Debat Perbedaan Theravada dan Mahayana (termasuk Tantra)...

Started by dilbert, 23 November 2008, 12:05:05 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

pujianto

Quote from: Petrus on 24 November 2008, 01:09:39 PM
Quote from: cunda on 24 November 2008, 12:24:58 PM
Quote from: Petrus on 24 November 2008, 11:28:48 AM
siapa yang benar ? rasanya tidak ada yang salah dua2nya benar, Mahayana, Threravada, Tibetan dll, karena Siddharta tidak menunjuk siapa penggantinya untuk meneruskan ajarannya.
sdr Petrus

dari mana anda tahu bahwa Siddharta tidak menunjuk siapa penggantinya untuk meneruskan ajaran Nya?

Beliau sejak awal sudah mengutus 60 orang siswa untuk mengajarkan Dhamma pada orang yang batinnya diselimuti debu tipis.

Anda sebaiknya belajar agama Buddha dengan batin yang baik dan terbuka, bukan untuk debat2an.
gak ada gunanya perdebatan anda selama ini karena cuma membikin suasana millis jadi anjang debat kusir dan "perang agama", jangan sebarkan kebiasaan buruk dalam diri anda yang sudah terbiasa menghalalkan segala cara hanya demi kepentingan "agama" anda semata.
Thuti

siapa diantara ke 60 siswa itu yang menjadi ketuanya ? apakah mereka mengajarkan hal yang sama ? kalau sama mengapa ada banyak aliran ? yang mana ajaran asli Siddharta ?

yang begini aja kamu udah puyenk, apalagi mau belajar ajaran Buddha yang lebih dalam lagi.

Apakah perlu jabatan ketua dalam menyebarkan Dhamma?
Air yang sama ditempatkan dalam wadah yang berbeda juga akan berbeda, Walaupun ajaran yang disampaikan sama tapi pendengarnya beda tentu jadi berbeda. Orang lain bilang "kuda" kamu menangkapnya sebagai "kuya".

Yang mana Firman Tuhan yang benar? yang di bawakan oleh nabi A, B atau C?
kok firman tuhan yang sama jadi beda?

ajaran yang dibawakan seorang nabi kog sekarang jadi sangat beragam dan tidak sama satu sama lain.

Udah deh urus diri sendiri jangan sok tahu tentang agama orang lain.



Semoga semua makhluk berbahagia

dilbert

Quote from: karuna_murti on 24 November 2008, 01:02:08 PM
Oom Dilbert, yang benar mungkin nagarjuna yah? bukan nagasena...

ma kasih atas koreksi-nya... memang Nagarjuna bukan Nagasena...

VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

adi lim

Quote from: hatRed on 24 November 2008, 11:53:34 AM
tapi bagaimana, jika orang yang tinggal di lingkungan yang penuh kebencian,keserakahan, dan kebodohan yang menurut kita.
bagaimana mereka tahu mana yang baik dan yang tidak baik.
karena bagi kita yang tidak baik, belum tentu tidak baik pula bagi mereka.
dan apa yang menurut mereka baik, belum tentu baik pula bagi kita.
nah bingung deh????


ASEVANA CA BALANAM
PANDITANANCA SEVANA
ETAMMANGALAMUTTAMAM

PATIRUPADESAVASO CA
PUBBE CA KATAPUNNATA
ATTASAMMAPANIDHI CA
ETAMMANGALAMUTTAMAM

"Tidak bergaul dengan orang yang tidak bijaksana
Bergaul dengan mereka yang bijaksana.
Itulah Berkah Utama

Hidup di tempat yang sesuai
Berkat jasa-jasa dalam hidup yang lampau
Menuntun diri ke arah yang benar
Itulah Berkah Utama
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

chingik


ryu

Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Edward

"Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

Andi Sangkala

Karena Tidak Sayang Maka Tidak Kenal

Andi

gajeboh angek

Kagak bakalan ketemu. Masing-masing punya referensi masing-masing. Dan bisa dicek, sama-sama tua umurnya.

Menurut aye, yang baik adalah menjalankan sebaik mungkin yang diyakini.
Toh masing-masing sama-sama bertujuan satu -> nibanna.

Menurut aye sih, tetap 1 ajaran dari Sang Guru. Tapi implementasi beda, tergantung budaya, transmisi, dan pemahaman masing-masing. Kalo aye ketemu Sangha Mahayana, aye namaskara. Kalo ketemu Sangha Theravada, aye juga namaskara.

