//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Topics - Sumedho

Pages: 1 ... 35 36 37 38 39 40 41 [42] 43
616
Kejadian di singapore katanya relik palsu  :o

http://www.channelnewsasia.com/stories/singaporelocalnews/view/289746/1/.html


Quote
SINGAPORE : Some people are still continuing to question the authenticity of the Buddha tooth relic housed in the temple along South Bridge Road.

The tooth relic is stored on the fourth floor of the temple which usually does not allow any photography.

But given the current interest, it has made an exception.

No one is allowed to enter the chamber, but from the outside, you can see the stupa which contains the tooth relic.

The stupa was built using 420 kilograms of gold, donated by devotees who can only visit the tooth relic twice a year - the first day of the Lunar New Year and Vesak Day.

The only other way to see it is through brochures, which could be the reason why people are made more curious about its authenticity.

Some experts have also reportedly questioned whether the tooth is from the Buddha himself.

Liau Ming Ong, Donor, says: "The reverend Fa Zhou have to come out to speak the truth. You cannot simply brush it off and you think it's real, it's real. It's not correct. We have scholars from all over the world, come here to take a look and they look at the size of the tooth, then it's very ridiculous."

Ong Kim Dee, Donor, says: "Since we've donated the money, we need to know the truth, whether this is the truth from a Buddha or any animal, we have the right to know. Everyday we see a lot of local and foreign tourists visit the temple. If one day they find out it is not the truth, then I think it's a joke, it's not very good for Singapore."

Renowned artist Tan Swie Hian had done some research on Buddhism and believes it teaches the pursuit of truth.

He says: "I don't mind praying to a buffalo's tooth provided I'm told it is one. Let me get it right before my prayer. The Buddha's teaching is all about seeing things as they are and this is nothing to do with Buddhism or faith. It is a claim that can be easily, conclusively proven by science."

The founder of a Buddhist Art Museum says he had received similar looking tooth relics when he visited Myanmar previously.

Woon Wee Teng, Founder and Curator, Nei Xue Tang - Buddhist Art Museum, says: "Many monks gave them to me and they told me, of course these teeth are quite similar to the one in the Buddha Tooth Relic Temple and they told me please, bring them home to Singapore and put in the Museum to display. And of course, I'm very careful. I must do due diligence. What I did was to take them back, to check with the vet, forensic and also I checked with dentists, they're all forensics as well and they confirm that it's a non-human, herbivore's tooth. So I make a decision to not display."

Mr Woon says if the temple has the Buddha tooth, then as a public institution it has the responsibility to show proof.

He adds that the responsibility is even greater if the temple is collecting public money.

Mr Woon says: "We mustn't be seen by the outside world, internationally that we can't tell the difference between a horse tooth and a human tooth. That would be a disaster, it's a lot of embarrassment. I think they should get it right and since it's so clear that it's a herbivore's tooth, then they must rectify it."

And verifying the authenticity of all displays is something the Asian Civilisations Museum takes seriously.

Tan Huism, Deputy Director - Curation and Collections, Asian Civilisation Museum, says: "A museum is a place where we'll display objects that are authentic to the cultures. We decide whether these objects are authentic to their cultures and their timing...through stylistic comparisons with similar objects found at that time and other museums.

"We would then look at the pieces and see how these pieces compare with similar pieces from other museums. Of course you could also do scientific testing."

Within the temple grounds, there are many notices explaining its position on the tooth relic.

It says the suggestion of DNA testing, whilst simplistic, is a practical challenge to conduct.

It adds DNA testing is also invasive and it is unlikely that any Buddhist temple and their devotees would agree to such a test for what they believe to be the Buddha tooth. - CNA/ch

617
Meditasi / Stock foto untuk meditasi asubha
« on: 23 July 2007, 08:26:06 AM »
JANGAN DIBUKA, KECUALI SUDAH BENAR-BENAR SIAP MENTAL


Foto-foto berikut adalah foto mayat yang sudah membusuk, hasil kecelakaan atau hasil otopsi.

http://asia.pg.photos.yahoo.com/ph/clever_disgust/album?.dir=/f672

catatan: anda harus terlogin kedalam yahoo dahulu.

update: sepertinya karena migrasi ke flickr, yahoo photo jadi dinonactifkan. jadi link diatas tidak bisa dipakai lagi.
Jika anda memiliki link foto asubha, mohon bantuannya untuk diposting

618
Pengalaman Pribadi / Meditasi karena 'terdampar'
« on: 23 July 2007, 05:55:06 AM »
Quote
Postingan Sdr Wi Tjong di milis SP

Saya punya satu kisah nyata dari seorang guru meditasi dari canada tentang seorang ibu tua yg sudah berumur 70 thn.

