Takkala kamma itu matang dengan cara apapun juga, prinsip yang sama akan selalu berlaku ; "perbuatan baik menimbulkan akibat baik, perbuatan buruk menimbulkan akibat buruk"
Dan, kita juga pahami bahwa kamma merupakan hukum Universal abadi yang menyebabkan perbuatan tersebut menimbulkan akibat balik, yang di sebut vipaka, "pematangan", atau phala, "buah". Hukum yang menghubungkan perbuatan dengan buahnya bekerja dengan prinsip sederhana bahwa perbuatan buruk akan matang menjadi penderitaan, sedangkan perbuatan baik akan matang menjadi kebahagian.
Kesaksian ;
Sebut saja satu nama sebagai contoh, Roby, selama ini dikenal pada komunitas nya adalah seorang pribadi yang telah banyak memupuk kamma buruk untuk sekian tahun lamanya, singkatnya pada 3 bulan lalu kebiasaan kamma buruk Roby terjadi pada seorang bapak, oleh perbuatan buruk Roby terhadap si Bapak telah mengakibatkan kerugian besar ratusan juta yang harus ditanggung si Bapak. Kerugian ini di sikapi oleh si Bapak dengan bijaksana terhadap keluarga Roby di kala ibunya Roby sakit dan memerlukan dana yang cukup besar untuk menjalani operasi besar. Tanpa mengingat si Roby telah menipunya, si Bapak yang tahu keluarga Roby saat ini perlu dana untuk operasi ibunya, dan sekali lagi duit Rp 75 juta di serahkan ke Roby dan ibunya pun sukses dan selamat dalam operasi ini. Akibat Tindakkan Kasih dari si Bapak pada saat-saat krisis ibunya Roby, telah membuat pola hidup si Roby berubah TOTAL dan kini semua komunitas Roby pada heran karena setiap hari selalu muncul kamma baik Roby yang dilakukan pada lingkungannya, bahkan Roby mendapat suatu kedudukan yang sangat bagus pada sebuah perusahan.
Pertanyaan ;
prinsip sederhana bahwa ; perbuatan buruk akan matang menjadi penderitaan, sedangkan perbuatan baik akan matang menjadi kebahagian.
Bagaimana membahas kamma pada diri Roby,yang di mana kita sudah memahami hukumnya seperti tulisan yang saya bold warna merah di atas.?
Karma baik dulu dia mungkin lebih kuat sis sukma, dan karma buruk yang dilakukan mungkin juga tidak berbuah langsung sekarang, bisa saja nanti :))
Tapi ini jadi main spekulasi lho :))
Tidak bisa menilai kamma seseorang dalam kehidupan yang ini saja. Buddhism meyakini adanya kelahiran kembali. mungkin saja Roby pada kehidupan-kehidupan lampaunya, telah banyak memupuk kamma baik, yang berbuah pada kehidupan saat ini. sedangkan untuk perbuatan Roby pada kehidupannya sekarang, mungkin akan berbuah pada masa-masa mendatang atau pada kehidupan mendatang.
_/\_
At ; Ryu dan Indra,
Yup.! saya juga melihat pematangan buah kamma tidak harus langsung terjadi pada kehidupan ini, kamma bahkan bisa tetap tidak aktif selama kurun waktu yang sangat lama ke depan. Bila kamma yng tersimpan tersebut memenuhi kondisis yang baik untuk berbuah, maka kamma tersebut akan bangkit dari keadaannya yang tidak aktif dan memicu dampak tertentu yang akan timbul sebagai balasan terhadap perbuatan asalnya. Sampai di sini kita sama-sama setuju dahulu tentang kamma ini.
Pertanyaan ; si Roby, yang sudah bertahun menimbun kamma buruk, dipertemukan kepada Tindakkan Kasih si Bapak tanpa melihat penipuan si Roby.....ibu Roby juga mendapat pematangan buah kamma entah dari kehidupan yang lalu si ibu, yang jelas si Ibu selamat dan sehat berkat di beri dana operasi oleh si Bapak yang telah di tipu si Roby.
Perlu kita lihat ada tiga orang yang terlibat disini ; si Bapak, Ibu, Roby. dan perlu saya tambahi, si Bapak tidak mengenal keluarga Roby, perkenalan hanya sebatas bisnis dengan Roby saja. Tidakkah kita melihat akibat sesudah ditipu, si Roby baru mendapatkan dana untuk operasi si Ibu, maksud ku ; belum tentu semua perbuatan buruk harus diterima dengan akibat yang buruk toch.? (dengan mengacu pada tulisan yang saya bold biru diatas)
Dan, perlu kita perhatikan perilaku hidup Roby bisa dikatakan tiada semenit pun dia tidak berbuat kamma baik, paling tidak dalam NIAT nya yang keluar semua nya adalah NIAT BAIK. Roby yang kini memupuk kamma baik, tentu sesuai hukum juga akan menerima buah yang baik kan.? bisa pada saat dan hari yang sama kamma buruk dan baik sama-sama dalam pematangan dan ber-buah bagi si Roby....untuk menerima sebagai Akibat dari Tindakkan Asalnya.?
