News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu

Saddh? : Fanatisme Dalam Eufemisme?

Started by K.K., 26 May 2009, 09:56:42 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

K.K.

Sudah menjadi hal umum bagi semua umat beragama bahwa tidak semua umat paham atau setidaknya berusaha memahami ajaran agamanya. Demikian juga umat Buddha. Sebagian umat hanya bersandar pada "Saddha" atau keyakinan. Dengan begitu, apalah bedanya "Saddha" ini dengan fanatisme yang ada di mana-mana? Umat lain punya trik-trik tertentu untuk berkelit dari status fanatik. Umat Buddha punya trik lain lagi, yaitu istilah "ehipassiko" dan Kalama Sutta.

Sebetulnya, walaupun dihias dengan "ehipassiko" dan Kalama Sutta, apa bedanya Saddha dengan keyakinan buta?

Dalam topic "Faith in Budhism" http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,345.0.html ada ditulis:

QuoteFaith is a good thing in Buddhism!
"Keyakinan adalah hal yang baik dalam Buddhisme!"

Apakah maksudnya keyakinan pada agama, termasuk yang menurut Buddhisme adalah "pandangan salah", juga termasuk hal yang baik?
Ataukah semata-mata artinya adalah "keyakinan pada agama Buddha (yang nota bene paling benar) adalah hal yang baik"?


<No Junk, Please!>

Nevada

Saddha merupakan salah satu fondasi yang penting untuk menembus Dhamma. Saddha berbicara mengenai kepercayaan diri, keyakinan kuat, tekad yang bulat, dan semangat dalam menjalani penghidupan.

Semua wejangan Sang Buddha hanyalah sebuah pedoman; yang bila dihayati akan membawa kita pada sudut pandang yang cukup jelas mengenai dunia. Setelah itu, kita sendirilah yang harus menjalankan ajaran Sang Buddha. Dan saddha adalah bahan bakar awal yang mampu menggerakkan kita untuk merealisasi Jalan Tengah.

K.K.

Quote from: upasaka on 26 May 2009, 10:05:56 AM
Saddha merupakan salah satu fondasi yang penting untuk menembus Dhamma. Saddha berbicara mengenai kepercayaan diri, keyakinan kuat, tekad yang bulat, dan semangat dalam menjalani penghidupan.

Sekitar delapan bulan lalu, saya berdebat dengan seorang umat Buddha. Menurutnya, seseorang mencapai pencerahan HARUS lewat Saddha, dan Saddha itu merujuk pada Buddha, Dhamma, dan Sangha. Menurut anda, bagaimana?



QuoteSemua wejangan Sang Buddha hanyalah sebuah pedoman; yang bila dihayati akan membawa kita pada sudut pandang yang cukup jelas mengenai dunia. Setelah itu, kita sendirilah yang harus menjalankan ajaran Sang Buddha. Dan saddha adalah bahan bakar awal yang mampu menggerakkan kita untuk merealisasi Jalan Tengah.

Bagaimana Saddha sebagai bahan bakar awal, jika merujuk pada "pandangan salah"? Apakah kualitas Saddha menjadi berbeda karena satunya mengarah pada Buddha-Dhamma, sedangkan satunya lagi pada ajaran lain?

gajeboh angek

Menurut saya, ada dua ekstrim. Ekstrim pertama adalah keyakinan buta, dan ekstrim kedua adalah keragu-raguan buta.
Dan saddha adalah jalan tengah, bukan keyakinan buta, bukan pula ketidakyakinan buta.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Hendra Susanto

saddha itu dari sisi positif misalnya keyakinan yang bisa menerima keyakinan lain

sedangkan fanatisme itu sisi negatif misalnya i am the one

hatRed

IMO, Saddha itu adalah Output, bukan Input...
i'm just a mammal with troubled soul



Nevada

#6
Quote from: Kainyn_KuthoSekitar delapan bulan lalu, saya berdebat dengan seorang umat Buddha. Menurutnya, seseorang mencapai pencerahan HARUS lewat Saddha, dan Saddha itu merujuk pada Buddha, Dhamma, dan Sangha. Menurut anda, bagaimana?

Menurut saya, komentar dia kurang tepat. Namun saddha adalah salah satu modal yang kita perlukan untuk menembus Dhamma. Tanpa keyakinan terhadap Buddhadhamma, kita bagaikan sebuah kapal pesiar tanpa navigator.

Saddha harus dikembangkan sehingga vicikicha (keragu-raguan) tercabut habis sampai pada akar-akarnya. Keyakinan pada Buddhadhamma bukanlah keyakinan membuta. Keyakinan pada Buddhadhamma sebenarnya sangat sederhana. Yaitu kita seharusnya yakin bahwa : "segala sesuatu muncul karena sebab, dan ada sebab di dalamnya pula yang dapat meniadakannya."

