Ketika banyak seruan untuk meniadakan perbedaan antara Theravada dan Mahayana dan melihat pada persamaan antara Theravada dan Mahayana, Dengan perantara forum ini, bolehkah kita memulai pembahasan (DEBAT) perbedaan antara Theravada dan Mahayana... Apakah ini di-HARAM-kan ?? Jika di-HARAM-kan, silahkan Thread ini di hapus saja... bagi peserta debat yang menginginkan identitasnya tidak ingin diketahui, mungkin dapat log-in dengan identitas baru. Ingat bahwa Debat hanya tentang ajaran, tidak mengarah kepada pribadi masing-masing...
			
			
			
				ada 1 sutra dari mahayana, yg bahkan di dalam sutra itu ada perkataan .. anutara mantra
isi dari mantra itu ... aku rasa sangat cocok dengan ajaran theravada, apa bener itu sutra mahayana ?
(prajna pramita hrdaya sutram)
			
			
			
				Quote from: tula on 23 November 2008, 12:09:33 PM
ada 1 sutra dari mahayana, yg bahkan di dalam sutra itu ada perkataan .. anutara mantra
isi dari mantra itu ... aku rasa sangat cocok dengan ajaran theravada, apa bener itu sutra mahayana ?
(prajna pramita hrdaya sutram)
sutra mana yang dimaksud ?? apakah prajna paramita hrdaya sutra ?? 
			
 
			
			
				sudah lama saya mencoba mendalami ajaran budha. sebelumnya, saya tidak tahu bahwa dalam budha ada 2 aliran besar, yaitu theravada dan mahayana. saya juga tidak tahu buku dari mazhab mana yang saya baca. saya juga mendownload artikel-artikel budhis dari internet. setelah sekian lama saya menelaah saya baru sadar bahwa apa yang saya pelajari selama ini adalah ajaran mazhab theravada. Lalu saya penasaran, "apa perbedaan dan inti ajaran dari mahayana itu?"
kemudian saya mendapat beberapa penjelasan tentang perbedaan mahaya dan theravada.  diantaranya, mazhab mahaya lebih menggunakan ajaran-ajaran budha gautama sebelum beliau memperoleh penerangan sempurna. sedangkan mahayana menggunakan ajaran-ajaran budha setelah beliau mencapai penerangan sempurna. benarkah? 
selanjutnya memperhatikan beberapa persoalan yang dibahas dalam theravada dan mahayana (yang saya lupa duduk persoalannya), akhirnya pilihan saya jatuh ke dalam mazhab theravada. maksudnya, ajaran theravada terasa lebih cocok bagi saya. ajarannya lebih masuk akal dan ketika dipraktikan terbukti membawa kepada pencerahan dan kebijaksaan. mungkin juga hal itu karena saya terlanjur lebih dulu mempelajari ajaran mazhab theravada dan kurang pengetahuan mengenai ajaran mazhab mahayana. 
			
			
			
				bagus..thread yang bagus...apakah buah yang manis akhirnya selalu manis?entahlah...biarlah kita sebagai penonton menyaksikannya saja.. :)
"Hal yang terbaik adalah bebaskan diri sendiri dahulu,jangan sibuk mempertanyakan kebebasan orang lain dan memperdebatkan orang lain karena hal seperti itu tidaklah bermanfaat bagi perkembangan batin kita.."
Salam hangat,
Riky
			
			
			
				Quote from: candra_mukti19 on 23 November 2008, 12:44:49 PM
sudah lama saya mencoba mendalami ajaran budha. sebelumnya, saya tidak tahu bahwa dalam budha ada 2 aliran besar, yaitu theravada dan mahayana. saya juga tidak tahu buku dari mazhab mana yang saya baca. saya juga mendownload artikel-artikel budhis dari internet. setelah sekian lama saya menelaah saya baru sadar bahwa apa yang saya pelajari selama ini adalah ajaran mazhab theravada. Lalu saya penasaran, "apa perbedaan dan inti ajaran dari mahayana itu?"
kemudian saya mendapat beberapa penjelasan tentang perbedaan mahaya dan theravada.  diantaranya, mazhab mahaya lebih menggunakan ajaran-ajaran budha gautama sebelum beliau memperoleh penerangan sempurna. sedangkan mahayana menggunakan ajaran-ajaran budha setelah beliau mencapai penerangan sempurna. benarkah? 
selanjutnya memperhatikan beberapa persoalan yang dibahas dalam theravada dan mahayana (yang saya lupa duduk persoalannya), akhirnya pilihan saya jatuh ke dalam mazhab theravada. maksudnya, ajaran theravada terasa lebih cocok bagi saya. ajarannya lebih masuk akal dan ketika dipraktikan terbukti membawa kepada pencerahan dan kebijaksaan. mungkin juga hal itu karena saya terlanjur lebih dulu mempelajari ajaran mazhab theravada dan kurang pengetahuan mengenai ajaran mazhab mahayana. 
Kalau melihat kepada kitab/Pitaka yang dipakai oleh Theravada dan Mahayana, Theravada memakai kitab yang berbahasa Pali. Diyakini sebagai kitab yang ditulis berdasarkan pengulangan kembali khotbah Buddha oleh Ananda, penguasaan Vinaya (peraturan ke-bhikkhuan) oleh Upali dan abhidhamma (kalau tidak salah oleh MahaKassapa sendiri).
Sedangkan kitab Mahayana menggunakan bahasa Sansekerta, dan "DIKATAKAN" diambil oleh NAGASENA di alam Naga. Selain membahas semua konsep Buddhis yang tercantum di dalam Theravada, Mahayana memiliki beberapa konsep di luar Theravada, seperti adanya JALUR BODHISATVA untuk mencapai Annutara Sammasambuddha. Arahat dikatakan adalah BODHISATVA tingkat 7 (dari 10 tingkat bodhisatva yang ada), kemudian Arahat dapat kembali masuk ke jalur Bodhisatva untuk mencapai tingkat annutara sammasambuddha (setara dengan bodhisatva tingkat 10).
Dalam Mahayana sebagaimana Theravada dikenal BUDDHA BUDDHA lain, tetapi di dalam Theravada tidak dibahas tentang adanya BUDDHA (sammasambuddha) lain dalam masa (waktu) yang paralel (sama). Di dalam MAhayana, dikenal BUDDHA AMITABHA yang bersemayan di TANAH SUCI SUKHAWATI disebelah BARAT. Kemudian ada BUDDHA BHAISJAYAGURU yang bersemayan di TANAH SUCI LAZUARDI disebelah TIMUR dsbnya.
			
 
			
			
				Quote from: Riky_dave on 23 November 2008, 12:52:01 PM
bagus..thread yang bagus...apakah buah yang manis akhirnya selalu manis?entahlah...biarlah kita sebagai penonton menyaksikannya saja.. :)
"Hal yang terbaik adalah bebaskan diri sendiri dahulu,jangan sibuk mempertanyakan kebebasan orang lain dan memperdebatkan orang lain karena hal seperti itu tidaklah bermanfaat bagi perkembangan batin kita.."
Salam hangat,
Riky
Masih Puthujana boleh donk beginian ?? 
			
 
			
			
				Quote from: dilbert on 23 November 2008, 12:58:32 PM
Quote from: Riky_dave on 23 November 2008, 12:52:01 PM
bagus..thread yang bagus...apakah buah yang manis akhirnya selalu manis?entahlah...biarlah kita sebagai penonton menyaksikannya saja.. :)
"Hal yang terbaik adalah bebaskan diri sendiri dahulu,jangan sibuk mempertanyakan kebebasan orang lain dan memperdebatkan orang lain karena hal seperti itu tidaklah bermanfaat bagi perkembangan batin kita.."
Salam hangat,
Riky
Masih Puthujana boleh donk beginian ?? 
Apapun boleh,terserah anda saja... :)
Asal anda senang dan bahagia didalam lokuttara ini...hehehe
Salam hangat,
Riky
			
 
			
			
				Quote from: Riky_dave on 23 November 2008, 01:03:52 PM
Quote from: dilbert on 23 November 2008, 12:58:32 PM
Quote from: Riky_dave on 23 November 2008, 12:52:01 PM
bagus..thread yang bagus...apakah buah yang manis akhirnya selalu manis?entahlah...biarlah kita sebagai penonton menyaksikannya saja.. :)
"Hal yang terbaik adalah bebaskan diri sendiri dahulu,jangan sibuk mempertanyakan kebebasan orang lain dan memperdebatkan orang lain karena hal seperti itu tidaklah bermanfaat bagi perkembangan batin kita.."
Salam hangat,
Riky
Masih Puthujana boleh donk beginian ?? 
Apapun boleh,terserah anda saja... :)
Asal anda senang dan bahagia didalam lokuttara ini...hehehe
Salam hangat,
Riky
semoga anda juga bahagia dengan kondisi anda...
Sabbe Satta Bhavantu Sukhitata...
			
 
			
			
				_/\_
			
			
			
			
			
				:)) Bro Dilbert masih juga penasaran dengan topik ini. Saya ikut saja, kalau ada yang perlu dikomentari baru ikut menulis :)
			
			
			
				jujur sebenarnya saya masih blm begitu paham tentang perbedaan kedua aliran ini [kalo bisa sih ditambah dengan yang tantra sekalian ;D], ada yang bisa jelasin dengan lebih detil ngga?
walaupun penekanan dhammanya berbeda tapi inti-nya tetap sama kan? dua2nya gak ada yang keluar dari jalur dhamma?
			
			
			
				Kl dibaca dari awal post, sepertinya ajaran Budha terdiri dari 2 aliran ya? Theravada dan Mahayana... selain kedua itu, kayaknya saya pernah dengar aliran Budhayana, bener gak ya? kl salah, yang dimaksud Budhayana itu apa ya? thnx... ^^
			
			
			
				Buddhayana itu memayungi ketiga mazab yakni Thera,maha dan tantra,menurut saya sih memang bagus Buddhayana tapi nanti mungkin bisa berakhir menjadi "gado2" tapi kita lihat saja deh perkembangannya bagaimana nantinya... :)
Salam hangat,
Riky
			
			
			
				Kalo gado-gadonya bisa di mix and match dengan baik dan bijaksana tentunya tidak akan jadi masalah donk? malah bisa mengerti ketiganya secara seimbang bukannya lebih baik? yah kecuali, kalo bagi yang gak cukup mengerti mungkin gado-gadonya jadi gak enak ato gak jelas begitu ;D
			
			
			
				(Lalitavistara Sutra), "I am the god above the gods, superior to all the gods; no god is like me – how could there be a higher?"
Siddharta adalah Tuhan menurut sutra di atas. Apakah ini penyebab perbedaan Mahayana dan Therevada ?
apakah sutra tsb dipergunakan oleh kedua belah pihak ?
  :-?
			
			
			
				Quote from: Petrus on 23 November 2008, 08:49:26 PM
(Lalitavistara Sutra), "I am the god above the gods, superior to all the gods; no god is like me – how could there be a higher?"
Siddharta adalah Tuhan menurut sutra di atas. Apakah ini penyebab perbedaan Mahayana dan Therevada ?
apakah sutra tsb dipergunakan oleh kedua belah pihak ?
  :-?
god disini beda dengan pandangan kr****n, 
ini cuma kerancuan dalam menerjemahkan ke inggris saja, 
maksud pernyataan itu... iya yang paling agung, mulia... bukan berarti siddharta adalah tuhan seperti dalam pandangan kr****n...
 _/\_
			
 
			
			
				   
"Having approached the priests & contemplatives who hold that...'Whatever a person experiences... is all caused by a supreme being's act of creation,' I said to them: 'Is it true that you hold that... "Whatever a person experiences... is all caused by a supreme being's act of creation?"' Thus asked by me, they admitted, 'Yes.' Then I said to them, 'Then in that case, a person is a killer of living beings because of a supreme being's act of creation. A person is a thief... unchaste... a liar... a divisive speaker... a harsh speaker... an idle chatterer... greedy... malicious... a holder of wrong views because of a supreme being's act of creation.' When one falls back on creation by a supreme being as being essential, monks, there is no desire, no effort [at the thought], 'This should be done. This shouldn't be done.' When one can't pin down as a truth or reality what should & shouldn't be done, one dwells bewildered & unprotected. One cannot righteously refer to oneself as a contemplative. This was my second righteous refutation of those priests & contemplative who hold to such teachings, such views." (Tittha Sutta AN 3.61)
"We are what we think.
All that we are arises with our thoughts.
With our thoughts we make the world."  ( Dhammapada 1.1-3)
"I am the god above the gods, superior to all the gods; no god is like me – how could there be a higher?" (Lalitavistara Sutra)
			
			
			
				therapada... lojik
mahayana... piling
tantrayana.. mejik
			
			
			
				Quote from: Petrus on 23 November 2008, 09:41:29 PM
Perjalanan panjang dari pencarian Siddharta akhirnya dapat dipecahkan dari para filsuf Christian, bahwa kehendak bebas lah yang menyebabkan kejahatan. 
Sama seperti pencerahan manusia ketika Galileo menemukan bahwa bumi mengelilingi matahari.
Seandainya Siddharta mengetahui hal ini, maka beliau pasti akan mempercayai konsep akan adanya Supreme Being/The Creator/God.
sdr.petrus 
benar sekali  menyatakan bahwa Kehendak bebaslah yang menyebabkan kejahatan... Tetapi jangan memandang dari satu sisi saja... kehendak bebaslah juga bisa menyebabkan kebajikan...
Jika setiap individu memiliki KEBEBASAN BERKEHENDAK... Lha apa peran dari yang anda katakan SUPREME BEING/THE CREATOR/GOD itu ?? Tidak perlu dibahas bukan... karena setiap individu memiliki KEBEBASAN BERKEHENDAK... seperti yang diucapkan oleh BUDDHA...
Setiap makhluk mewarisi karma-nya masing-masing seperti roda pedati yang mengikuti pedati kemanapun... Karena setiap makhluk BEBAS BERKEHENDAK, bebas BERBUAT, maka semua PERBUATAN itu memiliki KONSEKUENSI sendiri sendiri yang harus diterima oleh PEMBUAT-nya. TIDAK ADA  yang namanya UJIAN dan HADIAH dari TUHAN... Semuanya adalah HASIL dari PERBUATAN MASING-MASING AKIBAT KEBEBASAN BERKEHENDAK.
			
 
			
			
				Kehendak bebas itu bisa dijadikan kejahatan kalau ia merusak. harap dibedakan artinya antara 'bebas' dan 'merusak'. Sang Buddha memberikan kehendak bebas pada semua orang namun dengan mengundang penyadaran akan konsekuensinya. Di satu aspek lain, Sang Buddha juga kadang memberi peraturan yg memberi batasan bagi orang2. Antara lain contoh vinaya (peraturan kebhikkhuan). Sang Buddha memberi batasan kehendak pada orang lain untuk menuntun orang lain agar tidak menyerempet dari jalan yg Beliau tentukan.
Kejahatan = kehendak bebas?
Itu adalah kekeliruan besar. Kenyataannya banyak orang yg berbuat tercela ketika batasan sudah diberikan. Apakah umat Buddhis ini berkehendak / berbuat bebas sampai menyerempet kehidupan sosial Anda, Sdr. Petrus?
			
			
			
				membantu moderator :)
 :backtotopic:
			
			
			
				Yaps, Back to topic,
Perlu di ingat...
Kita disini membahas buddhism, dan bukan kepercayaan lain...
Maaf,
Beberapa tulisan yang menurut saya melenceng dan melecehkan Tiratana...
Menjadi korban dari peraturan
			
			
			
				lah ni 2 halaman juga blom dimulai toh debatnya :)) 
			
			
			
				Quote from: hate_do on 23 November 2008, 10:14:55 PM
therapada... lojik
mahayana... piling
tantrayana.. mejik
penjelasan singkat dan tepat
			
 
			
			
				Quote from: candra_mukti19 on 24 November 2008, 07:04:42 AM
Quote from: hate_do on 23 November 2008, 10:14:55 PM
therapada... lojik
mahayana... piling
tantrayana.. mejik
hehehe...jadi no more per'debat'an...
understanding each other ..accomplished..
case closed...
anumodana....o mi duo fo...
penjelasan singkat dan tepat
			
 
			
			
				interpeternya salah mengeja. aslinya bukan begitu. banyak kitab2 hasil terjemahan tidak seperti yang dimaksudkan...
			