Pada suatu kesempatan membimbing di Indonesia, seorang ibu datang ke retret bukan ingin ikut meditasi, tetapi hanya untuk menemani putri kesayangannya saja. Mau tau kondisi di tempat retret dan untuk memastikan putrinya bakal aman disana. Jadi rencananya ibu ini akan cuma tinggal 1 atau 2  hari, kemudian pulang meninggalkan putrinya disana.

Sesampainya disana, dihari pertama ibu ini pun iseng-iseng ikut mendengarkan pengarahan dari Bhante. Di hari-hari pertama meditasi, Bhante ini selalu mengajarkan Metta Bhavana agar peserta dapat mengadaptasikan pikirannya sebelum masuk ke vipassana. Dan karena gak ada yg bisa ibu itu kerjakan, maka ibu ini pun mencoba teknik yg diajarkan. Setelah mencoba seharian, ternyata ibu ini bisa menyukainya. Pelan-pelan si-ibu ini pun mulai mampu mempraktekan metta bhavana. Beliau mengalami ketenangan yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Dan malam itu beliau bisa tidur dengan pulas.

Besoknya, ibu ini malah tidak ingin pulang. Beliau memohon kepada Bhante agar mengijinkannya tetap tinggal disana mengikuti retret. Setelah bernegosiasi, akhirnya bhante pun mengijinkannya ikut. Ibu tersebut juga memohon perlakukan spesial, "Bhante, saya mau ikut, tapi saya cuma bisa duduk 15 menit. Boleh kan ?". Bhante menjawab dengan senyum, "Yah, karena ibu sudah 70thn, silahkan ibu yg buat aturannya. Saya tidak mau nanti kalau dengkul anda copot. Tapi saya ingin memberi tantangan buat ibu. Kalau ibu sudah bisa duduk 15 menit, kenapa tidak mencoba untuk duduk 30 menit ?. Yah, pokoknya terserah ibu".

Sejak saat itu, ibu ini pun mulai ikutan meditasi dengan batasan waktu sesuka hatinya. Dari hari ke hari beliau semakin menikmati meditasinya. Oiya, ibu ini sudah bertahun-tahun selalu harus minum obat tidur sebelum pergi tidur. Tapi kali ini karena beliau pikir tidak akan lama-lama mengantar putrinya, obat tidur yg dibawapun hanya utk 3 hari saja. Namun, ternyata rasa penasaran ibu ini kepada meditasi lebih besar dari kekhawatirannya. Beliau pun terus ikutan, tetap tidak ingin pulang.

Diakhir retret, ibu ini menceritakan pengalamannya yg "indah". Terakhir beliau bahkan sudah bisa duduk 30 menit. Dan satu hal yg luar biasa adalah beliau bisa bebas dari ketergantung pada obat tidur. Beliau merasakan kenikmatan dan ketenangan pikiran, sehingga tidur tidak menjadi masalah lagi. Ada rasa menyesal karena beliau mengenal meditasi dan baru punya kesempatan "mencoba" disaat menjelang akhir hidupnya.

Setelah pulang di rumah, ibu ini terus rajin mempraktekannya sampai meninggal (kalau tidak salah) di tahun ke tujuh setelah retret tersebut.

Pada suatu ketika Bhante tersebut mendapat kesempatan berkunjung ke Indonesia lagi. Mendengar Bhante ini datang, anak-anak dan keluarga ibu ini datang menjumpai Bhante. Mereka mengatakan kepada Bhante bahwa sejak "terdampar" di tempat retret, ibu mereka berubah banyak. Menjadi banyak tersenyum dan selalu bahagia setiap hari. Kalaupun ada masalah dikeluarga, beliau tetap tenang. Beliau selalu berlatih apa yg diajarkan Bhante setiap hari sampai meninggal. Dan yg menghebohkan keluarga, beliau meninggal dengan tetap tenang dan tersenyum bahagia. Keluarga yg ditinggalnya pun ikut merasakan kebahagiaan beliau. Oleh karena itu keluarga dan anak-anak si-ibu ini datang untuk memberikan terimakasih atas apa yg telah diajarkan Bhante kepada ibu mereka.

Satu kisah nyata yg happy ending, meskipun cuma untuk 7 tahun terakhir dalam hidup.

