katakan bahwa ada orang terbebaskan oleh Saddha (seperti Thera Vakkali, Kali Kururagharika, Theri Sigalamata, dll), dan ada yang terbebaskan dengan kebijaksanaan (seperti Thera Sariputta, Theri Kisa Gotami, dll).
Lebih jauh lagi saya katakan bahwa seorang Sotapanna dengan sendirinya memiliki Saddha tak tergoyahkan terhadap Buddha, Dhamma, dan Sangha, namun keyakinan tidak tergoyahkan terhadap Buddha, Dhamma, dan Sangha, BUKAN suatu syarat yang menjadikan seorang Sotapanna. Keyakinan tak tergoyahkan dari putthujjana demikian, hanyalah wujud fanatisme, baik kasar maupun halus.
Kalau dalam analogi di atas, keyakinan tak tergoyahkan bahwa kertas itu dikirim oleh guru atau bahkan dewa, tidak menjadikan saya mengerti hukum Newton yang tertera. Namun setelah mengerti arti kertas itu, maka bagaimanakah mungkin orang bisa menggoyahkan keyakinan saya bahwa yang tertulis memang benar?
Saya sependapat dengan Anda. Saddha pada hakikatnya adalah kepercayaan setelah mengalami kebenaran dari praktik Dhamma. Oleh karena itu, jika putthujjana percaya akan adanya 31 Alam Kehidupan namun belum melihatnya sendiri, itu namanya bukan saddha. Lebih tepatnya itu adalah wujud dari kepercayaan awam.
Benar. Setelah Anda mengerti arti dari secarik kertas itu, seharusnya keyakinan Anda pada ajaran Isaac Newton tidak lagi bisa digoyahkan. Namun... meski Anda tidak mengenal siapa itu Isaac Newton dan tidak pula mengenal fisikawan lainnya yang sudah mengerti ajarannya, Anda bukanlah tipe otodidak. Anda hanyalah seorang fisikawan tipe pelajar. Dan karena Anda adalah seorang tipe pelajar, secara tidak langsung Anda turut mengembangkan keyakinan pada Isaac Newton (guru) dan fisikawan lain (rekan lain yang sudah mengerti).
Ini yang perlu diingat. Ketika kita berdiri di atas pilar sebagai pelajar / murid, maka dalam proses pembelajaran sampai penembusan Dhamma, saddha pada Buddha, Dhamma dan Sangha akan berkembang dengan sendirinya.