			
			
				Quote from: oddiezz on 24 November 2008, 08:32:29 AM
Quote from: candra_mukti19 on 24 November 2008, 07:04:42 AM
Quote from: hate_do on 23 November 2008, 10:14:55 PM
therapada... lojik
mahayana... piling
tantrayana.. mejik
hehehe...jadi no more per'debat'an...
understanding each other ..accomplished..
case closed...
anumodana....o mi duo fo...
penjelasan singkat dan tepat
hahaha lucu juga...yep yep...to the point
			
 
			
			
				Quote from: Reenzia on 23 November 2008, 08:18:34 PM
Kalo gado-gadonya bisa di mix and match dengan baik dan bijaksana tentunya tidak akan jadi masalah donk? malah bisa mengerti ketiganya secara seimbang bukannya lebih baik? yah kecuali, kalo bagi yang gak cukup mengerti mungkin gado-gadonya jadi gak enak ato gak jelas begitu ;D
kalo saya boleh urun rembug,
sebenarnya yg dilakukan oleh buddhayana, adalah menjalankan tradisi masing2 aliran itu.... jadi konsepnya sih hanya memayungi saja, dan menfasilitasi bagi yg mau menjalankan isi setiap aliran itu.....
jadi ga dicampur ky gado2..... walau pada perkembangannya, bnyk org yg mempunyai konsep gado2 karena dia mengambil apa yg disukai dari tiap aliran
semoga bisa dimengerti
			
 
			
			
				Quote from: Petrus on 23 November 2008, 09:41:29 PM
   
"Having approached the priests & contemplatives who hold that...'Whatever a person experiences... is all caused by a supreme being's act of creation,' I said to them: 'Is it true that you hold that... "Whatever a person experiences... is all caused by a supreme being's act of creation?"' Thus asked by me, they admitted, 'Yes.' Then I said to them, 'Then in that case, a person is a killer of living beings because of a supreme being's act of creation. A person is a thief... unchaste... a liar... a divisive speaker... a harsh speaker... an idle chatterer... greedy... malicious... a holder of wrong views because of a supreme being's act of creation.' When one falls back on creation by a supreme being as being essential, monks, there is no desire, no effort [at the thought], 'This should be done. This shouldn't be done.' When one can't pin down as a truth or reality what should & shouldn't be done, one dwells bewildered & unprotected. One cannot righteously refer to oneself as a contemplative. This was my second righteous refutation of those priests & contemplative who hold to such teachings, such views." (Tittha Sutta AN 3.61)
"We are what we think.
All that we are arises with our thoughts.
With our thoughts we make the world."  ( Dhammapada 1.1-3)
"I am the god above the gods, superior to all the gods; no god is like me – how could there be a higher?" (Lalitavistara Sutra)
god : dewa, malaikat
God : Tuhan
Sangat betul jika Buddha lebih tinggi secara kualitas batin dibanding para dewa.
Jangankan dibanding Buddha yg sudah keluar dari lingkaran samsara, Alam Brahma saja yg banyak dicapai oleh meditator pada jaman itu, kualitas batinnya sudah jauh lebih tinggi dibanding alam dewa
Memang sulit untuk memahami Buddhism jika masih menggunakan perspektif paham lain.
Semoga bisa dimengerti yah
			
 
			
			
				Quote from: hate_do on 23 November 2008, 10:14:55 PM
therapada... lojik
mahayana... piling
tantrayana.. mejik
apa betul tantrayana mejik ?
kalo memang tantrayana mejik, bagaimana mungkin praktisi tantra bisa mempelopori kolaborasi berskala  dunia ,antara buddhism dan ilmu pengetahuan modern ?
coba lihat disini http://mindandlife.org/
bila tantra bisa berdiskusi dan melakukan penelitian bersama dengan para ilmuwan modern, tantra ini mejik, atau ilmiah ...
 _/\_
			
 
			
			
				Quote from: markosprawira on 24 November 2008, 09:05:11 AM
Quote from: Reenzia on 23 November 2008, 08:18:34 PM
Kalo gado-gadonya bisa di mix and match dengan baik dan bijaksana tentunya tidak akan jadi masalah donk? malah bisa mengerti ketiganya secara seimbang bukannya lebih baik? yah kecuali, kalo bagi yang gak cukup mengerti mungkin gado-gadonya jadi gak enak ato gak jelas begitu ;D
kalo saya boleh urun rembug,
sebenarnya yg dilakukan oleh buddhayana, adalah menjalankan tradisi masing2 aliran itu.... jadi konsepnya sih hanya memayungi saja, dan menfasilitasi bagi yg mau menjalankan isi setiap aliran itu.....
jadi ga dicampur ky gado2..... walau pada perkembangannya, bnyk org yg mempunyai konsep gado2 karena dia mengambil apa yg disukai dari tiap aliran
semoga bisa dimengerti
Apabila konsep Buddhyana merupakan sarana persatuan yang mengayomi semua aliran agama Buddha ya bagus dan sah-sah saja, malangnya memang ada kecenderungan yang mengarahkan Buddhaya menjadi aliran baru yaitu yang bercorak gado-gado.
Buddhayana adalah semangat kebersamaan semua aliran agama Buddha yang saling menghargai satu sama lain tanpa harus mencampur-adukan semua tradisi tersebut.
Bayangkan ada oknum bhikkhu yang dengan bangga berlabel Buddhayana sehingga dia makan malam karena dia bukan Theravada dan dia tidak vegetarian karena bukan Mahayana, sehingga lahirlah generasi bhikkhu baru yang memegang vinaya tebang pilih alias suka-suka.
Terdapat bhikkhu yang ditabiskan secara tradisi Theravada tapi melakukan ritual secara Mahayana (Liamkeng), apabila niatnya mau Liamkeng maka lebih baik ditabiskan saja sebagai bhikkhu dalam tradisi Mahayana.
Buddhayana yang manakah yang diharapkan berkembang?
			
 
			
			
				Quote from: pujianto on 24 November 2008, 09:59:59 AM
Quote from: markosprawira on 24 November 2008, 09:05:11 AM
Quote from: Reenzia on 23 November 2008, 08:18:34 PM
Kalo gado-gadonya bisa di mix and match dengan baik dan bijaksana tentunya tidak akan jadi masalah donk? malah bisa mengerti ketiganya secara seimbang bukannya lebih baik? yah kecuali, kalo bagi yang gak cukup mengerti mungkin gado-gadonya jadi gak enak ato gak jelas begitu ;D
kalo saya boleh urun rembug,
sebenarnya yg dilakukan oleh buddhayana, adalah menjalankan tradisi masing2 aliran itu.... jadi konsepnya sih hanya memayungi saja, dan menfasilitasi bagi yg mau menjalankan isi setiap aliran itu.....
jadi ga dicampur ky gado2..... walau pada perkembangannya, bnyk org yg mempunyai konsep gado2 karena dia mengambil apa yg disukai dari tiap aliran
semoga bisa dimengerti
Apabila konsep Buddhyana merupakan sarana persatuan yang mengayomi semua aliran agama Buddha ya bagus dan sah-sah saja, malangnya memang ada kecenderungan yang mengarahkan Buddhaya menjadi aliran baru yaitu yang bercorak gado-gado.
Buddhayana adalah semangat kebersamaan semua aliran agama Buddha yang saling menghargai satu sama lain tanpa harus mencampur-adukan semua tradisi tersebut.
Bayangkan ada oknum bhikkhu yang dengan bangga berlabel Buddhayana sehingga dia makan malam karena dia bukan Theravada dan dia tidak vegetarian karena bukan Mahayana, sehingga lahirlah generasi bhikkhu baru yang memegang vinaya tebang pilih alias suka-suka.
Terdapat bhikkhu yang ditabiskan secara tradisi Theravada tapi melakukan ritual secara Mahayana (Liamkeng), apabila niatnya mau Liamkeng maka lebih baik ditabiskan saja sebagai bhikkhu dalam tradisi Mahayana.
Buddhayana yang manakah yang diharapkan berkembang?
Inilah dilema yang berkembang dalam komunitas Buddhayana, karena semangat kebersamaan terbetnuk menjadi satu pola budaya,sehingga masin2 kehilangan entitas pegangan baik itu Thera,Maha,Tantra. Gado-gado tanpa kejelasan tentunya yang kasihan adalah para umatnya.
Quote from: andrew on 24 November 2008, 09:21:09 AM
Quote from: hate_do on 23 November 2008, 10:14:55 PM
therapada... lojik
mahayana... piling
tantrayana.. mejik
apa betul tantrayana mejik ?
kalo memang tantrayana mejik, bagaimana mungkin praktisi tantra bisa mempelopori kolaborasi berskala  dunia ,antara buddhism dan ilmu pengetahuan modern ?
coba lihat disini http://mindandlife.org/
bila tantra bisa berdiskusi dan melakukan penelitian bersama dengan para ilmuwan modern, tantra ini mejik, atau ilmiah ...
 _/\_
Tantrayana Tibetan memiliki gabungan perpaduan dengan Tantra Hindu yang kemudian masuk menjadi produk Buddhisme.dalam Tantra tibet juga mewarisi pengetahuan Ayurveda yaitu salah satu cabang medis zaman Veda sebelum Buddha.Tantra Tibet juga mengenal Yoga dengan kolaborasi Chakra yang kemudian ditambahkan dan disesuaikan kembali dalam Buddhisme.
Budaya Tibet yang unik telah melahirkan satu tradisi Buddhist yang kita kenal hari ini. Bila Tantra disebut dengan magic,tentunya iya karena banyak dhamma entertainment seperti biksu membakar sesuatu dan keluar wujud naga.umat awam yang tidak mengerti akan melihat itu sebagai tontonan sihir,yang kemudian berkembanglah paradigma Tantra = magic.
			
 
			
			
				Quote from: Petrus on 23 November 2008, 08:49:26 PM
(Lalitavistara Sutra), "I am the god above the gods, superior to all the gods; no god is like me – how could there be a higher?"
Siddharta adalah Tuhan menurut sutra di atas. Apakah ini penyebab perbedaan Mahayana dan Therevada ?
apakah sutra tsb dipergunakan oleh kedua belah pihak ?
  :-?
hebat euy siddharta sebagai seorang manusia ternyata diakui dibaiat sebagai Tuhan oleh manusia yang bernama Petrus.
dewa dalam pengertian Buddhis bukan Tuhan.
Buddha lebih tinggi dari dewa dalam hal moralitas, samadhi dan kebijaksanaan, banyak dewa yang "pay suhu" kepada Buddha.
Bagaimana superpun yang namanya manusia tidak bisa jadi Tuhan Yang Maha Kuasa, tapi manusia bisa jadi dewa hehehehe mau coba belajar yoga aja deh (bukan ajaran Buddha) tapi bisa menuntun ke surga.
Mau jadi Buddha? bisa dan mungkin tapi kamu harus punya potensi, daya dan usaha untuk mencapainya, karena menjadi Buddha gak bisa cuma melalui doa.
Ayo agak waras deh kalo ngebahas ajaran Buddha
I love 
			
 
			
			
				Quote from: nyanadhana on 24 November 2008, 10:20:09 AM
Tantrayana Tibetan memiliki gabungan perpaduan dengan Tantra Hindu yang kemudian masuk menjadi produk Buddhisme.dalam Tantra tibet juga mewarisi pengetahuan Ayurveda yaitu salah satu cabang medis zaman Veda sebelum Buddha.Tantra Tibet juga mengenal Yoga dengan kolaborasi Chakra yang kemudian ditambahkan dan disesuaikan kembali dalam Buddhisme.
Budaya Tibet yang unik telah melahirkan satu tradisi Buddhist yang kita kenal hari ini. Bila Tantra disebut dengan magic,tentunya iya karena banyak dhamma entertainment seperti biksu membakar sesuatu dan keluar wujud naga.umat awam yang tidak mengerti akan melihat itu sebagai tontonan sihir,yang kemudian berkembanglah paradigma Tantra = magic.
apa betul seperti itu tibetan buddhis?
saya bersentuhan dengan tibetan buddhis, dan tidak pernah menemukan  ada hal seperti itu...
vajrayana buddhis, atau yang biasa disebut tantra buddhis... 
arahnya sangat jelas...
berusaha secepat-cepatnya mengembangkan kualitas demi memberikan manfaat pada semua mahluk...
dan untuk bisa mendapatkan ajaran metode-metode yang sangat tertutup dalam vajrayana, seseorang mesti mempunyai landasan bodhicitta ( aspirasi untuk mengabdikan kehidupan demi memberikan manfaat pada semua mahluk )
vajrayana buddhis tidak ada hubungan dengan membakar sesuatu menjadi naga, 
pertanyaan saya apakah saudara nyanadhana bersentuhan dengan tibetan buddhism langsung , sehingga berkomentar seperti itu? atau cuma membaca buku -buku dan artikel... yang pada nyatanya penulis artikel dan buku tersebut tenyata juga tidak pernah masuk kedalam tibetan buddhism secara langsung ?
 _/\_
			
 
			
			
				Hi Andrew,maksud saya adalah paradigma masyarakat karena beberapa dekade terakhir banyak sekali Dhamma enterteinment dimana biksu tibet diundang untuk melakukan upacara yang seperti membakar sesuatu dan keluar bentuk naga,ada fotonya kok,maksud saya bukan inti tibetannya tapi dilihat dari pagar luarnya.masyarakat akan berpandangan berbeda.semoga ini mengklarfikasi p[ernyataan saya.
			
			
			
				Ajaran Tantrayana or Vajrayana yang berkembang sekarang banyak yang keluar dari jalur dan sekedar sebagai penghibur. anda ingin tahu bagaimana masyarakat memandang Vajrayana ini?
1. banyak upacara yang ditujukan untuk mendapat berkah seperti rejeki harta dan gelimang duniawi.
2. banyak pengusaha mencari biksu tibet karena mereka percaya dengan kekuatan biksu itu,mereka bisa lebih hebat lagi.
3. upacara yang dilakukan banyak menampilkan unsur2 magis.
lantas bagaimana merubah pandangan masyarakat yang telah terbetnuk dari serangkaian acara2 seperti ini?siapakah oknum yang bertanggung jawab untuk hal ini? bahkan masyaarakat tidak pernah tahu inti Tibetan Buddhisme seperti apa?yang mereka tahu hanya menyembah dan menyembah.
Sama halnya juga sekarang paradigma bhikkhu Thailand yang suka memberikan amulet dan sekarang amulet dari harga berdana menjadi harga komersial yang sangat mahal,bayangkan satu kalung bisa dijual sampai 5 juta lebih hanya dipercaya kekuatan blessingnya mantep.
			
			
			
				pertanyaan saya apakah saudara nyanadhana bersentuhan dengan tibetan buddhism langsung , sehingga berkomentar seperti itu? atau cuma membaca buku -buku dan artikel... yang pada nyatanya penulis artikel dan buku tersebut tenyata juga tidak pernah masuk kedalam tibetan buddhism secara langsung ?
secara langsung,tidak namun beberapa pengetahuan Tibetan Buddhisme saya peroleh dari guru saya sendiri dalam praktek pemahaman Yoga.guru saya merupakan praktisi Tibetan buddhisme yang melihat penyimpangan yang terlalu besar dalam praktek Vajrayana saat ini.
			
			
			
				Quote from: nyanadhana on 24 November 2008, 10:55:58 AM
Ajaran Tantrayana or Vajrayana yang berkembang sekarang banyak yang keluar dari jalur dan sekedar sebagai penghibur. anda ingin tahu bagaimana masyarakat memandang Vajrayana ini?
1. banyak upacara yang ditujukan untuk mendapat berkah seperti rejeki harta dan gelimang duniawi.
2. banyak pengusaha mencari biksu tibet karena mereka percaya dengan kekuatan biksu itu,mereka bisa lebih hebat lagi.
3. upacara yang dilakukan banyak menampilkan unsur2 magis.
lantas bagaimana merubah pandangan masyarakat yang telah terbetnuk dari serangkaian acara2 seperti ini?siapakah oknum yang bertanggung jawab untuk hal ini? bahkan masyaarakat tidak pernah tahu inti Tibetan Buddhisme seperti apa?yang mereka tahu hanya menyembah dan menyembah.
coba lihat perkembangan vajrayana  buddhis di dunia barat ( eropa, amerika , australia ) jauh dari kesan seperti itu...
kesan seperti itu terjadi di indonesia...
saya lihat ini pengaruh dari kepercayaan tionghwa klenteng... yang menganggap tantra tidak jauh beda dengan membuat hu, rejeki , keselamatan, berhubungan dengan mahluk halus...
di indonesia tantra identik dengan itu saya kira lebih karena... orang di indonesia (jaman sekarang ) pertama kali mengenal istilah aliran tantra, adalah dari kelompok lu sen yen... yang memang ngga jauh dari rejeki dan  hubungan dengan mahluk halus...  bahkan tidak membicarakan bodhicitta ( padahal ini adalah dasar dari tantra buddhis )   
 _/\_
			
 
			
			
				di Barat juga terjadi hal yang sama meskipun skalanya kecil,Lu Sheng yen kan go international.
			