Dan perumusannya sudah diuraikan panjang-lebar oleh Sang Buddha.


Quote from: Kainyn_KuthoBagaimana Saddha sebagai bahan bakar awal, jika merujuk pada "pandangan salah"? Apakah kualitas Saddha menjadi berbeda karena satunya mengarah pada Buddha-Dhamma, sedangkan satunya lagi pada ajaran lain?

Saddha adalah keyakinan pada Buddhadhamma; dalam konteks ini berarti keyakinan pada realitas dunia. Tentu saja karena kita berbicara dalam tataran Buddhisme, maka kita mengarah pada Buddhadhamma. Namun pada hakikatnya, saddha sebenarnya mengarah pada Dhamma. Dan Dhamma adalah Kebenaran, yang tidak butuh embel-embel predikat atau nama apapun.

Keyakinan ini tumbuh seiring dengan pemahaman dan pengertian benar. Berkembang di dalam ucapan, perbuatan, penghidupan dan daya-upaya benar. Serta terus ditingkatkan dalam perhatian dan konsentrasi benar. Bila menjalankan Jalan Tengah (yang benar), maka saddha dengan sendirinya akan mengembangkan sayapnya. Saddha bukanlah keyakinan yang dibuat-buat; yang diciptakan di pikiran sebagai pegas pelontar untuk mencapai tingkat spiritualitas yang tinggi. Saddha merupakan kondisi batin yang berkembang bersama dengan praktik Dhamma.

hatRed

#7

kalo saya lebih setuju, yakin terhadap diri sendiri....

kecuali saddha terhadap Buddha, Dhamma, Ariya Sangha mempunyai arti sendiri... :-?

kalo Saddha adalah sebuah hasil, maka untuk saddha terhadap Buddha, Dhamma, dan Ariya Sangha harus benar2 "ditembus".....

nah....... Buddha saja belum pernah ketemu, Dhamma baru mencicipi beberapa, dan Ariya sangha belum ada juntrungnya....

kalo gitu bagaimana Saddhanya bisa "bulet"
i'm just a mammal with troubled soul



K.K.

Quote from: gachapin on 26 May 2009, 10:24:55 AM
Menurut saya, ada dua ekstrim. Ekstrim pertama adalah keyakinan buta, dan ekstrim kedua adalah keragu-raguan buta.
Dan saddha adalah jalan tengah, bukan keyakinan buta, bukan pula ketidakyakinan buta.

Kalau begitu, apa saja yang perlu diyakini dalam konteks Buddhisme (Buddha, Dhamma, Sangha)? 

K.K.

Quote from: Hendra Susanto on 26 May 2009, 10:27:01 AM
saddha itu dari sisi positif misalnya keyakinan yang bisa menerima keyakinan lain

sedangkan fanatisme itu sisi negatif misalnya i am the one

Bagaimana bisa memiliki Saddha terhadap suatu pandangan yang dianggap benar, tetapi tetap bisa menerima pandangan lain (yang dianggap miccha ditthi)? Misalnya menganut ajaran Buddha, tetapi menerima Ketuhanan personal.


K.K.

Quote from: hatRed on 26 May 2009, 10:30:36 AM
IMO, Saddha itu adalah Output, bukan Input...

Tentu saja output. Ketika menerima satu ajaran, dikatakan ajaran itu benar, "indoktrinasi" masuk ke pikiran (input), maka output-nya adalah Saddha.


Quote from: hatRed on 26 May 2009, 10:46:05 AM

kalo saya lebih setuju, yakin terhadap diri sendiri....

kecuali saddha terhadap Buddha, Dhamma, Ariya Sangha mempunyai arti sendiri... :-?

kalo Saddha adalah sebuah hasil, maka untuk saddha terhadap Buddha, Dhamma, dan Ariya Sangha harus benar2 "ditembus".....

nah....... Buddha saja belum pernah ketemu, Dhamma baru mencicipi beberapa, dan Ariya sangha belum ada juntrungnya....

kalo gitu bagaimana Saddhanya bisa "bulet"

Ya, ini saya setuju.

Kalau begitu, seberapa jauh sebetulnya batas Saddha dan fanatisme?

K.K.

Quote from: upasaka on 26 May 2009, 10:40:08 AM
Menurut saya, komentar dia kurang tepat. Namun saddha adalah salah satu modal yang kita perlukan untuk menembus Dhamma. Tanpa keyakinan terhadap Buddhadhamma, kita bagaikan sebuah kapal pesiar tanpa navigator.