At ; Ryu, coba hindarkan jalan spekulasi seperti yang Anda post diatas.
Quote from: sukma on 26 December 2008, 08:11:00 PM
At ; Ryu dan Indra,
Yup.! saya juga melihat pematangan buah kamma tidak harus langsung terjadi pada kehidupan ini, kamma bahkan bisa tetap tidak aktif selama kurun waktu yang sangat lama ke depan. Bila kamma yng tersimpan tersebut memenuhi kondisis yang baik untuk berbuah, maka kamma tersebut akan bangkit dari keadaannya yang tidak aktif dan memicu dampak tertentu yang akan timbul sebagai balasan terhadap perbuatan asalnya. Sampai di sini kita sama-sama setuju dahulu tentang kamma ini.
Pertanyaan ; si Roby, yang sudah bertahun menimbun kamma buruk, dipertemukan kepada Tindakkan Kasih si Bapak tanpa melihat penipuan si Roby.....ibu Roby juga mendapat pematangan buah kamma entah dari kehidupan yang lalu si ibu, yang jelas si Ibu selamat dan sehat berkat di beri dana operasi oleh si Bapak yang telah di tipu si Roby.
Perlu kita lihat ada tiga orang yang terlibat disini ; si Bapak, Ibu, Roby. dan perlu saya tambahi, si Bapak tidak mengenal keluarga Roby, perkenalan hanya sebatas bisnis dengan Roby saja. Tidakkah kita melihat akibat sesudah ditipu, si Roby baru mendapatkan dana untuk operasi si Ibu , maksud ku ; belum tentu semua perbuatan buruk harus diterima dengan akibat yang buruk toch.? (dengan mengacu pada tulisan yang saya bold biru diatas)
Dan, perlu kita perhatikan perilaku hidup Roby bisa dikatakan tiada semenit pun dia tidak berbuat kamma baik, paling tidak dalam NIAT nya yang keluar semua nya adalah NIAT BAIK. Roby yang kini memupuk kamma baik, tentu sesuai hukum juga akan menerima buah yang baik kan.? bisa pada saat dan hari yang sama kamma buruk dan baik sama-sama dalam pematangan dan ber-buah bagi si Roby....untuk menerima sebagai Akibat dari Tindakkan Asalnya.?
At ; Ryu, coba hindarkan jalan spekulasi seperti yang Anda post diatas.
Itu adalah contoh kasus di mana kebencian dikalahkan dengan cinta-kasih...
Cara bekerja Hukum Kamma amat rumit...
Roby yang terus menimbun kamma buruk tentu akan memperoleh vipaka buruk, kelak... Si Bapak yang tertipu oleh Roby sedang menerima vipaka buruk. Ibu Roby yang menderita penyakit parah juga sedang memetik buah kamma buruknya...
Lalu Roby yang diberi bantuan oleh Si Bapak sedang menerima buah kamma baiknya yang dahulu pernah ia lakukan... Si Bapak yang memberi bantuan biaya untuk operasi Ibu Roby sedang menabur kamma baik... Ibu Roby yang sembuh setelah menjalani operasi di RS sedang memetik buah kamma baiknya...
Semua hanyalah konsekuensi...
Quote from: ryu on 26 December 2008, 07:35:21 PM
Karma baik dulu dia mungkin lebih kuat sis sukma, dan karma buruk yang dilakukan mungkin juga tidak berbuah langsung sekarang, bisa saja nanti :))
Tapi ini jadi main spekulasi lho :))
kamma bukannya hitungan + dan -
dimana kamma = kamma baik - kamma buruk [ini salah]
masalah ibunya berhasil dalam operasi bukan selalu adalah kamma baik si Roby
bukankah itu kamma dari ibunya sendiri?
lagian kita tak bisa langsung berkesimpulan kamma buruk apa menghasilkan yg mana
kamma terlalu rumit untuk dijelaskan
Quotetelah membuat pola hidup si Roby berubah TOTAL dan kini semua komunitas Roby pada heran karena setiap hari selalu muncul kamma baik Roby yang dilakukan pada lingkungannya, bahkan Roby mendapat suatu kedudukan yang sangat bagus pada sebuah perusahan.
saia rasa pola hidup Roby yg berubah yg telah menjadikan dia mendapatkan kedudukan di perusahaan
tidak beda dengan seorang anak menjadi rajin belajar, wajar saja kalo nilainya menjadi baik
Upasaka Posting ; 'kebencian dikalahkan dengan cinta-kasih....