			
			
				untuk mengurangi kesalah pahaman tentang tibetan buddhism yang di anggap mejik,
saya tampilkan satu text tibetan buddhism, coba lihat apa betul tibetan buddhis itu mejik ?
atau pengembangan bodhicitta ( aspirasi untuk mengabdikan hidup demi kebahagiaan semua mahluk )
Delapan Bait Transformasi Pikiran
Dilandasi tekad tuk' semata-mata
(berjuang) demi kebahagiaan semua mahluk
yang lebih berharga ketimbang permata
dengan penuh kasih mereka'kan kupeluk
Ketika bersama yang lain
'kan kupandang diri ini paling hina
dan jauh didalam batin
kuanggap mereka yang paling mulia
Kuperiksa pikiranku dalam setiap upaya
dan begitu muncul bercak-bercak noda
yang membuatku dan yang lain terpedaya
kusingkirkan mereka dengan sekuat tenaga
Bila berhadapan dengan orang jahat
yang menderita dan dikuasai kejahatan
kuanggap mereka kekasih yang sulit didapat
seperti permata yang sukar ditemukan
Bila orang lain karena cemburu
berlaku jahat, kasar dan menyakiti
kuterima perlakuannya untuku
kepadanya kemenangan'kan kuberi
Bila seseorang yang telah kuberi bantuan
dan kepadanya aku menaruh harapan tinggi
ternyata membalasku dengan kejahatan, akan
kupandang ia sebagai(sahabat spiritual) yang tertinggi
Singkat kata'kan kusembahkan manfaat & berkah
untuk semua ibu( kini dan yang akan datang)
dan'kan kupikul diam-diam
semua beban dan derita mereka
Selanjutnya, takan kukotori semua itu
dengan delapan noda pandangan duniawi
'kan kupandang semua fenomena sebagai mimpi
dan kulepaskan segala ikatan, semua belenggu
Langri Thang-pa
Tibet
			
			
			
				Quote from: nyanadhana on 24 November 2008, 11:12:46 AM
di Barat juga terjadi hal yang sama meskipun skalanya kecil,Lu Sheng yen kan go international.
iya...  yang saya maksud bukan etnis tionghwa yang tinggal di barat
lu sen yen bisa di bilang cuma berhasil menjangkau  etnis tionghwa yang tinggal di barat, 
bukan orang barat asli yang belajar buddhism
yang saya maksud lebih ke orang barat asli yang belajar vajrayana buddhism,
coba liat pemahaman tantra buddhis  dari robert thurman ( ayah dari uma thurman ), richard gere pemahaman mereka sangat berbeda dengan pehaman tantra ala lu seng yen 
 _/\_
			
 
			
			
				siapa yang benar ? rasanya tidak ada yang salah dua2nya benar, Mahayana, Threravada, Tibetan dll, karena Siddharta tidak menunjuk siapa penggantinya untuk meneruskan ajarannya. 
			
			
			
				Quote from: Petrus on 24 November 2008, 11:28:48 AM
siapa yang benar ? rasanya tidak ada yang salah dua2nya benar, Mahayana, Threravada, Tibetan dll, karena Siddharta tidak menunjuk siapa penggantinya untuk meneruskan ajarannya. 
siddharta tidak menunjuk pengganti... tapi siddharta memberikan patokan yang jelas...
suatu ajaran yang mengarah pada berkurangnya kebencian , keserakahan dan kebodohan...
maka ajaran itu sesuai dengan yang telah diajarkan siddharta  :)
 _/\_
			
 
			
			
				Quote from: andrew on 24 November 2008, 11:31:54 AM
Quote from: Petrus on 24 November 2008, 11:28:48 AM
siapa yang benar ? rasanya tidak ada yang salah dua2nya benar, Mahayana, Threravada, Tibetan dll, karena Siddharta tidak menunjuk siapa penggantinya untuk meneruskan ajarannya. 
siddharta tidak menunjuk pengganti... tapi siddharta memberikan patokan yang jelas...
suatu ajaran yang mengarah pada berkurangnya kebencian , keserakahan dan kebodohan...
maka ajaran itu sesuai dengan yang telah diajarkan siddharta  :)
jelas menurut siapa ? relative 
			
 
			
			
				Quote from: Petrus on 24 November 2008, 11:38:26 AM
Quote from: andrew on 24 November 2008, 11:31:54 AM
Quote from: Petrus on 24 November 2008, 11:28:48 AM
siapa yang benar ? rasanya tidak ada yang salah dua2nya benar, Mahayana, Threravada, Tibetan dll, karena Siddharta tidak menunjuk siapa penggantinya untuk meneruskan ajarannya. 
siddharta tidak menunjuk pengganti... tapi siddharta memberikan patokan yang jelas...
suatu ajaran yang mengarah pada berkurangnya kebencian , keserakahan dan kebodohan...
maka ajaran itu sesuai dengan yang telah diajarkan siddharta  :)
jelas menurut siapa ? relative 
tidak relative...
memangnya kamu tidak bisa mengamati hati dan pikiran kamu sendiri...
jika kamu mengikuti suatu ajaran ... hal itu mendukung tumbuh berkembangnya kebencian , keserakahan dan kebodohan di dalam dirimu...
atau ajaran itu mengikis kebencian, keserakahan dan kebodohan dalam dirimu...
apa kamu tidak bisa mengamati hal ini dalam diri kamu ?patokan siddharta jelas, bukan relative... silakan amati diri sendiri... 
jika ajaran itu membawa berkurangnya kebencian, keserakahan dan kebodohan... maka itu sesuai dengan ajaran siddharta...   :)
 _/\_
			
 
			
			
				 [at] andrew
tapi bagaimana, jika orang yang tinggal di lingkungan yang penuh kebencian,keserakahan, dan kebodohan yang menurut kita.
bagaimana mereka tahu mana yang baik dan yang tidak baik.
karena bagi kita yang tidak baik, belum tentu tidak baik pula bagi mereka.
dan apa yang menurut mereka baik, belum tentu baik pula bagi kita.
nah bingung deh????
			
			
			
				Quote from: hatRed on 24 November 2008, 11:53:34 AM
 [at] andrew
tapi bagaimana, jika orang yang tinggal di lingkungan yang penuh kebencian,keserakahan, dan kebodohan yang menurut kita.
bagaimana mereka tahu mana yang baik dan yang tidak baik.
karena bagi kita yang tidak baik, belum tentu tidak baik pula bagi mereka.
dan apa yang menurut mereka baik, belum tentu baik pula bagi kita.
nah bingung deh????
cari tuntunan SILA menurut ajaran BUDDHA... minimal pancasila buddhis (mutlak karena berkaitan dengan karma ketika dilanggar).atau bisa diperluas menjadi dasasila buddhis (untuk pengendalian diri)
			
 
			
			
				[at] hatRed...
Pertanyaan itu kan sudah pernah saya jawab. Tapi kalau bro lupa, saya kutip lage deh...  ;D
Dari link : http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=6333.msg105217#msg105217
QuoteYap, pertanyaan yg 'baik' sekali..  
Sang Buddha sudah menjelaskan perbuatan baik dan perbuatan yg tidak baik itu jelas sekali perbedaannya. Perbuatan yg baik adalah perbuatan yg mengandung akar alobha, adosa dan amoha (tidak ada keserakahan, tidak ada kebencian, tidak ada kebodohan / ketidakpedulian). Sedangkan perbuatan buruk / jahat adalah perbuatan yg mengandung akar lobha, dosa dan moha (keserakahan, kebencian dan kebodohan / ketidakpedulian).
Perlu disadari (ya, saya meminta Anda semua menyadari, bukan hanya sebatas diingat!), perbuatan baik dan perbuatan buruk itu mungkin bisa relatif, tergantung tempat, keadaan, waktu, dll. Namun kita bisa menjadikan hasil / akibat sebagai barometer. Kalau kita berbuat sesuatu namun hasilnya adalah penderitaan (duka) atau kebahagiaan palsu (kebahagiaan yg ujungnya adalah kekecewaan atau duka), maka yg kita perbuat adalah keburukan. Sang Buddha mengajarkan kita agar kita menjadi pelita bagi diri sendiri, agar kita menjadi 'ilmuwan' bagi diri sendiri. Kita perlu mengkaji semua hal yg kita lakukan. Sama seperti ilmuwan yg melakukan observasi dan eksperimen. Bila hasilnya gagal atau buruk, maka ia sadar bahwa cara2nya adalah salah. Dia pun mencoba memakai cara baru yg benar, agar hasilnya baik.
Kira2 begitu dulu yah  
 _/\_
			
				Quote from: Petrus on 24 November 2008, 11:28:48 AM
siapa yang benar ? rasanya tidak ada yang salah dua2nya benar, Mahayana, Threravada, Tibetan dll, karena Siddharta tidak menunjuk siapa penggantinya untuk meneruskan ajarannya. 
sdr Petrus 
dari mana anda tahu bahwa Siddharta tidak menunjuk siapa penggantinya untuk meneruskan ajaran Nya?
Beliau sejak awal sudah mengutus 60 orang siswa untuk mengajarkan Dhamma pada orang yang batinnya diselimuti debu tipis.
Anda sebaiknya belajar agama Buddha dengan batin yang baik dan terbuka, bukan untuk debat2an.
gak ada gunanya perdebatan anda selama ini karena cuma membikin suasana millis jadi anjang debat kusir dan "perang agama", jangan sebarkan kebiasaan buruk dalam diri anda yang sudah terbiasa menghalalkan segala cara hanya demi kepentingan "agama" anda semata.
Thuti
			
 
			
			
				bah...
aku mulai deh...
Mahayana Sux karena ajaranna banyak yg ngaco!..contohnya Arahat yg dah Nibbana kok malah dibilank masih belum menghilangkan semua kilesa?..
Nibbana khan artinya PADAM..lol
lalu Theravada juga sux...kenapa di neraka ada dewa?...kalo gk salah dewa dari alam Yama...
dan Vajrayana juga sux...
kenapa ngaku2 kalo Boddhisatva2nya dan Dhammapalanya kuat, mantep, sakti bla bla bla...
tapi bebasin Tibet ajah gk bisa?..
kalah sama komunis?..
lol...
...
itu ajah~
silahkan lanjut..
			
			
			
				inilah keindahan dunia Buddhisme , El sol...
			
			
			
				Oom Dilbert, yang benar mungkin nagarjuna yah? bukan nagasena...
			
			
			
				Quote from: cunda on 24 November 2008, 12:24:58 PM
Quote from: Petrus on 24 November 2008, 11:28:48 AM
siapa yang benar ? rasanya tidak ada yang salah dua2nya benar, Mahayana, Threravada, Tibetan dll, karena Siddharta tidak menunjuk siapa penggantinya untuk meneruskan ajarannya. 
sdr Petrus 
dari mana anda tahu bahwa Siddharta tidak menunjuk siapa penggantinya untuk meneruskan ajaran Nya?
Beliau sejak awal sudah mengutus 60 orang siswa untuk mengajarkan Dhamma pada orang yang batinnya diselimuti debu tipis.
Anda sebaiknya belajar agama Buddha dengan batin yang baik dan terbuka, bukan untuk debat2an.
gak ada gunanya perdebatan anda selama ini karena cuma membikin suasana millis jadi anjang debat kusir dan "perang agama", jangan sebarkan kebiasaan buruk dalam diri anda yang sudah terbiasa menghalalkan segala cara hanya demi kepentingan "agama" anda semata.
Thuti
siapa diantara ke 60 siswa itu yang menjadi ketuanya ? apakah mereka mengajarkan hal yang sama ? kalau sama mengapa ada banyak aliran ? yang mana ajaran asli Siddharta ? 
			
 
			
			
				 [at] Upasaka
heheh... iya namanya juga masih ehipasiko. jadi masih ngambang
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=6333.msg105224#msg105224
Quote from: hatred
kalo yang begini baru g setuju dah, sayangnya belom bisa g sadari (masih ehipasiko)
tapi ada pointnya juga, kalau begitu kita bisa tahu apakah perbuatan kita baik/bukan jika dilihat dari efeknya?
seperti itu kah?
			
				Kenapa mahayana banyak paham2nya yang terlalu rumit, kenapa gak langsung ajah ;D
contoh, baca parita yang tidak semua orang mengerti, banyak upacara2 yang terlalu berbelit2 seperti san bu yi pai dll ;D
			
			
			
				Quote from: hatRed on 24 November 2008, 01:12:29 PM
 [at] Upasaka
heheh... iya namanya juga masih ehipasiko. jadi masih ngambang
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=6333.msg105224#msg105224
Quote from: hatred
kalo yang begini baru g setuju dah, sayangnya belom bisa g sadari (masih ehipasiko)
tapi ada pointnya juga, kalau begitu kita bisa tahu apakah perbuatan kita baik/bukan jika dilihat dari efeknya?
seperti itu kah?
Memang begitulah hukum alam. Sama seperti Anda ketika waktu Anda belajar mengendarai sepeda. Ketika Anda jatuh, Anda terhuyung2, Anda sadar bahwa Anda masih belum mahir. Tanamkanlah kesadaran bahwa pasti ada yg salah dari cara saya mengendarai sepeda. Hukum alam ini 'terancang' dengan begitu seimbang dan adil. Ketika Anda 'terjatuh', Anda harus sadar betul bahwa Anda salah. Kebenaran itu akan selalu ada. Kalau kita terjatuh, artinya kita tidak berada di jalan kebenaran.
Kira2 begitu dulu yah...  :)
			
 
			
			
				 [at] upasaka
heheheh... trims, 
kalo gini sesuai ma kebiasaan gue, learn by doing
			
			
			
				yg gw suka dari Theravada.. ajarannya logis banget!..mantep!
yg gw suka dari Mahayana..beberapa ajarannya mantep..contohnya Sunyata, my fav sutra is Prajaparamita hydra sutra
yg gw suka dari Vajrayana..janji2 para makhluk2 Boddhisatva2 dan Dharmapalanya..jadi mirip karesten gitu..huahuahua..trus gw rasa umat2 Vajra lebih berdisiplin(Sila mereka mantap uey)..
yg gw palink gk suka dari Theravada itu gw rasa umat2nya...apalage yg sering ke Vihara...majority nerd ato gk freak semuanya...
-_-"
kalo ngomong ama Bhikkhu gk mao kalah..maonya jatohin Bhikkhu..mentang2 dah dana makanan..jadi nge-anggap Bhikkhu itu harus jadi seperti yg mereka inginkan..lol..
stupid lar! 
gw palink suka umat2 Mahayana dan Vajrayana...mereka lebih..gmana yak...alim..tapi gk retarted juga...mereka gk bakal mencoba menjatuhkan para Bhikkhu...mungkin karena umat Theravada main logik kale yak...
 :))
sorry kalo gw ada menyinggug beberapa yg nerd and freak...lol
			
			
			
				Quote from: Petrus on 24 November 2008, 01:09:39 PM
Quote from: cunda on 24 November 2008, 12:24:58 PM
Quote from: Petrus on 24 November 2008, 11:28:48 AM
siapa yang benar ? rasanya tidak ada yang salah dua2nya benar, Mahayana, Threravada, Tibetan dll, karena Siddharta tidak menunjuk siapa penggantinya untuk meneruskan ajarannya. 
sdr Petrus 
dari mana anda tahu bahwa Siddharta tidak menunjuk siapa penggantinya untuk meneruskan ajaran Nya?
Beliau sejak awal sudah mengutus 60 orang siswa untuk mengajarkan Dhamma pada orang yang batinnya diselimuti debu tipis.
Anda sebaiknya belajar agama Buddha dengan batin yang baik dan terbuka, bukan untuk debat2an.
gak ada gunanya perdebatan anda selama ini karena cuma membikin suasana millis jadi anjang debat kusir dan "perang agama", jangan sebarkan kebiasaan buruk dalam diri anda yang sudah terbiasa menghalalkan segala cara hanya demi kepentingan "agama" anda semata.
Thuti
siapa diantara ke 60 siswa itu yang menjadi ketuanya ? apakah mereka mengajarkan hal yang sama ? kalau sama mengapa ada banyak aliran ? yang mana ajaran asli Siddharta ? 
yang begini aja kamu udah puyenk, apalagi mau belajar ajaran Buddha yang lebih dalam lagi.
Apakah perlu jabatan ketua dalam menyebarkan Dhamma?
Air yang sama ditempatkan dalam wadah yang berbeda juga akan berbeda, Walaupun ajaran yang disampaikan sama tapi pendengarnya beda tentu jadi berbeda. Orang lain bilang "kuda" kamu menangkapnya sebagai "kuya".
Yang mana Firman Tuhan yang benar? yang di bawakan oleh nabi A, B atau C?
kok firman tuhan yang sama jadi beda?
ajaran yang dibawakan seorang nabi kog sekarang jadi sangat beragam dan tidak sama satu sama lain.
Udah deh urus diri sendiri jangan sok tahu tentang agama orang lain.
			
 
			
			
				Quote from: karuna_murti on 24 November 2008, 01:02:08 PM
Oom Dilbert, yang benar mungkin nagarjuna yah? bukan nagasena...
ma kasih atas koreksi-nya... memang Nagarjuna bukan Nagasena...
			