Biarin yang Theravada tetep Theravada, yang Mahayana tetep Mahayana. Menurut aye satu kesatuan bukan memaksakan agar masing-masing menerima yang dipaksa disama-samain, tetapi menerima masing-masing punya perbedaan. Sumber kekacauan itu maksa-maksain sama, bukan pengertian kalau masing-masing beda.

Ada orang hebat bilang, sama-sama kue, rasanya aja yang beda.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Petrus

Quote from: karuna_murti on 24 November 2008, 07:58:28 PM
Kagak bakalan ketemu. Masing-masing punya referensi masing-masing. Dan bisa dicek, sama-sama tua umurnya.

Menurut aye, yang baik adalah menjalankan sebaik mungkin yang diyakini.
Toh masing-masing sama-sama bertujuan satu -> nibanna.

Menurut aye sih, tetap 1 ajaran dari Sang Guru. Tapi implementasi beda, tergantung budaya, transmisi, dan pemahaman masing-masing. Kalo aye ketemu Sangha Mahayana, aye namaskara. Kalo ketemu Sangha Theravada, aye juga namaskara.

Biarin yang Theravada tetep Theravada, yang Mahayana tetep Mahayana. Menurut aye satu kesatuan bukan memaksakan agar masing-masing menerima yang dipaksa disama-samain, tetapi menerima masing-masing punya perbedaan. Sumber kekacauan itu maksa-maksain sama, bukan pengertian kalau masing-masing beda.

Ada orang hebat bilang, sama-sama kue, rasanya aja yang beda.

betul pendapat anda.
karena tidak bisa dibuktikan siapa penerus Siddhartha maka tidak boleh ada pihak yang mengklaim sebagai yang paling benar.
Konsekuensinya anda pun bisa membuat suatu aliran baru karena tidak ada otoritas yg berhak menetapkan salah dan benar serta melarang anda selagi anda memakai label Buddha.

setuju ?   :-?

gajeboh angek

Quote from: Petrus on 24 November 2008, 08:15:16 PM
Quote from: karuna_murti on 24 November 2008, 07:58:28 PM
Kagak bakalan ketemu. Masing-masing punya referensi masing-masing. Dan bisa dicek, sama-sama tua umurnya.

Menurut aye, yang baik adalah menjalankan sebaik mungkin yang diyakini.
Toh masing-masing sama-sama bertujuan satu -> nibanna.

Menurut aye sih, tetap 1 ajaran dari Sang Guru. Tapi implementasi beda, tergantung budaya, transmisi, dan pemahaman masing-masing. Kalo aye ketemu Sangha Mahayana, aye namaskara. Kalo ketemu Sangha Theravada, aye juga namaskara.

Biarin yang Theravada tetep Theravada, yang Mahayana tetep Mahayana. Menurut aye satu kesatuan bukan memaksakan agar masing-masing menerima yang dipaksa disama-samain, tetapi menerima masing-masing punya perbedaan. Sumber kekacauan itu maksa-maksain sama, bukan pengertian kalau masing-masing beda.

Ada orang hebat bilang, sama-sama kue, rasanya aja yang beda.

betul pendapat anda.
karena tidak bisa dibuktikan siapa penerus Siddhartha maka tidak boleh ada pihak yang menklaim sebagai yang paling benar.
Konsekuensinya anda pun bisa membuat suatu aliran baru karena tidak ada otoritas yg berhak menetapkan salah dan benar serta melarang anda selagi anda memakai label Buddha.

setuju ?   :-?


Ngasal aja kamu trus.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Petrus

Quote from: karuna_murti on 24 November 2008, 08:16:14 PM
Ngasal aja kamu trus.

jadi anda tidak setuju ?
lalu siapa otoritas tertinggi ? Dalai Lama atau Raja Thailand ?   :'(

andrew

Quote from: Petrus on 24 November 2008, 08:19:16 PM
Quote from: karuna_murti on 24 November 2008, 08:16:14 PM
Ngasal aja kamu trus.

jadi anda tidak setuju ?
lalu siapa otoritas tertinggi ? Dalai Lama atau Raja Thailand ?   :'(


liat kalama sutta aja

_/\_

Jan

jadi anda tidak setuju ?
lalu siapa otoritas tertinggi ? Dalai Lama atau Raja Thailand ?   Cry


knp harus ada si otoritas tertinggi saat ini ??? kita cuma punya satu dan satu satu nya guru : Buddha Gotama, sampai si pengganti muncul (buddha berikut na)

gajeboh angek

HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Riky_dave

Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...