Dalam Ratana Sutta dikatakan 
Saha-vassa dassanasampadaya, tayassu dhamma jahita bhavanti; Sakkaya-ditthi vicikicchitanca, silabbatam va pi yad-atthi kinci; Catuh-apayehi ca vippamutto, chaccabhithanani abhabba katum, idampi Sanghe ratanam panitam, etena saccena suvatthi hotu.
Seseorang yang telah memahami Pandangan Benar, tiga belenggu terlepaskan serentak, --- Sakkya-ditthi (keyakinan adanya diri yang kekal), Vicikiccha (keragu-raguan) dan Silabbataparamassa (percaya pada takhyul) ---. Terbebaskan dari empat alam menyedihkan. Ia tak dapat melakukan enam kejahatan berat. Sesungguhnya, dalam Sangha terdapat permata tak ternilai ini. Demi kebenaran ini, semoga semua mahluk berbahagia
Dengan demikian seorang Sotapanna tidak akan "terjatuh kedalam empat alam menyedihkan" karena tidak dapat melakukan enam kejahatan berat.
Bagaimana posisi seorang BODHISATVA yang ternyata dalam berbagai cerita JATAKA kelahiran BODHISATVA sebagai calon sammasambuddha, kerap kali terlahir sebagai binatang yang notabene adalah salah satu dari empat alam yang menyedihkan. 
Apakah ini menandakan bahwa Bodhisatva (dalam jalur pencapaian sammasambuddha yang masih harus menempuh beberapa asankheya kappa dan beratus ratus dan bahkan beribu ribu kehidupan lagi) adalah secara pencapaian jalur kesucian DIBAWAH seorang SOTAPANNA (pemasuk arus yang mantap akan mencapai kesucian dalam paling lama 7 kali kehidupan lagi tanpa terlahir di alam menyedihkan) ?
			
			
			
				Good question...
Sebelumnya, apakah benar tingkat kesucian sotapanna 'semudah' itu untuk dicapai?
Apakah hanya dengan mengenal dan menerima konsep anatta, maka ia sudah melepaskan belenggu Sakkya-ditthi?
Apakah hanya dengan yakin dan memahami dhamma, maka ia sudah melepaskan belenggu Vicikiccha?
Apakah hanya dengan menolak dan melihat kesia-siaan dari tata-cara ritual mistik dan takhayul, maka ia sudah melepaskan belenggu Silabbataparamassa?
Saya rasa tidak demikian. Seseorang yang sudah mencapai tingkat Sotapanna sudah amat jelas melihat fatamorgana dunia. Pemahaman beliau ini sudah terlepas sama sekali dari ketiga jenis belenggu tadi, sehingga batinnya tidak lagi tergoyahkan. Seseorang yang sudah mencapai tingkat Sotapanna tidak akan lagi mengalami degradasi batin.
Berangkat dari pemahaman ini, sekiranya Boddhisatta yang sering 'terjerembab' dalam alam2 menderita jelas belum mencapai tingkat kesucian apapun... Beliau hanyalah makhluk agung yang memiliki potensi besar untuk mencapai tingkat2 kebuddhaan...
 _/\_
			
			
			
				[at] upasaka...
LOGIC answer... 
			
			
			
				dari sudut pandang Theravada, Bodhisatta adalah suatu gelar bagi seseorang yang sedang dalam perjalanannya menuju Penerangan Sempurna. Dalam perjalanan ini seorang Bodhisatta harus menyempurnakan 10 Parami selama satu yang tertentu yang sangat lamaaaa... misalnya dalam hal Bodhisatta Gotama, waktu yang diperlukan adalah 4 asankheyya dan 100 ribu kappa. ini adalah waktu yang sangat panjang dan memerlukan berjuta/milyar kelahiran. jika seorang Bodhisatta mencapai kesucian Sotapanna dimana dalam maksimum 7 kelahiran akan mencapai Nibbana, maka cita-citanya untuk mencapai Sammasambuddha tentu GAGAL. jadi untuk menghindari resiko gagal maka seorang Bodhisatta tidak mencapai kesucian.
Dan IMO, Bodhisatta tidak relevan jika dihubungkan dengan tingkat2an kesucian. 
Pada awal karirnya sebagai Bodhisatta, ketika terlahir sebagai Petapa Sumedha, Saat bertemu dengan Buddha Dipankara, Sang Bodhisatta bahkan sudah memenuhi persyaratan untuk menjadi Arahat, namun Beliau menolak dan memilih bercita2 untuk menjadi Sammasambuddha.
_/\_
			
			
			
				Quote from: Indra on 26 December 2008, 02:30:50 PM
dari sudut pandang Theravada, Bodhisatta adalah suatu gelar bagi seseorang yang sedang dalam perjalanannya menuju Penerangan Sempurna. Dalam perjalanan ini seorang Bodhisatta harus menyempurnakan 10 Parami selama satu yang tertentu yang sangat lamaaaa... misalnya dalam hal Bodhisatta Gotama, waktu yang diperlukan adalah 4 asankheyya dan 100 ribu kappa. ini adalah waktu yang sangat panjang dan memerlukan berjuta/milyar kelahiran. jika seorang Bodhisatta mencapai kesucian Sotapanna dimana dalam maksimum 7 kelahiran akan mencapai Nibbana, maka cita-citanya untuk mencapai Sammasambuddha tentu GAGAL. jadi untuk menghindari resiko gagal maka seorang Bodhisatta tidak mencapai kesucian.
Dan IMO, Bodhisatta tidak relevan jika dihubungkan dengan tingkat2an kesucian. 
Pada awal karirnya sebagai Bodhisatta, ketika terlahir sebagai Petapa Sumedha, Saat bertemu dengan Buddha Dipankara, Sang Bodhisatta bahkan sudah memenuhi persyaratan untuk menjadi Arahat, namun Beliau menolak dan memilih bercita2 untuk menjadi Sammasambuddha.
_/\_
Jika bodhisatva tidak dapat dihubungkan dengan tingkat kesucian, apakah berarti bodhisatva sama sekali bukan termasuk dalam 8 pasang makhluk suci (ARIYA) sehingga masih bisa bertumimbal lahir di alam menyedihkan. 
Apakah bodhisatva = puthujana ?
			
 
			
			
				Quote from: dilbert on 26 December 2008, 02:35:22 PM
Jika bodhisatva tidak dapat dihubungkan dengan tingkat kesucian, apakah berarti bodhisatva sama sekali bukan termasuk dalam 8 pasang makhluk suci (ARIYA) sehingga masih bisa bertumimbal lahir di alam menyedihkan. 
Apakah bodhisatva = puthujana ?
Bukankah, dalam kitab Jataka banyak diceritakan mengenai kehidupan Bodhisatta sebagai binatang? alam binatang juga alam menyedihkan, bukan? 
			
 
			
			
				saat terlahir sebagai binatang, apakah binatang biasa atau binatang yg aneh ?
			
			
			
				Apabila diambil satu titik waktu untuk membandingkan seorang Sotapanna dan seorang Bodhisatva maka bila yang dibandingkan pada saat itu adalah tingkat kesucian maka jelas yang lebih suci adalah seorang Sotapanna.
Namun bila yang dibandingkan pada saat itu adalah "ketinggian tekad" maka seorang Bodhisatva memiliki tekad yang lebih tinggi. Karena keduanya memilih jalur yang berbeda maka ada perbedaan dalam kualitas kesucian dan tekad pada waktu perbandingan dilakukan. cmiiw
 _/\_
			
			
			
				Quote from: hatRed on 26 December 2008, 02:45:35 PM
saat terlahir sebagai binatang, apakah binatang biasa atau binatang yg aneh ?
Menurut cerita dalam kitab Jataka, binatangnya adalah binatang yang luar biasa karena bisa berkorban seperti menjadi kelinci yang menjatuhkan dirinya dalam api, kura-kura yang menyeberangkan orang, dll. Tapi tidak aneh dalam arti bentuknya lain dari yang lain.  :)
			
 
			
			
				Apakah bodhisatva = puthujana ?
tergantung bhuminya(tingkatannya)
			
			
			
				Quote from: CKRA on 26 December 2008, 02:49:20 PM
Apabila diambil satu titik waktu untuk membandingkan seorang Sotapanna dan seorang Bodhisatva maka bila yang dibandingkan pada saat itu adalah tingkat kesucian maka jelas yang lebih suci adalah seorang Sotapanna.
Namun bila yang dibandingkan pada saat itu adalah "ketinggian tekad" maka seorang Bodhisatva memiliki tekad yang lebih tinggi. Karena keduanya memilih jalur yang berbeda maka ada perbedaan dalam kualitas kesucian dan tekad pada waktu perbandingan dilakukan. cmiiw
 _/\_
Boddhisatta tidak selalu makhluk / orang yang bertekad untuk menjadi Sammasambuddha. Para bhikkhu pun bisa disebut sebagai boddhisatta (orang yang berada di jalur untuk mencapai tingkat kebuddhaan). Saya rasa kita tidak bisa membandingkan kualitas tekad antar Boddhisatta dengan Sotapatti, karena hal itu tidak kongruen.
Lalu apakah orang yang mencapai tingkat Sotapanna, Sakadagami dan Anagami dapat disebut sebagai Boddhisatta?
			
 
			
			
				Quotejika seorang Bodhisatta mencapai kesucian Sotapanna dimana dalam maksimum 7 kelahiran akan mencapai Nibbana, maka cita-citanya untuk mencapai Sammasambuddha tentu GAGAL. jadi untuk menghindari resiko gagal maka seorang Bodhisatta tidak mencapai kesucian.
Emang tingkat kesucian bisa ditunda yah...?  :)
dan
Kalau bodhisatta itu hanya bercita-citta untuk menjadi sammasam Buddha aja yah...? :)
Mohon penerangan...
Namo Buddhaya...  _/\_ ...
			
 
			
			
				Quote from: hatRed on 26 December 2008, 02:45:35 PM
saat terlahir sebagai binatang, apakah binatang biasa atau binatang yg aneh ?
Menurut Jataka, justru Boddhisatta Gotama pernah terlahir menjadi hewan dengan wujud yang aneh. Misalnya seperti ketika Boddhisatta Gotama dan kehidupan lalu Putri Yasodhara, yang terlahir sebagai burung berkepala manusia.
Saya rasa makhluk-makhluk (hewan) yang berwujud aneh seperti ini adalah wajar. Mengingat di Bumi ini sudah banyak sekali kappa dan peradaban kehidupan yang berlalu, adalah sangat mungkin akan keberadaan jenis / species kehidupan yang beragam dan 
unik dibandingkan peradaban di zaman ini.
Mungkin kalau dalam istilah Jawa, makhluk seperti itu dikenal dengan sebutan 
jenglot.
			
 
			
			
				Quote from: CKRA on 26 December 2008, 02:52:53 PM
Quote from: hatRed on 26 December 2008, 02:45:35 PM
saat terlahir sebagai binatang, apakah binatang biasa atau binatang yg aneh ?
Menurut cerita dalam kitab Jataka, binatangnya adalah binatang yang luar biasa karena bisa berkorban seperti menjadi kelinci yang menjatuhkan dirinya dalam api, kura-kura yang menyeberangkan orang, dll. Tapi tidak aneh dalam arti bentuknya lain dari yang lain.  :)
oo... ada juga yang gak aneh ya.
soalnya yg baru tau boddhisatva gotama yang dulunya jadi burung berkepala manusia.
			
 
			
			
				Quote from: upasaka on 26 December 2008, 03:02:29 PM
Quote from: CKRA on 26 December 2008, 02:49:20 PM
Apabila diambil satu titik waktu untuk membandingkan seorang Sotapanna dan seorang Bodhisatva maka bila yang dibandingkan pada saat itu adalah tingkat kesucian maka jelas yang lebih suci adalah seorang Sotapanna.
Namun bila yang dibandingkan pada saat itu adalah "ketinggian tekad" maka seorang Bodhisatva memiliki tekad yang lebih tinggi. Karena keduanya memilih jalur yang berbeda maka ada perbedaan dalam kualitas kesucian dan tekad pada waktu perbandingan dilakukan. cmiiw
 _/\_
Boddhisatta tidak selalu makhluk / orang yang bertekad untuk menjadi Sammasambuddha. Para bhikkhu pun bisa disebut sebagai boddhisatta (orang yang berada di jalur untuk mencapai tingkat kebuddhaan). Saya rasa kita tidak bisa membandingkan kualitas tekad antar boddhisatta dengan Sotapatti, karena hal itu tidak kongruen.
Lalu apakah orang yang mencapai tingkat Sotapanna, Sakadagami dan Anagami dapat disebut sebagai Boddhisatta?
Dalam Budhavamsa, dikatakan bahwa bodhisatta dalah jalur karier untuk mencapai sammasambuddha... jika diluar jalur pencapaian sammasambuddha, seorang individu belum bisa menyandang gelar bodhisatta mahasatta.KOREKSI... setelah membaca kembali buddhavamsa, rupanya masih dikenal 
(1) Sammà-Sambodhi: Pencerahan berupa empat pengetahuan Pandangan Cerah mengenai Jalan yang disertai kemahatahuan. Empat pengetahuan mengenai Jalan adalah pemahaman atas Empat Kebenaran Mulia oleh diri sendiri tanpa bantuan guru, dan memiliki kekuatan untuk melenyapkan kotoran batin, juga kebiasaan-kebiasaan (vàsanà) dari kehidupan-kehidupan sebelumnya; Kemahatahuan adalah pemahaman atas semua prinsip yang perlu diketahui. Manusia mulia yang memiliki keinginan baik yang kuat untuk mencapai Sammà-Sambodhi disebut 
Sammà-Sambodhisatta, "Bakal Buddha Sempurna."
(2) Pacceka-Bodhi: Pencerahan berupa empat pengetahuan Pandangan Cerah mengenai Jalan, yaitu pemahaman atas Empat Kebenaran Mulia oleh diri sendiri tanpa bantuan guru. Manusia mulia yang memiliki keinginan baik yang kuat untuk mencapai Pacceka-Bodhi disebut 
Pacceka-Bodhisatta, "Bakal Pacceka Buddha."
(3) Sàvaka-Bodhi: Pencerahan berupa empat pengetahuan Pandangan Cerah mengenai Jalan, yaitu pemahaman atas Empat Kebenaran Mulia oleh diri sendiri dengan bantuan guru. Manusia mulia yang memiliki keinginan baik yang kuat untuk mencapai Sàvaka-Bodhi disebut 
Sàvaka-Bodhisatta, "Bakal Siswa Buddha."
			
 
			
			
				
Mungkin kalau dalam istilah Jawa, makhluk seperti itu dikenal dengan sebutan jenglot.
Bodhisattanya jenglot....hooh :o
Emang tingkat kesucian bisa ditunda yah...?
bisa saja,ibarat kamu ingin kenyang tapi ga makan sampai kenyang,setengah kenyang juga udah berasa kenyang...analogi gw aneh ya...hmm...
			
			
			
				dimana Boddhisatva yg katanya welas asih terhadap seluruh makhluk?
			
			
			
				Quote from: upasaka on 26 December 2008, 03:02:29 PM
Boddhisatta tidak selalu makhluk / orang yang bertekad untuk menjadi Sammasambuddha. Para bhikkhu pun bisa disebut sebagai boddhisatta (orang yang berada di jalur untuk mencapai tingkat kebuddhaan). Saya rasa kita tidak bisa membandingkan kualitas tekad antar boddhisatta dengan Sotapatti, karena hal itu tidak kongruen.
Lalu apakah orang yang mencapai tingkat Sotapanna, Sakadagami dan Anagami dapat disebut sebagai Boddhisatta?
Good poin Bro,
Saya dan yg lainnya secara otomatis mengasumsikan bahwa Bodhisatta dalam konteks ini adalah Samma Bodhisatta, yaitu yang bercita2 untuk menjadi Sammasambuddha. ini adalah keteledoran saya, mohon dimaafkan.
untuk meluruskan,
mereka yang sudah mencapai Sotapatti Magga ..s/d.. Arahatta Magga, tentu juga adalah Bodhisatta (Savaka Bodhisatta) 
_/\_
			
 
			
			
				jenglot ?
hmmm... buat thread baru tentang jenglot ah...
			
