Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.

Started by bond, 08 June 2009, 01:34:35 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 2 Guests are viewing this topic.

morpheus

Quote from: tesla on 20 January 2011, 04:33:04 PM
menambahkan dari sudut pandang berbeda ya :)

dan bagi bhikkhu2 yg benar2 menjalani kehidupan suci, meski ada rekening atas namanya ia tidak memiliki rekening tsb, sementara yg lain dapat memiliki rekening atas nama orang lain. jd yg tau hanya diri sendiri (bhikkhu ybs). ini bukan pembenaran ya... jgn disalah artikan. jgn... jgn...
saya tidak melihatnya berbeda. satu lagi yg setuju untuk tidak melihat sila dan vinaya secara kaku melainkan memakai pemahaman dengan cerdas.

Quote from: dilbert on 20 January 2011, 04:33:30 PM
Justru tidak ada di-katakan manakah peraturan yang kurang penting. Jadi memang sebaik-nya tidak di-rubah-rubah...Pihak yang ingin merubah vinaya justru me-legitimasi untuk merubah-rubah vinaya karena ada-nya pesan dari Buddha.
IMHO, memang tidak perlu di-lakukan perubahan...
noted, om. thanks opininya.
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

K.K.

Quote from: morpheus on 20 January 2011, 04:26:39 PM
karena semuanya pada sepemikiran, muncul pertanyaan berikut:
karena katanya sila adalah basis dari samadhi dan panna. kalo bhikkhu yg nakal memanfaatkan lobang vinaya, misalnya punya credit card dan rekening internet banking. apakah ini berefek pada samadhi dan meditasinya, atau gak? kalo berefek, nyatanya kan dia tidak melanggar vinaya dalam arti yg kaku. ataukah dia terhitung melanggar vinaya juga, sehingga meditasinya bakal terganggu?
Menurut saya, vinaya belum tentu adalah sila. Vinaya adalah tata aturan berperilaku bagi para bhikkhu. Misalnya mengenai jubah ekstra tidak boleh disimpan lebih dari 10 hari. Mungkin saja seorang bhikkhu bukan karena keserakahan menyimpan jubah tersebut. Walaupun secara vinaya telah melanggar, tapi saya pikir tidak ada hubungannya dengan sila (yang mendukung samadhi-panna).



Quotekoreksi dikit. Sang Buddha malah berpesan agar peraturan2 yg kurang penting boleh dihapuskan.
yg berkeputusan mempertahankan vinaya itu adalah maha kassapa, inipun menurut sumber tidak netral dari theravada.
Dalam hal ini juga ada pendapat bahwa perkataan Buddha itu hanya untuk menguji ketaatan para siswa. Saya tidak setuju hal tersebut, karena seorang Buddha hanya mengatakan kebenaran, bukan tukang mancing.
Menurut saya Mahakassapa tidak mengubahnya karena pada waktu konsili pertama itu, masih sangat dekat dengan jaman Buddha, maka boleh dibilang juga tidak ada perubahan kondisi dalam masyarakat yang signifikan.

Mengenai 'peraturan minor' yang boleh diubah, tetap kita tidak akan tahu karena memang Ananda tidak menanyakannya. Kita hanya bisa sebatas spekulasi saja.

tesla

Quote from: morpheus on 20 January 2011, 04:40:18 PM
saya tidak melihatnya berbeda. satu lagi yg setuju untuk tidak melihat sila dan vinaya secara kaku melainkan memakai pemahaman dengan cerdas.
noted, om. thanks opininya.
maksudnya kalau bahas vinaya, jgn lihat bhikkhu2 jelek aja, tp juga harus lihat bagaimana bhikkhu teladan menyikapinya. pointnya sih sama.
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

ryu

Quote from: morpheus on 20 January 2011, 04:26:39 PM
klop sudah.
ternyata semua setuju untuk melihat alasan dan esensinya, menggunakan kecerdasan untuk memahaminya, bukan secara kaku.