 
			
			
				Quote from: hatRed on 24 November 2008, 11:53:34 AM
tapi bagaimana, jika orang yang tinggal di lingkungan yang penuh kebencian,keserakahan, dan kebodohan yang menurut kita.
bagaimana mereka tahu mana yang baik dan yang tidak baik.
karena bagi kita yang tidak baik, belum tentu tidak baik pula bagi mereka.
dan apa yang menurut mereka baik, belum tentu baik pula bagi kita.
nah bingung deh????
ASEVANA CA BALANAM 
PANDITANANCA SEVANA 
ETAMMANGALAMUTTAMAM
PATIRUPADESAVASO CA 
PUBBE CA KATAPUNNATA 
ATTASAMMAPANIDHI CA 
ETAMMANGALAMUTTAMAM 
"Tidak bergaul dengan orang yang tidak bijaksana 
Bergaul dengan mereka yang bijaksana. 
Itulah Berkah Utama 
Hidup di tempat yang sesuai 
Berkat jasa-jasa dalam hidup yang lampau 
Menuntun diri ke arah yang benar 
Itulah Berkah Utama   
			 
			
			
				Debatnya membingungkan..  
Reset lagi dong.. :))
			
			
			
				kakakak paa OOT smua :))
			
			
			
				sampai udh halaman 5, blom ada debat nih... :whistle:
			
			
			
				Quote from: Edward on 24 November 2008, 05:20:22 PM
sampai udh halaman 5, blom ada debat nih... :whistle:
eng ing eng
			
 
			
			
				Kagak bakalan ketemu. Masing-masing punya referensi masing-masing. Dan bisa dicek, sama-sama tua umurnya.
Menurut aye, yang baik adalah menjalankan sebaik mungkin yang diyakini.
Toh masing-masing sama-sama bertujuan satu -> nibanna.
Menurut aye sih, tetap 1 ajaran dari Sang Guru. Tapi implementasi beda, tergantung budaya, transmisi, dan pemahaman masing-masing. Kalo aye ketemu Sangha Mahayana, aye namaskara. Kalo ketemu Sangha Theravada, aye juga namaskara.
Biarin yang Theravada tetep Theravada, yang Mahayana tetep Mahayana. Menurut aye satu kesatuan bukan memaksakan agar masing-masing menerima yang dipaksa disama-samain, tetapi menerima masing-masing punya perbedaan. Sumber kekacauan itu maksa-maksain sama, bukan pengertian kalau masing-masing beda.
Ada orang hebat bilang, sama-sama kue, rasanya aja yang beda.
			
			
			
				Quote from: karuna_murti on 24 November 2008, 07:58:28 PM
Kagak bakalan ketemu. Masing-masing punya referensi masing-masing. Dan bisa dicek, sama-sama tua umurnya.
Menurut aye, yang baik adalah menjalankan sebaik mungkin yang diyakini.
Toh masing-masing sama-sama bertujuan satu -> nibanna.
Menurut aye sih, tetap 1 ajaran dari Sang Guru. Tapi implementasi beda, tergantung budaya, transmisi, dan pemahaman masing-masing. Kalo aye ketemu Sangha Mahayana, aye namaskara. Kalo ketemu Sangha Theravada, aye juga namaskara.
Biarin yang Theravada tetep Theravada, yang Mahayana tetep Mahayana. Menurut aye satu kesatuan bukan memaksakan agar masing-masing menerima yang dipaksa disama-samain, tetapi menerima masing-masing punya perbedaan. Sumber kekacauan itu maksa-maksain sama, bukan pengertian kalau masing-masing beda.
Ada orang hebat bilang, sama-sama kue, rasanya aja yang beda.
betul pendapat anda. 
karena tidak bisa dibuktikan siapa penerus Siddhartha maka tidak boleh ada pihak yang mengklaim sebagai yang paling benar.
Konsekuensinya anda pun bisa membuat suatu aliran baru karena tidak ada otoritas yg berhak menetapkan salah dan benar serta melarang anda selagi anda memakai label Buddha. 
setuju ?   :-?
			
 
			
			
				Quote from: Petrus on 24 November 2008, 08:15:16 PM
Quote from: karuna_murti on 24 November 2008, 07:58:28 PM
Kagak bakalan ketemu. Masing-masing punya referensi masing-masing. Dan bisa dicek, sama-sama tua umurnya.
Menurut aye, yang baik adalah menjalankan sebaik mungkin yang diyakini.
Toh masing-masing sama-sama bertujuan satu -> nibanna.
Menurut aye sih, tetap 1 ajaran dari Sang Guru. Tapi implementasi beda, tergantung budaya, transmisi, dan pemahaman masing-masing. Kalo aye ketemu Sangha Mahayana, aye namaskara. Kalo ketemu Sangha Theravada, aye juga namaskara.
Biarin yang Theravada tetep Theravada, yang Mahayana tetep Mahayana. Menurut aye satu kesatuan bukan memaksakan agar masing-masing menerima yang dipaksa disama-samain, tetapi menerima masing-masing punya perbedaan. Sumber kekacauan itu maksa-maksain sama, bukan pengertian kalau masing-masing beda.
Ada orang hebat bilang, sama-sama kue, rasanya aja yang beda.
betul pendapat anda. 
karena tidak bisa dibuktikan siapa penerus Siddhartha maka tidak boleh ada pihak yang menklaim sebagai yang paling benar.
Konsekuensinya anda pun bisa membuat suatu aliran baru karena tidak ada otoritas yg berhak menetapkan salah dan benar serta melarang anda selagi anda memakai label Buddha. 
setuju ?   :-?
Ngasal aja kamu trus.
			
 
			
			
				Quote from: karuna_murti on 24 November 2008, 08:16:14 PM
Ngasal aja kamu trus.
jadi anda tidak setuju ? 
lalu siapa otoritas tertinggi ? Dalai Lama atau Raja Thailand ?   :'(
			
 
			
			
				Quote from: Petrus on 24 November 2008, 08:19:16 PM
Quote from: karuna_murti on 24 November 2008, 08:16:14 PM
Ngasal aja kamu trus.
jadi anda tidak setuju ? 
lalu siapa otoritas tertinggi ? Dalai Lama atau Raja Thailand ?   :'(
liat kalama sutta aja
 _/\_
			
 
			
			
				jadi anda tidak setuju ?
lalu siapa otoritas tertinggi ? Dalai Lama atau Raja Thailand ?   Cry
knp harus ada si otoritas tertinggi saat ini ??? kita cuma punya satu dan satu satu nya guru : Buddha Gotama, sampai si pengganti muncul (buddha berikut na)
			
			
			
				Wuihhhh, Om Jan Sanjivaputta?
^:)^
			
			
			
				:))
			
			
			
				Quote from: andrew on 24 November 2008, 08:32:46 PM
Quote from: Petrus on 24 November 2008, 08:19:16 PM
Quote from: karuna_murti on 24 November 2008, 08:16:14 PM
Ngasal aja kamu trus.
jadi anda tidak setuju ? 
lalu siapa otoritas tertinggi ? Dalai Lama atau Raja Thailand ?   :'(
liat kalama sutta aja
 _/\_
dua-duanya melihat kalama sutta, dua-duanya berbeda pendapat. Itu baru dua lho, bgmn aliran lainnya Vajrayana, Zen, Nichiren, Tibetan dll......
			
 
			
			
				Quote from: Petrus on 24 November 2008, 08:45:13 PM
Quote from: andrew on 24 November 2008, 08:32:46 PM
Quote from: Petrus on 24 November 2008, 08:19:16 PM
Quote from: karuna_murti on 24 November 2008, 08:16:14 PM
Ngasal aja kamu trus.
jadi anda tidak setuju ? 
lalu siapa otoritas tertinggi ? Dalai Lama atau Raja Thailand ?   :'(
liat kalama sutta aja
 _/\_
dua-duanya melihat kalama sutta, dua-duanya berbeda pendapat. Itu baru dua lho, bgmn aliran lainnya Vajrayana, Zen, Nichiren, Tibetan dll......
kalama sutta itu panduan untuk diri sendiri...
kenapa pusingin yang lain ?
kamunya sudah baca kalama sutta belom ?
 _/\_
			
 
			
			
				Quote from: Jan on 24 November 2008, 08:36:20 PM
jadi anda tidak setuju ?
lalu siapa otoritas tertinggi ? Dalai Lama atau Raja Thailand ?   Cry
knp harus ada si otoritas tertinggi saat ini ??? kita cuma punya satu dan satu satu nya guru : Buddha Gotama, sampai si pengganti muncul (buddha berikut na)
lho ini aliran apalagi, menantikan buddha berikutnya  :-?    bukannya anda sendiri buddha ?  :'( :'(
			
 
			
			
				Quote from: Petrus on 24 November 2008, 08:51:37 PM
Quote from: Jan on 24 November 2008, 08:36:20 PM
jadi anda tidak setuju ?
lalu siapa otoritas tertinggi ? Dalai Lama atau Raja Thailand ?   Cry
knp harus ada si otoritas tertinggi saat ini ??? kita cuma punya satu dan satu satu nya guru : Buddha Gotama, sampai si pengganti muncul (buddha berikut na)
lho ini aliran apalagi, menantikan buddha berikutnya  :-?    bukannya anda sendiri buddha ?  :'( :'(
Hehe,mungkin maksudnya SammaSambuddha guru para deva dan manusia om....
Sekarang ente bisa jadi Buddha gk? :))
Salam hangat,
Riky
			
 
			
			
				Quote from: Petrus on 24 November 2008, 08:45:13 PM
Quote from: andrew on 24 November 2008, 08:32:46 PM
Quote from: Petrus on 24 November 2008, 08:19:16 PM
Quote from: karuna_murti on 24 November 2008, 08:16:14 PM
Ngasal aja kamu trus.
jadi anda tidak setuju ? 
lalu siapa otoritas tertinggi ? Dalai Lama atau Raja Thailand ?   :'(
liat kalama sutta aja
 _/\_
dua-duanya melihat kalama sutta, dua-duanya berbeda pendapat. Itu baru dua lho, bgmn aliran lainnya Vajrayana, Zen, Nichiren, Tibetan dll......
di buddhis perbedaan aliran itu , cuma perbedaan cara dalam mengikis kebencian keserakahan dan kebodohan yang ada dalam diri kita...
mereka tujuannya sama, mengikis habis kebencian keserakahan dan kebodohan... ini patokannya...
jadi jangan heran kalo banyak aliran
 _/\_
			
 
			
			
				Quote from: andrew on 24 November 2008, 08:47:44 PM
kalama sutta itu panduan untuk diri sendiri...
kenapa pusingin yang lain ?
kamunya sudah baca kalama sutta belom ?
nah anda betul, kenapa harus pusingin yang lain. 
Ambil Sutta tafsirkan sendiri jadikan aliran kamu sendiri, gak perlu banthe. DO-IT Yourself Religion, ephisako  :-?
			
 
			
			
				Quote from: Petrus on 24 November 2008, 09:00:25 PM
Quote from: andrew on 24 November 2008, 08:47:44 PM
kalama sutta itu panduan untuk diri sendiri...
kenapa pusingin yang lain ?
kamunya sudah baca kalama sutta belom ?
nah anda betul, kenapa harus pusingin yang lain. 
Ambil Sutta tafsirkan sendiri jadikan aliran kamu sendiri, gak perlu banthe. DO-IT Yourself Religion, ephisako  :-?
hahahaha...hebat benar anda...jadi apa yang anda sedang lakukan disini bung?pigi dari sini dan buat aliran anda sendiri,ngapaen jadi parasit disini? :))
Salam hangat,
Riky
			
 
			
			
				Quote from: Riky_dave on 24 November 2008, 08:55:00 PM
Quote from: Petrus on 24 November 2008, 08:51:37 PM
Quote from: Jan on 24 November 2008, 08:36:20 PM
jadi anda tidak setuju ?
lalu siapa otoritas tertinggi ? Dalai Lama atau Raja Thailand ?   Cry
knp harus ada si otoritas tertinggi saat ini ??? kita cuma punya satu dan satu satu nya guru : Buddha Gotama, sampai si pengganti muncul (buddha berikut na)
lho ini aliran apalagi, menantikan buddha berikutnya  :-?    bukannya anda sendiri buddha ?  :'( :'(
Hehe,mungkin maksudnya SammaSambuddha guru para deva dan manusia om....
Sekarang ente bisa jadi Buddha gk? :))
Salam hangat,
Riky
oh, jadi dia aliran Mahayana, kapan datangnya ? 
saya sudah buddha dan sudah rebirth dan lagi berjuang menuju surga 
ntar selagi belum diusir, gw belajar disini. Parasit itu ada yang menguntungkan lho. 
paling nggak melatih iman anda-anda jadi tambah sabar dan dewasa  :)) 
			
 
			
			
				Quote from: Petrus on 24 November 2008, 09:14:33 PM
Quote from: Riky_dave on 24 November 2008, 08:55:00 PM
Quote from: Petrus on 24 November 2008, 08:51:37 PM
Quote from: Jan on 24 November 2008, 08:36:20 PM
jadi anda tidak setuju ?
lalu siapa otoritas tertinggi ? Dalai Lama atau Raja Thailand ?   Cry
knp harus ada si otoritas tertinggi saat ini ??? kita cuma punya satu dan satu satu nya guru : Buddha Gotama, sampai si pengganti muncul (buddha berikut na)
lho ini aliran apalagi, menantikan buddha berikutnya  :-?    bukannya anda sendiri buddha ?  :'( :'(
Hehe,mungkin maksudnya SammaSambuddha guru para deva dan manusia om....
Sekarang ente bisa jadi Buddha gk? :))
Salam hangat,
Riky
oh, jadi dia aliran Mahayana, kapan datangnya ? 
saya sudah buddha dan sudah rebirth dan lagi berjuang menuju surga 
ntar selagi belum diusir, gw belajar disini. Parasit itu ada yang menguntungkan lho. 
paling nggak melatih iman anda-anda jadi tambah sabar dan dewasa  :)) 
semoga tercapai apa yang dicita2kan :)
			
 
			
			
				Quote from: Petrus on 24 November 2008, 08:15:16 PM
Quote from: karuna_murti on 24 November 2008, 07:58:28 PM
Kagak bakalan ketemu. Masing-masing punya referensi masing-masing. Dan bisa dicek, sama-sama tua umurnya.
Menurut aye, yang baik adalah menjalankan sebaik mungkin yang diyakini.
Toh masing-masing sama-sama bertujuan satu -> nibanna.
Menurut aye sih, tetap 1 ajaran dari Sang Guru. Tapi implementasi beda, tergantung budaya, transmisi, dan pemahaman masing-masing. Kalo aye ketemu Sangha Mahayana, aye namaskara. Kalo ketemu Sangha Theravada, aye juga namaskara.
Biarin yang Theravada tetep Theravada, yang Mahayana tetep Mahayana. Menurut aye satu kesatuan bukan memaksakan agar masing-masing menerima yang dipaksa disama-samain, tetapi menerima masing-masing punya perbedaan. Sumber kekacauan itu maksa-maksain sama, bukan pengertian kalau masing-masing beda.
Ada orang hebat bilang, sama-sama kue, rasanya aja yang beda.
betul pendapat anda. 
karena tidak bisa dibuktikan siapa penerus Siddhartha maka tidak boleh ada pihak yang mengklaim sebagai yang paling benar.
Konsekuensinya anda pun bisa membuat suatu aliran baru karena tidak ada otoritas yg berhak menetapkan salah dan benar serta melarang anda selagi anda memakai label Buddha. 
setuju ?   :-?
apakah kamu mau mendirikan Paulusyana? atau mohayana?
			