			
			
				Quote from: dilbert on 26 December 2008, 03:09:20 PM
Quote from: upasaka on 26 December 2008, 03:02:29 PM
Quote from: CKRA on 26 December 2008, 02:49:20 PM
Apabila diambil satu titik waktu untuk membandingkan seorang Sotapanna dan seorang Bodhisatva maka bila yang dibandingkan pada saat itu adalah tingkat kesucian maka jelas yang lebih suci adalah seorang Sotapanna.
Namun bila yang dibandingkan pada saat itu adalah "ketinggian tekad" maka seorang Bodhisatva memiliki tekad yang lebih tinggi. Karena keduanya memilih jalur yang berbeda maka ada perbedaan dalam kualitas kesucian dan tekad pada waktu perbandingan dilakukan. cmiiw
 _/\_
Boddhisatta tidak selalu makhluk / orang yang bertekad untuk menjadi Sammasambuddha. Para bhikkhu pun bisa disebut sebagai boddhisatta (orang yang berada di jalur untuk mencapai tingkat kebuddhaan). Saya rasa kita tidak bisa membandingkan kualitas tekad antar boddhisatta dengan Sotapatti, karena hal itu tidak kongruen.
Lalu apakah orang yang mencapai tingkat Sotapanna, Sakadagami dan Anagami dapat disebut sebagai Boddhisatta?
Dalam Budhavamsa, dikatakan bahwa bodhisatta dalah jalur karier untuk mencapai sammasambuddha... jika diluar jalur pencapaian sammasambuddha, seorang individu belum bisa menyandang gelar bodhisatta mahasatta.
Mungkin inilah perbedaan mendasar antara Theravada dengan Mahayana. 
Dalam konsep Theravada, Boddhisatta adalah makhluk yang mempersiapkan diri untuk mencapai kebuddhaan / Pencerahan. (
boddhi  = benih pencerahan, 
satta  = makhluk).
Sedangkan dalam konsep Mahayana, Boddhisatta lebih diagungkan sebagai sosok makhluk / orang yang welas asih untuk membantu meringankan penderitaan semua makhluk, dan 
menunda Pencerahan yang bisa dicapainya. 
Kata "menunda" ini sangat 
poweful. Karena tersirat bahwa Boddhisatta adalah orang yang mampu mencapai Pencerahan (dan tentunya sedang berada di jalur Pencerahan), namun memilih untuk mengutamakan kebahagiaan makhluk lain. Dari kata "menunda" ini juga seolah tergambar bahwa Boddhisatta sedang melakukan suatu 
pekerjaan besar, yang identik dengan konsep mencapai tingkat Sammasambuddha.
O, kalo Bro Dilbert sudah memberikan koreksinya, berarti perbedaan konsep Theravada dan Mahayana mengenai Boddhisatta tidak terlalu kentara... :)   
			 
			
			
				Hmm...
Seperti yang dikatakan ko Indra.. Bahwa untuk menjadi seorang Samma Sambuddha dibutuhkan penyempurnaan 10 parami selama 4 asankheyya 100rb kalpa, dan karena itulah seorang Bodhisatva harus bertumimbal lahir selama itu..
Seorang Arahat membutuhkan waktu 2 asankheyya 100rb kalpa untuk menyempurnakan parami-nya. Maka tentu saja Anagami, Sakadagami dan Sotapanna juga membutuhkan waktu sekian asankheyya sekian ratus ribu kalpa.
Bodhisatva, sebagai calon Buddha, tentu saja sebelum memenuhi parami sebagai Samma Sambuddha, bisa saja telah memenuhi parami sebagai Sotapanna, Sakadagami, Anagami dan Arahat. Karena itu seperti kata ko Indra, pada saat terlahir sebagai petapa Sumedha, Bodhisatva telah memenuhi syarat mencapai tingkat kesucian Arahat.
Tapi alasan kenapa bodhisatta tidak mencapai tingkat kesucian (Sotapanna, Sakadagami, Angami atau bahkan Arahat) dikarenakan dengan mencapai tingkat kesucian maka penyempurnaan 10 parami tidak akan terealisasi. Hal ini disebabkan pencapaian tingkat kesucian menyebabkan tidak akan terlahir di alam 4 rendah. Padahal, dikatakan, tempat paling baik menyempurnakan parami adalah di alam-alam penuh penderitaan.
Jadi, tentu saja Bodhisatta (memutuskan) tidak mencapai tingkat kesucian apapun sebelum 10 parami telah sempurna. Dan untuk itu, selama 4 asankheyya dan 100rb kalpa mengalami tumimbal lahir. Pada waktunya, Bodhisatta akan menjadi Samma Sambuddha tanpa melalui tingkat Sotapanna, Sakadagami atau Anagami.. Sebab, untuk tingkat2 kesucian tersebut, sudah sanggup dicapainya 2 Asankheyya sebelumnya...
;D
Itu hanya sedikit yang kuketahui... mohon koreksi bila keliru... :)
			
			
			
				Quote from: nyanadhana on 26 December 2008, 03:10:18 PM
Mungkin kalau dalam istilah Jawa, makhluk seperti itu dikenal dengan sebutan jenglot.
Bodhisattanya jenglot....hooh :o
Mengapa tidak?
Boddhisatta-nya hewan juga bisa...  ;D
			
 
			
			
				QuoteTapi alasan kenapa bodhisatta tidak mencapai tingkat kesucian (Sotapanna, Sakadagami, Angami atau bahkan Arahat) dikarenakan dengan mencapai tingkat kesucian maka penyempurnaan 10 parami tidak akan terealisasi. Hal ini disebabkan pencapaian tingkat kesucian menyebabkan tidak akan terlahir di alam 4 rendah. Padahal, dikatakan, tempat paling baik menyempurnakan parami adalah di alam-alam penuh penderitaan.
Jadi, tentu saja Bodhisatta (memutuskan) tidak mencapai tingkat kesucian apapun sebelum 10 parami telah sempurna. Dan untuk itu, selama 4 asankheyya dan 100rb kalpa mengalami tumimbal lahir. Pada waktunya, Bodhisatta akan menjadi Samma Sambuddha tanpa melalui tingkat Sotapanna, Sakadagami atau Anagami.. Sebab, untuk tingkat2 kesucian tersebut, sudah sanggup dicapainya 2 Asankheyya sebelumnya...
memangnya kalau mencapai tingkat kesucian bisa pakai alasan dan bisa di putuskan yah...?  :)
			
 
			
			
				Quote from: Huiono on 26 December 2008, 03:18:06 PM
Tapi alasan kenapa bodhisatta tidak mencapai tingkat kesucian (Sotapanna, Sakadagami, Angami atau bahkan Arahat) dikarenakan dengan mencapai tingkat kesucian maka penyempurnaan 10 parami tidak akan terealisasi. Hal ini disebabkan pencapaian tingkat kesucian menyebabkan tidak akan terlahir di alam 4 rendah. Padahal, dikatakan, tempat paling baik menyempurnakan parami adalah di alam-alam penuh penderitaan.
Itu hanya sedikit yang kuketahui... mohon koreksi bila keliru... :)
coba saya koreksi ya... jika ternyata salah, mohon koreksi lagi...
tempat paling baik menyempurnakan parami apakah di alam penuh penderitaan ? Setahu pengetahuan saya tentang JATAKA, bodhisatta tidak pernah terlahir di alam peta, alam asura ataupun alam niraya (neraka), paling bawah hanya alam binatang (tirachanna). CMIIW...
			
 
			
			
				Quote from: hatRed on 26 December 2008, 03:08:16 PM
Quote from: CKRA on 26 December 2008, 02:52:53 PM
Quote from: hatRed on 26 December 2008, 02:45:35 PM
saat terlahir sebagai binatang, apakah binatang biasa atau binatang yg aneh ?
Menurut cerita dalam kitab Jataka, binatangnya adalah binatang yang luar biasa karena bisa berkorban seperti menjadi kelinci yang menjatuhkan dirinya dalam api, kura-kura yang menyeberangkan orang, dll. Tapi tidak aneh dalam arti bentuknya lain dari yang lain.  :)
oo... ada juga yang gak aneh ya.
soalnya yg baru tau boddhisatva gotama yang dulunya jadi burung berkepala manusia.
Mohon maaf bro bila informasi saya kurang lengkap karena keterbatasan pengetahuan saya. Karena kalau dari cerita ttg kura-kura saja ukurannya pasti sebesar perahu. Anumodana untuk bro upasaka yang sudah melengkapi.  _/\_
			
 
			
			
				Quote from: dilbert on 26 December 2008, 03:24:18 PM
Quote from: Huiono on 26 December 2008, 03:18:06 PM
Tapi alasan kenapa bodhisatta tidak mencapai tingkat kesucian (Sotapanna, Sakadagami, Angami atau bahkan Arahat) dikarenakan dengan mencapai tingkat kesucian maka penyempurnaan 10 parami tidak akan terealisasi. Hal ini disebabkan pencapaian tingkat kesucian menyebabkan tidak akan terlahir di alam 4 rendah. Padahal, dikatakan, tempat paling baik menyempurnakan parami adalah di alam-alam penuh penderitaan.
Itu hanya sedikit yang kuketahui... mohon koreksi bila keliru... :)
coba saya koreksi ya... jika ternyata salah, mohon koreksi lagi...
tempat paling baik menyempurnakan parami apakah di alam penuh penderitaan ? Setahu pengetahuan saya tentang JATAKA, bodhisatta tidak pernah terlahir di alam peta, alam asura ataupun alam niraya (neraka), paling bawah hanya alam binatang (tirachanna). CMIIW...
Yang saya tahu, alam manusia juga temasuk alam penderitaan lho... ;D
Ya juga.. belum pernah dengar ttg kelahiran bodhisatva di alam peta, ashura dan niraya.
			
 
			
			
				Quote from: CKRA on 26 December 2008, 03:31:13 PM
Quote from: hatRed on 26 December 2008, 03:08:16 PM
Quote from: CKRA on 26 December 2008, 02:52:53 PM
Quote from: hatRed on 26 December 2008, 02:45:35 PM
saat terlahir sebagai binatang, apakah binatang biasa atau binatang yg aneh ?
Menurut cerita dalam kitab Jataka, binatangnya adalah binatang yang luar biasa karena bisa berkorban seperti menjadi kelinci yang menjatuhkan dirinya dalam api, kura-kura yang menyeberangkan orang, dll. Tapi tidak aneh dalam arti bentuknya lain dari yang lain.  :)
oo... ada juga yang gak aneh ya.
soalnya yg baru tau boddhisatva gotama yang dulunya jadi burung berkepala manusia.
Mohon maaf bro bila informasi saya kurang lengkap karena keterbatasan pengetahuan saya. Karena kalau dari cerita ttg kura-kura saja ukurannya pasti sebesar perahu. Anumodana untuk bro upasaka yang sudah melengkapi.  _/\_
Nah, bertambah pengetahuan kan... saya juga... inilah guna-nya forum forum kayak seperti ini... 
			
 
			
			
				Quote from: dilbert on 26 December 2008, 02:00:29 PM
Apakah ini menandakan bahwa Bodhisatva (dalam jalur pencapaian sammasambuddha yang masih harus menempuh beberapa asankheya kappa dan beratus ratus dan bahkan beribu ribu kehidupan lagi) adalah secara pencapaian jalur kesucian DIBAWAH seorang SOTAPANNA (pemasuk arus yang mantap akan mencapai kesucian dalam paling lama 7 kali kehidupan lagi tanpa terlahir di alam menyedihkan) ?
Kalau menurut saya [at] atas, YA.
			
 
			
			
				Quote from: Huiono... Bahwa untuk menjadi seorang Samma Sambuddha dibutuhkan penyempurnaan 10 parami selama 4 asankheyya 100rb kalpa, dan karena itulah seorang Bodhisatva harus bertumimbal lahir selama itu..
Setahu saya : 
4 Asankkheya Kappa = 1 Maha Kappa
1 Asankkheya Kappa = 20 Antara Kappa
1 Maha Kappa = 80 Antara Kappa
CMIIW  :)
			
 
			
			
				Quote from: Huiono on 26 December 2008, 03:33:42 PM
Quote from: dilbert on 26 December 2008, 03:24:18 PM
Quote from: Huiono on 26 December 2008, 03:18:06 PM
Tapi alasan kenapa bodhisatta tidak mencapai tingkat kesucian (Sotapanna, Sakadagami, Angami atau bahkan Arahat) dikarenakan dengan mencapai tingkat kesucian maka penyempurnaan 10 parami tidak akan terealisasi. Hal ini disebabkan pencapaian tingkat kesucian menyebabkan tidak akan terlahir di alam 4 rendah. Padahal, dikatakan, tempat paling baik menyempurnakan parami adalah di alam-alam penuh penderitaan.
Itu hanya sedikit yang kuketahui... mohon koreksi bila keliru... :)
coba saya koreksi ya... jika ternyata salah, mohon koreksi lagi...
tempat paling baik menyempurnakan parami apakah di alam penuh penderitaan ? Setahu pengetahuan saya tentang JATAKA, bodhisatta tidak pernah terlahir di alam peta, alam asura ataupun alam niraya (neraka), paling bawah hanya alam binatang (tirachanna). CMIIW...
Yang saya tahu, alam manusia juga temasuk alam penderitaan lho... ;D
Ya juga.. belum pernah dengar ttg kelahiran bodhisatva di alam peta, ashura dan niraya.
alam manusia tidak termasuk dalam alam penderitaan, tetapi digolongkan dalam alam dugati (alam nafsu), sedangkan alam penderitaan (apaya bhumi) itu hanya ada 4 yaitu, alam niraya, alam asura, alam peta dan alam tirachanna (binatang). Apaya bhumi juga termasuk dalam alam dugati bersama sama dengan 6 alam surga (total ada 11 alam dugati)
			
 
			
			
				Apakah seorang Sotapanna masih mungkin melakukan tindakan bunuh diri?
Saya pernah diberitahu bahwa seorang Sotapanna tidak mungkin membunuh diri, namun saya kurang jelas dengan alasannya, mungkin ada yg bisa membantu?
Kalau tidak salah di dalam kisah Jataka, terdapat kisah Bodhisatva melakukan bunuh diri dengan menggorok leher untuk menyelamatkan mahluk lain.
			
			
			
				Menurut Tradisi sepertinya.
Ksitigarbha kan sampai turun ke neraka untuk membebaskan ibunya?
			
			
			
				Bakal Siswa
Disebut juga Sàvaka-Bodhisatta adalah (a) bakal Siswa Utama (Agga Sàvaka), sepasang siswa seperti Yang Mulia Sàriputta (Upatissa) dan Yang Mulia Moggallàna (Kolita), (b) bakal Siswa Besar (Mahà Sàvaka), delapan puluh Siswa Besar (seperti Yang Mulia Konda¤¤a sampai dengan Yang Mulia Piïgiya), (c) bakal Siswa Biasa (Pakati Sàvaka), yaitu siswa-siswa lain selain Siswa Utama dan Siswa Besar, yang semuanya telah mencapai Arahanta selain yang telah disebutkan di atas. Demikianlah, ada tiga kelompok bakal Siswa.
Dari tiga kelompok ini (a) bakal Siswa Utama harus memenuhi Kesempurnaannya selama satu asaïkhyeyya dan seratus ribu kappa; (b) bakal Siswa Besar selama seratus ribu kappa, (c) bakal Siswa Biasa, tidak disebutkan dalam Tipiñaka berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk memenuhi Kesempurnaan, namun dalam Komentar dan Subkomentar dari Pubbenivàsakathà (dalam Mahàpadàna Sutta) disebutkan bahwa para Siswa Besar dapat mengingat kehidupan lampaunya sampai seratus ribu kappa yang lalu dan Siswa Biasa kurang dari itu. Karena pemenuhan Kesempurnaan dilakukan dalam setiap kehidupannya, dapat disimpulkan bahwa bakal Siswa Biasa harus memenuhi Kesempurnaan selama tidak lebih dari seratus ribu kappa, namun waktu pastinya tidak ditentukan, dapat selama seratus kappa atau seribu kappa, dan sebagainya. 
Bahkan dalam beberapa contoh, hanya satu atau dua kehidupan seperti dalam kisah seekor katak berikut:
Seekor katak terlahir sebagai dewa setelah mendengar suara Buddha yang sedang membabarkan Dhamma. Sebagai dewa ia mengunjungi Buddha dan menjadi seorang yang 'memasuki arus' sebagai akibat dari perbuatan mendengarkan Dhamma dari Buddha (lengkapnya terdapat dalam kisah Manduka dalam Vimàna-vatthu).
			