Cerita-cerita seperti ini kadang menjadi motivasi bagi diri saya untuk tetap konsisten berlatih meditasi. Akankah saya menunda-nunda ? Akankah saya menyia-nyiakan kesempatan hidup ini ? Sangat disayangkan apabila kita bukan termasuk umat Buddha yg pernah mengalami, memahami, mempraktekan dan membuktikan betapa berharganya latihan yg adalah inti dari ajaran Sang Buddha. Tidak ada pemahaman Dhamma yg lebih sempurna daripada pemahaman dari dalam diri kita sendiri.

620
Studi Sutta/Sutra / Seperti apakah Jhana itu (Menurut Sutta) ?
« on: 19 July 2007, 03:21:11 PM »
Well, sebenarnya ini pertanyaan lama. Sudah menguak banyak referensi dan crosscek dengan pengalaman sebelumnya juga. Nah ingin tahu seperti apakah Jhana menurut rekan2x ?

Yah ada yg bilang semua indra tertutup, dst dst,

menurut anda ?

622
Bagi teman-teman yang belum tahu itu avatar, avatar adalah judul film kartun yang tokoh utamanya adalah Aang sang Avatar. (joke)  :P

Kembali ke laptop,

Avatar adalah gambar yang kita pakai untuk mewakili diri kita, bisa foto sendiri (foto close up, pas foto atau foto nemu), foto artis (ada beberapa yang sudah bawaan forum ini), atau gambar yang bernuansa Buddhisme.

Bagi yang belum punya atau tidak tahu cara memasangnya bisa posting disini untuk bertanya atau sharing.

625
Meditasi / Metoda apa yang anda gunakan untuk bermeditasi ?
« on: 12 July 2007, 03:46:30 PM »
Polling time.

Saya Anapanasati.

626
Bantuan Teknis, kritik dan saran. / Membergroup
« on: 12 July 2007, 11:52:26 AM »
Teman-teman

Didalam forum ada 5 jenis Membergroup, sekarang ini seperti ini (disusun dari bawah)

Baru bergabung (<50 posting)
Teman (<100 posting)
Sahabat
Tetua
Kalyanamitta


Mohon input teman-teman kira-kira seperti apa bagusnya


627
Kesempatan Berbuat Baik / Orang Tua Asuh
« on: 11 July 2007, 02:07:29 PM »
Teman-teman sekalian,

Di Sewan, daerah tanggerang, ada sebuah sekolah buddhis yang bernama Dharma Widya. Disana ada banyak anak-anak yang kesulitan untuk membiayai sekolah mereka.

Jika anda tertarik untuk memberikan dana sebagai orang tua asuh. Sistemnya satu orang membiayai 1 anak, kalau lebih juga boleh. Setelah anda menjadi orangtua asuh, anda akan mendapatkan data si anak dan raport hasil sekolahnya. Besarnya dana adalah uang sekolah si anak yang bervariasi tergantung kelas berapa.

Silahkan hubungi Lau Shi (guru) Yeyen (Guru Mandarin utk SD, SMP disana) di 081310859120
Lau Shi bisa juga ditemui di perpustakaan Vihara Siripada Serpong pada hari Minggu

Untuk dana bisa transfer ke 7620005511 a/n Lena Tanuwidjaja (BCA cabang Merdeka Raya)

Yayasan Dharma Widya
Jl. Rawa Kucing No. 90
Sewan, Tangerang
Telp. 5581917


628
Mohon maaf rekan-rekan,

Hari ini tgl 10 Juli 2007 sekitar jam 12 s/d 3:50 WIB, server tidak bisa diakses karena ada masalah diserver.

Mohon maaf atas kejadian ini.

DhammaCitta

629
Tolong ! / Download Materi DhammaCitta
« on: 10 July 2007, 07:05:36 AM »
Teman-teman sekalian,

Sebelumnya sempat ada masukan kalau ada rekan-rekan lain diluar sana yang mendapat kesulitan untuk mendownload file besar (Terutama file MP3 yang puluhan MBs) bisa mendapatkan dalam bentuk CD dengan dikirim lewat pos.

Bagaimana menurut teman-teman ?