Saddha harus dikembangkan sehingga vicikicha (keragu-raguan) tercabut habis sampai pada akar-akarnya. Keyakinan pada Buddhadhamma bukanlah keyakinan membuta. Keyakinan pada Buddhadhamma sebenarnya sangat sederhana. Yaitu kita seharusnya yakin bahwa : "segala sesuatu muncul karena sebab, dan ada sebab di dalamnya pula yang dapat meniadakannya."

Dan perumusannya sudah diuraikan panjang-lebar oleh Sang Buddha.
Kata-kata yang di-bold, saya sangat setuju.
Dengan demikian, Saddha tersebut, tidak selalu berhubungan dengan keyakinan adanya sosok Buddha, adanya sebentuk religi bernama Buddhisme/Dhamma, dan komunitas bernama Sangha, betul?




QuoteSaddha adalah keyakinan pada Buddhadhamma; dalam konteks ini berarti keyakinan pada realitas dunia. Tentu saja karena kita berbicara dalam tataran Buddhisme, maka kita mengarah pada Buddhadhamma. Namun pada hakikatnya, saddha sebenarnya mengarah pada Dhamma. Dan Dhamma adalah Kebenaran, yang tidak butuh embel-embel predikat atau nama apapun.

Keyakinan ini tumbuh seiring dengan pemahaman dan pengertian benar. Berkembang di dalam ucapan, perbuatan, penghidupan dan daya-upaya benar. Serta terus ditingkatkan dalam perhatian dan konsentrasi benar. Bila menjalankan Jalan Tengah (yang benar), maka saddha dengan sendirinya akan mengembangkan sayapnya. Saddha bukanlah keyakinan yang dibuat-buat; yang diciptakan di pikiran sebagai pegas pelontar untuk mencapai tingkat spiritualitas yang tinggi. Saddha merupakan kondisi batin yang berkembang bersama dengan praktik Dhamma.
Ya, cocok.

hatRed

Quote from: Kainyn_Kutho on 26 May 2009, 11:15:40 AM
Kalau begitu, seberapa jauh sebetulnya batas Saddha dan fanatisme?

ini maksudnya, batas antara mana yg disebut Saddha dan mana yg disebut Fanatisme kan?

bukan dalam arti tingkatan Saddha dan Fanatisme kan...


kalau keyakinan adalah suatu hasil pikiran yg didapat dari "Ehipassiko" maka orang akan bijak dalam menggunakan keyakinannya...

lain dengan Fanatisme, walau biasanya Fanatisme bisa juga berasal dari Ehipassiko namun adalah sifat batin yg lain lagi.... jika Saddha sampai dibawa kepada Fanatisme berarti orang tersebut malah mengurung pola pikirnya...

  ^  yg diatas itu, Fanatisme dari Saddha ya... lain lagi kalau Fanatisme tanpa dasar....
i'm just a mammal with troubled soul



Nevada

Quote from: Kainyn_KuthoKata-kata yang di-bold, saya sangat setuju.
Dengan demikian, Saddha tersebut, tidak selalu berhubungan dengan keyakinan adanya sosok Buddha, adanya sebentuk religi bernama Buddhisme/Dhamma, dan komunitas bernama Sangha, betul?

Perhatikan dulu, darimana kata-kata yang di-bold itu berasal?

Itu berasal dari Buddhisme. Lebih detal lagi, kalimat itu adalah kalimat yang diucapkan oleh YM. Sariputta setelah mendengar penjelasan dari Assaji Thera, dan seketika itu Beliau mencapai tingkat Sotapanna.

Dengan kata lain, saddha turut berhubungan dengan :
- Buddha = selaku Guru Agung yang membabarkan ajaran ini.
- Dhamma = selaku ajaran dari Sang Guru.
- Ariya Sangha = selaku pengikut Sang Buddha yang telah merealisasi penembusan Dhamma.

Saddha berada dalam koridor penembusan Dhamma. Oleh karena itu, keyakinan mengenai : Pangeran Siddhattha yang dapat langsung berbicara ketika terlahir, Alam Semesta ini terbatas atau tidak, YM. Sariputta yang suka merawat bhikkhu sakit; adalah bukan hal kronis yang mampu mengantarkan kita pada tabir Pencerahan.

Hendra Susanto

Quote from: Kainyn_Kutho on 26 May 2009, 11:15:31 AM
Quote from: Hendra Susanto on 26 May 2009, 10:27:01 AM
saddha itu dari sisi positif misalnya keyakinan yang bisa menerima keyakinan lain

sedangkan fanatisme itu sisi negatif misalnya i am the one

Bagaimana bisa memiliki Saddha terhadap suatu pandangan yang dianggap benar, tetapi tetap bisa menerima pandangan lain (yang dianggap miccha ditthi)? Misalnya menganut ajaran Buddha, tetapi menerima Ketuhanan personal.



dengan tidak menerima atau menolak satu pandangan yang dianggap miccha ditti.