			
			
				Kisah Godhika Thera
  
  Godhika Thera, pada suatu kesempatan, melatih meditasi ketenangan dan  
pandangan terang, di atas lempengan batu di kaki gunung Isigili di  Magadha. 
Ketika beliau telah mencapai Jhana, beliau jatuh sakit; dan  kondisi ini 
mempengaruhi latihannya. Dengan mengabaikan rasa sakitnya,  dia tetap berlatih 
dengan keras; tetapi setiap kali beliau mencapai  kemajuan, beliau merasa 
kesakitan. Beliau mengalami hal ini sebanyak  enam kali. Akhirnya, beliau 
memutuskan untuk berjuang keras hingga  mencapai tingkat arahat, walaupun ia 
harus mati untuk itu.
  
  Tanpa beristirahat, beliau melanjutkan meditasinya dengan rajin.  Akhirnya 
beliau memutuskan untuk mengakhiri hidupnya sendiri. Dengan  memilih perasaan 
sakit sebagai obyek meditasi, beliau memotong lehernya  sendiri dengan pisau. 
Dengan berkonsentrasi terhadap rasa sakit, beliau  dapat memusatkan pikirannya 
dan mencapai arahat, tepat sebelum beliau  meninggal.
  
  Ketika Mara mendengar bahwa Godhika Thera telah meninggal dunia, ia  mencoba 
untuk menemukan dimana Godhika Thera tersebut dilahirkan,  tetapi gagal. Maka, 
dengan menyamar seperti laki-laki muda, Mara  menghampiri Sang Buddha dan 
bertanya dimana Godhika Thera sekarang.  Sang Buddha menjawab, "Tidak ada 
manfaatnya bagi kamu untuk mengetahui  Godhika Thera. Setelah terbebas dari 
kekotoran-kekotoran moral, ia  mencapai tingkat kesucian arahat. Seseorang 
seperti kamu, Mara, dengan  seluruh kekuatanmu tidak akan dapat menemukan 
kemana para arahat pergi  setelah meninggal dunia."
  
  Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 57 berikut:
  
  Mara tak dapat menemukan jejak mereka yang memiliki sila,
  yang hidup tanpa kelengahan,
  dan yang telah terbebas melalui Pengetahuan Sempurna
			
			
			
				
maaf salah posting
			
			
			
				Quote from: dilbert on 26 December 2008, 03:45:27 PM
Kisah Godhika Thera
  
  Godhika Thera, pada suatu kesempatan, melatih meditasi ketenangan dan  
pandangan terang, di atas lempengan batu di kaki gunung Isigili di  Magadha. 
Ketika beliau telah mencapai Jhana, beliau jatuh sakit; dan  kondisi ini 
mempengaruhi latihannya. Dengan mengabaikan rasa sakitnya,  dia tetap berlatih 
dengan keras; tetapi setiap kali beliau mencapai  kemajuan, beliau merasa 
kesakitan. Beliau mengalami hal ini sebanyak  enam kali. Akhirnya, beliau 
memutuskan untuk berjuang keras hingga  mencapai tingkat arahat, walaupun ia 
harus mati untuk itu.
  
  Tanpa beristirahat, beliau melanjutkan meditasinya dengan rajin.  Akhirnya 
beliau memutuskan untuk mengakhiri hidupnya sendiri. Dengan  memilih perasaan 
sakit sebagai obyek meditasi, beliau memotong lehernya  sendiri dengan pisau. 
Dengan berkonsentrasi terhadap rasa sakit, beliau  dapat memusatkan pikirannya 
dan mencapai arahat, tepat sebelum beliau  meninggal.
  
  Ketika Mara mendengar bahwa Godhika Thera telah meninggal dunia, ia  mencoba 
untuk menemukan dimana Godhika Thera tersebut dilahirkan,  tetapi gagal. Maka, 
dengan menyamar seperti laki-laki muda, Mara  menghampiri Sang Buddha dan 
bertanya dimana Godhika Thera sekarang.  Sang Buddha menjawab, "Tidak ada 
manfaatnya bagi kamu untuk mengetahui  Godhika Thera. Setelah terbebas dari 
kekotoran-kekotoran moral, ia  mencapai tingkat kesucian arahat. Seseorang 
seperti kamu, Mara, dengan  seluruh kekuatanmu tidak akan dapat menemukan 
kemana para arahat pergi  setelah meninggal dunia."
  
  Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 57 berikut:
  
  Mara tak dapat menemukan jejak mereka yang memiliki sila,
  yang hidup tanpa kelengahan,
  dan yang telah terbebas melalui Pengetahuan Sempurna
Hmmm.....
Sebelum YA. Godhika Thera memutuskan menggorok lehernya, masih tidak bisa dipastikan beliau sudah mencapai Sotapanna atau tidak. :-?
			
 
			
			
				Quote from: dilbert on 26 December 2008, 03:45:27 PM
Kisah Godhika Thera
  
  Godhika Thera, pada suatu kesempatan, melatih meditasi ketenangan dan  
pandangan terang, di atas lempengan batu di kaki gunung Isigili di  Magadha. 
Ketika beliau telah mencapai Jhana, beliau jatuh sakit; dan  kondisi ini 
mempengaruhi latihannya. Dengan mengabaikan rasa sakitnya,  dia tetap berlatih 
dengan keras; tetapi setiap kali beliau mencapai  kemajuan, beliau merasa 
kesakitan. Beliau mengalami hal ini sebanyak  enam kali. Akhirnya, beliau 
memutuskan untuk berjuang keras hingga  mencapai tingkat arahat, walaupun ia 
harus mati untuk itu.
  
  Tanpa beristirahat, beliau melanjutkan meditasinya dengan rajin.  Akhirnya 
beliau memutuskan untuk mengakhiri hidupnya sendiri. Dengan  memilih perasaan 
sakit sebagai obyek meditasi, beliau memotong lehernya  sendiri dengan pisau. 
Dengan berkonsentrasi terhadap rasa sakit, beliau  dapat memusatkan pikirannya 
dan mencapai arahat, tepat sebelum beliau  meninggal.
  
  Ketika Mara mendengar bahwa Godhika Thera telah meninggal dunia, ia  mencoba 
untuk menemukan dimana Godhika Thera tersebut dilahirkan,  tetapi gagal. Maka, 
dengan menyamar seperti laki-laki muda, Mara  menghampiri Sang Buddha dan 
bertanya dimana Godhika Thera sekarang.  Sang Buddha menjawab, "Tidak ada 
manfaatnya bagi kamu untuk mengetahui  Godhika Thera. Setelah terbebas dari 
kekotoran-kekotoran moral, ia  mencapai tingkat kesucian arahat. Seseorang 
seperti kamu, Mara, dengan  seluruh kekuatanmu tidak akan dapat menemukan 
kemana para arahat pergi  setelah meninggal dunia."
  
  Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 57 berikut:
  
  Mara tak dapat menemukan jejak mereka yang memiliki sila,
  yang hidup tanpa kelengahan,
  dan yang telah terbebas melalui Pengetahuan Sempurna
Kisah ini penuh kontroversi, baik di lingkungan Buddhis sendiri maupun komentar dari Non-Buddhis.
Apakah dibenarkan membunuh diri sendiri pada kasus-kasus tertentu?
			
 
			
			
				Quote from: hendrako on 26 December 2008, 03:52:43 PM
Quote from: dilbert on 26 December 2008, 03:45:27 PM
Kisah Godhika Thera
  
  Godhika Thera, pada suatu kesempatan, melatih meditasi ketenangan dan  
pandangan terang, di atas lempengan batu di kaki gunung Isigili di  Magadha. 
Ketika beliau telah mencapai Jhana, beliau jatuh sakit; dan  kondisi ini 
mempengaruhi latihannya. Dengan mengabaikan rasa sakitnya,  dia tetap berlatih 
dengan keras; tetapi setiap kali beliau mencapai  kemajuan, beliau merasa 
kesakitan. Beliau mengalami hal ini sebanyak  enam kali. Akhirnya, beliau 
memutuskan untuk berjuang keras hingga  mencapai tingkat arahat, walaupun ia 
harus mati untuk itu.
  
  Tanpa beristirahat, beliau melanjutkan meditasinya dengan rajin.  Akhirnya 
beliau memutuskan untuk mengakhiri hidupnya sendiri. Dengan  memilih perasaan 
sakit sebagai obyek meditasi, beliau memotong lehernya  sendiri dengan pisau. 
Dengan berkonsentrasi terhadap rasa sakit, beliau  dapat memusatkan pikirannya 
dan mencapai arahat, tepat sebelum beliau  meninggal.
  
  Ketika Mara mendengar bahwa Godhika Thera telah meninggal dunia, ia  mencoba 
untuk menemukan dimana Godhika Thera tersebut dilahirkan,  tetapi gagal. Maka, 
dengan menyamar seperti laki-laki muda, Mara  menghampiri Sang Buddha dan 
bertanya dimana Godhika Thera sekarang.  Sang Buddha menjawab, "Tidak ada 
manfaatnya bagi kamu untuk mengetahui  Godhika Thera. Setelah terbebas dari 
kekotoran-kekotoran moral, ia  mencapai tingkat kesucian arahat. Seseorang 
seperti kamu, Mara, dengan  seluruh kekuatanmu tidak akan dapat menemukan 
kemana para arahat pergi  setelah meninggal dunia."
  
  Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 57 berikut:
  
  Mara tak dapat menemukan jejak mereka yang memiliki sila,
  yang hidup tanpa kelengahan,
  dan yang telah terbebas melalui Pengetahuan Sempurna
Hmmm.....
Sebelum YA. Godhika Thera memutuskan menggorok lehernya, masih tidak bisa dipastikan beliau sudah mencapai Sotapanna atau tidak. :-?
good question ?
Apakah Godhika Thera pada saat mencapai Arahat tidak dilalui dengan pencapaian sotapanna dahulu ? Apakah langsung Arahat ? Apakah pencapaian sotapanna, sakadagami, anagami dan arahat dilampaui secara bersamaan atau bagaimana ?
			
 
			
			
				sepintas membaca
apalah bedanya cara meditasi si Godhika sama pertapa Gotama saat menyiksa diri?
			
			
			
				Quote from: Indra on 26 December 2008, 03:12:50 PM
Quote from: upasaka on 26 December 2008, 03:02:29 PM
Boddhisatta tidak selalu makhluk / orang yang bertekad untuk menjadi Sammasambuddha. Para bhikkhu pun bisa disebut sebagai boddhisatta (orang yang berada di jalur untuk mencapai tingkat kebuddhaan). Saya rasa kita tidak bisa membandingkan kualitas tekad antar boddhisatta dengan Sotapatti, karena hal itu tidak kongruen.
Lalu apakah orang yang mencapai tingkat Sotapanna, Sakadagami dan Anagami dapat disebut sebagai Boddhisatta?
Good poin Bro,
Saya dan yg lainnya secara otomatis mengasumsikan bahwa Bodhisatta dalam konteks ini adalah Samma Bodhisatta, yaitu yang bercita2 untuk menjadi Sammasambuddha. ini adalah keteledoran saya, mohon dimaafkan.
untuk meluruskan,
mereka yang sudah mencapai Sotapatti Magga ..s/d.. Arahatta Magga, tentu juga adalah Bodhisatta (Savaka Bodhisatta) 
_/\_
ada 7 makhluk suci (kecuali Arahatta Phala) adalah pasti Bodhisatta (Calon Savaka Buddha)
sedangkan
 Bodhisatta belum tentu makhluk suci, karena masih bisa lahir di alam binatang, begitu ya ?
kesimpulannya, 7 makhluk suci keadaan lebih tinggi dari pada Bodhisatta.
ibarat,seperti di dalam politik Indonesia masa dulu, bahwa anggota DPR pasti anggota MPR
tetapi anggota MPR belum tentu anggota DPR.
MPR adalah lembaga TerTinggi
DPR masih lembaga Tinggi
 _/\_
			
 
			
			
				Quote from: hatRed on 26 December 2008, 04:00:57 PM
sepintas membaca
apalah bedanya cara meditasi si Godhika sama pertapa Gotama saat menyiksa diri?
Esensinya pasti beda... 
Coba bayangkan... BAHIYA dengan mendengarkan petunjuk Dharma dalam 1 bait saja sudah mendapat penembusan sehingga mencapai tingkat kesucian ARAHAT... Saya yang sudah berkali kali bahkan beratus ratus kali membaca kembali petunjuk BUDDHA sesuai dengan apa yang tertulis dalam BAHIYA SUTTA itu "mungkin" tidak memetik apa apa. 
			
 
			
			
				Quote from: dilbert on 26 December 2008, 03:59:28 PM
Quote from: hendrako on 26 December 2008, 03:52:43 PM
Quote from: dilbert on 26 December 2008, 03:45:27 PM
Kisah Godhika Thera
  
  Godhika Thera, pada suatu kesempatan, melatih meditasi ketenangan dan  
pandangan terang, di atas lempengan batu di kaki gunung Isigili di  Magadha. 
Ketika beliau telah mencapai Jhana, beliau jatuh sakit; dan  kondisi ini 
mempengaruhi latihannya. Dengan mengabaikan rasa sakitnya,  dia tetap berlatih 
dengan keras; tetapi setiap kali beliau mencapai  kemajuan, beliau merasa 
kesakitan. Beliau mengalami hal ini sebanyak  enam kali. Akhirnya, beliau 
memutuskan untuk berjuang keras hingga  mencapai tingkat arahat, walaupun ia 
harus mati untuk itu.
  
  Tanpa beristirahat, beliau melanjutkan meditasinya dengan rajin.  Akhirnya 
beliau memutuskan untuk mengakhiri hidupnya sendiri. Dengan  memilih perasaan 
sakit sebagai obyek meditasi, beliau memotong lehernya  sendiri dengan pisau. 
Dengan berkonsentrasi terhadap rasa sakit, beliau  dapat memusatkan pikirannya 
dan mencapai arahat, tepat sebelum beliau  meninggal.
  
  Ketika Mara mendengar bahwa Godhika Thera telah meninggal dunia, ia  mencoba 
untuk menemukan dimana Godhika Thera tersebut dilahirkan,  tetapi gagal. Maka, 
dengan menyamar seperti laki-laki muda, Mara  menghampiri Sang Buddha dan 
bertanya dimana Godhika Thera sekarang.  Sang Buddha menjawab, "Tidak ada 
manfaatnya bagi kamu untuk mengetahui  Godhika Thera. Setelah terbebas dari 
kekotoran-kekotoran moral, ia  mencapai tingkat kesucian arahat. Seseorang 
seperti kamu, Mara, dengan  seluruh kekuatanmu tidak akan dapat menemukan 
kemana para arahat pergi  setelah meninggal dunia."
  
  Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 57 berikut:
  
  Mara tak dapat menemukan jejak mereka yang memiliki sila,
  yang hidup tanpa kelengahan,
  dan yang telah terbebas melalui Pengetahuan Sempurna
Hmmm.....
Sebelum YA. Godhika Thera memutuskan menggorok lehernya, masih tidak bisa dipastikan beliau sudah mencapai Sotapanna atau tidak. :-?
good question ?
Apakah Godhika Thera pada saat mencapai Arahat tidak dilalui dengan pencapaian sotapanna dahulu ? Apakah langsung Arahat ? Apakah pencapaian sotapanna, sakadagami, anagami dan arahat dilampaui secara bersamaan atau bagaimana ?
Di dalam dokumenstasi khotbah Ajahn Chah, beliau memberikan analogi sebuah balon tentang pencerahan instan dengan "hanya" mendengarkan khotbah Dhamma dari Sang Buddha yg terdapat di dalam Tipitaka.
Para Arya tersebut, sebelum mendengarkan sabda Buddha sudah memiliki timbunan parami serta kebijaksanaan yang penuh bagaikan balon besar yang sesak akan udara di dalamnya, sehingga hanya diperlukan satu tusukan kecil agar udara didalamnya yang penuh melesat keluar dengan kecepatan yang sangat tinggi.
			
 
			
			
				[at] adiharto
8 Jenis Makhluk Suci (yaitu terdiri dari 4 pasang orang) adalah Para Bhikkhu dan Bhikkhuni yang telah mencapai tingkat kesucian Sotapanna, Sakadagami, Anagami dan Arahat.
			