Dengan kata lain, penipuan Roby ratusan juta yang tentunya terima akibat buruknya, namun, tindakkan cinta-kasih telah merubah atau membuat si Roby timbul penyesalan yang dalam, dan memicu batinnya untuk mengambil sikap ;
1 .Pandangan Benar
2 .Kehendak Benar.
Apa bisa begitu.?
sdri sukma, tidak semua orang yang mendapat perlakuan buruk (seperti contoh dalam hal ini si BAPAK) akan kemudian melakukan tindakan untuk "menghukum" pelaku (ROBBY) misalnya dengan tindakan hukum. Masih banyak individu individu luar biasa di dunia ini yang mau memberikan bantuan kendati telah mendapat perlakuan tidak menyenangkan dan bahkan merugikan (seperti contoh si BAPAK).
Dalam berbagai cerita ZEN, Para Master ZEN seringkali berhasil menyadarkan pencuri yang mencuri di kediaman para MASTER ZEN dengan cerita mirip seperti cerita sdri.sukma, intinya memang KEJAHATAN/KEBENCIAN TIDAK AKAN BERAKHIR JIKA DIBALAS DENGAN KEJAHATAN/KEBENCIAN.
Dalam hal ini, sdr.Robby berhasil di"sadarkan" atas tindakan buruknya selama ini, dengan tindakan welas asih si BAPAK. Apakah sdr.Robby itu akan menerima Karma buruknya selama ini ?
Mungkin pepatah berikut ini membantu :
Dengan berbuat baik, walaupun hasil baik belum datang, setidaknya bencana sudah menghindar/berkurang.
Dengan berbuat jahat, walaupun belum mendapatkan balasan, setidaknya keberuntungan sudah menghindar/berkurang.
Quote from: sukma on 26 December 2008, 09:13:37 PM
Upasaka Posting ; 'kebencian dikalahkan dengan cinta-kasih....
Dengan kata lain, penipuan Roby ratusan juta yang tentunya terima akibat buruknya, namun, tindakkan cinta-kasih telah merubah atau membuat si Roby timbul penyesalan yang dalam, dan memicu batinnya untuk mengambil sikap ;
1 .Pandangan Benar
2 .Kehendak Benar.
Apa bisa begitu.?
Anda kok tidak yakin... saya rasa cerita ROBBY itu beneran dialami ataupun diketahui sdri.sukma... masa tidak percaya dengan mata kepala sendiri ?
Quote from: upasaka on 26 December 2008, 08:48:39 PM
Itu adalah contoh kasus di mana kebencian dikalahkan dengan cinta-kasih...
keknya kalau dalam Buddhisme, bukan
kebencian dikalahkan cinta-kasihnamun
kebencian hanya berakhir bila dibalas dg tidak membenciperbedaannya adalah yg pertama mengharapkan sesuatu seperti perilaku orang tsb berubah.
sedangkan yg ke2 tidak mengharapkan apa-apa dari orang tadi, hanya saja dalam hati kita kebencian itu tidak lagi terus tumbuh... :)
Quote from: dilbert on 26 December 2008, 09:36:03 PM
Quote from: sukma on 26 December 2008, 09:13:37 PM
Upasaka Posting ; 'kebencian dikalahkan dengan cinta-kasih....
Dengan kata lain, penipuan Roby ratusan juta yang tentunya terima akibat buruknya, namun, tindakkan cinta-kasih telah merubah atau membuat si Roby timbul penyesalan yang dalam, dan memicu batinnya untuk mengambil sikap ;
1 .Pandangan Benar
2 .Kehendak Benar.
Apa bisa begitu.?
Anda kok tidak yakin... saya rasa cerita ROBBY itu beneran dialami ataupun diketahui sdri.sukma... masa tidak percaya dengan mata kepala sendiri ?
Dilbert, terlalu dini mengatakan saya "tidak yakin" dan "tidak percaya dengan mata kepala sendiri" ,saya buat thread "mau tanya" ini, dan perilaku si Roby ini disebut sebuah "pertobatan" seperti posting Anda di thread "tobat" di bawah ini ;
Dengan adanya sebab, maka timbullah akibat,
dengan lenyapnya sebab (TOBAT), maka lenyaplah akibat
Maka, yang aku "Mau Tanya" telah ditanya Anda dengan posting ini ;
Apakah sdr.Robby itu akan menerima Karma buruknya selama ini ?
Mungkin pepatah berikut ini membantu :
Dengan berbuat baik, walaupun hasil baik belum datang, setidaknya bencana sudah menghindar/berkurang.
Dengan berbuat jahat, walaupun belum mendapatkan balasan, setidaknya keberuntungan sudah menghindar/berkurang.