 
			
			
				Quote from: Riky_dave on 24 November 2008, 09:02:14 PM
hahahaha...hebat benar anda...jadi apa yang anda sedang lakukan disini bung?pigi dari sini dan buat aliran anda sendiri,ngapaen jadi parasit disini? :))
Salam hangat,
Riky
baca dulu sutta nya , sebelom komentar...
 _/\_
			
 
			
			
				Quote from: Petrus on 24 November 2008, 09:14:33 PM
Quote from: Riky_dave on 24 November 2008, 08:55:00 PM
Quote from: Petrus on 24 November 2008, 08:51:37 PM
Quote from: Jan on 24 November 2008, 08:36:20 PM
jadi anda tidak setuju ?
lalu siapa otoritas tertinggi ? Dalai Lama atau Raja Thailand ?   Cry
knp harus ada si otoritas tertinggi saat ini ??? kita cuma punya satu dan satu satu nya guru : Buddha Gotama, sampai si pengganti muncul (buddha berikut na)
lho ini aliran apalagi, menantikan buddha berikutnya  :-?    bukannya anda sendiri buddha ?  :'( :'(
Hehe,mungkin maksudnya SammaSambuddha guru para deva dan manusia om....
Sekarang ente bisa jadi Buddha gk? :))
Salam hangat,
Riky
oh, jadi dia aliran Mahayana, kapan datangnya ? 
saya sudah buddha dan sudah rebirth dan lagi berjuang menuju surga 
ntar selagi belum diusir, gw belajar disini. Parasit itu ada yang menguntungkan lho. 
paling nggak melatih iman anda-anda jadi tambah sabar dan dewasa  :)) 
Sapa yang mau usir anda?Paling gk pertanyaan anda mencerahkan..Silakan dilanjutkan saja...:))
Salam hangat,
Riky
			
 
			
			
				Quote from: andrew on 24 November 2008, 09:30:17 PM
Quote from: Riky_dave on 24 November 2008, 09:02:14 PM
hahahaha...hebat benar anda...jadi apa yang anda sedang lakukan disini bung?pigi dari sini dan buat aliran anda sendiri,ngapaen jadi parasit disini? :))
Salam hangat,
Riky
baca dulu sutta nya , sebelom komentar...
 _/\_
???Sutta apa om?
Salam hangat,
Riky
			
 
			
			
				Quote from: Petrus on 24 November 2008, 08:19:16 PM
Quote from: karuna_murti on 24 November 2008, 08:16:14 PM
Ngasal aja kamu trus.
jadi anda tidak setuju ? 
lalu siapa otoritas tertinggi ? Dalai Lama atau Raja Thailand ?   :'(
otoritas tertinggi adalah Tuhan Yang maha kuasa ala petrus
			
 
			
			
				Quote from: Riky_dave on 24 November 2008, 09:32:10 PM
Quote from: andrew on 24 November 2008, 09:30:17 PM
Quote from: Riky_dave on 24 November 2008, 09:02:14 PM
hahahaha...hebat benar anda...jadi apa yang anda sedang lakukan disini bung?pigi dari sini dan buat aliran anda sendiri,ngapaen jadi parasit disini? :))
Salam hangat,
Riky
baca dulu sutta nya , sebelom komentar...
 _/\_
???Sutta apa om?
Salam hangat,
Riky
kalama sutta
 _/\_
			
 
			
			
				Quote from: andrew on 24 November 2008, 09:33:51 PM
Quote from: Riky_dave on 24 November 2008, 09:32:10 PM
Quote from: andrew on 24 November 2008, 09:30:17 PM
Quote from: Riky_dave on 24 November 2008, 09:02:14 PM
hahahaha...hebat benar anda...jadi apa yang anda sedang lakukan disini bung?pigi dari sini dan buat aliran anda sendiri,ngapaen jadi parasit disini? :))
Salam hangat,
Riky
baca dulu sutta nya , sebelom komentar...
 _/\_
???Sutta apa om?
Salam hangat,
Riky
kalama sutta
 _/\_
Da baca,trus apa hubungannya dengan komentar saya om?
Salam hangat,
Riky
			
 
			
			
				Quote from: Petrus on 24 November 2008, 08:51:37 PM
Quote from: Jan on 24 November 2008, 08:36:20 PM
jadi anda tidak setuju ?
lalu siapa otoritas tertinggi ? Dalai Lama atau Raja Thailand ?   Cry
knp harus ada si otoritas tertinggi saat ini ??? kita cuma punya satu dan satu satu nya guru : Buddha Gotama, sampai si pengganti muncul (buddha berikut na)
lho ini aliran apalagi, menantikan buddha berikutnya  :-?    bukannya anda sendiri buddha ?  :'( :'(
dasar orang linglung, milliser disebut Buddha?
kamu aja lagi menanti kedatangan Nya yang berikut kan?
kembali ke kandang dan bobo aja
			
 
			
			
				Quote from: Petrus on 24 November 2008, 08:45:13 PM
Quote from: andrew on 24 November 2008, 08:32:46 PM
Quote from: Petrus on 24 November 2008, 08:19:16 PM
Quote from: karuna_murti on 24 November 2008, 08:16:14 PM
Ngasal aja kamu trus.
jadi anda tidak setuju ? 
lalu siapa otoritas tertinggi ? Dalai Lama atau Raja Thailand ?   :'(
liat kalama sutta aja
 _/\_
dua-duanya melihat kalama sutta, dua-duanya berbeda pendapat. Itu baru dua lho, bgmn aliran lainnya Vajrayana, Zen, Nichiren, Tibetan dll......
dua-duanya lihat Petrus dua-duanya beda pendapat, apa yang aneh?
lihat ayat satu dengan yang lain dalam kitab suci kepercayaan kamu pasti deh berbeda dan tabrakan satu sama lain, kalo gak percaya baca sendiri deh, supaya jadi lebih pinter sehingga tambah ilmu buat debat kusir
kalo kamu gak menemukan ayat mana yang dimaksud tanya aja ama Yang Maha Kuasa tanpa perantara
			
 
			
			
				
Sebagai pembanding, kalau di catholic otoritas tertinggi itu ada, Paus sebagai wakil Yesus di dunia.
dalam hal menetapkan ajaran iman catholic, Paus tidak dapat salah. Jadi bisa ditentukan ajaran mana yang salah. Semua harus tunduk tanpa boleh protes. Dalam hal lain selain ajaran iman, Paus dapat salah. Yang mau protes silahkan keluar, seperti protestan yang akhirnya mirip dengan Buddhism tercerai berai masing-masing punya ajaran sendiri berdasarkan tafsiran sendiri.
Kalau tidak punya otoritas seperti itu konsekuensinya adalah pandangan yang relative, semua benar.
			
			
			
				Quote from: Riky_dave on 24 November 2008, 09:34:32 PM
Quote from: andrew on 24 November 2008, 09:33:51 PM
Quote from: Riky_dave on 24 November 2008, 09:32:10 PM
Quote from: andrew on 24 November 2008, 09:30:17 PM
Quote from: Riky_dave on 24 November 2008, 09:02:14 PM
hahahaha...hebat benar anda...jadi apa yang anda sedang lakukan disini bung?pigi dari sini dan buat aliran anda sendiri,ngapaen jadi parasit disini? :))
Salam hangat,
Riky
baca dulu sutta nya , sebelom komentar...
 _/\_
???Sutta apa om?
Salam hangat,
Riky
kalama sutta
 _/\_
Da baca,trus apa hubungannya dengan komentar saya om?
Salam hangat,
Riky
hehehe... maaf salah...
saya komentarin postingnya petrus...
 _/\_
			
 
			
			
				Quote from: Petrus on 24 November 2008, 09:50:16 PM
sebagai pembanding, kalau di catholic otoritas tertinggi itu ada, Paus sebagai wakil Yesus diddunia.
dalam hal menetapkan ajaran iman catholic, Paus tidak dapat salah. Jadi bisa ditentukan ajaran mana yang salah. Semua harus tunduk tanpa boleh protes. Dalam hal lain selain ajaran iman, Paus dapat salah. Yang mau protes silahkan keluar, seperti protestan yang akhirnya mirip dengan Buddhism tercerai berai masing-masing punya ajaran sendiri berdasarkan tafsiran sendiri.
Kalau tidak punya otoritas seperti itu konsekuensinya adalah pandangan yang relative, semua benar.
Ya...itu urusan internal kaum kr****n,mau ada otoritas atau tidak itu urusan kr****n,didalam Buddhisme tidak ada namanya Otoritas Tertinggi,jadi jangan paksakan konsep/doktrin kr****n ke setiap agama yang ada ya... :))
Salam hangat,
Riky
			
 
			
			
				Quote from: andrew on 24 November 2008, 09:51:34 PM
Quote from: Riky_dave on 24 November 2008, 09:34:32 PM
Quote from: andrew on 24 November 2008, 09:33:51 PM
Quote from: Riky_dave on 24 November 2008, 09:32:10 PM
Quote from: andrew on 24 November 2008, 09:30:17 PM
Quote from: Riky_dave on 24 November 2008, 09:02:14 PM
hahahaha...hebat benar anda...jadi apa yang anda sedang lakukan disini bung?pigi dari sini dan buat aliran anda sendiri,ngapaen jadi parasit disini? :))
Salam hangat,
Riky
baca dulu sutta nya , sebelom komentar...
 _/\_
???Sutta apa om?
Salam hangat,
Riky
kalama sutta
 _/\_
Da baca,trus apa hubungannya dengan komentar saya om?
Salam hangat,
Riky
hehehe... maaf salah...
saya komentarin postingnya petrus...
 _/\_
:)
_/\_
			
 
			
			
				Quote from: Petrus on 24 November 2008, 09:50:16 PM
Sebagai pembanding, kalau di catholic otoritas tertinggi itu ada, Paus sebagai wakil Yesus di dunia.
dalam hal menetapkan ajaran iman catholic, Paus tidak dapat salah. Jadi bisa ditentukan ajaran mana yang salah. Semua harus tunduk tanpa boleh protes. Dalam hal lain selain ajaran iman, Paus dapat salah. Yang mau protes silahkan keluar, seperti protestan yang akhirnya mirip dengan Buddhism tercerai berai masing-masing punya ajaran sendiri berdasarkan tafsiran sendiri.
Kalau tidak punya otoritas seperti itu konsekuensinya adalah pandangan yang relative, semua benar.
ngapain di banding -bandingin dengan ka****k
buddha ya buddha , ka****k ya ka****k... emangnya ga boleh beda?
buddha patokannya jelas 
ajaran yang mengurangi kebencian , keserakahan dan kebodohan 
mau aliran apa aja kalo sesuai dengan itu berarti sesuai dengan ajaran siddharta
 _/\_
			
 
			
			
				Quote from: Petrus on 24 November 2008, 09:50:16 PM
Sebagai pembanding, kalau di catholic otoritas tertinggi itu ada, Paus sebagai wakil Yesus di dunia.
dalam hal menetapkan ajaran iman catholic, Paus tidak dapat salah. Jadi bisa ditentukan ajaran mana yang salah. Semua harus tunduk tanpa boleh protes. Dalam hal lain selain ajaran iman, Paus dapat salah. Yang mau protes silahkan keluar, seperti protestan yang akhirnya mirip dengan Buddhism tercerai berai masing-masing punya ajaran sendiri berdasarkan tafsiran sendiri.
Kalau tidak punya otoritas seperti itu konsekuensinya adalah pandangan yang relative, semua benar.
lalu perintah perang salib benar adanya dong, gak pernah salah
kog wakil mr J di dunia tidak diakui oleh non Kath?
Aliran salib yang lain gak ngakui beliau sebagai wakil Mr. J, siapa yang angkat tuh? para kardinal atau Mr J yang milih?
puyenk ah udah belajar lagi jangan kebelinger gitu
			
 
			
			
				ERRRRRRR.....
TOPIKNY ADALAH, DEBAT ANTARA THERA DAN MAHA ?
			
			
			
				Quote from: Petrus on 24 November 2008, 09:14:33 PM
Quote from: Riky_dave on 24 November 2008, 08:55:00 PM
Quote from: Petrus on 24 November 2008, 08:51:37 PM
Quote from: Jan on 24 November 2008, 08:36:20 PM
jadi anda tidak setuju ?
lalu siapa otoritas tertinggi ? Dalai Lama atau Raja Thailand ?   Cry
knp harus ada si otoritas tertinggi saat ini ??? kita cuma punya satu dan satu satu nya guru : Buddha Gotama, sampai si pengganti muncul (buddha berikut na)
lho ini aliran apalagi, menantikan buddha berikutnya  :-?    bukannya anda sendiri buddha ?  :'( :'(
Hehe,mungkin maksudnya SammaSambuddha guru para deva dan manusia om....
Sekarang ente bisa jadi Buddha gk? :))
Salam hangat,
Riky
oh, jadi dia aliran Mahayana, kapan datangnya ? 
saya sudah buddha dan sudah rebirth dan lagi berjuang menuju surga 
ntar selagi belum diusir, gw belajar disini. Parasit itu ada yang menguntungkan lho. 
paling nggak melatih iman anda-anda jadi tambah sabar dan dewasa  :)) 
inget ya! kalo udah diusir dari sini segera laksanakan perintah Tuhan untuk minta maaf terlebih dahulu sama orang-orang yang kamu sakiti sebelum menghadap rumah Tuhan. ayo inga-inga ada di ayat mana?
cuma ngingetin aja supaya keimanan kamu diterima dengan baik di sisi Nya
ampunilah kesalahan kami seperti kami mengampuni orang yang bersalah pada kami
jadilah kehendak Mu di dalam millis ini seperti juga di dalam surga
			
 
			
			
				Quote from: Riky_dave on 24 November 2008, 09:51:44 PM
Ya...itu urusan internal kaum kr****n,mau ada otoritas atau tidak itu urusan kr****n,didalam Buddhisme tidak ada namanya Otoritas Tertinggi,jadi jangan paksakan konsep/doktrin kr****n ke setiap agama yang ada ya... :))
Salam hangat,
Riky
DO-IT Yourself yang paling cocok, thread locked  ^-^
			
 
			
			
				Quote from: Petrus on 24 November 2008, 10:04:08 PM
Quote from: Riky_dave on 24 November 2008, 09:51:44 PM
Ya...itu urusan internal kaum kr****n,mau ada otoritas atau tidak itu urusan kr****n,didalam Buddhisme tidak ada namanya Otoritas Tertinggi,jadi jangan paksakan konsep/doktrin kr****n ke setiap agama yang ada ya... :))
Salam hangat,
Riky
DO-IT Yourself yang paling cocok, thread locked  ^-^
kog do it seh, mana keimanan kamu?
mestinya terima dan percaya saja apa yang terjadi, bukan do it.
dasar lieur, belajar agama sendiri aja amburadul tapi udah mau mencela ajaran agama orang lain.
Semoga Tuhan membimbingnya dengan lebih baik lagi
			
 
			
			
				Quote from: Petrus on 24 November 2008, 08:15:16 PM
Quote from: karuna_murti on 24 November 2008, 07:58:28 PM
Kagak bakalan ketemu. Masing-masing punya referensi masing-masing. Dan bisa dicek, sama-sama tua umurnya.
Menurut aye, yang baik adalah menjalankan sebaik mungkin yang diyakini.
Toh masing-masing sama-sama bertujuan satu -> nibanna.
Menurut aye sih, tetap 1 ajaran dari Sang Guru. Tapi implementasi beda, tergantung budaya, transmisi, dan pemahaman masing-masing. Kalo aye ketemu Sangha Mahayana, aye namaskara. Kalo ketemu Sangha Theravada, aye juga namaskara.
Biarin yang Theravada tetep Theravada, yang Mahayana tetep Mahayana. Menurut aye satu kesatuan bukan memaksakan agar masing-masing menerima yang dipaksa disama-samain, tetapi menerima masing-masing punya perbedaan. Sumber kekacauan itu maksa-maksain sama, bukan pengertian kalau masing-masing beda.
Ada orang hebat bilang, sama-sama kue, rasanya aja yang beda.
betul pendapat anda. 
karena tidak bisa dibuktikan siapa penerus Siddhartha maka tidak boleh ada pihak yang mengklaim sebagai yang paling benar.
Konsekuensinya anda pun bisa membuat suatu aliran baru karena tidak ada otoritas yg berhak menetapkan salah dan benar serta melarang anda selagi anda memakai label Buddha. 
setuju ?   :-?
Dalam hal ini saya setuju dengan pandangan realitas sdr.petrus terhadap perkembangan ajaran buddha. Karena memang "otoritas" pemegang silsilah/ajaran murni itu tidak ada ataupun tidak jelas, maka tumbuh berbagai ajaran ataupun aliran yang memakai label buddhisme, tetapi berbeda esensi-nya ketika didalami walaupun kelihatan dari kulitnya adalah label buddhisme.
			
 
			
			
				Bro, setiap sisi ada positif dan negatif masing2...
Dan "pilihan" tersebut turut membentuk wajah Buddhisme...
Dan belum tentu dengan adanya otoritas tertinggi akan membuat Buddhisme dapat lebih bertahan dari pada sekarang ini...
			
			
			
				Quote from: Petrus on 24 November 2008, 09:50:16 PM
Sebagai pembanding, kalau di catholic otoritas tertinggi itu ada, Paus sebagai wakil Yesus di dunia.
dalam hal menetapkan ajaran iman catholic, Paus tidak dapat salah. Jadi bisa ditentukan ajaran mana yang salah. Semua harus tunduk tanpa boleh protes. Dalam hal lain selain ajaran iman, Paus dapat salah. Yang mau protes silahkan keluar, seperti protestan yang akhirnya mirip dengan Buddhism tercerai berai masing-masing punya ajaran sendiri berdasarkan tafsiran sendiri.
Kalau tidak punya otoritas seperti itu konsekuensinya adalah pandangan yang relative, semua benar.
Sulit-nya kalau di ajaran BUDDHA, para pemuka agama buddha (bhikkhu-bhikkhuni) itu kelihatannya terlalu toleran, dan tidak memusingkan perbedaan-perbedaan di dalam berbagai aliran... YAng dipentingkan adalah persamaannya. Lagian untuk taraf kesucian tertinggi di ajaran BUDDHA kan mencapai ARAHAT... Secara kualitas bathin dan pengetahuannnya, maka ARAHAT sudah mencapai APA YANG HARUS DIKETAHUI SUDAH DIKETAHUI... 
Tetapi sayangnya, karena sudah ARAHAT, sudah TIDAK MAU CAMPUR TANGAN DALAM URUSAN ini...
Jadi gimana ?? Terpaksalah orang orang kayak saya ini (yang masih puthujana dan masih awam) ini berusaha untuk mencari BENANG MERAH apakah perbedaan perbedaan yang terdapat dalam berbagai aliran BUDDHA itu benar benar sedemikian prinsipil-nya sehingga satu sama lain sudah tidak bisa DIPERSAMAKAN lagi. Sehingga berakhir pada kesimpulan, manakah ajaran yang benar ? manakah ajaran yang menyimpang ?
			