			
			
				Quote from: hendrako on 26 December 2008, 04:07:36 PM
Di dalam dokumenstasi khotbah Ajahn Chah, beliau memberikan analogi sebuah balon tentang pencerahan instan dengan "hanya" mendengarkan khotbah Dhamma dari Sang Buddha yg terdapat di dalam Tipitaka.
Para Arya tersebut, sebelum mendengarkan sabda Buddha sudah memiliki timbunan parami serta kebijaksanaan yang penuh bagaikan balon besar yang sesak akan udara di dalamnya, sehingga hanya diperlukan satu tusukan kecil agar udara didalamnya yang penuh melesat keluar dengan kecepatan yang sangat tinggi.
bisa jadi... seperti kisah kisah pencapaian tingkat kesucian dari beberapa ARAHAT yang bahkan hanya mendengarkan 1-2 bait petunjuk dhamma BUDDHA seperti BAHIYA dalam BAHIYA SUTTA. Mungkin pertanyaannya adalah, apakah pencapaian ARAHAT itu langsung penembusan sotapanna, sakadagami, anagami dan arahatta sekaligus ? Ataukah langsung di overlap ?
			
 
			
			
				Quote from: dilbert on 26 December 2008, 04:13:20 PM
Quote from: hendrako on 26 December 2008, 04:07:36 PM
Di dalam dokumenstasi khotbah Ajahn Chah, beliau memberikan analogi sebuah balon tentang pencerahan instan dengan "hanya" mendengarkan khotbah Dhamma dari Sang Buddha yg terdapat di dalam Tipitaka.
Para Arya tersebut, sebelum mendengarkan sabda Buddha sudah memiliki timbunan parami serta kebijaksanaan yang penuh bagaikan balon besar yang sesak akan udara di dalamnya, sehingga hanya diperlukan satu tusukan kecil agar udara didalamnya yang penuh melesat keluar dengan kecepatan yang sangat tinggi.
bisa jadi... seperti kisah kisah pencapaian tingkat kesucian dari beberapa ARAHAT yang bahkan hanya mendengarkan 1-2 bait petunjuk dhamma BUDDHA seperti BAHIYA dalam BAHIYA SUTTA. Mungkin pertanyaannya adalah, apakah pencapaian ARAHAT itu langsung penembusan sotapanna, sakadagami, anagami dan arahatta sekaligus ? Ataukah langsung di overlap ?
Pendapat sementara saya adalah tetap bertahap namun berbeda dalam soal kecepatannya, sehingga yg sangat cepat terlihat langsung sampai pada Arahat.
			
 
			
			
				Quote from: hendrako on 26 December 2008, 04:15:08 PM
Quote from: dilbert on 26 December 2008, 04:13:20 PM
Quote from: hendrako on 26 December 2008, 04:07:36 PM
Di dalam dokumenstasi khotbah Ajahn Chah, beliau memberikan analogi sebuah balon tentang pencerahan instan dengan "hanya" mendengarkan khotbah Dhamma dari Sang Buddha yg terdapat di dalam Tipitaka.
Para Arya tersebut, sebelum mendengarkan sabda Buddha sudah memiliki timbunan parami serta kebijaksanaan yang penuh bagaikan balon besar yang sesak akan udara di dalamnya, sehingga hanya diperlukan satu tusukan kecil agar udara didalamnya yang penuh melesat keluar dengan kecepatan yang sangat tinggi.
bisa jadi... seperti kisah kisah pencapaian tingkat kesucian dari beberapa ARAHAT yang bahkan hanya mendengarkan 1-2 bait petunjuk dhamma BUDDHA seperti BAHIYA dalam BAHIYA SUTTA. Mungkin pertanyaannya adalah, apakah pencapaian ARAHAT itu langsung penembusan sotapanna, sakadagami, anagami dan arahatta sekaligus ? Ataukah langsung di overlap ?
Pendapat sementara saya adalah tetap bertahap namun berbeda dalam soal kecepatannya, sehingga yg sangat cepat terlihat langsung sampai pada Arahat.
saya juga sependapat dengan anda...
			
 
			
			
				Quote from: dilbert on 26 December 2008, 04:13:20 PM
bisa jadi... seperti kisah kisah pencapaian tingkat kesucian dari beberapa ARAHAT yang bahkan hanya mendengarkan 1-2 bait petunjuk dhamma BUDDHA seperti BAHIYA dalam BAHIYA SUTTA. Mungkin pertanyaannya adalah, apakah pencapaian ARAHAT itu langsung penembusan sotapanna, sakadagami, anagami dan arahatta sekaligus ? Ataukah langsung di overlap ?
IMO, pencapaian kesucian terjadi secara berurutan, tidak boleh lompat kelas, perbedaannya hanya pada kecepatannya saja, ada individu yang mencapai dengan kecepatan cahaya, sementara individu lain dengan kecepatan siput kena stroke.
			
 
			
			
				Iya, setahu saya semua arahat mengalami sotapanna, sakadagami, dan anagami berturutan, walaupun ada secepat pikiran sehingga seolah-olah langsung jadi Arahat.
Pertanyaannya, berarti Gotama pernah jadi sotapanna?
			
			
			
				Dari hasil diskusi,
Mungkin judulnya kurang "pas" dengan menggunakan kata "lebih rendah", mungkin lebih "pas" belum termasuk Sotapanna.
Karena Bodhisatva yang bercita-cita menjadi Sammasambuddha adalah cita2 yang paling luhur. 
Sungguh berat jalan seorang Bodhisatva yang notabene belum mencapai tingkat kesucian di dalam menghadapi perjalanannya mempertahankan niat agung.
 ^:)^ ^:)^ ^:)^
			
			
			
				Quote from: Wolverine on 26 December 2008, 04:26:12 PM
Iya, setahu saya semua arahat mengalami sotapanna, sakadagami, dan anagami berturutan, walaupun ada secepat pikiran sehingga seolah-olah langsung jadi Arahat.
Pertanyaannya, berarti Gotama pernah jadi sotapanna?
Kapan ?
			
 
			
			
				Quote from: nyanadhana on 26 December 2008, 03:10:18 PM
Emang tingkat kesucian bisa ditunda yah...?
bisa saja,ibarat kamu ingin kenyang tapi ga makan sampai kenyang,setengah kenyang juga udah berasa kenyang...analogi gw aneh ya...hmm...
contoh lain dong bro... 
skalian mo nanya lagi nih...
misal klo seorg sotapana itu tlah mematahkan 3 belenggu... kalo ditunda itu berarti menunda 1 belenggu ato gimana bro... aye jadi binun nih... :))
			
 
			
			
				Quote from: Wolverine on 26 December 2008, 04:26:12 PM
Iya, setahu saya semua arahat mengalami sotapanna, sakadagami, dan anagami berturutan, walaupun ada secepat pikiran sehingga seolah-olah langsung jadi Arahat.
Pertanyaannya, berarti Gotama pernah jadi sotapanna?
Keknya, ya. Yaitu pada saat pencerahan agung di bawah pohon Bodhi, sepaket dengan pencapaian Sammasambuddha.
			
 
			
			
				Quote from: hendrako on 26 December 2008, 04:29:22 PM
Dari hasil diskusi,
Mungkin judulnya kurang "pas" dengan menggunakan kata "lebih rendah", mungkin lebih "pas" belum termasuk Sotapanna.
Karena Bodhisatva yang bercita-cita menjadi Sammasambuddha adalah cita2 yang paling luhur. 
Sungguh berat jalan seorang Bodhisatva yang notabene belum mencapai tingkat kesucian di dalam menghadapi perjalanannya mempertahankan niat agung.
 ^:)^ ^:)^ ^:)^
Inti-nya kira kira gitu lo... mau rubah judul thread gimana ?
			
 
			
			
				Quote from: dilbert on 26 December 2008, 04:33:22 PM
Quote from: hendrako on 26 December 2008, 04:29:22 PM
Dari hasil diskusi,
Mungkin judulnya kurang "pas" dengan menggunakan kata "lebih rendah", mungkin lebih "pas" belum termasuk Sotapanna.
Karena Bodhisatva yang bercita-cita menjadi Sammasambuddha adalah cita2 yang paling luhur. 
Sungguh berat jalan seorang Bodhisatva yang notabene belum mencapai tingkat kesucian di dalam menghadapi perjalanannya mempertahankan niat agung.
 ^:)^ ^:)^ ^:)^
Inti-nya kira kira gitu lo... mau rubah judul thread gimana ?
Indahnya thread ini ,menurut saya akan lebih membangkitkan toleransi dan pengertian terhadap saudara kita dari aliran yang lain yang mengutamakan jalan ke-bodhisatva-an (walaupun terdapat perbedaan yang cukup krusial (menurut saya)).
			
 
			
			
				Quote from: hendrako on 26 December 2008, 04:38:27 PM
Quote from: dilbert on 26 December 2008, 04:33:22 PM
Quote from: hendrako on 26 December 2008, 04:29:22 PM
Dari hasil diskusi,
Mungkin judulnya kurang "pas" dengan menggunakan kata "lebih rendah", mungkin lebih "pas" belum termasuk Sotapanna.
Karena Bodhisatva yang bercita-cita menjadi Sammasambuddha adalah cita2 yang paling luhur. 
Sungguh berat jalan seorang Bodhisatva yang notabene belum mencapai tingkat kesucian di dalam menghadapi perjalanannya mempertahankan niat agung.
 ^:)^ ^:)^ ^:)^
Inti-nya kira kira gitu lo... mau rubah judul thread gimana ?
Indahnya thread ini ,menurut saya akan lebih membangkitkan toleransi dan pengertian terhadap saudara kita dari aliran yang lain yang mengutamakan jalan ke-bodhisatva-an (walaupun terdapat perbedaan yang cukup krusial (menurut saya)).
hehehe... kalau thread ini menyatakan bahwa bahkan bodhisatva itu "masih belum setara" dengan sotapanna dalam hal pencapaian kesucian karena SOTAPANA sudah tidak terlahir di salah satu alam menyedihkan (yaitu alam binatang) tetapi  bodhisatva masih terlahir di alam binatang dalam perjalan hidupnya sebagai karier bodhisatva.
Kalau bodhisatva dari aliran MAHAYANA itu malah posisi-nya superior... 
dua hal yang berbeda...    
			
 
			
			
				Quote from: dilbert on 26 December 2008, 04:51:05 PM
Quote from: hendrako on 26 December 2008, 04:38:27 PM
Quote from: dilbert on 26 December 2008, 04:33:22 PM
Quote from: hendrako on 26 December 2008, 04:29:22 PM
Dari hasil diskusi,
Mungkin judulnya kurang "pas" dengan menggunakan kata "lebih rendah", mungkin lebih "pas" belum termasuk Sotapanna.
Karena Bodhisatva yang bercita-cita menjadi Sammasambuddha adalah cita2 yang paling luhur. 
Sungguh berat jalan seorang Bodhisatva yang notabene belum mencapai tingkat kesucian di dalam menghadapi perjalanannya mempertahankan niat agung.
 ^:)^ ^:)^ ^:)^
Inti-nya kira kira gitu lo... mau rubah judul thread gimana ?
Indahnya thread ini ,menurut saya akan lebih membangkitkan toleransi dan pengertian terhadap saudara kita dari aliran yang lain yang mengutamakan jalan ke-bodhisatva-an (walaupun terdapat perbedaan yang cukup krusial (menurut saya)).
hehehe... kalau thread ini menyatakan bahwa bahkan bodhisatva itu "masih belum setara" dengan sotapanna dalam hal pencapaian kesucian karena SOTAPANA sudah tidak terlahir di salah satu alam menyedihkan (yaitu alam binatang) tetapi  bodhisatva masih terlahir di alam binatang dalam perjalan hidupnya sebagai karier bodhisatva.
Kalau bodhisatva dari aliran MAHAYANA itu malah posisi-nya superior... 
dua hal yang berbeda...    
Saya bahkan berpikir mungkin memang harus begitu biar gak mencapai Sotapanna  ;D
			
 
			
			
				Quote from: dilbert on 26 December 2008, 03:38:18 PM
Quote from: Huiono on 26 December 2008, 03:33:42 PM
Quote from: dilbert on 26 December 2008, 03:24:18 PM
Quote from: Huiono on 26 December 2008, 03:18:06 PM
Tapi alasan kenapa bodhisatta tidak mencapai tingkat kesucian (Sotapanna, Sakadagami, Angami atau bahkan Arahat) dikarenakan dengan mencapai tingkat kesucian maka penyempurnaan 10 parami tidak akan terealisasi. Hal ini disebabkan pencapaian tingkat kesucian menyebabkan tidak akan terlahir di alam 4 rendah. Padahal, dikatakan, tempat paling baik menyempurnakan parami adalah di alam-alam penuh penderitaan.
Itu hanya sedikit yang kuketahui... mohon koreksi bila keliru... :)
coba saya koreksi ya... jika ternyata salah, mohon koreksi lagi...
tempat paling baik menyempurnakan parami apakah di alam penuh penderitaan ? Setahu pengetahuan saya tentang JATAKA, bodhisatta tidak pernah terlahir di alam peta, alam asura ataupun alam niraya (neraka), paling bawah hanya alam binatang (tirachanna). CMIIW...
Yang saya tahu, alam manusia juga temasuk alam penderitaan lho... ;D
Ya juga.. belum pernah dengar ttg kelahiran bodhisatva di alam peta, ashura dan niraya.
alam manusia tidak termasuk dalam alam penderitaan, tetapi digolongkan dalam alam dugati (alam nafsu), sedangkan alam penderitaan (apaya bhumi) itu hanya ada 4 yaitu, alam niraya, alam asura, alam peta dan alam tirachanna (binatang). Apaya bhumi juga termasuk dalam alam dugati bersama sama dengan 6 alam surga (total ada 11 alam dugati)
Duggati Bhumi = alam kehidupan yang menyedihkan 
Kamasugati Bhumi = alam kehidupan nafsu yang menyenangkan
Kama Bhumi = Alam kehidupan dimana makhluk-makhluknya masih senang dengan nafsu indera dan terikat dengan panca indera. 
Kama Bhumi 11 ini terbagi 2 :
~ Apaya Bhumi (Duggati Bhumi) 4 :Peta, Asura, tirachana dan Niraya
~ Kamasugati Bhumi 7 : (Manussa, catummaharajika, tavatimsa, yama, tusita, nimmanarati, paranimmita vasavati)
_/\_ :lotus:
			
 
			
			
				Quote from: hendrako on 26 December 2008, 03:41:10 PM
Apakah seorang Sotapanna masih mungkin melakukan tindakan bunuh diri?
Saya pernah diberitahu bahwa seorang Sotapanna tidak mungkin membunuh diri, namun saya kurang jelas dengan alasannya, mungkin ada yg bisa membantu?
Kalau tidak salah di dalam kisah Jataka, terdapat kisah Bodhisatva melakukan bunuh diri dengan menggorok leher untuk menyelamatkan mahluk lain.
Mungkin karena Sotapanna 
telah menekan DOSA MULA CITTA dan telah membasmi Akusala kammapatha (saluran/jalan tuk berbuat tak bermanfaat) yang panatipata (membunuh). (cmiiw)
Orang yang bunuh diri... cittanya adalah Dosa mula citta (akusala citta yang berakar pada kebencian/menolak objek).
_/\_ :lotus:
			
 
			
			
				Quote from: upasaka on 26 December 2008, 04:07:57 PM
[at] adiharto
8 Jenis Makhluk Suci (yaitu terdiri dari 4 pasang orang) adalah Para Bhikkhu dan Bhikkhuni yang telah mencapai tingkat kesucian Sotapanna, Sakadagami, Anagami dan Arahat.
Umat awam juga bisa.... yang berhasil mencapai tingkat kesucian  (kalo ga salah sampe Anagami dech). Bagi Upasaka (perumah tangga) yg telah mencapai anagami, dia telah membasmi kamaraga (tidak punya nafsu seks lagi). 
cmiiw...
_/\_ :lotus:
			
 
			
			
				Quote from: Lily W on 26 December 2008, 06:09:16 PM
Quote from: upasaka on 26 December 2008, 04:07:57 PM
[at] adiharto
8 Jenis Makhluk Suci (yaitu terdiri dari 4 pasang orang) adalah Para Bhikkhu dan Bhikkhuni yang telah mencapai tingkat kesucian Sotapanna, Sakadagami, Anagami dan Arahat.
Umat awam juga bisa.... yang berhasil mencapai tingkat kesucian  (kalo ga salah sampe Anagami dech). Bagi Upasaka (perumah tangga) yg telah mencapai anagami, dia telah membasmi kamaraga (tidak punya nafsu seks lagi). 
cmiiw...
_/\_ :lotus:
bagaimana dengan...
tidak punya nafsu seks tapi tetap berumah tangga?
			