Pepatah yang Anda beri diatas,justru menimbulkan pertanyaan baru lagi, terutama dengan kata ; "menghindar/berkurang" ini. Serta pepatah ini juga telah membuat hukum sebab dan akibat menjadi floating / ngambang....sebenarnya pepatah yang Dilbert sadurkan juga kurang tepat untuk menjawab pertanyaan ini ;
Apakah sdr.Robby itu akan menerima Karma buruknya selama ini ?
Quote from: sukma on 27 December 2008, 01:09:20 PM
Apakah sdr.Robby itu akan menerima Karma buruknya selama ini ?
Robby akan menerima akibat dari perbuatan buruknya selama ini.
Quote from: upasaka on 27 December 2008, 01:17:07 PM
Quote from: sukma on 27 December 2008, 01:09:20 PM
Apakah sdr.Robby itu akan menerima Karma buruknya selama ini ?
Robby akan menerima akibat dari perbuatan buruknya selama ini.
Jawaban diatas ini baru ada Ketegasan, tidak floating / ngambang kan hukum sebab dan akibat. Tapi, aku juga tetap "Mau Tanya" ;
Sesuai Fakta, si Roby karena tindakkan si Bapak dalam Cinta-Kasih telah membuat pertobatan pada Roby dan mengikuti Dhamma, plus dapat posisi pekerjaan yang baik (tapi bukan dari si Bapak), kita bicara Fakta bahwa Roby dlm waktu dekat dapat Cash berat dengan menerima kondisi yang baik secara duniawi mau pun Dhamma, kita juga bisa berdalih ; "kamma dikehidupan lalu Roby berbuah di saat-saat Roby memupuk kamma buruk dalam banyak tahun"
pertanyaannya apa?
kita juga bisa berdalih ; "kamma dikehidupan lalu Roby berbuah di saat-saat Roby memupuk kamma buruk dalam banyak tahun", apakah teori ini bisa terjadi.? Ini pertanyaan nya hatRed
Quote from: sukmaSesuai Fakta, si Roby karena tindakkan si Bapak dalam Cinta-Kasih telah membuat pertobatan pada Roby dan mengikuti Dhamma, plus dapat posisi pekerjaan yang baik (tapi bukan dari si Bapak), kita bicara Fakta bahwa Roby dlm waktu dekat dapat Cash berat dengan menerima kondisi yang baik secara duniawi mau pun Dhamma, kita juga bisa berdalih ; "kamma dikehidupan lalu Roby berbuah di saat-saat Roby memupuk kamma buruk dalam banyak tahun"
Kamma buruk yang dilakukan Roby akan berbuah kelak... Setidaknya dari kasus ini, Roby belum menerima vipaka buruk atas perbuatan-perbuatannya selama ini...
Namun dari kamma buruk yang dilakukan Roby terhadap si Bapak, justru Roby menerima vipaka baik, berupa pertolongan dana, dan kesempatan untuk mengembangan kebaikan atas dirinya sendiri. Dari pengembangan kebaikan ini, Roby malah mendapat berbagai kesuksesan. Berbagai kesuksesan ini adalah dampak dari perbuatan-perbuatan baik yang baru dilakukan Roby...
...sedangkan balasan kebaikan dari si Bapak kepada Roby, adalah vipaka baik pula yang diterima oleh Roby.
Salah satu sifat kerja hukum kamma seperti ini :
Tidak selalu perbuatan baik yang kita lakukan akan LANGSUNG memberikan dampak baik, namun kadangkala LANGSUNG berdampak tidak baik. Begitu pula sebaliknya... Tapi perlu Anda ingat, semua perbuatan baik atau buruk, pasti akan mengakibatkan buah perbuatan yang baik atau buruk pula...
menurut sang Buddha sih ini memang bisa terjadi,
kita kasih contoh kebaliknya aja ya.
Sang Buddha dalam cerita hayatnya pernah difitnah bercumbu dengan seorang pelacur dan membunuh nya.
Sang Buddha menjelaskan kenapa dia yang agung itu bisa sampai difitnah sedemikian rupa.
sang Buddha mengatakan bahwa di kehidupan lampaunya/sebelumnya dia pernah mengejek seorang pacceka buddha, kejadiannya seperti ini, waktu itu ada seorang pacceka buddha sedang membetulkan pakaiannya dan di waktu itu pula ada seorang wanita lewat di dekatnya, dan dalam pikir sang Buddha di kehidupan lampaunya dia mengejek pertapa tersebut.
Posting by hatRed
Sang Buddha menjelaskan kenapa dia yang agung itu bisa sampai difitnah sedemikian rupa.
Yup, bisa diterima dengan sejuk dgn contoh Sang Buddha itu.
Kini kita bicara pertobatan Roby di mulai 1.di saat-saat pancaran Cinta-Kasih si Bapak "ter"-terima si Roby karena "kamma baik" di masa lalu, karena ada peluang "Cinta-kasih" si Bapak tidak bisa diterima Roby karena ada faktor tertentu, atau 2 .kita sebut saja fakktor tertentu itu ialah "kamma buruk"nya Roby yang berakibat menjadi kebodohan batin.
