dulu waktu saya sih, bicarakan saja kepada pihak mempelai sana..akhirnya setuju gak pakai babi panggang.. 

Semoga anda berbahagia 
This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.
Show posts Menu
Quote from: juanpedro on 24 January 2014, 08:41:08 PMtidak tau pasti, tp yg jelas budaya hindu yg kental
tanya, sebelum jadi Buddha, Siddharta saat menjadi pangeran memeluk agama apa?
Quote from: morpheus on 27 December 2013, 01:22:20 PMkita persingkat saja...
pembahasannya kesana kemari
saya sekat2 koridor pembahasan menurut aktornya ya:
* bhikkhu
bhikkhu diminta nasihat ngasih nasehat, gak salah. bhikkhu diminta blessing ngasih blessing, gak salah.
bhikkhu menerima uang ya jelas salah. bhikkhu jualan amulet ya jelas salah. bhikkhu berjualan apapun ya jelas salah. bhikkhu itu adalah pertapa, bukan pedagang. kalau bhikkhu tidak bertapa, tidak ada rencana untuk bertapa dan tidak ada niat untuk bertapa, ya kenapa harus menjadi bhikkhu. "terpaksa" berjualan karena gak ada yang ngasih makan? ya kenapa harus jadi bhikkhu. kan bisa jadi umat biasa...
* guru agama, pemuka agama atau pandita
bikin acara cari duit untuk organisasi atau vihara, gak salah. bikin acara agar umat menyerahkan duit kepada bhikkhu, ya jelas salah. mereka seharusnya mengerti kalau bhikkhu itu terikat peraturan gak menerima duit. duit bisa diserahkan kepada pengurus organisasi.
* umat buddhis
saya setuju2 aja, banyak umat buddha yang sederhana, tidak begitu mengerti peraturan vinaya bhikkhu, tidak begitu mengerti meditasi atau doktrin2 yang tinggi2. mereka hidup dalam duniawi, pengen untung, pengen kaya, pengen sukses, pengen sehat, pengen panjang umur. tugas dua aktor di atas untuk memberikan mereka pengertian yang lebih baik. tanpa pengertian yang lebih baik, maka umat merusak bhikkhu dan bhikkhu merusak umat. ini akan menimbulkan masalah yang gak sehat...
Quotemereka sering kali menyalurkan niat baiknya dengan cara yang salah.Contoh yang umum terjadi di lapangan adalah praktik berdana uang, mereka mendanakan uang secara langsung kepadapara bhikkhu, sangha, atau sekelompok bhikkhu yang mengaku sebagai sangha,misalnya pada saat selesai ceramah Dhamma dari suatu kebaktian biasa ataupunpada saat perayaan hari besar umat Buddha (baik itu dipimpin oleh para ketuadan pengurus vihara ataupun para romo pandita).
Quote from: morpheus on 27 December 2013, 09:39:35 AM
saya bicara yang ringan2 saja, artinya kebenaran relatif saja, kebenaran yang dipersepsikan masing2, bukan yang muluk2.
point saya, keliatan ironis aja kalau pemuka agama, mereka yang terpelajar dalam agama buddha, mengajarkan ketidakbenaran dengan dalih nantinya itu untuk kebenaran. seperti orang yang menggali2 pupuk kandang dengan alasan supaya bisa punya uang untuk beli parfum...
saya ngerti maksud anda. tadinya saya hanya membantu meluruskan apa yang dimaksud artikel copasan di atas karena tsnya mengaku nggak mau diskusi...
saya sendiri lebih melihat kepada perubahan perilaku daripada "pengertian dhamma" yang tinggi2, karenanya saya celetuk di atas bahwa yang sangat malang adalah mereka yang belajar agama buddha tapi tidak ada perubahan perilaku dan tidak mendapat manfaat apa2 dari pengertian intelektualnya...
Quote from: morpheus on 26 December 2013, 09:30:13 AMnah loh.... ketidakbenaran dan kebenaran...ibarat hitam dan putih...kalau abu" apa?
konteks copasan ts itu adalah duit yang diberikan langsung kepada bhikkhu.
tidak ada yang salah pada dana uang untuk membangun vihara, organisasi dan keperluan pengembangan agama buddha lainnya.
jadi maksud anda, boleh2 saja menyebarkan ketidakbenaran dulu, untuk menyebarkan kebenaran kemudian?
Quote from: Shasika on 04 May 2013, 01:31:41 PMwaktu itu di klenteng xian ma, makassar.
Klenteng mana nih bro ? bagi2 info nya donk...