 
			
			
				Quote from: hatRed on 26 December 2008, 06:11:23 PM
Quote from: Lily W on 26 December 2008, 06:09:16 PM
Quote from: upasaka on 26 December 2008, 04:07:57 PM
[at] adiharto
8 Jenis Makhluk Suci (yaitu terdiri dari 4 pasang orang) adalah Para Bhikkhu dan Bhikkhuni yang telah mencapai tingkat kesucian Sotapanna, Sakadagami, Anagami dan Arahat.
Umat awam juga bisa.... yang berhasil mencapai tingkat kesucian  (kalo ga salah sampe Anagami dech). Bagi Upasaka (perumah tangga) yg telah mencapai anagami, dia telah membasmi kamaraga (tidak punya nafsu seks lagi). 
cmiiw...
_/\_ :lotus:
bagaimana dengan...
tidak punya nafsu seks tapi tetap berumah tangga?
Tetap upasaka... tapi tidak sekamar dengan bininye (akan pisah kamar)... ;D
_/\_ :lotus:
			
 
			
			
				ooo...
			
			
			
				Quote from: Lily W on 05 May 2008, 11:06:26 AM
PENGELOLAAN DHAMMA OLEH SOTAPANNA
AKUSALA KAMMAPATTHA 10 (10 SALURAN TUK BERBUAT TAK BERMANFAAT)
1. Panatipata (Membunuh)
2. Adinnadana (Mencuri)
3. Kamesumicchacara (Berbuat Asusila)
4. Musavada (Berdusta) 
5. Micchaditthi (Pandangan Salah)
6. Pisunavaca (Bicara Fitnah)
7. Pharusavaca (Kata kasar)
8. Byapada (Itikat Jahat)
9. Samphappalapa (Gosip)
10. Abhijjha (Hasrat Rendah, ketamakan)
LOKA DHAMMA 8 (8 KONDISI DUNIA)
1. Alabha (Rugi)
2. Ayasa (Tidak Masyur)
3. Ninda (cela)
4. Dukkha (Penderitaan)
5. Labha (Untung)
6. Yasa (Kemasyuran)
7. Pasamsa (Pujian)
8. Sukha (kebahagiaan)
MACCHARIYA 5 (5 JENIS KEKIKIRAN)
1. Dhammamacchariya (Kekikiran terhadap kebenaran/pengetahuan/ajaran/Dhamma)
2. Vannamacchariya (Kekikiran terhadap kemasyuran/keterkenalan)
3. Labhamacchariya (Kekikiran terhadap keuntungan/rejeki)
4. Kulamacchariya (Kekikiran terhadap keluarga)
5. Avasamacchariya (Kekikiran terhadap tempat tinggal) 
NIVARANA 6/7 (RINTANGAN BATIN)
1. Kukkucca (Kekhawatiran)
2. Vicikiccha (Keragu-raguan) 
3. Kamaraga (Hawa nafsu, nafsu indera)
4. Byapada (Itikat Jahat)
5. Thina-Middha (Malas-Lamban)
6. Uddhaca (Kegelisahan)
7. Avijja (Kegelapan batin )
SANYOJANA 10 (10 BELENGGU)
1. Ditthi (Pandangan)
2. Vicikiccha (Keragu-raguan)
3. Silabataparamasa (Kepercayaan bahwa dengan upacara saja bisa mencapai kesucian) 
4. Kamaraga (Hawa Nafsu, Nafsu Indera)
5. Patigha (Kebencian, kemarahan)
6. Ruparaga (Nafsu untuk bertubuh dengan materi/nafsu untuk lahir di alam bermateri)
7. Aruparaga (Nafsu untuk menjadi bertubuh tanpa materi/nafsu untuk lahir di alam tanpa materi)
8. Mana (kesombongan)
9. Uddhacca (Kegelisahan)
10. Avijja (Kegelapan batin)
KILESA 10 (10 KEKOTORAN BATIN)
1. Ditthi (pandangan)
2. Vicikiccha (Keragu-raguan) 
3. Dosa (Kebencian)
4. Ahirika (tidak malu akan kejahatan)
5. Anottappa (tidak takut akibat perbuatan jahat)
6. Thina (Kemalasan)
7. Uddhacca (Kegelisahan)
8. Mana (kesombongan)
9. Moha (kebodohan batin, kegelapan batin)
10. Lobha (Keserakahan)
MICCHATTA DHAMMA 10 (10 KEKELIRUAN)
1. Miccha-ditthi (Pengertian keliru)
2. Miccha-Vaca (Ucapan salah) 
3. Miccha-Kammanta (Perbuatan jasmani salah)
4. Miccha-Avijja (Penghidupan salah)
5. Miccha-Sankhappa (Pikiran salah)
6. Miccha-Vayama (Daya upaya salah) 
7. Miccha-Sati (Perhatian salah)
8. Miccha-Samadhi (Konsentrasi salah)
9. Miccha-Nana (Pengetahuan salah)
10. Miccha-Vimutti (Pembebasan salah)
VIPALLASA DHAMMA 12 (12 KESEMUAN)
1. Nicca-Sanna (Persepsi/pencerapan tentang segalanya kekal)
2. Nicca-Citta (Pemikiran tentang segalanya kekal)
3. NicchaDitthi (Pandangan/paham tentang segalanya kekal)
4. Atthasanna (Persepsi/pencerapan tentang sesuatu mengandung inti kekal/atta)
5. Attacitta (Pemikiran tentang sesuatu mengandung inti kekal/atta)
6. Atthaditthi (Pandangan/paham tentang sesuatu mengandung inti kekal/atta)
7. Sukhaditthi (Pandangan bahwa segala sesuatu itu menggembirakan)
8. Subhaditthi (Pandangan bahwa segala sesuatu itu indah) 
9. Subhasanna (Persepsi/pencerapan bahwa segala sesuatu itu indah)
10. Subhacitta (Pemikiran bahwa segala sesuatu itu indah)
11. Sukhasanna (Persepsi/pecerapan bahwa segala sesuatu itu menggembirakan)
12. Sukhacitta (Pemikiran bahwa segala sesuatu itu menggembirakan)
AKUSALA DHAMMA 12 (12 DHAMMA TAK BERMANFAAT)
1. Ditthigatasampayutta 4 (4 jenis Citta yg bersekutu dengan pandangan keliru) 
2. Ditthigatavippayutta 4 (4 jenis Citta yang tidak bersekutu dengan pandangan keliru)
3. Dosamulacitta 2 (2 jenis Citta yang dipimpin oleh kebencian)
4. Vicikiccha-sampayutta 1 (1 jenis Citta yang dipimpin oleh keraguan-raguan) 
5. Uddhaccasampayutta 1 (1 jenis Citta yang dipimpin oleh kegelisahan)
Ket : 
~Yg di bold biru adalah Sotapanna mampu memusnahkan secara total (samuccheda-pahana)
~Yg di bold merah adalah Sotapanna mampu menekan/meringankan
 _/\_ :lotus:
Besok, sy akan posting pengelolaan dhamma oleh sakadagami, anagami dan arahat. sori ya... hari ini mau istirahat dulu ;D
			
 
			
			
				Quote from: Lily W on 26 December 2008, 06:09:16 PM
Quote from: upasaka on 26 December 2008, 04:07:57 PM
[at] adiharto
8 Jenis Makhluk Suci (yaitu terdiri dari 4 pasang orang) adalah Para Bhikkhu dan Bhikkhuni yang telah mencapai tingkat kesucian Sotapanna, Sakadagami, Anagami dan Arahat.
Umat awam juga bisa.... yang berhasil mencapai tingkat kesucian  (kalo ga salah sampe Anagami dech). Bagi Upasaka (perumah tangga) yg telah mencapai anagami, dia telah membasmi kamaraga (tidak punya nafsu seks lagi). 
cmiiw...
_/\_ :lotus:
Bagaimana dengan BAHIYA yang belum bhikkhu tetapi mencapai kesucian ARAHAT, demikian juga dengan Raja Sudhodhana yang meninggal sebagai ARAHAT dalam status umat awam yang belum ditabhiskan sebagai bhikkhu ?
			
 
			
			
				bisa baca-baca ini kisah raja suddhodana
QuoteSuddhodana mengundang Sang Bhagava ke istananya dan menjamuNya. Setelah makan, Sang Bhagava membabarkan ajarannya kepada Suddhodana yang kemudian mencapai tingkat spiritual kedua yaitu sakadāgāmī (Jātaka i.90). 
Suddhodana mencapai tingkat sipirtual ketiga yaitu anāgāmī setelah mendengar Mahādhammapāla Jātaka (Jātaka iv.55). Ketika Suddhodana  akan meninggal, Sang Bhagava datang dari Vesāli untuk mengunjunginya dan membabarkan ajaran kepadanya, dan setelah mendengarnya Suddhodana mencapai tingkat spiritual Arahat dan akhirnya parinibbana (kemangkatan sempurna).
Suddhodana pada kehidupan lampaunya juga pernah menjadi ayah dari sang bodhisatta untuk banyak kehidupan, seperti yang dikisahkan dalam beberapa Jātaka seperti: Katthahāri, Alīnacitta, Susīma, Bandhanāgāra, Kosambī, Mahādhammapāla, Dasaratha, Hatthipāla, Mahāummagga, dan Vessantara.
masalah tekad,,,tentu lebih tinggi boddhisatva,,,asalkan tekad itu berupa boddhicitta-sammasambuddha.
kalau asal tekad....saya rasa semua orang bisa...tapi menjalankan tekad nya itu adalah masalah.
jadi tentu dari segi kualitas batin, seorang sotapanna lebih tinggi.
sy tunggu Abhidhamma nya^^
			
				QuoteBagaimana dengan BAHIYA yang belum bhikkhu tetapi mencapai kesucian ARAHAT, demikian juga dengan Raja Sudhodhana yang meninggal sebagai ARAHAT dalam status umat awam yang belum ditabhiskan sebagai bhikkhu ?
di tahbiskan atau tidak bukanlah masalah....(hanya menjadi penghambat perhatian dalam latihan)
asalkan batin ini mampu mencapai tingkatan arahat...maka sy yakin pikiran anda saat itu tidak lagi memperdulikan  masalah "ditabiskan atau tidak"...
tidak di tabiskan juga gpp....masuk sangha juga gpp....everything it's oke.....
kemelekatan nya juga memang sudah tidak ada toh ^^..._/\_
			
 
			
			
				Quote from: dilbert on 26 December 2008, 03:24:18 PM
Quote from: Huiono on 26 December 2008, 03:18:06 PM
Tapi alasan kenapa bodhisatta tidak mencapai tingkat kesucian (Sotapanna, Sakadagami, Angami atau bahkan Arahat) dikarenakan dengan mencapai tingkat kesucian maka penyempurnaan 10 parami tidak akan terealisasi. Hal ini disebabkan pencapaian tingkat kesucian menyebabkan tidak akan terlahir di alam 4 rendah. Padahal, dikatakan, tempat paling baik menyempurnakan parami adalah di alam-alam penuh penderitaan.
Itu hanya sedikit yang kuketahui... mohon koreksi bila keliru... :)
coba saya koreksi ya... jika ternyata salah, mohon koreksi lagi...
tempat paling baik menyempurnakan parami apakah di alam penuh penderitaan ? Setahu pengetahuan saya tentang JATAKA, bodhisatta tidak pernah terlahir di alam peta, alam asura ataupun alam niraya (neraka), paling bawah hanya alam binatang (tirachanna). CMIIW...
Share sedikit info yg pernah didapet :)
Setelah mendapatkan Niyata-Vivarana (pengukuhan sebagai seorang Bodhisatta oleh seorang Samma Sambuddha), seorang Bodhisatta mendapatkan lima keuntungan, yaitu:
1. Ia tidak akan terlahir cacat
2. Ia tak akan terlahir di Neraka
3. Bila terlahir sebagai hewan, ukurannya tak akan lebih besar daripada seekor gajah, dan tak akan lebih kecil dari ukuran burung puyuh.
4. Bila terlahir di alam peta, ia hanya akan terlahir sebagai paradatu-pajivika peta, yaitu peta yang dapat menerima pemberian dari sembahyang dan sebagainya.
5. Ia tak akan terlahir sebagai wanita atau waria.
Sedangkan mengenai kelahiran dalam alam apaya, misalnya terlahir sebagai seekor merak berwarna keemasan seperti dalam Mora Jataka, dapat dilihat sebabnya dalam potongan cerita di bawah ini:
"Raja," jawab sang burung, "ada sebuah alasan yang sangat bagus untuk warna keemasanku. Di waktu yang lalu, saya menjalankan sebuah kerajaan yang memimpin atas dunia, bertahta tepat di kota ini; saya menjalankan Lima Sila, dan membuat semua orang di dunia melakukan hal yang sama. Karena itu saya terlahir kembali setelah meninggal di Alam surga tiga-puluh-tiga dewa (ed. Tavatimsa Bhumi); di sana aku hidup hingga batas usiaku, tetapi dikelahiran berikutnya saya menjadi seekor merak sebagai konsekuensi beberapa akibat perbuatan buruk; bagaimanapun, saya menjadi keemasan karena dulu saya pernah memegang teguh sila."
Dan jika saya tidak salah, dalam penyempurnaan parami-adhitthana(tekad) termuat dalam jataka ketika Bodhisatta terlahir sebagai seekor burung puyuh (ada parittanya dalam buku paritta keluaran STI)
Menurut saya cukup jelas kiranya, bahwa kelahiran di alam rendah, bisa terjadi karena penyempurnaan parami, dan juga karena adanya perbuatan salah yg berbuah dalam bentuk kelahiran di alam rendah.
CMIIW
mettacittena
_/\_
			
 
			
			
				[at] xuvie...
Ada parittanya juga yah... kalo gak salah Mora paritta...
			
			
			
				ya.. ada mora paritta dari mora jataka. paritta perlindungan sang burung merak di pagi hari (sebelum keluar beraktivitas) dan di sore hari (selesai beraktivitas dan akan beristirahat)
berkat paritta yg dilafalkan sang burung merak, dia selalu selamat dari upaya penangkapan berkali2 selama beberapa generasi raja yg berpikir bisa menjadi awet muda jika memakan dagingnya..
sampe akhirnya dijebak dgn merak betina dan lupa menyelesaikan doanya :P (kelahiran terdahulunya siapa ga dikatakan, maybe yasodhara)
ntar saya post aja.. di studi sutta kali? mohon dipindah kalo tidak cocok tempatnya
mettacittena
_/\_
			
			
			
				Quote from: dilbert on 26 December 2008, 08:44:57 PM
Quote from: Lily W on 26 December 2008, 06:09:16 PM
Quote from: upasaka on 26 December 2008, 04:07:57 PM
[at] adiharto
8 Jenis Makhluk Suci (yaitu terdiri dari 4 pasang orang) adalah Para Bhikkhu dan Bhikkhuni yang telah mencapai tingkat kesucian Sotapanna, Sakadagami, Anagami dan Arahat.
Umat awam juga bisa.... yang berhasil mencapai tingkat kesucian  (kalo ga salah sampe Anagami dech). Bagi Upasaka (perumah tangga) yg telah mencapai anagami, dia telah membasmi kamaraga (tidak punya nafsu seks lagi). 
cmiiw...
_/\_ :lotus:
Bagaimana dengan BAHIYA yang belum bhikkhu tetapi mencapai kesucian ARAHAT, demikian juga dengan Raja Sudhodhana yang meninggal sebagai ARAHAT dalam status umat awam yang belum ditabhiskan sebagai bhikkhu ?
Coba baca link ini...
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=3081.0
Quote from: hudoyo on 08 June 2008, 07:21:25 PM
Ada pendapat yang mengatakan, bila seorang awam (non-bhikkhu) menjadi arahat, maka dalam waktu 7 hari harus menjadi bhikkhu, kalau tidak ia akan meninggal. 
Adakah rekan-rekan yang bisa memberikan referensinya? Terima kasih.
Salam,
hudoyo
Anumodana..._/\_
:lotus:
			
 
			
			
				bukannya status hanya diberikan oleh manusia
			
			
			
				[at] sdri.Lily...
1. apakah BAHIYA dan raja Sudhodana mencapai tingkat ARAHAT ?
2. apakah BAHIYA dan raja Sudhodana pernah ditabhiskan menjadi bhikkhu ?
Jika pertanyaan 1 jawabnnya Ya, dan pertanyaan 2 jawabannya Tidak...
Maka UMAT AWAM (yang belum menjadi bhikkhu/bhikkhuni) bisa mencapai tingkat kesucian ARAHAT. Hanya saja ada pandangan yang menyatakan (dalam MILINDA PANHA) bahwa seorang umat awam yang sudah mencapai tingkat kesucian ARAHAT harus memasuki persamuan bhikkhu bhikkhuni dalam 7 hari (dalam MILINDA PANHA malah harus pada saat itu juga), jika tidak akan meninggal dunia/parinibbana seperti yang dialami oleh Bahiya dan Raja Suddhodhana.
			