 
			
			
				Quote from: Edward on 24 November 2008, 11:18:57 PM
Bro, setiap sisi ada positif dan negatif masing2...
Dan "pilihan" tersebut turut membentuk wajah Buddhisme...
Dan belum tentu dengan adanya otoritas tertinggi akan membuat Buddhisme dapat lebih bertahan dari pada sekarang ini...
Karena sifat ajaran BUDDHA pada umumnya ini membuat bahwa KEMUNGKINAN untuk ADANYA OTORITAS TERTINGGI untuk MENGAWAL AJARAN BUDDHA itu TIDAK AKAN PERNAH ADA. 
Bukan dalam artian bahwa saya MENGUSULKAN harus dibentuk OTORITAS TERTINGGI. tetapi kenyataannya kan seperti sekarang ini. Siapa yang bisa membuat semacam FATWA atas berbagai fenomena aliran buddhis ??
Saya kira World Fellowship of BUDDHIS juga tidak berani memberikan semacam fatwa terhadap berbagai aliran buddhis yang ada ?? Yang ada hanya diberikan guideline dan petunjuk dasar tentang kriteria kriteria ajaran buddha itu seperti apa... 
Seperti contoh : Jika anda ber"debat" dengan umat Maitreya... umat Maitreya akan mengatakan bahwa mereka juga adalah bagian dari ajaran BUDDHA, karena banyak menggunakan figur figur ajaran BUDDHA, yang pada kenyataannya bahwa secara prinsipil, ajaran Maitreya itu berbeda dengan ajaran BUDDHA pada umumnya. Tetapi apakah bisa dikatakan bahwa KITA-lah pemegang label BUDDHISME, mereka tidak boleh ??
Kemudian misalnya lagi untuk aliran True Buddha School (Zhen Fo Zhong) dari Master Lu Sheng Yen... Di kota Medan baru baru ini ada peresmian Vihara Satya Buddha yang paling besar di Indonesia, yang memiliki pratima Padmakumara Putih terbesar di Indonesia... Dan diresmikan oleh Dirjen Agama Buddha Indonesia. Apakah ini menandakan bahwa True Buddha School itu termasuk dalam ajaran BUDDHA, padahal banyak kontroversi yang menyatakan bahwa aliran ini bukan aliran buddha ?? 
			
 
			
			
				Pencarian yg Bro cari sudah berlangsung ribuan tahun sejak awal Siddharta parinibbana....Dan dalam masing2 aliran dapat dilihat "bukti" kesuksesan para pengikut aliran tersebut, dengan tetap menampilkan kualitas seorang Buddhis sejati...
Dan mencari mana yg menyimpang dan mana yg paling benar? Hahahahaha....Silahkan anda cari, karena penyimpangan hanya bermulai dari pikiran....
			
			
			
				Quote from: Edward on 24 November 2008, 11:27:02 PM
Pencarian yg Bro cari sudah berlangsung ribuan tahun sejak awal Siddharta parinibbana....Dan dalam masing2 aliran dapat dilihat "bukti" kesuksesan para pengikut aliran tersebut, dengan tetap menampilkan kualitas seorang Buddhis sejati...
Dan mencari mana yg menyimpang dan mana yg paling benar? Hahahahaha....Silahkan anda cari, karena penyimpangan hanya bermulai dari pikiran....
Silahkan jadi penonton aja ya bung...
			
 
			
			
				Quote from: dilbert on 24 November 2008, 11:25:37 PM
Karena sifat ajaran BUDDHA pada umumnya ini membuat bahwa KEMUNGKINAN untuk ADANYA OTORITAS TERTINGGI untuk MENGAWAL AJARAN BUDDHA itu TIDAK AKAN PERNAH ADA. 
Bukan dalam artian bahwa saya MENGUSULKAN harus dibentuk OTORITAS TERTINGGI. tetapi kenyataannya kan seperti sekarang ini. Siapa yang bisa membuat semacam FATWA atas berbagai fenomena aliran buddhis ??
Saya kira World Fellowship of BUDDHIS juga tidak berani memberikan semacam fatwa terhadap berbagai aliran buddhis yang ada ?? Yang ada hanya diberikan guideline dan petunjuk dasar tentang kriteria kriteria ajaran buddha itu seperti apa... 
Yup, justru memank mnrt saya, sifat dari Buddhisme-lah yg mendorong tidak adanya "otoritas tertinggi"...Dan kenyataan yg ada saat ini pun masih memberikan kita dan makhluk lainnya untuk mencapai nibbana...Tetapi, sebenarnya dari guide line yg diberikan sudah cukup, apakah dalam aliran tersebut benar2 mengandung ajaran Buddha atau tidak
			
 
			
			
				Quote from: dilbert on 24 November 2008, 11:32:27 PM
Quote from: Edward on 24 November 2008, 11:27:02 PM
Pencarian yg Bro cari sudah berlangsung ribuan tahun sejak awal Siddharta parinibbana....Dan dalam masing2 aliran dapat dilihat "bukti" kesuksesan para pengikut aliran tersebut, dengan tetap menampilkan kualitas seorang Buddhis sejati...
Dan mencari mana yg menyimpang dan mana yg paling benar? Hahahahaha....Silahkan anda cari, karena penyimpangan hanya bermulai dari pikiran....
Silahkan jadi penonton aja ya bung...
Maksud gw, coba lha bertanya kepada Guru yg berkompeten, mengapa mencari mana yg lebih benar dan mana yg lebih akan berujung kepada kesia2an....Saya yakin, dalam hal ini, baik jawaban dari guru Thera maupun Maha akan sama
			
 
			
			
				Quote from: Edward on 24 November 2008, 11:32:43 PM
Quote from: dilbert on 24 November 2008, 11:25:37 PM
Karena sifat ajaran BUDDHA pada umumnya ini membuat bahwa KEMUNGKINAN untuk ADANYA OTORITAS TERTINGGI untuk MENGAWAL AJARAN BUDDHA itu TIDAK AKAN PERNAH ADA. 
Bukan dalam artian bahwa saya MENGUSULKAN harus dibentuk OTORITAS TERTINGGI. tetapi kenyataannya kan seperti sekarang ini. Siapa yang bisa membuat semacam FATWA atas berbagai fenomena aliran buddhis ??
Saya kira World Fellowship of BUDDHIS juga tidak berani memberikan semacam fatwa terhadap berbagai aliran buddhis yang ada ?? Yang ada hanya diberikan guideline dan petunjuk dasar tentang kriteria kriteria ajaran buddha itu seperti apa... 
Yup, justru memank mnrt saya, sifat dari Buddhisme-lah yg mendorong tidak adanya "otoritas tertinggi"...Dan kenyataan yg ada saat ini pun masih memberikan kita dan makhluk lainnya untuk mencapai nibbana...Tetapi, sebenarnya dari guide line yg diberikan sudah cukup, apakah dalam aliran tersebut benar2 mengandung ajaran Buddha atau tidak
ok... mungkin sdr.edward cukup tahu tentang guidelines mana aliran yang mengandung ajaran BUDDHA... 
Saya tanya kepada sdr.edward... apakah aliran Maitreya (baik Mi Le Ta Tao) ataupun Ie Kuan Tao itu termasuk aliran BUDDHA ?? Jawaban Ya atau Tidak ??
			
 
			
			
				Quote from: Edward on 24 November 2008, 11:35:14 PM
Quote from: dilbert on 24 November 2008, 11:32:27 PM
Quote from: Edward on 24 November 2008, 11:27:02 PM
Pencarian yg Bro cari sudah berlangsung ribuan tahun sejak awal Siddharta parinibbana....Dan dalam masing2 aliran dapat dilihat "bukti" kesuksesan para pengikut aliran tersebut, dengan tetap menampilkan kualitas seorang Buddhis sejati...
Dan mencari mana yg menyimpang dan mana yg paling benar? Hahahahaha....Silahkan anda cari, karena penyimpangan hanya bermulai dari pikiran....
Silahkan jadi penonton aja ya bung...
Maksud gw, coba lha bertanya kepada Guru yg berkompeten, mengapa mencari mana yg lebih benar dan mana yg lebih akan berujung kepada kesia2an....Saya yakin, dalam hal ini, baik jawaban dari guru Thera maupun Maha akan sama
Saya tidak dalam proses mencari lagi... tapi sudah memutuskan untuk mengikuti ajaran tertentu... dan tentunya itu menurut saya SUDAH BENAR...
			
 
			
			
				Untuk secara lengkap kaga hapal, mesti liat contekan..
Tetapi untuk menjawab, TIDAK.
			
			
			
				Quote from: dilbert on 24 November 2008, 11:20:53 PM
Jadi gimana ?? Terpaksalah orang orang kayak saya ini (yang masih puthujana dan masih awam) ini berusaha untuk mencari BENANG MERAH apakah perbedaan perbedaan yang terdapat dalam berbagai aliran BUDDHA itu benar benar sedemikian prinsipil-nya sehingga satu sama lain sudah tidak bisa DIPERSAMAKAN lagi. Sehingga berakhir pada kesimpulan, manakah ajaran yang benar ? manakah ajaran yang menyimpang ?
Quote from: dilbert on 24 November 2008, 11:37:47 PM
Saya tidak dalam proses mencari lagi... tapi sudah memutuskan untuk mengikuti ajaran tertentu... dan tentunya itu menurut saya SUDAH BENAR...
Apakah yg di bold tersebut bukan mencari?
			
 
			
			
				 [at] sobat dhamma
hati-hati, si petrus itu misionaris kristian yang gemar memfitnah dan menghujat agama orang lain. sepertinya dia itu lawan debat saya waktu di FFI. serahkan saja dia pada saya, biar saya yang menghadapi orang bodoh ini!
 [at]  petrus
loe masih berani debat ama gw? kalo loe masih punya nyali, gw mo minta izin ke moderator bwt bikin thread khusus, debat candra vs petrus. mo gak? loe kristiani, gw muslim. biar umat budhist yang jadi juri. berani kagak luh? 
			
			
			
				Quote from: Edward on 24 November 2008, 11:41:10 PM
Quote from: dilbert on 24 November 2008, 11:20:53 PM
Sulit-nya kalau di ajaran BUDDHA, para pemuka agama buddha (bhikkhu-bhikkhuni) itu kelihatannya terlalu toleran, dan tidak memusingkan perbedaan-perbedaan di dalam berbagai aliran... YAng dipentingkan adalah persamaannya. Lagian untuk taraf kesucian tertinggi di ajaran BUDDHA kan mencapai ARAHAT... Secara kualitas bathin dan pengetahuannnya, maka ARAHAT sudah mencapai APA YANG HARUS DIKETAHUI SUDAH DIKETAHUI... 
Tetapi sayangnya, karena sudah ARAHAT, sudah TIDAK MAU CAMPUR TANGAN DALAM URUSAN ini...
Jadi gimana ?? Terpaksalah orang orang kayak saya ini (yang masih puthujana dan masih awam) ini berusaha untuk mencari BENANG MERAH apakah perbedaan perbedaan yang terdapat dalam berbagai aliran BUDDHA itu benar benar sedemikian prinsipil-nya sehingga satu sama lain sudah tidak bisa DIPERSAMAKAN lagi. Sehingga berakhir pada kesimpulan, manakah ajaran yang benar ? manakah ajaran yang menyimpang ?
Apakah yg di bold tersebut bukan mencari?
Pada awalnya masih mencari, tetapi ketika sudah "berbalas pantun" dengan beberapa pakar MAHAYANA seperti sdr.Gandalf dan sdr.chingik... semakin mantap JAWABAN-nya... Memang dari awal yang saya perkirakan itu memang seperti yang saya temukan sekarang ini... 
			
 
			
			
				Jadi apakah SAAT INI sudah tidak mencari lagi?
Semoga perkiraan anda dapat membawa kebahagiaan bagi anda
			
			
			
				sudahlah semuanya. Sdr. Petrus itu tidak berniat berdiskusi atau mencoba memahami Buddhisme. Sekiranya ingin dijawab, yg seperlunya saja. Tapi tidak perlu sampai terpancing atau ikutan mengintimidasi dia. 
untuk Sdr. Candra_Mukti, sudahlah... Kalau memang benar Sdr. Petrus itu pernah menjadi lawan debat Anda di FFi, biarkan saja. Saya tahu Ego Anda mungkin terpancing atas perilaku Sdr. Petrus (mungkin) yg mencela Agama Anda dahulu, tapi ingatlah faedahnya untuk saat ini. Anda kan sudah mengembangkan kesadaran. Untuk apa lagi melawannya. Debat di forum dunia maya ini hanya bisa menjadi ajang penambah pengetahuan, atau ajang debat konyol yg melecehkan. Dan kalau saya lihat, Sdr. Petrus hanya ingin memakai forum ini untuk merealisasikan hobi mencelanya itu.
Apa lagi yg lebih indah selain melihat orang berbahagia di dalam Kebenaran. Dan orang itu adalah orang yg tidak tersentuh oleh niat2 buruk.
Seperti teratai yg mulia, meski tumbuh di lingkungan yg kotor, namun tubuhnya akan tetap indah tak ternoda
			
			
			
				Quote from: upasaka on 24 November 2008, 11:49:25 PM
sudahlah semuanya. Sdr. Petrus itu tidak berniat berdiskusi atau mencoba memahami Buddhisme. Sekiranya ingin dijawab, yg seperlunya saja. Tapi tidak perlu sampai terpancing atau ikutan mengintimidasi dia. 
untuk Sdr. Candra_Mukti, sudahlah... Kalau memang benar Sdr. Petrus itu pernah menjadi lawan debat Anda di FFi, biarkan saja. Saya tahu Ego Anda mungkin terpancing atas perilaku Sdr. Petrus (mungkin) yg mencela Agama Anda dahulu, tapi ingatlah faedahnya untuk saat ini. Anda kan sudah mengembangkan kesadaran. Untuk apa lagi melawannya. Debat di forum dunia maya ini hanya bisa menjadi ajang penambah pengetahuan, atau ajang debat konyol yg melecehkan. Dan kalau saya lihat, Sdr. Petrus hanya ingin memakai forum ini untuk merealisasikan hobi mencelanya itu.
Apa lagi yg lebih indah selain melihat orang berbahagia di dalam Kebenaran. Dan orang itu adalah orang yg tidak tersentuh oleh niat2 buruk.
Seperti teratai yg mulia, meski tumbuh di lingkungan yg kotor, namun tubuhnya akan tetap indah tak ternoda
saya senang bertemu orang bijaksana seperti anda, walau lewat internet. 
saya heran, mengapa saya selalu tertantang untuk berdebat dengan orang yang membuat pernyataan yang saya anggap pernyataannya salah. saya berpikir, kalau orang berani berkata begini dan begitu tentang agama saya, berarti dia harus dapat mempertanggung jawabkannya. maksudnya harus memiliki argumen yang jelas. dan saya selalu penasaran untuk membuktikan, "apakah ada kebenaran dibalik omongannya yang terasa tidak menyenangkan tersebut, ataukah itu hanya omong kosong tanpa argumen yang kuat". menurut anda, apakah yang mendasari pemikiran saya tersebut? kebencian, kerserakahan, atau kegelisahan? 
			
 
			
			
				 [at]  atas,
KeAKUan...
Bahkan dapat anda perhatikan dalam paragraf anda barusan...Semua serba agama-Ku, milik-Ku, pikiran-Ku, keinginan-Ku...
Sebenarnya ada istilah yg lebih Buddhis, tetapi saya lebih ingat dengan sebutan "aku"...
			