Apakah kedua pemahaman ini bisa diterima dengan sejuk.? Bila bisa diterima. maka kehidupan ini sangat "Tidak Adil" dan mengerikan. Tapi, saya lebih memahami hukum "Cinta-Kasih" di mana tidak di berlakunya kedua point diatas. Pada dasarnya semua habitat manusia di ke kedalaman batin nya selalu mencari kedamaian / pembebasan dari penderitaan, seperti si Roby itu.
[at] Sukma : pernah melihat orang jahat hidupnya senang terus?
Pernah lihat orang baik kesusahan terus?
Mereka pasti bertanya kenapa orang jahat bisa senang sedangkan orang baik kesusahan. Makanya jangan melihat dari sudut pandang itu dong sis :)
[at] Sukma,
Pertanyaan Yg berandai-andai juga bisa dijawab dengan ber andai-andai...
Pada kasus ini, terlalu sedikit data yg disodorkan dan terlalu banyak peluang jawaban.
Lagipula, kamma dan vipaka lebih mirip warna sebuah sungai... apa yg menyebabkan sebuah sungai berwarna coklat atau hitam? Seringkali tidak dapat dijawab secara pasti, yg pasti, warna sebuah sungai disebabkan oleh bergabungnya semua partikel dan juga dikondisikan oleh cuaca pada hari itu.
Kenyataannya adalah: Tidak ada penyebab tunggal atas suatu kejadian.
::
[at] sukma
Koruptor juga bisa menikmati buah aksi kriminalnya berupa kesenangan dan kekayaan material.
Namun kelak mereka akan mendapatkan buah perbuatan buruknya...
Quote from: ryu on 27 December 2008, 02:06:22 PM
[at] Sukma : pernah melihat orang jahat hidupnya senang terus?
Pernah lihat orang baik kesusahan terus?
Mereka pasti bertanya kenapa orang jahat bisa senang sedangkan orang baik kesusahan. Makanya jangan melihat dari sudut pandang itu dong sis :)
He...he...prinsip di atas saya setuju. Tapi, yang saya renungkan tentang sepertinya tidak ada suatu kekuatan di dunia ini yang bisa menghambat pancaran Cinta-kasih pada diri seseorang di karenakan adanya kamma buruk bahkan sangat buruk, dikala Cinta-kasih ditawarkan kepadanya,walaupun dimana kondisi orang tersebut dalam Dhamma berada dalam Kebodohan Batin yang sedang subur tumbuh di dirinya.
[at] sukma
maksudnya, saat seseorang yang telah berbuat jahat seumur hidupnya tidak bisa lagi menerima cinta kasih dari makhluk lain?
cmiiw
[at] sukma
Tidak juga, ada orang yang tetap tidak tergerak untuk bertobat meski diberikan cinta-kasih oleh orang lain secara kontiniu.
Quote from: hatRed on 27 December 2008, 02:28:16 PM
[at] sukma
maksudnya, saat seseorang yang telah berbuat jahat seumur hidupnya tidak bisa lagi menerima cinta kasih dari makhluk lain?
cmiiw
Keterbalikannya, justru yang saya maksudkan, penjahat seumur hidup pun, tetap akan menerima pancara Cinta-kasih ini, kekuatan Cinta-kasih ini lah sebagain Entry point buat pertobatan.
saat seseorang bertobat (saya lebih suka memakai kata "sadar") yang berpengaruh adalah kamma nya.
pernah sang buddha menjelaskan, orang yang mempunyai jodoh mendengarkan dhamma beliau adalah dikarenakan dalam kehidupan lampaunya/tindakan sebelumnya mendukung mereka untuk mendapatkan buah karma baik tersebut.
jadi saat seseorang menjadi sadar tergantung karmanya, jadi si Roby yang kemudian mempunyai kesempatan bertobat adalah akibat perbuatan baiknya di masa lampau. sedangkan cinta kasih sang Bapak hanyalah sebagai alat saja.
Quote from: upasaka on 27 December 2008, 02:31:31 PM
[at] sukma
Tidak juga, ada orang yang tetap tidak tergerak untuk bertobat meski diberikan cinta-kasih oleh orang lain secara kontiniu.
Yup,setuju,dan perlu diperhatikan juga jagan sampai salah treatment yang berbuah memanjakan orang.
Quote from: sukma on 27 December 2008, 02:39:45 PM
Quote from: upasaka on 27 December 2008, 02:31:31 PM
[at] sukma
Tidak juga, ada orang yang tetap tidak tergerak untuk bertobat meski diberikan cinta-kasih oleh orang lain secara kontiniu.