			
			
				gelar/status siapa yang melabelkan?  #:-S
pengen nangis gw bacanya 
			
			
			
				Quote from: dilbert on 27 December 2008, 09:21:31 AM
[at] sdri.Lily...
1. apakah BAHIYA dan raja Sudhodana mencapai tingkat ARAHAT ?
2. apakah BAHIYA dan raja Sudhodana pernah ditabhiskan menjadi bhikkhu ?
Jika pertanyaan 1 jawabnnya Ya, dan pertanyaan 2 jawabannya Tidak...
Maka UMAT AWAM (yang belum menjadi bhikkhu/bhikkhuni) bisa mencapai tingkat kesucian ARAHAT. Hanya saja ada pandangan yang menyatakan (dalam MILINDA PANHA) bahwa seorang umat awam yang sudah mencapai tingkat kesucian ARAHAT harus memasuki persamuan bhikkhu bhikkhuni dalam 7 hari (dalam MILINDA PANHA malah harus pada saat itu juga), jika tidak akan meninggal dunia/parinibbana seperti yang dialami oleh Bahiya dan Raja Suddhodhana.
Bro Dilbert yang baik...
Anumodana atas penjelasannya dan jawabannya..._/\_ 
:lotus:
			
 
			
			
				Quote from: N1AR on 27 December 2008, 09:24:35 AM
gelar/status siapa yang melabelkan?  #:-S
pengen nangis gw bacanya 
Kan Sang Buddha yang pertama bilang ini Bodhisattva, ini Sotapanna, ini Arahat.
			
 
			
			
				nibbana ada berapa? sekalian nanya
			
			
			
				Quote from: Lily W on 26 December 2008, 06:22:44 PM
Quote from: Lily W on 05 May 2008, 11:06:26 AM
PENGELOLAAN DHAMMA OLEH SOTAPANNA
AKUSALA KAMMAPATTHA 10 (10 SALURAN TUK BERBUAT TAK BERMANFAAT)
1. Panatipata (Membunuh)
2. Adinnadana (Mencuri)
3. Kamesumicchacara (Berbuat Asusila)
4. Musavada (Berdusta) 
5. Micchaditthi (Pandangan Salah)
6. Pisunavaca (Bicara Fitnah)
7. Pharusavaca (Kata kasar)
8. Byapada (Itikat Jahat)
9. Samphappalapa (Gosip)
10. Abhijjha (Hasrat Rendah, ketamakan)
LOKA DHAMMA 8 (8 KONDISI DUNIA)
1. Alabha (Rugi)
2. Ayasa (Tidak Masyur)
3. Ninda (cela)
4. Dukkha (Penderitaan)
5. Labha (Untung)
6. Yasa (Kemasyuran)
7. Pasamsa (Pujian)
8. Sukha (kebahagiaan)
MACCHARIYA 5 (5 JENIS KEKIKIRAN)
1. Dhammamacchariya (Kekikiran terhadap kebenaran/pengetahuan/ajaran/Dhamma)
2. Vannamacchariya (Kekikiran terhadap kemasyuran/keterkenalan)
3. Labhamacchariya (Kekikiran terhadap keuntungan/rejeki)
4. Kulamacchariya (Kekikiran terhadap keluarga)
5. Avasamacchariya (Kekikiran terhadap tempat tinggal) 
NIVARANA 6/7 (RINTANGAN BATIN)
1. Kukkucca (Kekhawatiran)
2. Vicikiccha (Keragu-raguan) 
3. Kamaraga (Hawa nafsu, nafsu indera)
4. Byapada (Itikat Jahat)
5. Thina-Middha (Malas-Lamban)
6. Uddhaca (Kegelisahan)
7. Avijja (Kegelapan batin )
SANYOJANA 10 (10 BELENGGU)
1. Ditthi (Pandangan)
2. Vicikiccha (Keragu-raguan)
3. Silabataparamasa (Kepercayaan bahwa dengan upacara saja bisa mencapai kesucian) 
4. Kamaraga (Hawa Nafsu, Nafsu Indera)
5. Patigha (Kebencian, kemarahan)
6. Ruparaga (Nafsu untuk bertubuh dengan materi/nafsu untuk lahir di alam bermateri)
7. Aruparaga (Nafsu untuk menjadi bertubuh tanpa materi/nafsu untuk lahir di alam tanpa materi)
8. Mana (kesombongan)
9. Uddhacca (Kegelisahan)
10. Avijja (Kegelapan batin)
KILESA 10 (10 KEKOTORAN BATIN)
1. Ditthi (pandangan)
2. Vicikiccha (Keragu-raguan) 
3. Dosa (Kebencian)
4. Ahirika (tidak malu akan kejahatan)
5. Anottappa (tidak takut akibat perbuatan jahat)
6. Thina (Kemalasan)
7. Uddhacca (Kegelisahan)
8. Mana (kesombongan)
9. Moha (kebodohan batin, kegelapan batin)
10. Lobha (Keserakahan)
MICCHATTA DHAMMA 10 (10 KEKELIRUAN)
1. Miccha-ditthi (Pengertian keliru)
2. Miccha-Vaca (Ucapan salah) 
3. Miccha-Kammanta (Perbuatan jasmani salah)
4. Miccha-Avijja (Penghidupan salah)
5. Miccha-Sankhappa (Pikiran salah)
6. Miccha-Vayama (Daya upaya salah) 
7. Miccha-Sati (Perhatian salah)
8. Miccha-Samadhi (Konsentrasi salah)
9. Miccha-Nana (Pengetahuan salah)
10. Miccha-Vimutti (Pembebasan salah)
VIPALLASA DHAMMA 12 (12 KESEMUAN)
1. Nicca-Sanna (Persepsi/pencerapan tentang segalanya kekal)
2. Nicca-Citta (Pemikiran tentang segalanya kekal)
3. NicchaDitthi (Pandangan/paham tentang segalanya kekal)
4. Atthasanna (Persepsi/pencerapan tentang sesuatu mengandung inti kekal/atta)
5. Attacitta (Pemikiran tentang sesuatu mengandung inti kekal/atta)
6. Atthaditthi (Pandangan/paham tentang sesuatu mengandung inti kekal/atta)
7. Sukhaditthi (Pandangan bahwa segala sesuatu itu menggembirakan)
8. Subhaditthi (Pandangan bahwa segala sesuatu itu indah) 
9. Subhasanna (Persepsi/pencerapan bahwa segala sesuatu itu indah)
10. Subhacitta (Pemikiran bahwa segala sesuatu itu indah)
11. Sukhasanna (Persepsi/pecerapan bahwa segala sesuatu itu menggembirakan)
12. Sukhacitta (Pemikiran bahwa segala sesuatu itu menggembirakan)
AKUSALA DHAMMA 12 (12 DHAMMA TAK BERMANFAAT)
1. Ditthigatasampayutta 4 (4 jenis Citta yg bersekutu dengan pandangan keliru) 
2. Ditthigatavippayutta 4 (4 jenis Citta yang tidak bersekutu dengan pandangan keliru)
3. Dosamulacitta 2 (2 jenis Citta yang dipimpin oleh kebencian)
4. Vicikiccha-sampayutta 1 (1 jenis Citta yang dipimpin oleh keraguan-raguan) 
5. Uddhaccasampayutta 1 (1 jenis Citta yang dipimpin oleh kegelisahan)
Ket : 
~Yg di bold biru adalah Sotapanna mampu memusnahkan secara total (samuccheda-pahana)
~Yg di bold merah adalah Sotapanna mampu menekan/meringankan
 _/\_ :lotus:
Besok, sy akan posting pengelolaan dhamma oleh sakadagami, anagami dan arahat. sori ya... hari ini mau istirahat dulu ;D
Hari ini...saya udah posting Pengelolaan Dhamma oleh Ariya Puggala di  thread Abhidhamma. ini linknya... http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=7698.msg128135#new
Semoga bermanfaat bagi kita semua...
_/\_ :lotus:
			
 
			
			
				Jadi, apa maksudnya Sang Buddha menyatakan murid yang satu adalah Ariya Pugalla, yang lain adalah Puthujana?
Kalau kita membicarakan tataran mutlak, di Theravada ada tiga corak umum, anicca, dukkha dan anatta. Di Mahayana ada shunyata. Tetapi yang dimaksud oleh Dilbert adalah tingkat kesucian, yang berhubungan dengan Nibanna. Ada makhluk yang telah mencapai Nibanna, atau telah melihat Nibanna, dan ada makhluk yang pasti mencapai Nibanna namun masih dalam proses.
Ingat, sebaiknya kita jangan terjebak pada salah satu ekstrim. Misalnya, jangan berpatokan pada tanpa aku seperti seolah-olah tidak ada diri, tetapi bukan berarti tidak ada panca khanda yang tidak kekal.
Dalam hal Arahat, bahkan Sang Buddha membedakan Arahat Sammasambuddha, Arahat Pacekka Buddha, Arahat Aggasavaka, Arahat Mahasavaka, dan Arahat Savaka biasa, meskipun Nibanna yang dimaksud adalah sama (paling tidak sama menurut Theravada).
			
			
			
				hmm.....
bagaimana kita tahu seseorang sudah mencapai tingkat kesucian tertentu atau menapai nibbana?
kalau tidak salah ingat kita mesti setingkat lebih tinggi dari orang yg akan dinilai.
contoh hanya Arahat yg bisa tau tingkat seorang Anagami
apakah hal ini yg menjadikan jaman sekarang kita sulit mengetahui seseorang yg mencapai tingkat kesucian tertentu? 
atau sebenarnya memang ada orang yg mencapai tingkat kesucian tertentu, hanya saja dia sendiri tidak menyadarinya?
			
			
			
				bukannya buddha gautama pernah meremehkan pacceka buddha? 
			
			
			
				Ada perbedaan besar antara meremehkan dan menyatakan dengan sesungguhnya loh ;D
			
			
			
				:)) gak tau deh asal baca aja sih ha... maklum gak perna ke vihara he..
			
			
			
				Mau tanya sedikit nih.
Dikatakan bahwa seorang sotapanna akan dilahirkan kembali maksimal 7 kali. Nah, ketika misalkan ada seseorang yang mencapai sotapanna sekarang kemudian meninggal dan dilahirkan kembali, apakah dalam kelahirannya yang baru itu sampai yang ke 6 atau ke 7 ia juga tetap seorang sotapanna sebelum akhirnya menjadi arahat? 
Thanks
			
			
			
				Kalau tidak salah, 7x itu jumlah maksimal kalau Sotapanna tersebut lalai dalam berlatih, misalnya seperti Sakka yang terlalu menikmati kesenangan surgawi. Jadi kalau giat berlatih, bisa saja seperti Ananda yang mencapai Nibanna di kehidupan itu juga.
			
			
			
				Quote from: Wolverine on 27 December 2008, 11:23:37 AM
Kalau tidak salah, 7x itu jumlah maksimal kalau Sotapanna tersebut lalai dalam berlatih, misalnya seperti Sakka yang terlalu menikmati kesenangan surgawi. Jadi kalau giat berlatih, bisa saja seperti Ananda yang mencapai Nibanna di kehidupan itu juga.
Jadi Sdr. H, apakah ini berarti seseorang yang sudah Sotapanna dikelahiran sebelumnya, jika lalai bisa menjadi umat awam lagi?
Apakah ini berarti gelar Sotapanna ini hanya muncul ketika seseorang berlatih dan bukan saat ia lahir langsung disebut Sotapanna walaupun dikehidupan sebelumnya ia sudah mencapai Sotapanna?
			
 
			
			
				Bukan umat awam lagi, tetap sotapanna.
Tetap sotapanna walaupun lalai.
			
			
			
				Quote from: hatRed on 27 December 2008, 10:43:53 AM
hmm.....
bagaimana kita tahu seseorang sudah mencapai tingkat kesucian tertentu atau menapai nibbana?
kalau tidak salah ingat kita mesti setingkat lebih tinggi dari orang yg akan dinilai.
contoh hanya Arahat yg bisa tau tingkat seorang Anagami
apakah hal ini yg menjadikan jaman sekarang kita sulit mengetahui seseorang yg mencapai tingkat kesucian tertentu? 
atau sebenarnya memang ada orang yg mencapai tingkat kesucian tertentu, hanya saja dia sendiri tidak menyadarinya?
Bro Hatred...
Tinggal cocokin aja dengan pengelolaan Dhamma oleh Ariya Puggala. Kalo dia bilang (gaku) seorang sotapanna... kita liat di list itu (pengelolaan dhamma oleh ariya puggala)... Apakah udah sesuai dengan pengelolaan dhamma oleh sotapanna itu? begitu juga sakadagami, anagami dan arahatta. 
_/\_ :lotus:
			
 
			
			
				[at] sdr.wolverine dan sdr.kelana
kalau tidak salah ada pembahasan tentang di DC tentang APAKAH SOTAPANNA BISA MEROSOT ?... 
			
			
			
				Quote from: dilbert on 27 December 2008, 05:52:08 PM
[at] sdr.wolverine dan sdr.kelana
kalau tidak salah ada pembahasan tentang di DC tentang APAKAH SOTAPANNA BISA MEROSOT ?... 
Wah saya tidak mengikutinya..bisa bantu dimana. Saya sudah cari pakai search tapi belum ketemu.
			
 
			
			
				Quote from: Kelana on 27 December 2008, 07:21:24 PM
Quote from: dilbert on 27 December 2008, 05:52:08 PM
[at] sdr.wolverine dan sdr.kelana
kalau tidak salah ada pembahasan tentang di DC tentang APAKAH SOTAPANNA BISA MEROSOT ?... 
Wah saya tidak mengikutinya..bisa bantu dimana. Saya sudah cari pakai search tapi belum ketemu.
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=3628.0
			
 
			
			
				cerita ini ada dlm buku Seeker's Glossary of Buddhism, 2nd ed.
In days of yore, an older master was traveling along a winding country road, followed by a disciple carrying his bags. As they walked, they saw lands being tilled while farmers and oxen were strained to
the utmost. Countless worms and insects were maimed or killed in the process, and birds were swooping to eat them. This led the disciple to wonder to himself, "How hard it is to make a living. I will cultivate with all my strength, become a Buddha and rescue all these creatures." Immediately the Master, an Arhat able to read the thoughts of others, turned around and said, "Let me have those heavy bags and I will follow you." The disciple was puzzled but did as instructed,changing places with his teacher and walking in front. As they continued
on their way with the hot sun bearing down on them, dust swirling all around them, the road stretching endlessly in front, the disciple grew more and more tired. It wasn't long before he thought to himself, "There are so many sentient beings and there is so much suffering, how can I possibly help them all? Perhaps I should try to
help myself first." Immediately, the Master behind him said, "Stop. Now you carry the bags and follow me." The puzzled disciple did as told, knowing he was not supposed to ask questions. He took up the
bags again and walked behind. This sequence repeated itself several times. The Master walked in front with the disciple carrying the bags, then the disciple in front with the Master carrying the bags, back and
forth, until noontime came and they stopped for lunch. Then the disciple gathered his courage and asked the reason why. The Master said, "When you had exalted thoughts of saving all living beings, you were
a Bodhisattva in thought, and I as an Arhat had to follow you. But as soon as you had selfish thoughts of saving yourself only, you were no longer a Bodhisattva, and being junior to me in years and cultivation,
you had to carry my bags."
			