karena semuanya pada sepemikiran, muncul pertanyaan berikut:
karena katanya sila adalah basis dari samadhi dan panna. kalo bhikkhu yg nakal memanfaatkan lobang vinaya, misalnya punya credit card dan rekening internet banking. apakah ini berefek pada samadhi dan meditasinya, atau gak? kalo berefek, nyatanya kan dia tidak melanggar vinaya dalam arti yg kaku. ataukah dia terhitung melanggar vinaya juga, sehingga meditasinya bakal terganggu?

koreksi dikit. Sang Buddha malah berpesan agar peraturan2 yg kurang penting boleh dihapuskan.
yg berkeputusan mempertahankan vinaya itu adalah maha kassapa, inipun menurut sumber tidak netral dari theravada.

maaf, saya tidak klop. kalau selalu mempertimbangkan alasan, semua vinaya bisa di langgar dengan beribu alasan.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

tesla

Quote from: ryu on 20 January 2011, 05:31:00 PM
maaf, saya tidak klop. kalau selalu mempertimbangkan alasan, semua vinaya bisa di langgar dengan beribu alasan.
dan dg cara yg sama, pengumbaran nafsu dapat dicapai tanpa pelanggaran vinaya
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

dilbert

Quote from: tesla on 20 January 2011, 05:38:50 PM
dan dg cara yg sama, pengumbaran nafsu dapat dicapai tanpa pelanggaran vinaya

bayangkan... tanpa pelanggaran vinaya (yang terlihat, terdengar, terasa) bisa mengumbar nafsu. apalagi kalau melanggar vinaya ? hehehehe

-- Buddha menyatakan bahwa seorang perumah tangga yang setia pada pasangan-annya itu sama baik-nya dengan seorang bhikkhu yang setia kepada vinaya-nya --
Kalau masih pingin laku-in hal yang melanggar vinaya, boleh saja lepas jubah... kapan-kapan kalau mau coba lagi kehidupan monastery, bisa join lagi... daripada melakukan pembenaran pelanggaran vinaya dengan berbagai alasan...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

ryu

Quote from: dilbert on 20 January 2011, 05:45:25 PM
bayangkan... tanpa pelanggaran vinaya (yang terlihat, terdengar, terasa) bisa mengumbar nafsu. apalagi kalau melanggar vinaya ? hehehehe

-- Buddha menyatakan bahwa seorang perumah tangga yang setia pada pasangan-annya itu sama baik-nya dengan seorang bhikkhu yang setia kepada vinaya-nya --
Kalau masih pingin laku-in hal yang melanggar vinaya, boleh saja lepas jubah... kapan-kapan kalau mau coba lagi kehidupan monastery, bisa join lagi... daripada melakukan pembenaran pelanggaran vinaya dengan berbagai alasan...
wih mantep, + 1
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

K.K.

Quote from: ryu on 20 January 2011, 05:31:00 PM
maaf, saya tidak klop. kalau selalu mempertimbangkan alasan, semua vinaya bisa di langgar dengan beribu alasan.
Bro ryu salah paham. Maksudnya mempertimbangkan alasan dari si pembuat vinaya (=Buddha) BUKAN alasan si pelanggar vinaya. Misalnya soal emas & perak, alasan dari Buddha adalah kekayaan, kepemilikan yang rentan pada keserakahan. Jadi yang pakai kartu kredit jelas melanggar karena alasan tersebut.

adi lim

Quote from: dilbert on 20 January 2011, 04:33:30 PM
Justru tidak ada di-katakan manakah peraturan yang kurang penting. Jadi memang sebaik-nya tidak di-rubah-rubah...Pihak yang ingin merubah vinaya justru me-legitimasi untuk merubah-rubah vinaya karena ada-nya pesan dari Buddha.
IMHO, memang tidak perlu di-lakukan perubahan...