630
Kafe Jongkok / BERGERAKLAH
« on: 09 July 2007, 07:27:29 PM »



    Oleh: Renald Khasali

" Sebagian besar orang yang melihat belum tentu bergerak, dan yang
 bergerak belum tentu menyelesaikan (perubahan) "

Kalimat ini mungkin sudah pernah Anda baca dalam buku baru saya,  " CHANGE "

Minggu lalu, dalam sebuah seminar yang diselenggarakan Indosat,  iseng-iseng  saya
mengeluarkan dua lembaran Rp 50.000. Di tengah-tengah ratusan orang yang tengah
menyimak isi buku, saya tawarkan uang itu.  "Silahkan,  siapa yang mau boleh ambil,"
ujar saya. Saya menunduk  ke bawah  menghindari  tatapan  ke muka  audiens  sambil
menjulurkan uang Rp 100.000.
Seperti yang saya duga, hampir semua  audiens  hanya diam  terkesima.  Saya  ulangi
kalimat saya beberapa kali dengan mimik  muka  yang lebih  serius.  Beberapa orang
tampak tersenyum, ada yang mulai menarik  badannya dari sandaran kursi,  yang  lain
lagi menendang kaki temannya. Seorang ibu menyuruh temannya maju,  tapi  mereka
semua tak bergerak.  Belakangan,  dua  orang  pria  maju  ke depan  sambil  celingak-
celinguk.   Orang  yang maju dari  sisi  sebelah  kanan  mulanya  bergerak cepat,  tapi
ia segera menghentikan langkahnya dan termangu, begitu melihat seseorang dari sisi
sebelah kiri lebih cepat ke depan. Ia lalu kembali ke kursinya.
Sekarang hanya tinggal satu orang saja yang sudah berada di depan saya.  Gerakannya
begitu  cepat,  tapi  tangannya  berhenti  manakala  uang itu  disentuhnya.  Saya  dapat
merasakan tarikan uang yg dilakukan dengan keragu-raguan.  Semua audiens tertegun.

Saya ulangi  pesan Saya,   "Silahkan ambil,  silahkan ambil."  Ia  menatap  wajah  saya,
dan saya pun menatapnya dengan wajah lucu.
Audiens tertawa melihat keberanian anak muda itu. Saya ulangi lagi kalimat saya, dan
Ia pun merampas uang kertas itu dari  tangan  saya  dan  kembali  ke kursinya.  Semua
audiens tertawa  terbahak-bahak.  Seseorang  berteriak,  "Kembalikan,  kembalikan !"
Saya mengatakan,  "Tidak usah. Uang itu sudah menjadi miliknya."
Setidaknya,  dengan permainan itu seseorang telah menjadi  lebih  kaya  Rp.100.000.
Saya tanya kepada mereka, mengapa hampir semua diam,  tidak  bergerak.  Bukankah
uang  yang saya sodorkan tadi adalah sebuah kesempatan ?

Mereka pun menjawab dengan berbagai alasan :
"Saya pikir Bapak cuma main-main ............"
"Nanti uangnya toh diambil lagi.................."
"Malu-maluin aja.........................................."
"Saya tidak mau kelihatan nafsu. Kita harus tetap terlihat cool donk ..........................!"
"Saya enggak yakin bapak benar-benar akan memberikan uang itu ..............................."
"Pasti ada orang lain yang lebih membutuhkannya.........................................................."
"Saya harus tunggu dulu instruksi yang lebih jelas.........................................................."
"Saya takut salah, nanti cuma jadi tertawaan doang akhirnya, ........................................"
"Saya, kan duduk jauh di belakang.........................................................." dan seterusnya.

Saya jelaskan bahwa jawaban mereka sama persis dengan tindakan mereka sehari-hari.
Hampir  setiap  saat  kita  dilewati  oleh  rangkaian  opportunity (kesempatan),  tetapi
kesempatan itu dibiarkan pergi begitu saja.  Yang  gila  itu  adalah  orang  yang  selalu
mengharapkan perubahan dan perubahan, sementara itu mereka  tetap  melakukan  hal
yang sama dari hari ke hari. ......................???,"

Pembaca, di dalam bisnis, gagasan, pendidikan, pemerintahan  dan  sebagainya,  saya
kira kita semua menghadapi masalah yang sama. Mungkin benar kata teman saya tadi,
kita semua mengharapkan  perubahan,  tapi  kita  tidak  tahu  harus  mulai  dari  mana.
Akibatnya kita semua hanya  melakukan hal yang sama dari hari ke hari,  jadi  omong
kosong perubahan akan datang.
Perubahan hanya bisa  datang  kalau orang-orang mau bergerak bukan hanya
dengan omongan saja.

Seperti kata  Jack Canfield, yang  menulis buku Chicken Soup for the Soul,  yang  membedakan
antara winners dengan losers adalah :
"Winners take action. They simply get up and do what has to be done."

                                                             

                                                   Selamat bergerak

Pages: 1 ... 35 36 37 38 39 40 41 [42] 43
anything