			
			
				Quote from: Lily W on 26 December 2008, 05:54:42 PM
Quote from: hendrako on 26 December 2008, 03:41:10 PM
Apakah seorang Sotapanna masih mungkin melakukan tindakan bunuh diri?
Saya pernah diberitahu bahwa seorang Sotapanna tidak mungkin membunuh diri, namun saya kurang jelas dengan alasannya, mungkin ada yg bisa membantu?
Kalau tidak salah di dalam kisah Jataka, terdapat kisah Bodhisatva melakukan bunuh diri dengan menggorok leher untuk menyelamatkan mahluk lain.
Mungkin karena Sotapanna telah menekan DOSA MULA CITTA dan telah membasmi Akusala kammapatha (saluran/jalan tuk berbuat tak bermanfaat) yang panatipata (membunuh). (cmiiw)
Orang yang bunuh diri... cittanya adalah Dosa mula citta (akusala citta yang berakar pada kebencian/menolak objek).
_/\_ :lotus:
Terima kasih atas penjelasannya 
 _/\_
			
 
			
			
				Quote from: Lily W on 26 December 2008, 06:22:44 PM
Quote from: Lily W on 05 May 2008, 11:06:26 AM
PENGELOLAAN DHAMMA OLEH SOTAPANNA
AKUSALA KAMMAPATTHA 10 (10 SALURAN TUK BERBUAT TAK BERMANFAAT)
1. Panatipata (Membunuh)
2. Adinnadana (Mencuri)
3. Kamesumicchacara (Berbuat Asusila)
4. Musavada (Berdusta) 
5. Micchaditthi (Pandangan Salah)
6. Pisunavaca (Bicara Fitnah)
7. Pharusavaca (Kata kasar)
8. Byapada (Itikat Jahat)
9. Samphappalapa (Gosip)
10. Abhijjha (Hasrat Rendah, ketamakan)
LOKA DHAMMA 8 (8 KONDISI DUNIA)
1. Alabha (Rugi)
2. Ayasa (Tidak Masyur)
3. Ninda (cela)
4. Dukkha (Penderitaan)
5. Labha (Untung)
6. Yasa (Kemasyuran)
7. Pasamsa (Pujian)
8. Sukha (kebahagiaan)
MACCHARIYA 5 (5 JENIS KEKIKIRAN)
1. Dhammamacchariya (Kekikiran terhadap kebenaran/pengetahuan/ajaran/Dhamma)
2. Vannamacchariya (Kekikiran terhadap kemasyuran/keterkenalan)
3. Labhamacchariya (Kekikiran terhadap keuntungan/rejeki)
4. Kulamacchariya (Kekikiran terhadap keluarga)
5. Avasamacchariya (Kekikiran terhadap tempat tinggal) 
NIVARANA 6/7 (RINTANGAN BATIN)
1. Kukkucca (Kekhawatiran)
2. Vicikiccha (Keragu-raguan) 
3. Kamaraga (Hawa nafsu, nafsu indera)
4. Byapada (Itikat Jahat)
5. Thina-Middha (Malas-Lamban)
6. Uddhaca (Kegelisahan)
7. Avijja (Kegelapan batin )
SANYOJANA 10 (10 BELENGGU)
1. Ditthi (Pandangan)
2. Vicikiccha (Keragu-raguan)
3. Silabataparamasa (Kepercayaan bahwa dengan upacara saja bisa mencapai kesucian) 
4. Kamaraga (Hawa Nafsu, Nafsu Indera)
5. Patigha (Kebencian, kemarahan)
6. Ruparaga (Nafsu untuk bertubuh dengan materi/nafsu untuk lahir di alam bermateri)
7. Aruparaga (Nafsu untuk menjadi bertubuh tanpa materi/nafsu untuk lahir di alam tanpa materi)
8. Mana (kesombongan)
9. Uddhacca (Kegelisahan)
10. Avijja (Kegelapan batin)
KILESA 10 (10 KEKOTORAN BATIN)
1. Ditthi (pandangan)
2. Vicikiccha (Keragu-raguan) 
3. Dosa (Kebencian)
4. Ahirika (tidak malu akan kejahatan)
5. Anottappa (tidak takut akibat perbuatan jahat)
6. Thina (Kemalasan)
7. Uddhacca (Kegelisahan)
8. Mana (kesombongan)
9. Moha (kebodohan batin, kegelapan batin)
10. Lobha (Keserakahan)
MICCHATTA DHAMMA 10 (10 KEKELIRUAN)
1. Miccha-ditthi (Pengertian keliru)
2. Miccha-Vaca (Ucapan salah) 
3. Miccha-Kammanta (Perbuatan jasmani salah)
4. Miccha-Avijja (Penghidupan salah)
5. Miccha-Sankhappa (Pikiran salah)
6. Miccha-Vayama (Daya upaya salah) 
7. Miccha-Sati (Perhatian salah)
8. Miccha-Samadhi (Konsentrasi salah)
9. Miccha-Nana (Pengetahuan salah)
10. Miccha-Vimutti (Pembebasan salah)
VIPALLASA DHAMMA 12 (12 KESEMUAN)
1. Nicca-Sanna (Persepsi/pencerapan tentang segalanya kekal)
2. Nicca-Citta (Pemikiran tentang segalanya kekal)
3. NicchaDitthi (Pandangan/paham tentang segalanya kekal)
4. Atthasanna (Persepsi/pencerapan tentang sesuatu mengandung inti kekal/atta)
5. Attacitta (Pemikiran tentang sesuatu mengandung inti kekal/atta)
6. Atthaditthi (Pandangan/paham tentang sesuatu mengandung inti kekal/atta)
7. Sukhaditthi (Pandangan bahwa segala sesuatu itu menggembirakan)
8. Subhaditthi (Pandangan bahwa segala sesuatu itu indah) 
9. Subhasanna (Persepsi/pencerapan bahwa segala sesuatu itu indah)
10. Subhacitta (Pemikiran bahwa segala sesuatu itu indah)
11. Sukhasanna (Persepsi/pecerapan bahwa segala sesuatu itu menggembirakan)
12. Sukhacitta (Pemikiran bahwa segala sesuatu itu menggembirakan)
AKUSALA DHAMMA 12 (12 DHAMMA TAK BERMANFAAT)
1. Ditthigatasampayutta 4 (4 jenis Citta yg bersekutu dengan pandangan keliru) 
2. Ditthigatavippayutta 4 (4 jenis Citta yang tidak bersekutu dengan pandangan keliru)
3. Dosamulacitta 2 (2 jenis Citta yang dipimpin oleh kebencian)
4. Vicikiccha-sampayutta 1 (1 jenis Citta yang dipimpin oleh keraguan-raguan) 
5. Uddhaccasampayutta 1 (1 jenis Citta yang dipimpin oleh kegelisahan)
Ket : 
~Yg di bold biru adalah Sotapanna mampu memusnahkan secara total (samuccheda-pahana)
~Yg di bold merah adalah Sotapanna mampu menekan/meringankan
 _/\_ :lotus:
Besok, sy akan posting pengelolaan dhamma oleh sakadagami, anagami dan arahat. sori ya... hari ini mau istirahat dulu ;D
Di dalam macchariya,
apa yang dimaksud dengan kekikiran terhadap keluarga?
			
 
			
			
				Quote from: hendrako on 28 December 2008, 11:23:05 PM
Di dalam macchariya,
apa yang dimaksud dengan kekikiran terhadap keluarga?
Artinya keinginan iri hati untuk mempertahankan kejayaan keluarganya sendiri, tidak menginginkan keluarga-keluarga lain menyaingi atau menandingi kejayaan keluarganya sendiri.
Untuk para Bhikkhu, ini diwujudkan dengan keinginan untuk memonopoli bantuan yang diterima dari para dermawannya sendiri, tidak menginginkanpara dermawan itu membantu para bhikkhu lain.
Semoga bisa dipahami yaah...
_/\_ :lotus: 
			
 
			
			
				Quote from: Lily W on 30 December 2008, 06:57:52 AM
Quote from: hendrako on 28 December 2008, 11:23:05 PM
Di dalam macchariya,
apa yang dimaksud dengan kekikiran terhadap keluarga?
Artinya keinginan iri hati untuk mempertahankan kejayaan keluarganya sendiri, tidak menginginkan keluarga-keluarga lain menyaingi atau menandingi kejayaan keluarganya sendiri.
Untuk para Bhikkhu, ini diwujudkan dengan keinginan untuk memonopoli bantuan yang diterima dari para dermawannya sendiri, tidak menginginkanpara dermawan itu membantu para bhikkhu lain.
Semoga bisa dipahami yaah...
_/\_ :lotus:
 
 :yes:
Gak jauh2 dari AKU (milik-ku) juga ternyata......
Tapi...........
Lebih cenderung Dosa yah ???....
Benci orang (keluarga) lain lebih hebat/jaya? = Dosa ??
			
 
			
			
				 [at]  Atas... :jempol:
Macchariya (kikir) termasuk salah satu akusala cetasika (faktor batin tidak bermanfaat) yang di pimpin oleh DOSA cetasika. Macchariya cetasika timbul bersama dengan DOSA CITTA.
_/\_ :lotus: 
			
			
			
				Terima kasih atas penjelasannya, Sis Lily.
Keknya di waktu2 mendatang saya pasti nanya2 (soal Abhidhamma) lagi deh. ;D
 _/\_
			
			
			
				Silakan....Jangan Sungkan yaah... ;D
Semoga Kita bisa saling asah, asih dan asuh... ;D
_/\_ :lotus:
			
			
			
				Kalau dari kesucian, Sotapanna lebih tinggi dari Bodhisattva
Namun menurut Mahayana, para arya, sotapanna, sakadagami, anagami dan arahat lebih rendah dari seorang Bodhisattva, dan bahkan akan menghormati bodhisattva dikarenakan silsilah yang lebih tinggi. Bodhisattva disebut "putra para penakluk". "anak Buddha"
Ibaratnya seorang putra mahkota lebih rendah pengetahuan maupun kebijaksanaannya dibandingkan menteri-menteri, panglima, dan pejabat lainnya,
tapi menteri harus memberi hormat pada putra mahkota karena tetap saja putra mahkota lebih tinggi kedudukannya dan akan suatu hari menjadi raja.
Jadi menurut mahayana Bodhisattva lebih tinggi karena potensinya.
			
			
			
				bedakan dulu tingkatan Bodhisatvanya,karena menurut Mahayana 4 tingkatan itu masih berada di beberapa tingkat Bodhisatva
			
			
			
				Quote from: xenocross on 05 January 2009, 09:13:47 AM
Kalau dari kesucian, Sotapanna lebih tinggi dari Bodhisattva
Namun menurut Mahayana, para arya, sotapanna, sakadagami, anagami dan arahat lebih rendah dari seorang Bodhisattva, dan bahkan akan menghormati bodhisattva dikarenakan silsilah yang lebih tinggi. Bodhisattva disebut "putra para penakluk". "anak Buddha"
Ibaratnya seorang putra mahkota lebih rendah pengetahuan maupun kebijaksanaannya dibandingkan menteri-menteri, panglima, dan pejabat lainnya,
tapi menteri harus memberi hormat pada putra mahkota karena tetap saja putra mahkota lebih tinggi kedudukannya dan akan suatu hari menjadi raja.
Jadi menurut mahayana Bodhisattva lebih tinggi karena potensinya.
Mgkn beda jalur yah bro......
kalo sotapanna itu jalur arahat, sementara bodhisatva itu jalur ke-buddha-an
sebenarnya ga tepat jika dibandingkan mana yg lebih suci atau mana yg tingkatannya lebih tinggi
			
 
			
			
				makanya kalo ngomong soal Mahayana ya kita buka pikiran soal Mahayana,kalo didebat dengan Theravada yang tentunya 2 sisi koin yang berbeda ga akan ketemu sisinya.
			
			
			
				Iye. Kalau diskusi umum? Saling mengerti kalau kita berbeda.
			
			
			
				Iye. Jgn fanatik lah... krn itu adalah miccha ditthi lho... ;D
_/\_ :lotus:
			
			
			
				jangan merendahkan boddhisattva akyu ya
klu seorang boddhisattva emang lebih rendah dari sotapanna?
sedangkan sotapanna hanya manusia biasa yang harus lahir tujuh kali lg didunia
bisa kah dia menolong umat manusia yang kesusahan seperti boddhisattva avalokitesvara? bisa kah?
boddhisattva itu sebenarnya sudah mencapai tingkat ke buddha an, tapi karena welas asihnya dia menunda mencapai nirvana, demi tekad untuk menolong umat manusia, apakah ada yang lebih mulia dari cita-cita ini?
sanggup kah sotappana menunda mencapai tingkat arahat?
			
			
			
				Quote from: naviscope on 05 January 2009, 10:55:25 AM
jangan merendahkan boddhisattva akyu ya
klu seorang boddhisattva emang lebih rendah dari sotapanna?
sedangkan sotapanna hanya manusia biasa yang harus lahir tujuh kali lg didunia
bisa kah dia menolong umat manusia yang kesusahan seperti boddhisattva avalokitesvara? bisa kah?
boddhisattva itu sebenarnya sudah mencapai tingkat ke buddha an, tapi karena welas asihnya dia menunda mencapai nirvana, demi tekad untuk menolong umat manusia, apakah ada yang lebih mulia dari cita-cita ini?
sanggup kah sotappana menunda mencapai tingkat arahat?
di Thread Starter, referensi tentang bodhisatta dan sotapanna adalah berdasarkan ajaran Theravada... Tidak dikenal bodhisatta avalokitesvara di Theravada, dimana kalau bodhisatta di Mahayana memang konsepnya adalah menunda nibbana demi menolong makhluk hidup... Konsep-nya sudah beda bro... 
			
 
			
			
				klu seorang boddhisattva emang lebih rendah dari sotapanna?
sedangkan sotapanna hanya manusia biasa yang harus lahir tujuh kali lg didunia
bisa kah dia menolong umat manusia yang kesusahan seperti boddhisattva avalokitesvara? bisa kah?
Bro Naviscope pernah ketemu sotapana ?
cara bodhisatta avalokitesvara menolong umat manusia yang kesusahan bagaimana ?
boddhisattva itu sebenarnya sudah mencapai tingkat ke buddha an, tapi karena welas asihnya dia menunda mencapai nirvana, demi tekad untuk menolong umat manusia, apakah ada yang lebih mulia dari cita-cita ini?
sanggup kah sotappana menunda mencapai tingkat arahat?
tekad seorang manusia untuk membantu manusia itu adalah perbuatan baik yang akan berbuah kebahagiaan itu setiap orang juga tahu.
Bro navscope kalau bisa jangan sotapana, langsung arahat aja, ngapain pake tunda2 segala.
emang gampang mau capai sotapana ?
 _/\_
			
			
			
				Quote from: Wolverine on 26 December 2008, 04:26:12 PM
Iya, setahu saya semua arahat mengalami sotapanna, sakadagami, dan anagami berturutan, walaupun ada secepat pikiran sehingga seolah-olah langsung jadi Arahat.
Pertanyaannya, berarti Gotama pernah jadi sotapanna?
Quote from: dilbert on 26 December 2008, 04:30:20 PM
Quote from: Wolverine on 26 December 2008, 04:26:12 PM
Iya, setahu saya semua arahat mengalami sotapanna, sakadagami, dan anagami berturutan, walaupun ada secepat pikiran sehingga seolah-olah langsung jadi Arahat.
Pertanyaannya, berarti Gotama pernah jadi sotapanna?
Kapan ?
Jika arahat bahkan sammasambuddha juga mengalami sotapanna, sakadagami, dan anagami berturutan, serta seorang sotapanna tidak bisa lagi merosot, saya memperkirakan bisa terjadi saat salah satu di antara 7 kelahiran (termasuk yang terakhir) sebelum mencapai Pencerahan sempurna  . Hanya perkiraan saja.
			