Yup,setuju,dan perlu diperhatikan juga jagan sampai salah treatment yang berbuah memanjakan orang.
Berlaku cinta-kasih pada orang yang berbuat jahat harus disertai kebijaksanaan... Jika tidak disertai kebijaksanaan, orang yang menebarkan cinta-kasih itu akan 'tertekan' oleh cinta-kasihnya sendiri, seperti kisah si Bawang Putih.
supaya karma berbuah juga harus memperhatikan apakah ada KONDISI KONDISI yang mendukung BERBUAH-nya karma tersebut. Jika dalam kehidupan ini, sdr.robby belum mendapatkan akibat karma (karma vipaka) dari perbuatan saat ini, nanti suatu saat ketika KONDISI KONDISI yang mendukung telah SIAP, maka akan berbuahlah karma tersebut.
Kita dengan benar-benar yakin dan bertekad, dengan sujud mengulang nama Buddha, memohon supaya lahir di Tanah Suci, maka kita akan terbebas dari Triloka dengan segera, tidak akan mengalami kelahiran lagi. Oleh karena itu, pengulangan nama Buddha pada saat akan meninggal, dan memohon agar terlahir di Sukhavati adalah cara yang dapat membawa kita ke kesucian abadi, juga merupakan jalan pintas untuk mencapai Kesadaran Agung, memutuskan aliran karma (avidya). Inilah Ajaran Buddha Mahayana.
Jadi bagaimana dengan pemahaman yang kita tahu selama ini seperti posting dari Upasak ini ;
Kamma buruk yang dilakukan Roby akan berbuah kelak... Setidaknya dari kasus ini, Roby belum menerima vipaka buruk atas perbuatan-perbuatannya selama ini...
Tulisan yang saya bold diatas, apakah masih berlaku bagi orang yang mendekati ajal bila di bacakan nama Buddha Amithaba berulang-ulang .?
Quote from: sukma on 27 December 2008, 09:50:23 PM
Kita dengan benar-benar yakin dan bertekad, dengan sujud mengulang nama Buddha, memohon supaya lahir di Tanah Suci, maka kita akan terbebas dari Triloka dengan segera, tidak akan mengalami kelahiran lagi. Oleh karena itu, pengulangan nama Buddha pada saat akan meninggal, dan memohon agar terlahir di Sukhavati adalah cara yang dapat membawa kita ke kesucian abadi, juga merupakan jalan pintas untuk mencapai Kesadaran Agung, memutuskan aliran karma (avidya). Inilah Ajaran Buddha Mahayana.
Jadi bagaimana dengan pemahaman yang kita tahu selama ini seperti posting dari Upasak ini ;
Kamma buruk yang dilakukan Roby akan berbuah kelak... Setidaknya dari kasus ini, Roby belum menerima vipaka buruk atas perbuatan-perbuatannya selama ini...
Tulisan yang saya bold diatas, apakah masih berlaku bagi orang yang mendekati ajal bila di bacakan nama Buddha Amithaba berulang-ulang .?
Berikut ini diquote salah satu kisah tentang PIKIRAN TERAKHIR SEBELUM AJAL MENENTUKAN KELAHIRAN BERIKUTNYA...
Suatu saat seorang Thera bernama Tissa tinggal di Savatti. Pada suatu hari, ia menerima seperangkat jubah yang bagus dan merasa sangat senang. Ia bermaksud mengenakan jubah tersebut keesokan harinya. Tetapi pada malam hari ia meninggal dunia.
Karena melekat pada seperangkat jubah yang bagus itu, ia terlahir kembali sebagai seekor kutu yang tinggal di dalam lipatan jubah. Karena tidak ada orang yang mewarisi benda miliknya, diputuskan bahwa seperangkat jubah tersebut akan dibagi bersama oleh bhikkhu-bhikkhu yang lain.
Ketika para bhikkhu sedang bersiap untuk membagi jubah di antara mereka, si kutu sangat marah dan berteriak, "Mereka sedang merusak jubahku!" Teriakan ini didengar oleh Sang Buddha dengan kemampuan pendengaran luar biasa Beliau. Maka Beliau mengirim seseorang untuk menghentikan para bhikkhu, dan memberi petunjuk kepada mereka untuk menyelesaaikan masalah jubah itu setelah tujuh hari. Pada hari ke delapan, seperangkat jubah milik Tissa Thera itu dibagi oleh para bhikkhu.
Kemudian Sang Buddha ditanya oleh para bhikkhu, mengapa Beliau menyuruh mereka menunggu selama tujuh hari sebelum melakukan pembagian jubah Tissa Thera. Kepada mereka, Sang Buddha berkata,
"Murid-murid-Ku, pikiran Tissa melekat pada seperangkat jubah itu pada saat dia meninggal dunia, dan karenanya ia terlahir kembali sebagai seekor kutu yang tinggal dalam lipatan jubah tersebut. Ketika engkau semua bersiap untuk membagi jubah itu, Tissa, si kutu akan merasa sangat membencimu dan ia akan terlahir di alam neraka (niraya). Tetapi sekarang Tissa telah bertumimbal lahir di alam dewa Tusita, dan sebab itu, Aku memperbolehkan engkau mengambil jubah tersebut."