			
			
				Quote from: candra_mukti19 on 24 November 2008, 11:58:17 PM
Quote from: upasaka on 24 November 2008, 11:49:25 PM
sudahlah semuanya. Sdr. Petrus itu tidak berniat berdiskusi atau mencoba memahami Buddhisme. Sekiranya ingin dijawab, yg seperlunya saja. Tapi tidak perlu sampai terpancing atau ikutan mengintimidasi dia. 
untuk Sdr. Candra_Mukti, sudahlah... Kalau memang benar Sdr. Petrus itu pernah menjadi lawan debat Anda di FFi, biarkan saja. Saya tahu Ego Anda mungkin terpancing atas perilaku Sdr. Petrus (mungkin) yg mencela Agama Anda dahulu, tapi ingatlah faedahnya untuk saat ini. Anda kan sudah mengembangkan kesadaran. Untuk apa lagi melawannya. Debat di forum dunia maya ini hanya bisa menjadi ajang penambah pengetahuan, atau ajang debat konyol yg melecehkan. Dan kalau saya lihat, Sdr. Petrus hanya ingin memakai forum ini untuk merealisasikan hobi mencelanya itu.
Apa lagi yg lebih indah selain melihat orang berbahagia di dalam Kebenaran. Dan orang itu adalah orang yg tidak tersentuh oleh niat2 buruk.
Seperti teratai yg mulia, meski tumbuh di lingkungan yg kotor, namun tubuhnya akan tetap indah tak ternoda
saya senang bertemu orang bijaksana seperti anda, walau lewat internet. 
saya heran, mengapa saya selalu tertantang untuk berdebat dengan orang yang membuat pernyataan yang saya anggap pernyataannya salah. saya berpikir, kalau orang berani berkata begini dan begitu tentang agama saya, berarti dia harus dapat mempertanggung jawabkannya. maksudnya harus memiliki argumen yang jelas. dan saya selalu penasaran untuk membuktikan, "apakah ada kebenaran dibalik omongannya yang terasa tidak menyenangkan tersebut, ataukah itu hanya omong kosong tanpa argumen yang kuat". menurut anda, apakah yang mendasari pemikiran saya tersebut? kebencian, kerserakahan, atau kegelisahan? 
Kalau saya lihat, Anda masih melekat pada Pandangan Anda. Sekiranya Anda menganggap komentar pedas orang lain adalah tidak benar, Anda tidak perlu ribet2 memintanya untuk membuktikan keakuratannya. Kalau memang ia dapat memberikannya, itu bagus. Jadi Anda dapat melihat referensi yg mendasari komentarnya, sekaligus Anda mendapat bahan pertimbangan lain akan keabsahan Pandangan Anda sendiri. Namun kalau tidak, lebih baik Anda tidak terkontaminasi dengan argumen2nya. Apa yg Anda anggap benar, peganglah. Namun Anda harus mengecek pula kadar kebenaran pada Pandangan Anda, jangannya menjadi fanatik. Bagaimana cara mengeceknya? Saya sudah sedikit menjelaskan caranya kepada Sdr. hatRed, namun saya akan menjelaskan lagi sedikit di sini. Caranya yg paling akurat adalah mengecek hasil perbuatan Anda berdasarkan Pandangan Anda. Kalau dari perbuatan yg Anda lakukan berdasarkan Pandangan Anda memberikan hasil yg baik (tentunya perbuatan itu bukan wujud keserakahan, kebencian, dan kebodohan), maka itu adalh hal yg baik.
Maaf mungkin kalimat di atas agak berputar2...  :)
Sekali lagi, saya rasa Anda masih dilekati oleh rasa Ego. Karena ketika Anda merasa ditekan, Anda menanggapinya dengan menyerang balik. Itu tidak selalu tepat. Untuk beberapa kondisi, kadang kita harus mengubah cara reaksi kita terhadap masalah seperti ini...
Semoga bermanfaat...
			
 
			
			
				 [at]  edward & upasaka
terima kasih! terima kasih!
hebat! hebat!
anda berdua telah mencerahkan pikiran saya. 
air mata saya sampai berlinang. karena sudah terlalu lama saya tersiksa oleh keegoan ini. dan sudah sering saya mempertanyakan permasalahan ini kepada berbagai orang dari berbagai agama dan mazhab, tapi baru anda berdua yang mampu memberi penjelasan yang jelas, benar, tepat dan masuk akal, sehingga batin saya tercerahkan. 
terima kasih! terima kasih!
			
			
			
				Quote from: candra_mukti19 on 25 November 2008, 12:20:04 AM
 [at]  edward & upasaka
terima kasih! terima kasih!
hebat! hebat!
anda berdua telah mencerahkan pikiran saya. 
air mata saya sampai berlinang. karena sudah terlalu lama saya tersiksa oleh keegoan ini. dan sudah sering saya mempertanyakan permasalahan ini kepada berbagai orang dari berbagai agama dan mazhab, tapi baru anda berdua yang mampu memberi penjelasan yang jelas, benar, tepat dan masuk akal, sehingga batin saya tercerahkan. 
terima kasih! terima kasih!
Saya turut berbahagia atas kebahagiaan Anda...
Semoga Anda terus maju di dalam Dhamma...  _/\_
			
 
			
			
				Saya hanya membantu mengkondisikan ada untuk lebih mengerti....
Saya sendiri banyak terbantu dengan postingan anda...
Semoga kita semua berbahagia... _/\_
			
			
			
				_/\_ lagi-lagi mendapatkan pencerahan dari debat kali ini, terima kasih
			
			
			
				mobil tank nabrak kayu... Tengkyu
			
			
			
				jadi mana debat na ??? thera dan maha ?
sorri jgn ada yg tersingungg, menurut ge :
maha itu lebih berhasil meraih umat krn masih melakukan tradisi2, krn orang2 tua taat/ takut pd tradisi. 
dan thera yg tadi na simple mulai agak2 rbet (alias mulai mecampurkan tradisi2 itu masuk dlm upacara2) krn takut kehilangan umat.
klu cara mengajar na :
maha itu senang membuat umat na senang, 
thera senang membuat umat na down
  
			
			
			
				[at] jan
Bisa dicontohkan theravada senang membuat umatnya down?
			
			
			
				Mmm.. pada prinsipnya, apakah perlu kita membandingkan antara Theravada dg Mahayana?
Bukankah dari masing2 aliran mengajarkan tentang kebaikan, cara hidup yang benar agar terbebas dari keserakahan, kebencian dan kebodohan? Tinggal tergantung pribadi masing2, mana yang lebih cocok dg cara pandangnya untuk diterapkan dalam kehidupan sehari2. Seperti pepatah banyak jalan menuju roma... ^^
Salam hangat
Sabbe Satta Bhavantu Sukhitata
			
			
			
				menurut saia, umat disini, baik yang thera maupun maha uda mengerti dan paham, jadi tidak ada yg perlu diperdebatkan...sampe page 9 aja gak ada yg bener-bener diributkan kan? ;D
setuju semua? _/\_
			
			
			
				neh g copast EYD dari thread "Islam", ref goes to reenzia
Ada suatu species binatang,
binatang ini lahir di Afrika dan Australia
orang Afrika menamakan binatang ini hatRed
orang Australia menamakan binatang ini dumper
karena perbedaan lingkungan, iklim dan gaya hidup maka binatang yang speciesnya sama itu
menjadi berbeda
si hatRed berbulu tipis.
si dumper berbulu lebat.
suatu ketika orang afrika dan australia bertemu, dan mereka membicarakan binatang tersebut.
orang afrika ngotot namanya hatRed
orang australia ngotot namanya dumper
trus mereka membawa binatang mereka masing2
Afro: ney liat gini neh hatRed
Austri : ney namanya dumper
(yang ini menganalogikan kayak kita2 ma si Petrus, masing2 menunjukan paham mereka)
Austri:ah , hatRed u itu kena penyakit, yang asli tu tebal bulunya
(yang ini menganalogikan orang yang menyalahkan paham orang lain)
Afro : Punya lu yang kena penyakit, lagi alergi kali makanya bulunya tebal
(yang ini yang merasa disalahkan, dan menyalahkan balik)
Afro: apa u yang gak bisa melihara tu binatang, salah u meliharanya
(yang ini menyalahkan pengertian oknum2nya)
Austri: u yang salah geblek, emang dari dulu begini.
(yang ini, tidak mempunyai pandangan benar)
bla.. bla... bla... dan seterusnya
nb: gak usah nanya balik, silakan renungin aja sendiri
			
			
			
				sorri jgn ada yg tersingungg, menurut ge :
maha itu lebih berhasil meraih umat krn masih melakukan tradisi2, krn orang2 tua taat/ takut pd tradisi. 
dan thera yg tadi na simple mulai agak2 rbet (alias mulai mecampurkan tradisi2 itu masuk dlm upacara2) krn takut kehilangan umat.
klu cara mengajar na :
maha itu senang membuat umat na senang, 
thera senang membuat umat na down
Perbedaan cara mengajar dari masing2 aliran, mungkin ada sisi baiknya.
Seperti contohnya, masing-masing pribadi mempunyai sifat / ego yang berbeda2. ada yang mesti dikerasi sampe diancam br ia mengikuti aturan yang ada. Ada yang cukup dinasehati secara halus atau dimanis2in br ia akan mendengar dan mengikuti aturan. karena semuanya tergantung sifat / ego masing2 pribadi.
Jadi.. menurutku, baik dari aliran Theravada maupun Mahayana, tidaklah perlu saling membandingkan, yang penting kita bisa hidup rukun dan saling menghormati satu sama lain.
Salam hangat
			
			
			
				 [at] dumper
terima kasih banyak _/\_
 [at] jan
dhamma itu universal, pada jamannya sidharta, gak ada tuh thera, maha, tantra, budhayana
yg membedakan ya manusianya sendiri, yang penting intinya sama yaitu dhamma, cara bole beda tp tujuannya sama-sama nibbana kan?
			
			
			
				Ikut senang (mudita citta) liat member2 DC yg udah pada dewasa.......
Karuna citta (prihatin) bagi rekan2 yg berpotensi menyebarkan perpecahan....... ingat loh, jika pola penyebaran spt ini kalian teruskan, itu berarti sudah menyebarkan sesuatu yg berpotensi memunculkan Miccha Ditthi (pandangan salah)
Dan hasil dari menyebarkan miccha ditthi, salah satunya adalah masuk neraka di tepian Avici....
Sungguh disayangkan sekali jika memang berbuah seperti itu.........
semoga bisa bermanfaat bagi kita semua........
			
			
			
				jadi para evangelist juga berpotensi masuk tepian neraka donk kalau berpegang teguh pada ajaran mereka dan ngotot ga mau tahu ajaran agama orang lain.
			
			
			
				tidak mau tahu atau tidak tahu bukan berarti menolak kan?
saia sendiri juga tidak banyak tahu tentang agama lain, tapi apa itu berarti saia menolaknya?
asalkan memiliki pandangan benar tentang dhamma, tidak mengetahui tentang ajaran lain itu menurut saia tidak masalah
			
			
			
				 [at] nyana : kriteria dari miccha ditthi adalah moha, yg dilekati (lobha).
tinggal kita lihat saja bagaimana kondisi batin dari evangelist atau org2 yg masuk kriteria miccha ditthi tersebut
			
			
			
				Quote from: markosprawira on 25 November 2008, 02:14:36 PM
Ikut senang (mudita citta) liat member2 DC yg udah pada dewasa.......
Karuna citta (prihatin) bagi rekan2 yg berpotensi menyebarkan perpecahan....... ingat loh, jika pola penyebaran spt ini kalian teruskan, itu berarti sudah menyebarkan sesuatu yg berpotensi memunculkan Miccha Ditthi (pandangan salah)
Dan hasil dari menyebarkan miccha ditthi, salah satunya adalah masuk neraka di tepian Avici....
Sungguh disayangkan sekali jika memang berbuah seperti itu.........
semoga bisa bermanfaat bagi kita semua........
asik kan dapat neraka kelas VIP, aku sih ogah
lebih baik menghundari pandangan salah daripada jalan2 ke avici
			
 
			
			
				Quote from: nyanadhana on 25 November 2008, 02:21:23 PM
jadi para evangelist juga berpotensi masuk tepian neraka donk kalau berpegang teguh pada ajaran mereka dan ngotot ga mau tahu ajaran agama orang lain.
yang mengajarkan dhamma yang bukan ajaran Buddha sebagai ajaran Buddha adalah calon ke neraka juga
			
 
			
			
				Quote from: karuna_murti on 24 November 2008, 07:58:28 PM
Kagak bakalan ketemu. Masing-masing punya referensi masing-masing. Dan bisa dicek, sama-sama tua umurnya.
Menurut aye, yang baik adalah menjalankan sebaik mungkin yang diyakini.
Toh masing-masing sama-sama bertujuan satu -> nibanna.
Menurut aye sih, tetap 1 ajaran dari Sang Guru. Tapi implementasi beda, tergantung budaya, transmisi, dan pemahaman masing-masing. Kalo aye ketemu Sangha Mahayana, aye namaskara. Kalo ketemu Sangha Theravada, aye juga namaskara.
Biarin yang Theravada tetep Theravada, yang Mahayana tetep Mahayana. Menurut aye satu kesatuan bukan memaksakan agar masing-masing menerima yang dipaksa disama-samain, tetapi menerima masing-masing punya perbedaan. Sumber kekacauan itu maksa-maksain sama, bukan pengertian kalau masing-masing beda.
Ada orang hebat bilang, sama-sama kue, rasanya aja yang beda.
gimana kalo kriteria nibbana nya berbeda  :(
tula kasi contoh screenshoot ini :
(https://forum.dhammacitta.org/proxy.php?request=http%3A%2F%2Fi34.tinypic.com%2F10duoeu.jpg&hash=8fd4a15ab90e7b642e014c27b3b09f7bb99a70e7)
dari gambar itu konteks nibbana nya kan "beda" itulah yg terjadi di kalangan umum.
itu gambar di ambil dari surat kabar terkemuka di surabaya, separuh halaman.
ok back to topic, 
Quote from: dilbert on 23 November 2008, 12:16:48 PM
Quote from: tula on 23 November 2008, 12:09:33 PM
ada 1 sutra dari mahayana, yg bahkan di dalam sutra itu ada perkataan .. anutara mantra
isi dari mantra itu ... aku rasa sangat cocok dengan ajaran theravada, apa bener itu sutra mahayana ?
(prajna pramita hrdaya sutram)
sutra mana yang dimaksud ?? apakah prajna paramita hrdaya sutra ?? 
entul
			
 
			
			
				Quote from: tula on 26 November 2008, 11:58:27 AM
Quote from: karuna_murti on 24 November 2008, 07:58:28 PM
Kagak bakalan ketemu. Masing-masing punya referensi masing-masing. Dan bisa dicek, sama-sama tua umurnya.
Menurut aye, yang baik adalah menjalankan sebaik mungkin yang diyakini.
Toh masing-masing sama-sama bertujuan satu -> nibanna.
Menurut aye sih, tetap 1 ajaran dari Sang Guru. Tapi implementasi beda, tergantung budaya, transmisi, dan pemahaman masing-masing. Kalo aye ketemu Sangha Mahayana, aye namaskara. Kalo ketemu Sangha Theravada, aye juga namaskara.
Biarin yang Theravada tetep Theravada, yang Mahayana tetep Mahayana. Menurut aye satu kesatuan bukan memaksakan agar masing-masing menerima yang dipaksa disama-samain, tetapi menerima masing-masing punya perbedaan. Sumber kekacauan itu maksa-maksain sama, bukan pengertian kalau masing-masing beda.
Ada orang hebat bilang, sama-sama kue, rasanya aja yang beda.
gimana kalo kriteria nibbana nya berbeda  :(
tula kasi contoh screenshoot ini :
dari gambar itu konteks nibbana nya kan "beda" itulah yg terjadi di kalangan umum.
itu gambar di ambil dari surat kabar terkemuka di surabaya, separuh halaman.
ok back to topic, 
kembali ke definisi itu adalah upaya untuk dapat menggambarkan Nibbana, sama seperti kita berusaha menggambarkan rasa mangga manalagi yg harum dan manis
Namun selama kita sendiri belum "mencicipi" rasa itu maka selama itu pula, definisi itu tidaklah penting utk diperdebatkan
semoga bermanfaat bagi kita semua
			
 
			
			
				Tidak mungkin akan ada OTORITAS TERTINGGI,pada SIBUK debat sih...coba praktek...coba praktek...Sayang ya ajaran Buddha Gotama hanya berakhir seperti ini doang...
Perbanyak buat baik,hindari perbuatan jahat...
Mana ya sucikan pikirannya?
Salam hangat,
Riky
			
			
			
				Quote from: Riky_dave on 26 November 2008, 08:42:09 PM
Tidak mungkin akan ada OTORITAS TERTINGGI,pada SIBUK debat sih...coba praktek...coba praktek...Sayang ya ajaran Buddha Gotama hanya berakhir seperti ini doang...
Perbanyak buat baik,hindari perbuatan jahat...
Mana ya sucikan pikirannya?
Salam hangat,
Riky
bahkan dharma (ajaran buddha) juga anicca... apakah debat debat kita ini yang menyebabkan ajaran buddha bakal makin merosot... atau karena "ajaran-ajaran" nyeleneh yang dibiarkan terus berkembang dan dianggap "benar" itu yang menyebabakan ajaran buddha semakin mundur ? siapa tahu... Walaupun tiada ajaran... masih terbuka jalur lain... contohnya ajaran JK kan... hehehehe
			
 
			
			
				dhamma tetap ada walau apapun yg terjadi, bro dilbert
kalo yg ditanyakan adalah org yg menjadikan dhamma sebagai pedoman, yah itu tergantung pada karmanya sendiri
			
			
			
				salam kenal.........
saya ikutan yah.................
menurut sy perbedaan yg terjadi adalah arti kehidupan,dengan budaya yg lain letak geogrf yg lain juga jadi tak masalah,kalau perbedaan itu akan satukan dan pasti akan ada pertentangan yg membuat karma buruk natara aku dan dia,lebih baik biarkan saja sebab belum waktunya menyatukan aliran itu tunggu sampai BUDDHA yg akan datang lahir ..........
			