 
			
			
				Quote from: Kelana on 09 January 2009, 10:32:05 AM
Quote from: Wolverine on 26 December 2008, 04:26:12 PM
Iya, setahu saya semua arahat mengalami sotapanna, sakadagami, dan anagami berturutan, walaupun ada secepat pikiran sehingga seolah-olah langsung jadi Arahat.
Pertanyaannya, berarti Gotama pernah jadi sotapanna?
Quote from: dilbert on 26 December 2008, 04:30:20 PM
Quote from: Wolverine on 26 December 2008, 04:26:12 PM
Iya, setahu saya semua arahat mengalami sotapanna, sakadagami, dan anagami berturutan, walaupun ada secepat pikiran sehingga seolah-olah langsung jadi Arahat.
Pertanyaannya, berarti Gotama pernah jadi sotapanna?
Kapan ?
Jika arahat bahkan sammasambuddha juga mengalami sotapanna, sakadagami, dan anagami berturutan, serta seorang sotapanna tidak bisa lagi merosot, saya memperkirakan bisa terjadi saat salah satu di antara 7 kelahiran (termasuk yang terakhir) sebelum mencapai Pencerahan sempurna  . Hanya perkiraan saja.
Jadi maksud Anda, mungkin sejak Siddhattha terlahir, batin beliau sudah berada di salah satu tingkat kesucian (sotapanna, sakadagami atau anagami)?
			
 
			
			
				Bukan, aye gak tau apakah tahap tersebut juga dilewati Buddha dengan sangat cepat seperti Bahiya, atau lebih dahsyat lagi.
Karena setahu saya Arahat pasti lewat Sotapanna, Sakadagami, dan Anagami dulu, walaupun sangat cepat. Nah, kan Sang Buddha dibilang Arahat juga, tapi apakah ada perbedaan dengan Para Murid, ataukah sama?
			
			
			
				Quote from: upasaka on 09 January 2009, 10:36:27 AM
Quote from: Kelana on 09 January 2009, 10:32:05 AM
Quote from: Wolverine on 26 December 2008, 04:26:12 PM
Iya, setahu saya semua arahat mengalami sotapanna, sakadagami, dan anagami berturutan, walaupun ada secepat pikiran sehingga seolah-olah langsung jadi Arahat.
Pertanyaannya, berarti Gotama pernah jadi sotapanna?
Quote from: dilbert on 26 December 2008, 04:30:20 PM
Quote from: Wolverine on 26 December 2008, 04:26:12 PM
Iya, setahu saya semua arahat mengalami sotapanna, sakadagami, dan anagami berturutan, walaupun ada secepat pikiran sehingga seolah-olah langsung jadi Arahat.
Pertanyaannya, berarti Gotama pernah jadi sotapanna?
Kapan ?
Jika arahat bahkan sammasambuddha juga mengalami sotapanna, sakadagami, dan anagami berturutan, serta seorang sotapanna tidak bisa lagi merosot, saya memperkirakan bisa terjadi saat salah satu di antara 7 kelahiran (termasuk yang terakhir) sebelum mencapai Pencerahan sempurna  . Hanya perkiraan saja.
Jadi maksud Anda, mungkin sejak Siddhattha terlahir, batin beliau sudah berada di salah satu tingkat kesucian (sotapanna, sakadagami atau anagami)?
Ini hanya perkiraan saja dari poin-poin yang didiskusikan, dan perkiraannya menunjukkan adanya kemunginan itu. Mungkin Sdr. Upasaka bisa mengkonter jika memang kemungkinan itu tidak ada.
			
 
			
			
				[at] Kelana
Saya agak meragukannya. Karena jika memang benar Siddhattha kecil sudah mencapai salah satu tingkat kesucian, seharusnya beliau tidak perlu terheran melihat realitas dunia (sakit, tua dan mati).
CMIIW
			
			
			
				Quote from: naviscope on 05 January 2009, 10:55:25 AM
jangan merendahkan boddhisattva akyu ya
klu seorang boddhisattva emang lebih rendah dari sotapanna?
sedangkan sotapanna hanya manusia biasa yang harus lahir tujuh kali lg didunia
bisa kah dia menolong umat manusia yang kesusahan seperti boddhisattva avalokitesvara? bisa kah?
boddhisattva itu sebenarnya sudah mencapai tingkat ke buddha an, tapi karena welas asihnya dia menunda mencapai nirvana, demi tekad untuk menolong umat manusia, apakah ada yang lebih mulia dari cita-cita ini?
sanggup kah sotappana menunda mencapai tingkat arahat?
salam mau ikutan nih, soale msh gak ngerti?
boddhisattva itu sebenarnya sudah mencapai tingkat ke buddha an, tapi karena welas asihnya dia menunda mencapai nirvana, demi tekad untuk menolong umat manusia, apakah ada yang lebih mulia dari cita-cita ini?
sanggup kah sotappana menunda mencapai tingkat arahat?jadi menurut bro Bodhisattva sudah mencapai tingkat ke-Buddha-an, lalu mengapa msh disebut Bodhisattva kalo udh jadi Buddha?
Karena welas asih dia menunda mencapai nirvana, bukankah orang yang sudah menjadi Buddha artinya sudah mencapai Nirvana, kog bisa menunda seh?
seorang sotapanna apabila malas berusaha lebih lanjut secara pasti peningkatan kesuciannya tertunda, oleh karena itu masih harus lahir kembali
salam Daniel
			
 
			
			
				Dalam Bahasa Pali, 
Bodhisattva disebut dengan istilah Bodhisatta, yang artinya secara 
umum adalah calon Buddha. Menurut Theravada dan Mahayana sebelum 
terlahir menjadi Pangeran Siddharta, Sang Buddha adalah seorang 
Bodhisattva yang berdiam di Surga Tushita.
			
			
			
				Adapun tulisan ini dimaksudkan untuk 
MEMADAMKAN konflik atau polemik antara Theravada dan Mahayana. Jadi 
bukannya untuk menimbulkan polemik baru. Karena itu, saya tidak akan 
melayani polemik apapun sehubungan dengan tulisan ini. Lebih baik 
kita berpraktek atau melatih diri menjadi arahat atau bodhisattva - 
apapun aliran yang kita anut - dan bukannya memperdebatkannya. 
Memperdebatkan konsep arahat atau bodhisattva mana yang benar 
tidaklah membawa kita makin dekat pada pembebasan. Orang yang 
mempermasalahkan perbedaan antar aliran adalah pribadi-pribadi yang 
patut dikasihani. Semoga tulisan ini dapat menambah wawasan kita 
semua. Semoga bermanfaat!
 _/\_
			
			
			
				Forum di buat untuk berdiskusi dengan tujuan membuka wawasan kita semua, Selain praktek dan melatih diri tentunya perlu juga saling share antar umat/aliran untuk menemukan jawaban dari apa yang masih menjadi tanda tanya selama ini.
Silahkan diskusi di lanjutkan...
			
			
			
				bodhisatva lebih rendah dari sotapana kah?
ato malah sebaliknya arahat lebih rendah dari bodhisatva? 
 :whistle:
			
			
			
				Quote from: upasaka on 09 January 2009, 11:06:51 AM
[at] Kelana
Saya agak meragukannya. Karena jika memang benar Siddhattha kecil sudah mencapai salah satu tingkat kesucian, seharusnya beliau tidak perlu terheran melihat realitas dunia (sakit, tua dan mati).
CMIIW
Nah, jika memang melihat realitas dunia (sakit, tua dan mati) menjadi patokan bagi pengelolaan dhamma bagi seorang sotapanna, dan Siddhattha kecil belum memilikinya, ini berarti kita bisa mempersempit lagi waktu dimana Ia mencapai sotapanna., yaitu kemungkinan terjadi pada kelahiran terakhir inilah Ia mencapai sotapanna. Tapi kapan tepatnya? Jika argumen Sdr. Upasaka benar, maka tentu tidaklah pada saat Siddhattha kecil ataupun kelahiran sebelumnya. 
Intinya kita perlu memiliki data mengenai pengelolaan dhamma yang mana saja yang telah dilakukan Siddhattha pada setiap momen sebelum Pencerahan Sempurna-Nya. Misalnya, ketika Beliau meninggalkan istana, pengelolaan dhamma apa saja yang sudah ada dalam diri-Nya. Ketika Beliau berguru kepada Alara Kalama, pengelolaan dhamma apa saja yang sudah ada dalam diri-Nya. dst sampai detik-detik Pencerahan Sempurna-Nya. Adakah yang memiliki data mengenai hal ini?
			
 
			
			
				Quote from: dilbert on 26 December 2008, 02:00:29 PM
Dalam Ratana Sutta dikatakan 
Saha-vassa dassanasampadaya, tayassu dhamma jahita bhavanti; Sakkaya-ditthi vicikicchitanca, silabbatam va pi yad-atthi kinci; Catuh-apayehi ca vippamutto, chaccabhithanani abhabba katum, idampi Sanghe ratanam panitam, etena saccena suvatthi hotu.
Seseorang yang telah memahami Pandangan Benar, tiga belenggu terlepaskan serentak, --- Sakkya-ditthi (keyakinan adanya diri yang kekal), Vicikiccha (keragu-raguan) dan Silabbataparamassa (percaya pada takhyul) ---. Terbebaskan dari empat alam menyedihkan. Ia tak dapat melakukan enam kejahatan berat. Sesungguhnya, dalam Sangha terdapat permata tak ternilai ini. Demi kebenaran ini, semoga semua mahluk berbahagia
Dengan demikian seorang Sotapanna tidak akan "terjatuh kedalam empat alam menyedihkan" karena tidak dapat melakukan enam kejahatan berat.
Bagaimana posisi seorang BODHISATVA yang ternyata dalam berbagai cerita JATAKA kelahiran BODHISATVA sebagai calon sammasambuddha, kerap kali terlahir sebagai binatang yang notabene adalah salah satu dari empat alam yang menyedihkan. 
Apakah ini menandakan bahwa Bodhisatva (dalam jalur pencapaian sammasambuddha yang masih harus menempuh beberapa asankheya kappa dan beratus ratus dan bahkan beribu ribu kehidupan lagi) adalah secara pencapaian jalur kesucian DIBAWAH seorang SOTAPANNA (pemasuk arus yang mantap akan mencapai kesucian dalam paling lama 7 kali kehidupan lagi tanpa terlahir di alam menyedihkan) ?
saya pikir tidak ada maksud secuilpun dari pembuat tipitaka utk sampai kita semua malah "terjebak-terperangkap" oleh istilah!
waspadalah!
ika. 
			
 
			
			
				setuju banget bro ikan polim
WASPADALAH!!! WASPADALAH!!!
salam dari,
bang napi
			
			
			
				Quote from: Wolverine on 09 January 2009, 10:43:36 AM
Bukan, aye gak tau apakah tahap tersebut juga dilewati Buddha dengan sangat cepat seperti Bahiya, atau lebih dahsyat lagi.
Karena setahu saya Arahat pasti lewat Sotapanna, Sakadagami, dan Anagami dulu, walaupun sangat cepat. Nah, kan Sang Buddha dibilang Arahat juga, tapi apakah ada perbedaan dengan Para Murid, ataukah sama?
Referensi yang menyatakan bahwa pencapaian Arahat (melewati tahapan sotapanna, sakadagami, dan anagami) secara cepat dialami oleh Bahiya.
Kalau pencapaian Arahat oleh Buddha Gotama saya tidak mendapatkan referensi-nya...
Seorang Sariputra (Aggasavaka / Siswa utama) memerlukan waktu 15 hari sejak pencapaian sotapanna untuk mencapai tingkat arahat. Mogallana memerlukan waktu 7 hari untuk mencapai arahat dari sotapanna.
			
 
			
			
				Quote from: Indra on 26 December 2008, 02:30:50 PM
dari sudut pandang Theravada, Bodhisatta adalah suatu gelar bagi seseorang yang sedang dalam perjalanannya menuju Penerangan Sempurna. Dalam perjalanan ini seorang Bodhisatta harus menyempurnakan 10 Parami selama satu yang tertentu yang sangat lamaaaa... misalnya dalam hal Bodhisatta Gotama, waktu yang diperlukan adalah 4 asankheyya dan 100 ribu kappa. ini adalah waktu yang sangat panjang dan memerlukan berjuta/milyar kelahiran. jika seorang Bodhisatta mencapai kesucian Sotapanna dimana dalam maksimum 7 kelahiran akan mencapai Nibbana, maka cita-citanya untuk mencapai Sammasambuddha tentu GAGAL. jadi untuk menghindari resiko gagal maka seorang Bodhisatta tidak mencapai kesucian.
Dan IMO, Bodhisatta tidak relevan jika dihubungkan dengan tingkat2an kesucian. 
Pada awal karirnya sebagai Bodhisatta, ketika terlahir sebagai Petapa Sumedha, Saat bertemu dengan Buddha Dipankara, Sang Bodhisatta bahkan sudah memenuhi persyaratan untuk menjadi Arahat, namun Beliau menolak dan memilih bercita2 untuk menjadi Sammasambuddha.
_/\_
Ko,saya mau nanya soal yang terdapat di Buddhavamsa soal "sumpah" Sang Buddha/Petapa Sumedha..Apakah itu otentik?
Anumodana ko _/\_
			
 
			
			
				Quote from: Indra on 26 December 2008, 02:30:50 PM
dari sudut pandang Theravada, Bodhisatta adalah suatu gelar bagi seseorang yang sedang dalam perjalanannya menuju Penerangan Sempurna. Dalam perjalanan ini seorang Bodhisatta harus menyempurnakan 10 Parami selama satu yang tertentu yang sangat lamaaaa... misalnya dalam hal Bodhisatta Gotama, waktu yang diperlukan adalah 4 asankheyya dan 100 ribu kappa. ini adalah waktu yang sangat panjang dan memerlukan berjuta/milyar kelahiran. jika seorang Bodhisatta mencapai kesucian Sotapanna dimana dalam maksimum 7 kelahiran akan mencapai Nibbana, maka cita-citanya untuk mencapai Sammasambuddha tentu GAGAL. jadi untuk menghindari resiko gagal maka seorang Bodhisatta tidak mencapai kesucian.
Dan IMO, Bodhisatta tidak relevan jika dihubungkan dengan tingkat2an kesucian. 
Pada awal karirnya sebagai Bodhisatta, ketika terlahir sebagai Petapa Sumedha, Saat bertemu dengan Buddha Dipankara, Sang Bodhisatta bahkan sudah memenuhi persyaratan untuk menjadi Arahat, namun Beliau menolak dan memilih bercita2 untuk menjadi Sammasambuddha.
_/\_
berarti dengan ini, sudah terjawab pertanyaan dari TS
_/\_
			
 
			
			
				setahu saya pernah dijelaskan oleh bhante uttamo, dimana boddhisatva ibarat seorang yg sedang belajar menjadi pelajar tentu harus melewati SD,Smp,Sma,Kuliah(s1), sedangkan sotapanna sudah mendapat sarjana...
			
			
			
				Quote from: Riky_dave on 13 February 2010, 12:43:55 PM
Quote from: Indra on 26 December 2008, 02:30:50 PM
dari sudut pandang Theravada, Bodhisatta adalah suatu gelar bagi seseorang yang sedang dalam perjalanannya menuju Penerangan Sempurna. Dalam perjalanan ini seorang Bodhisatta harus menyempurnakan 10 Parami selama satu yang tertentu yang sangat lamaaaa... misalnya dalam hal Bodhisatta Gotama, waktu yang diperlukan adalah 4 asankheyya dan 100 ribu kappa. ini adalah waktu yang sangat panjang dan memerlukan berjuta/milyar kelahiran. jika seorang Bodhisatta mencapai kesucian Sotapanna dimana dalam maksimum 7 kelahiran akan mencapai Nibbana, maka cita-citanya untuk mencapai Sammasambuddha tentu GAGAL. jadi untuk menghindari resiko gagal maka seorang Bodhisatta tidak mencapai kesucian.
Dan IMO, Bodhisatta tidak relevan jika dihubungkan dengan tingkat2an kesucian. 
Pada awal karirnya sebagai Bodhisatta, ketika terlahir sebagai Petapa Sumedha, Saat bertemu dengan Buddha Dipankara, Sang Bodhisatta bahkan sudah memenuhi persyaratan untuk menjadi Arahat, namun Beliau menolak dan memilih bercita2 untuk menjadi Sammasambuddha.
_/\_
Ko,saya mau nanya soal yang terdapat di Buddhavamsa soal "sumpah" Sang Buddha/Petapa Sumedha..Apakah itu otentik?
Anumodana ko _/\_
sumpah? sumpah yang spt apa ya? bisa dikutipkan kalimat sumpahnya? soalnya saya gak punya Buddhavamsa
			
 
			
			
				adithana?