"Sebenarnya, para bhikkhu, kemelekatan sangatlah berbahaya, seperti karat merusak besi di mana ia terbentuk, begitu pula kemelekatan menghancurkan seseorang dan mengirimnya ke alam neraka (Niraya). Seorang bhikkhu sebaiknya tidak terlalu menuruti kehendak atau melekat dalam pemakaian empat kebutuhan pokok."
...
Dari kisah ini, Tissa Thera karena pikiran terakhir sebelum ajal melekat pada jubahnya, alhasil membuat Tissa thera bertumimbal lahir menjadi kutu di jubahnya karena kemelekatannya terhadap jubah. Setelah karma sang KUTU (Tissa Thera) itu habis karena memang pikiran terakhir-nya hanya berupa BLUNDER (kesalahan sesaat) sehingga karma yang diterima hanya singkat yaitu 1 kehidupan sebagai KUTU dengan rentang hidup 7 hari, maka kemudian Tissa Thera kemudian terlahir kembali ke surga TUSITA berkat KARMA KARMA baik yang lebih banyak dan menumpuk...
...
Dalam hal pembacaan mantra NAMO AMITABHA dari sekte/aliran Sukhavati (terlepas dari apakah benar ada surga sukhavati atau tidak), setidaknya meng-kondisi-kan pikiran dari yang akan menunggu ajal untuk berada pada kondisi pikiran yang baik. Jika kejadian di atas BENAR ADANYA, maka dengan mengkondisikan pikiran menjelang ajal itu pada kondisi pikiran baik, maka diharapkan yang meninggal itu setidaknya akan bertumimbal lahir di alam yang lebih bahagia, sembari bisa membuat karma karma baik lagi sebelum akhirnya harus menanggung akibat dari karma buruk yang pernah dibuatnya (jika ada karma buruk).
Posting by Dilbert
Dalam hal pembacaan mantra NAMO AMITABHA dari sekte/aliran Sukhavati (terlepas dari apakah benar ada surga sukhavati atau tidak), setidaknya meng-kondisi-kan pikiran dari yang akan menunggu ajal untuk berada pada kondisi pikiran yang baik. Jika kejadian di atas BENAR ADANYA, maka dengan mengkondisikan pikiran menjelang ajal itu pada kondisi pikiran baik, maka diharapkan yang meninggal itu setidaknya akan bertumimbal lahir di alam yang lebih bahagia, sembari bisa membuat karma karma baik lagi sebelum akhirnya harus menanggung akibat dari karma buruk yang pernah dibuatnya (jika ada karma buruk).
Bukan, cara Anda menjelaskan jauh dari cara/aliran Sukhavati, cara mereka ialah membantu bagi yang menghadapi kematian dengan pembacaan mantra Namo Amithaba agar bisa terlahir di Sukhavati, dengan kata lain ; karma diputuskan (Avidya)
Quote from: sukma on 27 December 2008, 10:32:23 PM
Posting by Dilbert
Dalam hal pembacaan mantra NAMO AMITABHA dari sekte/aliran Sukhavati (terlepas dari apakah benar ada surga sukhavati atau tidak), setidaknya meng-kondisi-kan pikiran dari yang akan menunggu ajal untuk berada pada kondisi pikiran yang baik. Jika kejadian di atas BENAR ADANYA, maka dengan mengkondisikan pikiran menjelang ajal itu pada kondisi pikiran baik, maka diharapkan yang meninggal itu setidaknya akan bertumimbal lahir di alam yang lebih bahagia, sembari bisa membuat karma karma baik lagi sebelum akhirnya harus menanggung akibat dari karma buruk yang pernah dibuatnya (jika ada karma buruk).
Bukan, cara Anda menjelaskan jauh dari cara/aliran Sukhavati, cara mereka ialah membantu bagi yang menghadapi kematian dengan pembacaan mantra Namo Amithaba agar bisa terlahir di Sukhavati, dengan kata lain ; karma diputuskan (Avidya)
Memang saya menjelaskan berbeda dengan apa yang sdri.sukma katakan tentang aliran sukhavati dimana karma diputuskan (avidya)... coba lihat yang saya tulis di dalam kurung (terlepas apakah benar ada surga sukhavati atau tidak)... jadi pada dasarnya saya juga tidak bisa menyatakan bahwa apakah ada alam SUKHAVATI atau tidak... karena di dalam mahzab Theravada yang saya yakini, dari 31 alam kehidupan itu tidak ada yang namanya surga sukhavati ataupun TANAH SUCI BUDDHA AMITABHA.