IMO, sesudah ada perubahan pasti ada perbedaan, karena berbeda 'gampang dijual' kira2 begitulah. (ternyata ilmu pemasaran sudah ada dari dulu )  :))

_/\_
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

ryu

Quote from: Kainyn_Kutho on 20 January 2011, 06:15:26 PM
Bro ryu salah paham. Maksudnya mempertimbangkan alasan dari si pembuat vinaya (=Buddha) BUKAN alasan si pelanggar vinaya. Misalnya soal emas & perak, alasan dari Buddha adalah kekayaan, kepemilikan yang rentan pada keserakahan. Jadi yang pakai kartu kredit jelas melanggar karena alasan tersebut.
ya intinya adalah di pihak biku yang hendak mengambil jalannpastinya sudah mempertimbangkan ada suatu Vinaya yang memang "sebisa mungkin" dijalankan untuk menunjang lancar tidaknya jalan yang hendak ditempuh, apabila tujuannya lain pastinya vinaya itu hanya dijadikan beban dan tidak mau menyadari apabila telah melakukan pelanggaran.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

morpheus

Quote from: ryu on 20 January 2011, 05:31:00 PM
maaf, saya tidak klop. kalau selalu mempertimbangkan alasan, semua vinaya bisa di langgar dengan beribu alasan.
anda gak mengerti konteks "alasan" di sini.
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

morpheus

Quote from: Kainyn_Kutho on 20 January 2011, 04:51:47 PM
Menurut saya, vinaya belum tentu adalah sila. Vinaya adalah tata aturan berperilaku bagi para bhikkhu. Misalnya mengenai jubah ekstra tidak boleh disimpan lebih dari 10 hari. Mungkin saja seorang bhikkhu bukan karena keserakahan menyimpan jubah tersebut. Walaupun secara vinaya telah melanggar, tapi saya pikir tidak ada hubungannya dengan sila (yang mendukung samadhi-panna).
kalo itu bukan vinaya, jadi apa itu sila bagi bhikkhu dalam konteks sila-samadhi-panna di sini?
pandangan umum di masyarakat buddhis, kalo bhikkhu ingin basis meditasinya kuat, vinayanya harus teguh. nah, saya ingin menggali apakah itu...
apakah itu 227 pasal ditaati kalimat demi kalimat? ataukah ada esensi lain yg lebih mendasar?
ataukah anda mendefinisikan sila ini yg lain lagi? silakan...

Quote from: Kainyn_Kutho on 20 January 2011, 04:51:47 PM
Dalam hal ini juga ada pendapat bahwa perkataan Buddha itu hanya untuk menguji ketaatan para siswa. Saya tidak setuju hal tersebut, karena seorang Buddha hanya mengatakan kebenaran, bukan tukang mancing.
Menurut saya Mahakassapa tidak mengubahnya karena pada waktu konsili pertama itu, masih sangat dekat dengan jaman Buddha, maka boleh dibilang juga tidak ada perubahan kondisi dalam masyarakat yang signifikan.

Mengenai 'peraturan minor' yang boleh diubah, tetap kita tidak akan tahu karena memang Ananda tidak menanyakannya. Kita hanya bisa sebatas spekulasi saja.
noted, om. saya setuju dengan anda. perbedaan pandangan thera dan maha ini udah gak bisa dibicarakan lagi.
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

morpheus

Quote from: dilbert on 20 January 2011, 05:45:25 PM
bayangkan... tanpa pelanggaran vinaya (yang terlihat, terdengar, terasa) bisa mengumbar nafsu. apalagi kalau melanggar vinaya ? hehehehe

-- Buddha menyatakan bahwa seorang perumah tangga yang setia pada pasangan-annya itu sama baik-nya dengan seorang bhikkhu yang setia kepada vinaya-nya --
Kalau masih pingin laku-in hal yang melanggar vinaya, boleh saja lepas jubah... kapan-kapan kalau mau coba lagi kehidupan monastery, bisa join lagi... daripada melakukan pembenaran pelanggaran vinaya dengan berbagai alasan...
konteks "alasan" di sini adalah alasan yg cerdas dan bijaksana, bukan alasan yg menipu diri sendiri ataupun alasan akal2an berlatarbelakang mau enak.
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

adi lim

Quote from: morpheus on 20 January 2011, 11:27:48 PM
konteks "alasan" di sini adalah alasan yg cerdas dan bijaksana, bukan alasan yg menipu diri sendiri ataupun alasan akal2an berlatarbelakang mau enak.


boleh amandemen Vinaya tapi dengan alasan cerdas dan bijaksana, begitukah ?
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

ryu

Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))