			
			
				Quote from: Jan on 25 November 2008, 11:48:58 AM
jadi mana debat na ??? thera dan maha ?
sorri jgn ada yg tersingungg, menurut ge :
maha itu lebih berhasil meraih umat krn masih melakukan tradisi2, krn orang2 tua taat/ takut pd tradisi. 
dan thera yg tadi na simple mulai agak2 rbet (alias mulai mecampurkan tradisi2 itu masuk dlm upacara2) krn takut kehilangan umat.
klu cara mengajar na :
maha itu senang membuat umat na senang, 
thera senang membuat umat na down
  
maaf, tergelitik sedikit utk mengomentari, itu krn anda melihat dr sisi tertentu sperti yg komentar pertama, teknik menjaring umat mana yg lebih berhasil kan? :)
kalo gitu agama K pasti lebih berhasil dong? liat sekeliling anda deh ;D
kenyataannya kebenaran tdk dpt dimasukkan dlm bentuk sbuah kubus bersisi delapan, 
sisi2 tsb tdk mewakili kebenaran itu sendiri. demikian pula perbedaan antara theravada dan mahayana. kalo mau simple sih dari hate_do dah ckp cocok lah.. lojik, piling, mejik ;D
mettacittena
_/\_
			
 
			
			
				Quote from: Reenzia on 27 November 2008, 09:59:33 PM
dhamma tetap ada walau apapun yg terjadi, bro dilbert
kalo yg ditanyakan adalah org yg menjadikan dhamma sebagai pedoman, yah itu tergantung pada karmanya sendiri
dharma yang mana bro ??
bukankah sebelum pencapaian kebuddhaan oleh Siddharta Gotama, di dunia ini tidak ada ajaran tentang pembebasan (jalan menuju lenyapnya dukkha)... berarti dharma ajaran pembebasan belum ada donk...
Dan setelah era Buddha Kanakamuni sampai buddha gotama, dimana ajaran pembebasan ?
			
 
			
			
				Quote from: Riky_dave on 26 November 2008, 08:42:09 PM
Tidak mungkin akan ada OTORITAS TERTINGGI,pada SIBUK debat sih...coba praktek...coba praktek...Sayang ya ajaran Buddha Gotama hanya berakhir seperti ini doang...
Perbanyak buat baik,hindari perbuatan jahat...
Mana ya sucikan pikirannya?
Salam hangat,
Riky
apakah perbanyak perbuatan baik itu bukan praktek?
apakah mengurangi perbuatan jahat, itu juga bukan praktek?
apakah praktek itu harus selalu meditasi/samadhi?
Apa Buddha pernah menyebut, tidak perlu menjalankan sila dan hanya cukup dengan meditasi saja?
Kembali ke pandangan salah, Buddha menyebutkan bhw dampak dari berpegang pada pandangan salah, adalah masuk ke Neraka, tepatnya ke Mahatapana Naraka
Semoga pemberitahuan ini membuat anda "sadar" 
			
 
			
			
				Quote from: markosprawira on 28 November 2008, 01:33:07 PM
Quote from: Riky_dave on 26 November 2008, 08:42:09 PM
Tidak mungkin akan ada OTORITAS TERTINGGI,pada SIBUK debat sih...coba praktek...coba praktek...Sayang ya ajaran Buddha Gotama hanya berakhir seperti ini doang...
Perbanyak buat baik,hindari perbuatan jahat...
Mana ya sucikan pikirannya?
Salam hangat,
Riky
apakah perbanyak perbuatan baik itu bukan praktek?
apakah mengurangi perbuatan jahat, itu juga bukan praktek?
apakah praktek itu harus selalu meditasi/samadhi?
Apa Buddha pernah menyebut, tidak perlu menjalankan sila dan hanya cukup dengan meditasi saja?
Kembali ke pandangan salah, Buddha menyebutkan bhw dampak dari berpegang pada pandangan salah, adalah masuk ke Neraka, tepatnya ke Mahatapana Naraka
Semoga pemberitahuan ini membuat anda "sadar" 
saya kira tidak semua pandangan salah akan masuk ke NERAKA... apakah dengan demikian, penganut agama lain, yang menganut paham tentang KETUHANAN yang ABSOLUT seperti agama tetangga itu pasti masuk NERAKA, walaupun karma baiknya sebesar Bunda Theresa ?
			
 
			
			
				Quote from: markosprawira on 28 November 2008, 01:33:07 PM
Quote from: Riky_dave on 26 November 2008, 08:42:09 PM
Tidak mungkin akan ada OTORITAS TERTINGGI,pada SIBUK debat sih...coba praktek...coba praktek...Sayang ya ajaran Buddha Gotama hanya berakhir seperti ini doang...
Perbanyak buat baik,hindari perbuatan jahat...
Mana ya sucikan pikirannya?
Salam hangat,
Riky
apakah perbanyak perbuatan baik itu bukan praktek?
Praktek yang bagaimana om?mesti dijelaskan dulu dunk,saya kan masih umat awam... :)
Quoteapakah mengurangi perbuatan jahat, itu juga bukan praktek?
Sama kayak yang atas...
Quoteapakah praktek itu harus selalu meditasi/samadhi?
Lho...apakah anda berpikir bahwa meditasi itu hanya duduk diam dengan posisi tertentu berjam2?atau pergi ke suatu tempat yang jauh dari keramaian dan bertapa kayak di film2? :))
QuoteApa Buddha pernah menyebut, tidak perlu menjalankan sila dan hanya cukup dengan meditasi saja?
Apakah saya pernah berkata bahwa SB pernah menyebut tidak perlu menjalankan sila ?
Yang saya tahu SB mengajarkan,"Dukkha dan Lenyapnya Dukkha" dan setahu saya ini ya...Dhamma hanya bisa diperoleh ketika nibbana telah terealisasikan,coba lihat Dhammapada apa pemberian yang paling luar biasa,dan apakah Dhamma pernah mendapatkan urutan ke 2 dari segala kitab suci Tipitaka? :)
Dan lagi2 setahu saya ya,semua calon arahatta(dari Moggalana,Sariputra,Mahakassapa,dll) itu tidak sibuk "berbuat kebajikan"(saya tidak memperbincangkan yang lampau,tapi yang ada pada saat itu juga),ketika mereka mendengarkan SB membabarkan Dhamma,mereka "langsung" praktek hingga mencapai "kesucian".. :)
QuoteKembali ke pandangan salah, Buddha menyebutkan bhw dampak dari berpegang pada pandangan salah, adalah masuk ke Neraka, tepatnya ke Mahatapana Naraka
Hehehe,kalau Buddha Sakyamuni masih hidup dan berkata kepada saya seperti itu,saya akan yakin dan percaya 100 persen tanpa argumen...tapi sayang...anda yang berkata begitu...kecuali anda telah "tercerahkan"(arahatta),sayangnya saya juga tidak tahu apakah anda sudah "tercerahkan" atau "tidak"...hehehe...jadi soal "pandangan salah" atau tidak,tidak ada yang tahu,kecuali "jalani" sendiri2 dan "mendatangkan" kebahagian bukan penderitaan,memahami penderitaan bukan kebahagian... :)
QuoteSemoga pemberitahuan ini membuat anda "sadar" 
:)
_/\_
Salam hangat,
Riky
			
 
			
			
				Otoritas tertinggi dalam Agama Buddha :
1. Sang Buddha (selama Sang Buddha belum Parinibbana)
2. Sutta & Vinaya (setelah Sang Buddha telah Parinibbana)
Jadi jika ingin mengetahui yang sebenar-benarnya Ajaran Sang Buddha, jika ada suatu Ajaran yang kita ragukan berasal dari Sang Buddha sendiri, maka kembalilah pada Sutta & Vinaya...
			
			
			
				 [at] sidarta,
kadang bnyk yg salah kaprah.... yg hanya melihat hasil
si A, cm denger dhamma dari buddha, langsung mencapai nibbana
si B, cuma ngusap2 batu pake kain sutra, langsung mencapai nibbana...
padahal jika membaca lagi dgn teliti, kenapa Buddha membabarkan Dhamma pertama kalinya kepada 5 org mantan rekan sepertapaannya?
Karena batin mereka sudah siap
Kenapa batin mereka sudah siap?
Karena sudah terlatih selama berkappa2....
Pun saya menambahkan bhw Tipitaka bukan hanya Sutta dan Vinaya karena sesuai namanya yaitu 3 Pitaka, ada juga yg dinamakan Abhidhamma Pitaka
			
			
			
				Quote from: markosprawira on 09 December 2008, 03:31:26 PM
 [at] sidarta,
kadang bnyk yg salah kaprah.... yg hanya melihat hasil
si A, cm denger dhamma dari buddha, langsung mencapai nibbana
si B, cuma ngusap2 batu pake kain sutra, langsung mencapai nibbana...
padahal jika membaca lagi dgn teliti, kenapa Buddha membabarkan Dhamma pertama kalinya kepada 5 org mantan rekan sepertapaannya?
Karena batin mereka sudah siap
Kenapa batin mereka sudah siap?
Karena sudah terlatih selama berkappa2....
Pun saya menambahkan bhw Tipitaka bukan hanya Sutta dan Vinaya karena sesuai namanya yaitu 3 Pitaka, ada juga yg dinamakan Abhidhamma Pitaka
Hohohho..Sutta Vinaya cukupkah?
Salam hangat,
Riky
			
 
			
			
				dear Riky,
kembali anda tidak membaca secara lengkap.....
intinya adalah "batin yg siap"
jika batin anda sudah siap, berpegang pada cara apapun, bisa mencapai pencerahan
bagaimana tahu batin sudah siap atau belum?
tingga lihat apakah anda sudah menjalankan Jalan Utama berunsur 8? itu adalah syarat utama pencapaian nibbana/pencerahan
tanpa menjalankan jalan utama berunsur 8 secara lengkap, yah anda akan mencapai "nibbana" yg lain.......
			
			
			
				ajaran sang buddha meliputi JB 8...dan refrensi lain bisa di lihat
[spoiler=pencet aja]
YANG MERUPAKAN AJARAN SANG BUDDHA
Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammasambuddhasa
"Ada kemungkinan, bahwa di antara kalian ada yang berpikir: `Berakhirlah kata-kata Sang Guru; kita tidak mempunyai seorang Guru lagi.` Tetapi, Ananda, hendaknya tidak berpikir demikian. Sebab apa yang telah Aku ajarkan sebagai Dhamma dan Vinaya, Ananda, itulah kelak yang menjadi Guru-mu, ketika Aku pergi."
(Mahaparinibbana Sutta, Digha Nikaya 16)
Dewasa ini banyak di antara kita yang dibingungkan oleh kehadiran kelompok-kelompok yang mengajarkan suatu ajaran dengan mengatasnamakan Buddhisme. Banyak pertanyaan yang dilontarkan seperti : Apakah kelompok ini adalah salah satu aliran Buddhisme ? Apakah aliran ini merupakan aliran sesat ? Apakah ajaran ini merupakan ajaran yang diajarkan oleh Sang Buddha ? Dan sebagainya.
Dari kebingungan tersebut timbul sebuah pertanyaan : Bagaimana kita membedakan mana yang merupakan ajaran yang diajarkan oleh Sang Buddha dengan yang bukan ? Apakah Sang Buddha pernah memberikan petunjuk untuk menangani masalah ini ? Jawabannya ya, Sang Buddha telah memberikan petunjuk untuk menangani masalah ini.
Di bumi ini tidak ada Guru lain seperti Sang Buddha. Sang Buddha adalah Guru yang penuh dengan ketelitian, memiliki kecermatan, dan pandangan luas ke depan. Di saat-saat menjelang Parnibbana, sebelum Ia Parinibbana, Ia sudah mempersiapkan, dan memastikan secara benar kesiapan, keutuhan apa yang telah Ia temukan dan ia rintis yaitu keberadaan Dhamma, Vinaya, dan Sangha. Beliau mengatakan bahwa yang menggantian Beliau setelah Ia tiada bukanlah salah satu siswa UtamaNya, bukan Y.A Maha Kasappa yang ahli dalam latihan, bukan Y.A Upali yang ahli dalam Vinaya, dan bukan juga Ananda yang merupakan Bendahara Dhamma. Tetapi yang menggantikan Beliau sebagai Guru bagi para siswaNya adalah Dhamma (ajaran) dan Vinaya (tata tertib). Selain untuk menghindari perselisihan , hal ini ditetapkan juga untuk menghindari pengkultusan individu di masa yang akan datang yang akan menimbulkan kemelekatan pada diri seseorang, dan ini akan mengganggu pencapaian seseorang.
Dengan demikian setelah Sang Buddha parinibbana sampai sekarang tidak ada pengganti diriNya selain Dhamma dan Vinaya.
Lebih jauh seseorang mungkin akan bertanya, "Bagaimana kita mengetahui dan memastikan bahwa Dhamma dan Vinaya yang kita pelajari sekarang adalah Dhamma dan Vinaya yang di ajarkan oleh Sang Buddha?" Pertanyaan kritis ini sangat penting karena akan menepis kepercayaan membuta terhadap suatu ajaran.
Jauh sebelum Sang Buddha Parinibbana, Ia juga telah memberikan batasan mengenai apa-apa saja yang termasuk dalam Dhamma dan Vinaya. Hal ini berguna untuk membedakan mana yang merupakan ajaran Sang Buddha dan mana yang bukan, yang mana Dhamma dan yang mana Vinaya.
Dalam Gotami Sutta (Anguttara Nikaya VIII. 53) , Sang Buddha menjelaskan kepada Y.A. Mahapajapati Gotami:
"Bila, Gotami, engkau mengetahui hal-hal secara pasti: `Hal-hal ini menuju pada nafsu, bukan pada tanpa-nafsu; pada kemelekatan, bukan pada tanpa-kemelekatan; pada pengumpulan, bukan pada pelepasan; pada memiliki banyak keinginan, bukan pada memiliki sedikit keinginan; pada ketidakpuasan, bukan pada kepuasan; pada suka berkumpul, bukan pada kesendirian; pada kelambanan, bukan pada kebangkitan semangat; pada kehidupan yang mewah, bukan pada kesederhanaan` - tentang hal-hal ini engkau bisa merasa pasti: `Ini bukanlah Dhamma; ini bukanlah Vinaya; ini bukanlah Ajaran Sang Guru.`"
"Tetapi, Gotami, bila engkau mengetahui hal-hal secara pasti: `Hal-hal ini menuju pada tanpa-nafsu, bukan pada nafsu; pada tanpa-kemelekatan, bukan pada kemelekatan; pada pelepasan, bukan pada pengumpulan; pada memiliki sedikit keinginan, bukan pada memiliki banyak keinginan; pada kepuasan, bukan pada ketidakpuasan; pada kesendirian, bukan pada berkumpul; pada kebangkitan semangat, bukan pada kelambanan; pada kesederhanaan, bukan pada kehidupan mewah` - tentang hal-hal ini engkau bisa merasa pasti: `Ini adalah Dhamma; ini adalah Vinaya; ini adalah Ajaran Sang Guru.`"
Begitu juga dalam SatthuSasana Sutta (Anguttara Nikaya VII. 80) , Sang Buddha menjelaskan kepada Y.A. Upali :
"Upali, jika engkau mengetahui tentang hal-hal tertentu: `Hal-hal ini tidak membawa menuju perubahan sepenuhnya, hilangnya nafsu, penghentian dan kedamaian, menuju pengetahuan langsung, pencerahan spiritual dan Nibbana` - dari ajaran-ajaran seperti itu engkau bisa merasa yakin: Ini bukan Dhamma; ini bukan Vinaya; ini bukan Ajaran Sang Guru.`"
"Tetapi Upali, jika engkau mengetahui tentang hal-hal tertentu: `Hal-hal ini membawa menuju perubahan sepenuhnya, hilangnya nafsu, penghentian dan kedamaian, menuju pengetahuan langsung, pencerahan spiritual dan Nibbana` - dari hal-hal semacam itu engkau bisa merasa yakin: Inilah Dhamma; inilah Vinaya; inilah Ajaran Sang Guru.`"
Dari petunjuk Sang Buddha berupa kriteria Dhamma dan Vinaya dalam Gotami Sutta maupun SatthuSasana Sutta kita bisa melihat, menganalisa, meneliti secara hati-hati terhadap berbagai macam ajaran yang kita temui dewasa ini, sehingga kita bisa menemukan mana yang bukan ajaran Sang Buddha (yang menyimpang dari ajaran Sang Buddha), mana yang tidak. Misalnya ketika kita menemukan sebuah ajaran yang mengajarkan untuk membunuh dengan alasan tertentu, kita bisa menjadikan penjelasan Sang Budda mengenai apa itu Dhamma dan Vinaya sebagai panduan. Setelah kita menganalisanya, kita dapat mengetahui bahwa membunuh itu menuju pada nafsu dan tidak menuju pada pelepasan, maka ajaran yang mengajarkan untuk membunuh tersebut bukan merupakan Dhamma dan Vinaya, bukan ajaran Sang Buddha. Dan kita perlu menghindarinya.
Dari apa yang disampaikan di atas, semoga kebingungan kita akan pembedaan antara mana yang merupakan ajaran Sang Guru Buddha atau bukan, yang merupakan Dhamma dan Vinaya atau bukan, serta yang merupakan aliran Buddhisme atau bukan, dapat kita ketahui dan pahami.
Semoga semua makhluk bebas dari penderitaan.[/spoiler]
			
				Sutra apalah mantra ini lah itu lah
lantas so what gitu loh ?
Pencapaian NYATA apa yang melebihi agama lain ? kalau muter muter doang , kaga ada beda sama agama agama lain.