Quote from: dilbert on 27 December 2008, 10:36:53 PM
Quote from: sukma on 27 December 2008, 10:32:23 PM
Posting by Dilbert
Dalam hal pembacaan mantra NAMO AMITABHA dari sekte/aliran Sukhavati (terlepas dari apakah benar ada surga sukhavati atau tidak), setidaknya meng-kondisi-kan pikiran dari yang akan menunggu ajal untuk berada pada kondisi pikiran yang baik. Jika kejadian di atas BENAR ADANYA, maka dengan mengkondisikan pikiran menjelang ajal itu pada kondisi pikiran baik, maka diharapkan yang meninggal itu setidaknya akan bertumimbal lahir di alam yang lebih bahagia, sembari bisa membuat karma karma baik lagi sebelum akhirnya harus menanggung akibat dari karma buruk yang pernah dibuatnya (jika ada karma buruk).
Bukan, cara Anda menjelaskan jauh dari cara/aliran Sukhavati, cara mereka ialah membantu bagi yang menghadapi kematian dengan pembacaan mantra Namo Amithaba agar bisa terlahir di Sukhavati, dengan kata lain ; karma diputuskan (Avidya)
Memang saya menjelaskan berbeda dengan apa yang sdri.sukma katakan tentang aliran sukhavati dimana karma diputuskan (avidya)... coba lihat yang saya tulis di dalam kurung (terlepas apakah benar ada surga sukhavati atau tidak)... jadi pada dasarnya saya juga tidak bisa menyatakan bahwa apakah ada alam SUKHAVATI atau tidak... karena di dalam mahzab Theravada yang saya yakini, dari 31 alam kehidupan itu tidak ada yang namanya surga sukhavati ataupun TANAH SUCI BUDDHA AMITABHA.
Satu hal yang kontra ialah dalam pengulangan Nama Buddha Amithaba, pikiran masih bekerja dan melekat, lantas cara ini sama saja dengan sikap DOA.
Quote from: sukma on 27 December 2008, 10:49:21 PM
Satu hal yang kontra ialah dalam pengulangan Nama Buddha Amithaba, pikiran masih bekerja dan melekat, lantas cara ini sama saja dengan sikap DOA.
Anda benar dalam hal ini... bahwa itu juga salah satu kemelakatan... seperti yang saya katakan... APAKAH ALAM SUKHAVATI itu ADA/EKSIS... TIDAK ADA YANG TAHU... Maka ketika ada kemelekatan (baca hukum sebab musabab bergantungan / Paticca Samupada)...
Ketika Sang Buddha berdiam di Savatthi..." Para bhikkhu, saya akan dan menganalisa sebab-musabab yang saling bergantungkan kepada kalian."
"Dan apakah sebab-musabab yang bergantungan itu? Dari ketidaktahuan (avijja) sebagai kondisi penyebab maka muncullah bentuk-bentuk perbuatan/kamma (sankhara). Dari bentuk-bentuk perbuatan/kamma (sankhara) sebagai kondisi penyebab maka muncullah kesadaran (vinnana). Dari kesadaran (vinnana) sebagai kondisi penyebab maka muncullah batin dan jasmani (nama-rupa). Dari batin dan jasmani (nama-rupa) sebagai konsisi penyebab maka muncullah enam indera (salayatana). Dari enam indera (salayatana) sebagai kondisi penyebab maka muncullah kesan-kesan (phassa). Dari kesan-kesan (phassa) sebagai kondisi penyebab maka muncullah perasaan (vedana). Dari perasaan (vedana) sebagai konsisi penyebab maka muncullah keinginan/kehausan (tanha). Dari keinginan/kehausan (tanha) sebagai kondisi penyebab maka muncullah kemelekatan (upadana). Dari kemelekatan (upadana) sebagai kondisi penyebab maka muncullah proses kelahiran kembali (bhava). Dari proses kelahiran kembali (bhava) sebagai kondisi penyebab maka muncullah kelahiran kembali (jati). Dari kelahiran kembali (jati) sebagai kondisi penyebab maka muncullah kelapukan dan kematian, duka cita, sakit, kesusahan dan keputus-asaan (jaramaranang). Demikianlah penyebab dari seluruh kesusahan dan penderitaan."
(Paticca-samuppada-vibhanga Sutta; Samyutta Nikaya 12.2 {S 2.1})Karena kemelakatan itulah maka terjadi proses kelahiran kembali... itulah roda samsara... berputar dalam siklus kelahiran - kematian... Inilah penyeba dari seluruh Dukkha... Ajaran BUDDHA bertujuan untuk mengakhiri Dukkha, memutus siklus kelahiran - kematian... Jika masih ada kemelekatan, maka pasti akan terjadi proses kelahiran kembali...